Claim Missing Document
Check
Articles

Found 32 Documents
Search

YOUTUBE-VLOG: LAHIRNYA ERA USER-GENERATED CONTENT DAN INDUSTRI VLOG DI INDONESIA Syahrul Hidayanto; Irwansyah Irwansyah
Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi Communique Vol 2 No 1 (2019): Jurnal Ilmiah Komunikasi Communique
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (392.99 KB)

Abstract

YouTube memang bukan perusahaan pertama yang menawarkan akses ke video online, namun perilisan YouTube dinilai tepat pada waktunya karena berbarengan dengan dijualnya banyak kamera dengan harga murah, pertumbuhan jalur serat optik dari tahun 1999 hingga 2004 serta pertumbuhan penetrasi akses broadband. Artikel ini disusun untuk menjelaskan konsep-konsep tentang YouTube-Vlog, UGC, dan lahirnya industri vlog di Indonesia dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan metode pengumpulan data dengan literature review. Hadirnya YouTube pada Februari 2005, memberikan peluang bagi para penggunanya untuk membuat konten sendiri atau istilah ini populer dengan sebutan User-Generated Content (UGC). Dalam konteks YouTube, vlog (video blog/video log) menjadi salah satu bentuk UGC yang menjadi perhatian saat ini. Tujuan utama dari vlog adalah untuk berkomunikasi dengan audiens yang luas pada level pribadi. Fenomena vlog pada akhirnya membuka peluang munculnya industri baru yang dinamakan industri vlog. Industri ini muncul seiring dengan perkembangan YouTube yang saat ini telah menjadi platform di mana konten-konten video buatan penggunanya ditonton ratusan juta kali oleh pengguna internet di seluruh dunia. Indonesia sebagai pasar potensial industri media digital mengalami peningkatan penggunaan internet dan media sosial secara signifikan dari tahun ke tahun. Efek dari peningkatan tersebut kemudian berimplikasi salah satunya yakni semakin meluasnya fenomena vlogging dan membuatnya semakin populer.
MIGRASI SIARAN TELEVISI ANALOG KE DIGITAL: ARAH FORMULASI KEBIJAKAN KOMUNIKASI REVISI UNDANG-UNDANG TENTANG PENYIARAN Frendy Christianto Imanuel Siahaan; Guntur F Prisanto; Niken F Ernungtyas; Irwansyah Irwansyah; Syahrul Hidayanto
Jurnal Ranah Komunikasi Vol 4 No 2 (2020): Jurnal Ranah Komunikasi (JRK)
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (482.235 KB) | DOI: 10.25077/rk.4.2.155-164.2020

Abstract

This research aims to describe the direction of communication policy formulation of the Revision of the Broadcasting Law related to analog to digital broadcast migration. The research approach chosen was qualitative with the method of data collection in the form of interviews and literature studies. Based on the criteria for the formulation of communication policy, it can be interpreted that the Revision of the Broadcasting Law related to the migration of analog to digital broadcasts contains: (1) Global politics and ITU agreements as a policy context, (2) Modern broadcasting technology and the global economy as a policy domain and (3) Frequency efficiency, guaranteeing public rights in broadcasting, and improving the quality of television broadcasting as a communication policy paradigm.
BIAR FOTO YANG BERBICARA: STUDI LITERATUR BERBAGI FOTO DIGITAL DI MEDIA SOSIAL Syahrul Hidayanto
Jurnal Network Media Vol 5, No 1 (2022): NETWORK MEDIA
Publisher : Prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Dharmawangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46576/jnm.v5i1.1824

Abstract

Orientalism and western hegemony in fashion brand's social media advertisements Syahrul Hidayanto; Moh. Rifaldi Akbar
Bricolage : Jurnal Magister Ilmu Komunikasi Vol 8, No 1 (2022): Accredited by Kemenristekdikti RI SK No. 36/E/KPT/2019
Publisher : Universitas Bunda Mulia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30813/bricolage.v8i1.3212

Abstract

The relentless technology development nowadays has encouraged people worldwide to innovate in things, one of them being advertisements. Although the traditional media is not to be replaced anytime soon, numerous brands are currently establishing social media as a promotional platform by maximizing their social network advertising through various strategies. For example, they use foreign models or celebrities as their brand ambassadors. This strategy, however, ironically brushes off local models and celebrities as potential human resources. Due to this case, this study aims to comprehend fashion brands’ social media advertising strategies by focusing on the background of foreign model preferences. This study uses a qualitative approach and a data-collection technique of in-depth interviews with three owners of professional fashion brands. The results point out that fashion brands prefer foreign models to the local ones as their ambassadors to follow the popular trends, deliver lush visuals, and build a professional, modern, and high-qualified image for the brand and products. Moreover, it is common for Indonesians to disparagingly perceive local brands, as they rather deem local materials and designs below standard. Consequently, this deep-rooted perception successfully perpetuates the socio-cultural hegemony among various practices, including social media advertising and marketing.
Media Lokal dalam Proses Demokratisasi: Agen Politik atau Saluran Komunikasi Politik? Syahrul Hidayanto Yanto; Wahyu Hamdani Haerudin; Guntur Freddy Prisanto; Niken Febrina Ernungtyas
KOMUNIDA : Media Komunikasi dan Dakwah Vol 10 No 02 (2020): Komunida: Media Komunikasi dan Dakwah
Publisher : Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah IAIN Parepare

