Indri Mulyasari
Program Studi S1 Gizi Fakultas Kesehatan Universitas Ngudi Waluyo, Semarang, Indonesia

Published : 55 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DAN RASIO LINGKAR PINGGANG PANGGUL DENGAN KADAR KOLESTEROL TOTAL PADA PEKERJA PT SIDOMUNCUL PUPUK NUSANTARA Baiq Mega Narasuari; Sugeng Maryanto; Indri Mulyasari
JURNAL GIZI DAN KESEHATAN Vol 9 No 22 (2017): JURNAL GIZI DAN KESEHATAN
Publisher : UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang: Kadar Kolesterol Total yang tinggi adalah salah satu masalah kesehatanpada pekerja yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja. Faktor yang mempengaruhi kadarkolesterol total antara lain indeks massa tubuh dan rasio lingkar pinggang panggul.Tujuan: Mengetahui hubungan indeks massa tubuh dan rasio lingkar pinggang- pangguldengan kadar kolesterol tolat pada pekerja PT Sidomuncul Pupuk Nusantara.Metode: studi korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalahseluruh pekerja PT. Sidomunscul Pupuk Nusantara. Jumlah sampel sebanyak 50 pekerjadiambil dengan teknik total sampling. Kadar kolesterol total diukur menggunakan cholesteroltest strips. Analisa data dengan menggunakan SPSS. Uji yang digunakan adalah uji spearmandan uji Person (α=0,05).Hasil: Indeks massa tubuh kategori underwight 2 pekerja (4%), kategori normal 8 pekerja(16%), kategori overwight 8 pekerja (16%), kategori obesitas 32 pekerja (64%). Rasio lingkarpinggang panggul kategori normal laki-laki 12 pekerja (24%), kategori lebih laki-laki 27pekerja (54%), rasio lingkar pinggang panggul kategori wanita normal 2 pekerja (4%),kategori wanita lebih 9 oekerja (18%). Ada hubungan indeks massa tubuh dengan kadarkolesterol total (p=0,02). Ada hubungan rasio lingkar pinggang panggul dengan kadarkolesterol total (p=0,04).Simpulan : ada hubungan indeks massa tubuh dan rasio lingkar pinggang panggul dengankadar kolesterol total pada pekerja PT. Sidomuncul Pupuk Nusantara.
HUBUNGAN ANTARA OBESITAS SENTRAL DENGAN TEKANAN DARAH PADA WANITA USIA 30-45 TAHUN DI DUSUN KINTELAN DESA PASEKAN KECAMATAN AMBARAWA Gushella Putri Kinasih; Indri Mulyasari; Purbowati
JURNAL GIZI DAN KESEHATAN Vol 9 No 22 (2017): JURNAL GIZI DAN KESEHATAN
Publisher : UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar belakang : Tekanan darah merupakan faktor yang amat penting pada sistem sirkulasi darah. Apabila terjadi peningkatan ataupun penurunan tekanan darah akan mempengaruhi homoestatsis tubuh. Berdasarkan data Riskesdas 2013 prevalensi hipertensi di Kabupaten Semarang masih tinggi yaitu 25,8%. Salah satu faktor yang mempengaruhi tekanan darah yaitu obesitas sentral. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara obesitas sentral dengan tekanan darah pada wanita usia 30-45 tahun di Dusun Kintelan Desa Pasekan Kecamatan Ambarawa. Metode: Rancangan penelitian ini adalah cross-sectional dengan jumlah sampel 92 orang diambil dengan metode total sampling. Pengukuran obesitas sentral dengan menggunakan pengukuran lingkar pinggang sedangkan tekanan darah dengan menggunakan alat spygmomanometer air raksa. Analisis bivariat menggunakan uji kendall tau. Hasil: Dari hasil penelitian didapatkan 65 orang (70,7%) mengalami obesitas sentral dengan tekanan darah kategori hipotensi 5 orang (7,7%) normotensi 34 orang (52,3%), prehipertensi 20 orang (30,8%) dan hipertensi grade 1 sebanyak 6 orang (9,2%), sedangkan 27 orang tidak mengalami obesitas sentral dengan tekanan darah hipotensi sebanyak 3 orang (11,1%), normotensi 22 orang (81,5%) dan prehipertensi 2 orang (7,4%). Analisis bivariat menunjukan ada hubungan yang bermakna antara obesitas sentral dengan tekanan darah p-value= 0,005 (p<0,05) dengan kekuantan kolerasi sedang (r = 0,582). Kesimpulan : Terdapat hubungan antara obesitas sentral dengan tekanan darah pada wanita usia 30-45 tahun di Dusun Kintelan Desa Pasekan Kecamatan Ambarawa
HUBUNGAN ASUPAN LEMAK, SERAT, KALIUM, NATRIUM, DAN FREKUENSI KONSUMSI MAKANAN GORENGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI USIA 40-50 TAHUN DI KELURAHAN GEDANGANAK KECAMATAN UNGARAN TIMUR KABUPATEN SEMARANG Sinarti; Indri Mulyasari; Galeh Septiar Pontang
