Online battle royale genre games such as PUBG Mobile are popular among Generation Z because they offer a competitive and social experience. However, they also encourage the emergence of moral disengagement behavior, such as verbal violence and indifferent actions. This phenomenon is important to study because it can affect the moral perception of players, especially in Bekasi City, which has a high level of online game participation among the younger generation. The qualitative descriptive method was chosen to understand and describe the phenomenon or context in depth. The researcher describes the study's results by conducting interviews with informants considered to have the criteria needed in the study. In addition, observation and documentation collection techniques were also carried out to complete the research data. The research informants were selected intentionally (purposive sampling). An interesting research finding related to moral disengagement in PUBG Mobile is that when female players are targeted for moral disengagement by other players, they tend to be silent and do not choose to fight back. In addition, the frequency of female Generation Z PUBG Mobile players committing moral disengagement also tends to be lower than male players. However, this does not apply to male PUBG Mobile players. When someone commits verbal violence against them, they will fight back and retaliate harder. Moral disengagement in gameplay is also generally carried out by male PUBG Mobile players. The basic moral disengagement factors are competitive game types, in-game interactions, low moral education, attention-seeking, and lack of empathy. Meanwhile, the forms of moral disengagement found in this study are, cursing fellow players, normalizing discrimination against female players, and arguing. Third, the forms of moral disengagement above, if borrowing the term coined by Bandura, are called dehumanization, where individuals consider other individuals as worthless entities, making them vulnerable to violating ethics or morals without a strong moral filter.ABSTRAKGim daring genre battle royale seperti PUBG Mobile populer di kalangan Generasi Z karena menawarkan pengalaman kompetitif dan sosial, namun juga mendorong munculnya perilaku pelepasan moral seperti kekerasan verbal dan tindakan acuh tak acuh. Fenomena ini penting diteliti karena dapat memengaruhi persepsi moral pemain, khususnya di Kota Bekasi yang memiliki tingkat partisipasi gim daring tinggi di kalangan generasi muda. Metode deskriptif kualitatif dipilih dengan tujuan memahami dan menggambarkan fenomena atau konteks secara mendalam. Peneliti menguraikan hasil penelitian dengan melakukan wawancara bersama informan yang dianggap memiliki kriteria yang dibutuhkan dalam penelitian. Selain itu, teknik pengumpulan observasi dan dokumentasi juga dilakukan untuk melengkapi data-data penelitian informan penelitian dipilih secara sengaja (pusposive sampling). Temuan penelitian yang menarik terkait pelepasan moral dalam PUBG Mobile adalah ketika pemain perempuan menjadi sasaran pelepasan moral oleh pemain lain, mereka biasanya cenderung diam dan tidak memilih untuk melawan balik. Selain itu frekuensi pemain Generasi Z PUBG Mobile perempuan melakukan pelepasan moral juga cenderung rendah dibandingkan dengan pemain laki-laki. Namun, ini tidak berlaku pada pemain PUBG Mobile laki-laki. Ketika ada yang melakukan kekerasan verbal terhadapnya, mereka akan melawan balik dan membalasnya lebih keras. Pelepasan moral di dalam gameplay juga umumnya dilakukan pemain PUBG Mobile laki-laki. Adapun faktor-faktor dasar pelepasan moral yaitu jenis gim yang kompetitif, interaksi dalam gim, rendahnya pendidikan moral, mencari perhatian, dan kurangnya rasa empati. Sedangkan, bentuk-bentuk pelepasan moral yang ditemukan dalam penelitian ini yaitu, memaki sesama pemain, menormalisasi diskriminasi terhadap pemain perempuan, dan debat kusir. Ketiga, bentuk-bentuk pelepasan moral di atas, jika meminjam istilah yang dicetuskan oleh Bandura, disebut sebagai dehumanisasi yaitu di mana individu menganggap individu lain sebagai entitas yang tidak berharga, yang membuatnya rentan melanggar etika atau moral tanpa filter moral yang kuat.