JURNAL GIZI DAN KESEHATAN Vol 9 No 22 (2017): JURNAL GIZI DAN KESEHATAN
Publisher : UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang: Hipertensi adalah salah satu penyakit yang sering menyebabkan gangguankardiovaskuler. Data Riskesdas tahun 2013 prevalensi hipertensi pada usia 45-54 tahun sebesar35,6%. Faktor-faktor yang mempengaruhi hipertensi antara lain asupan zat gizi seperti asupanlemak, serat, kalium, natrium dan frekuensi konsumsi gorengan.Tujuan: Untuk mengetahui hubungan asupan lemak, serat, kalium, natrium dan frekuensikonsumsi gorengan dengan kejadian hipertensi pada laki-laki usia 40-50 tahun.Metode: Studi korelasi dengan pendekatan cross-sectional. Populasi penelitian adalah seluruhlaki-laki usia 40-50 tahun dikelurahan gedanganak. Sampel 103 orang dengan metodeproportional random sampling. Pengambilan data menggunakan sphygmomanometer air raksa,lembar Food Frequency semikuantitatif, mikrotoa, timbangan injak. Analisis bivariatmenggunakan uji chi-square (α=0,05).Hasil: Asupan lemak paling banyak dalam kategori baik yaitu 74,8%. Asupan serat palingbanyak dalam kategori baik yaitu 77,6%. Asupan kalium paling banyak dalam kategori baik yaitu64,1%. Asupan natrium paling banyak dalam kategori baik yaitu 50,5%. Frekuensi konsumsimakanan gorengan paling banyak dalam kategori kadang yaitu 41,7%. Kejadian hipertensi 52orang (50,5%) dan tidak hipertensi 51 orang (49,5%). Ada hubungan antara asupan lemak, serat,natrium, dan frekuensi konsumsi makanan gorengan dengan kejadian hipertensi (p=0,0001,p=0,002, p=0,0001, p=0,0001). Tidak ada hubungan antara asupan kalium dengan kejadianhipertensi (p=0,560).Simpulan: Ada hubungan antara asupan lemak, serat, natrium, dan frekuensi konsumsi makanangorengan dengan kejadian hipertensi.
HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN KETAHANAN FISIK PADA ATLET BULUTANGKIS USIA 13-18 TAHUN DI PERSATUAN BULUTANGKIS EKSTRA DAN BINTANG JUNIOR DI KOTA CILACAP Nevita Arya A; Indri Mulyasari; Galeh S. Pontang
JURNAL GIZI DAN KESEHATAN Vol 9 No 22 (2017): JURNAL GIZI DAN KESEHATAN
Publisher : UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang : Ketahanan fisik menunjang atlet dalam bertanding, sehingga dalam pertandingan atlet tidak mengalami kelelahan dan terhindar dari cedera yang dapat mengganggu penampilannya. Salah satu upaya untuk mendapatkan ketahanan fisik yang baik diperlukan asupan energi dan kadar hemoglobin yang baik. Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara asupan energi dan kadar hemoglobin dengan ketahanan fisik pada atlet bulutangkis usia 13-18 tahun. Metode : Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi menggunakan pendekatan cross sectional dengan populasi atlet PB Ekstra dan Bintang Junior di Kota Cilacap dan jumlah sampel 42 responden diambil dengan metode total sampling.Asupanenergi diukurmengguunakankuesioner FFQ semi kuantitatif, kadar hemoglobin diukur menggunakan alat tes hemoglobin merk Easy Touch dengan ketelitian 0,1 g/dl. Ketahanan fisik diukur menggunakan test Cooper lari 2400 meter. AnalisibivariatmenggunakanujiSpearman Rank (α = 0,05). Hasil : Rata-rata asupan energi 79,6 % ± 11,5, rata-rata kadar hemoglobin 12,6 g/dl ± 2,1. Rata-rata ketahanan fisik 832,6 detik ± 194,3. Tidak terdapat hubungan antara asupan energi dengan ketahanan fisik atlet (r = 0,178; p = 0,258). Terdapat hubungan yang bermakna antara kadar hemoglobin dengan ketahanan fisik atlet (r = -0,459; p = 0,002). Simpulan : Tidak terdapat hubungan antara asupan energi dengan ketahanan fisik atlet. Terdapat hubungan antara kadar hemoglobin dengan ketahanan fisik atlet.
The Effect of Fermentation Time on Protein and Fat Content in The Red Beans (Phaseolus Vulgaris L.) Tempeh Nur Wulan; Sugeng Maryanto; Indri Mulyasari
JURNAL GIZI DAN KESEHATAN Vol 13 No 2 (2021): JURNAL GIZI DAN KESEHATAN
Publisher : UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35473/jgk.v13i2.236

Abstract

Red beans is one of the local foods that is included in the type of legume and has a high nutrition content of vegetable protein and low fat. Red beans can be processed into red beans tempeh, with a fermentation time treatment that can affect protein and fat levels. This research aims to describes the protein and fat content in fermented red beans tempeh for 3 days. This study uses Experimental Design research using a one-shot case study design, which is to provide treatment time of red beans tempeh for 3 days, each 3 pieces of tempeh / day with each treatment using 100 grams of red beans mixed with 0.1 gram of yeast tempeh Rhizopus sp. Tempeh that has been formed will be analyzed for the nutritional content of protein and fat.The result showed that the protein content in red beans tempeh on day 2 contained as much protein (13.64 grams), on day 3 (13.64 grams) and on day 4 (9.64 grams). While the fat content in red beans tempeh on day 2 is (0.62 grams), day 3 (1.11 grams) and day 4 (1.14 grams). The protein and fat content in red beans tempeh, the longer the fermentation, the more it will affect the nutrients.
Analysis Of Nutritional Content in Petai (Parkia Speciosa Hassk.) With Various Food Processing Methods Sisca Ulivia; Sugeng Maryanto; Indri Mulyasari
JURNAL GIZI DAN KESEHATAN Vol 13 No 2 (2021): JURNAL GIZI DAN KESEHATAN
Publisher : UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35473/jgk.v13i2.238

Abstract

Petai (Parkia speciosa Hassk.) is a plant commonly grown and consumed in Indonesia. Indonesian people usually consume Petai in fresh or processed form such as boiled and fried which can be used as an alternative sources of energy and potassium. This research aim to analyze protein, fat, carbohydrate and potassium content in Petai with various food processing methods This study used descriptive analytic design. The objects of this research used Petai were obtained from Kedung District, Jepara Regency, Central Java Province. This treatment used on this research were are fresh Petai, boiled Petai and fried Petai. Processing techniques performed were boiling and frying Petai with the skin until the processing was complete, stripping the skin of Petai seeds, next step is the Petai seeds were tested for nutritional content, analysis of nutrient protein content by kjeldahl method, fat content by soxhlet method, carbohydrate content by difference method and potassium content by Atomic Absorption Spectrometry method. Analysis of nutrient content was conducted at Chemistry Laboratory, Satya Wacana Cristian University, Salatiga.The highest protein content was found in boiled Petai (11.59g / 100g), and the lowest was found in fried Petai (4.96g / 100g). The highest fat content was found in fried Petai (0.75g / 100g), and the lowest was found in fresh Petai (0.15g / 100g). The highest carbohydrate content was found in fried Petai (80g / 100g), and the lowest was found in boiled Petai (63.7g / 100g). The highest potassium content was found in boiled Petai (143mg / 100g), and the lowest was found in fried Petai (106mg / 100g) he highest protein and potassium content was found in boiled Petai, while the highest fat and carbohydrate content was found in fried Petai
Waist Circumference and Waist-to-Height Ratio as Indicators for Excess Adiposity in Adolescents Indri Mulyasari; Galeh Septiar Pontang
Jurnal Gizi dan Pangan Vol. 13 No. 3 (2018)
Publisher : Food and Nutrition Society of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (324.176 KB) | DOI: 10.25182/jgp.2018.13.3.131-136

Abstract

The aimed of study was to evaluate the accuracy of Waist Circumference (WC) and Waist-to-Height Ratio (WHtR) for identification of excess adiposity in adolescents. The study design was diagnostic study. The subjects consisted of 620 adolescents (283 boys and 337 girls) aged 14-18 years. The classification of excess adiposity termed as overfat and obese was based on age-and sex-specific percent body fat cut-off values of body fat reference curves for children from the Growth Foundation. Receiver-operating characteristic (ROC) curve analyses was used to assess the accuracy of WC and WHtR as diagnostic tests of excess adiposity in adolescent. Area under curve (AUC) of WC and WHtR for the diagnostic of overfat were over 0.8 for boys and over 0.9 for girls. Whereas for obese, the AUC of WC and WHtR were over 0.9 for both sexes. The thresholds for defining overfat were 75.25 cm for WC and 0.45 for WHtR (Sensitivity (Se) and Specificity (Sp) >0.8) for boys, and 73.85 cm for WC and 0.49 for WHtR (Se dan Sp >0.8) for girls. The thresholds for defining obese were 86.45 cm for WC and 0.51 for WHtR (Se=1; Sp>0.9) for boys, and 75.60 cm for WC (Se and Sp >0.8) and 0.55 for WHtR (Se>0.8; Sp >0.9) for girls. WC and WHtR are accurate for screening of excess adiposity in adolescents.
Faktor Risiko Stunting pada 1000 Hari Pertama Kehidupan: Faktor Risiko Stunting pada Seribu Hari Pertama Kehidupan Indri Mulyasari; Asti Jatiningrum; Arum Putri Setyani; Raden Roro Susanti Septi Kurnia
Amerta Nutrition Vol. 6 No. 1SP (2022): AMERTA NUTRITION SUPPLEMENTARY EDITION Special 2nd Amerta Nutrition Conferenc
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/amnt.v6i1SP.2022.177-183

Abstract

Background: Kebonaagung is one of focus locations of stunting in Semarang Regency. Stunting affected by risk factors that exist in the first thousand days of life.  Objectives: To examine the increased risk of stunting in toddlers based on maternal mid upper arm circumference (MUAC) in early pregnancy, maternal anemia status in third semester, birth weight, and birth length. Methods: This research design was analytic observational with cohort retrospective approach. Population was toddlers aged 12-35 months in Kebonagung Sumowono District Semarang Regency. There were 71 subjects in this research obtained  by total sampling technique. MUAC, anemia status, birth weight, and birth length data were obtained by the subjects maternal and child health book. Data of stunting was taken by doing nutritional anthropometry assessment procedures. Data analysis was done by counting relative risk (RR).  Results: There are 25.35% toddlers with stunting, 25.35% mothers of the toddlers with history of risk of chronic energy deficiency, 25.35% mothers of the toddlers experiencing anemia in third semester of pregnancy, 14.08% toddlers have history low birth weight, and 16.90% of toddlers have history of short birth length. Small MUAC size in early pregnancy, low hemoglobin level in the third semester of pregnancy, low birth weight, and short birth length are increasing risk of becoming stunting in toddlers (RR = 1.87 (95% CI: 0.86-4.09); RR = 1.47 (95% CI: 0.65-3.35); RR = 1.22 (95% CI: 0.36-4.37); RR = 1.41 (95% CI: 0.56-3.53), respectively). Conclusions: Nutritional status of pregnant women and infant can affect stunting incidence in toddlers. Stunting prevention program in the first thousand days of life period is need to be done.
Tingkat Perkembangan Motorik Kasar dengan Keparahan Stunting (Studi pada Anak Sekolah Dasar): Perkembangan Motorik Kasar dengan Tingkat Keparahan Stunting (Studi pada Anak Sekolah Dasar) Puji Afiatna; Indri Mulyasari
Amerta Nutrition Vol. 6 No. 1SP (2022): AMERTA NUTRITION SUPPLEMENTARY EDITION Special 2nd Amerta Nutrition Conferenc
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/amnt.v6i1SP.2022.235-242

Abstract

Background: The high prevalence of stunting, which is a linear growth failure in school-aged children, has an impact on gross motor development. The parenting style and feeding style influences children's growth and development. Objectives: To analyze the correlation gross motor development with severity of stunting in primary school children. Methods: This research is a cross sectional research on 91 children with stunting who were selected consecutively in primary school at Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang. The data collection was conducted by doing anthropometric measurement and gross motor development (locomotor and object control). The correlation between two categorical variables wastested by conducting Rank Spearman test. Results: The nurtritional status of stunting in 84 (92,3%) children with moderate stunting and 7 (7,7%) children with severe stunting. The gross motor development of children under the average was 46,1%, with the average score of intelligence of 91,92. In bivariate analysis, stunting were not significantly related to Gross Motor Quotient (GMQ) level (p=0.241; p>0.05). Conclusions: The nutritional status of stunting is related to the low score of children's gross motor development so that it is necessary to improve nutrition and provide stimulus to train gross motor skills by parents or schools.
Nutrition Balance Knowledge Improvement for High School Student: Fit for The Exam: Peningkatan Pengetahuan Siswa SMA tentang Gizi Seimbang: Fit Saat Ujian Indri Mulyasari; Galeh Septiar Pontang
Jurnal Pengabdian Masyarakat: Svasta Harena Vol. 3 No. 1 (2023): Agustus 2023
Publisher : Poltekkes Kemenkes Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33860/jpmsh.v3i1.1903

Abstract

Rangkaian ujian bagi siswa SMA dapat menyebabkan kecemasan. Gizi seimbang dapat menjaga kebugaran yang dapat meningkatkan performa saat ujian. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan siswa tentang gizi seimbang khususnya supaya fit saat ujian. Metode yang dipakai dalam kegiatan edukasi memiliki dua tahap. Tahap pertama adalah ceramah materi pedoman gizi seimbang secara umum sebagai pengantar. Kegiatan dilanjutkan dengan permainan mitos atau fakta. Pada pertengahan program akan dilakukan aktivitas fisik ringan. Program didesain dengan menarik dan interaktif untuk meningkatkan partisipasi siswa. Kegiatan diikuti oleh 393 siswa kelas XII terdiri dari 319 dari SMA 7 Semarang dan 74 siswa dari MAN 1 Suruh Kabupaten Semarang. Sebelum edukasi dilakukan, semua siswa telah tahu pentingnya sarapan, namun tidak tahu berapa porsi pangan sumber karbohidrat dalam satu kali makan. Sebagian besar juga salah dalam menjawab kebutuhan minyak sehari dan frekuensi olah raga seminggu. Selain itu, banyak yang masih menjawab makanan manis dapat membuat relaks dan “mood” menjadi baik. Hasil kegiatan menunjukkan adanya peningkatan rerata skor pengetahuan dan ada perbedaan skor pengetahuan sebelum dan sesudah edukasi (p<0.0001). Metode edukasi pada kegiatan ini dapat meningkatkan pengetahuan siswa terkait gizi seimbang untuk meningkatkan performa saat ujian.