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2846.477 KB) | DOI: 10.35905/komunida.v10i02.1586

Abstract

The issue of neutrality and professionalism is still attached to the local media. On the one hand, many local media claim to position themselves as channels of political communication. However, on the other hand, the local media are suspected of being political agents of regional leaders. This study aims to describe the position of local media in the democratization process. The paradigm used in this research is constructivism with a qualitative – dialectical approach. Data collection techniques are in – depth interviews, observation, and literature study. There were four informants consisting of two local politicians and two local media editors. The research data were analyzed using thematic analysis. The results showed that the positioning of the local media as a channel of political communication for local political elites was still strong. Elements of proximity and local values ​​make local media still exist. Then, of the four interests that influence media content, economic and political interests still dominate. Local media also have not fulfilled all the requirements for the creation of a pro-democracy media system. The conditions that are not met are tight supervision of the government, guaranteeing protection for weak groups, and the ability to represent group interests. Keywords : Democracy; Local Media; Media Agenda; Political Actor; Political Communication
KELELAHAN MEDIA SOSIAL SELAMA PANDEMI COVID-19 DI KALANGAN SOCIAL MEDIA OFFICER: PEMICU, KONSEKUENSI, DAN KEBIJAKAN Syahrul Hidayanto; Wa Ode Sitti Nurhaliza
Jurnal Ilmu Komunikasi UHO : Jurnal Penelitian Kajian Ilmu Komunikasi dan Informasi Vol 7, No 4 (2022): Edisi Oktober
Publisher : Laboratorium Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Ha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52423/jikuho.v7i4.26292

Abstract

Harus diakui, media sosial berperan penting di masa pandemi COVID-19 karena melalui platform ini, banyak orang bertukar cerita tentang pengalaman pribadi dan berbagi sudut pandang ketika harus meminimalkan aktivitas di luar rumah. Meski sebagian orang menganggap mengakses media sosial di masa pandemi COVID-19 membuat mereka tetap waras, tak sedikit juga yang mengalami kelelahan mengakses media sosial, salah satunya adalah Social Media Officer (SMO). Pengguna media sosial yang mengalami kelelahan media sosial biasanya mengalami kelelahan mental setelah partisipasi dan interaksi yang berlebihan di berbagai platform media sosial. Dalam hal ini, pekerja digital berada dalam dilema. Di satu sisi ia perlu menjaga kesehatan mentalnya, tetapi di sisi lain, media sosial adalah lingkungan kerja dan sumber mata pencaharian utama mereka. Penelitian ini penting dan sangat relevan bagi akademisi, praktisi media, dan pengguna media sosial pada umumnya. Pendekatan penelitian yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah ini secara mendalam adalah kualitatif, dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara semi terstruktur dengan lima SMO yang memiliki pengalaman bekerja lebih dari tiga tahun. Temuan penelitian menguraikan pemicu dan konsekuensi dari kelelahan media sosial selama pandemi COVID-19 di antara SMO. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa information overload, self-disclosure, privacy concern, fear of missing out, compulsive use, dan social comparison adalah pemicu terkuat dari kelelahan media sosial dan bahwa kelelahan media sosial berkontribusi terhadap penurunan kinerja di kalangan SMO. Penelitian ini juga menawarkan saran bagi SMO untuk meningkatkan pengalaman kerja mereka. Kata-kata Kunci: Kelelahan media sosial; social media officer; Covid-19; media sosial; kesehatan mental
AKSI SOSIAL DI INTERNET: PERAN SOCIAL MEDIA INFLUENCER SEBAGAI AKTOR DALAM CROWDFUNDING DI MEDIA SOSIAL Syahrul Hidayanto; Ainun Zakiah Tofani; Andini Putri Pratiwi; Shafa Rahmah; Dairaby Alfurqaan; Paskalis Christian
Jurnal Komunikasi, Masyarakat Dan Keamanan Vol 4 No 1 (2022): Maret 2022
Publisher : LPPMP Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31599/komaskam.v4i1.1134

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk memahami peran social media influencer sebagai aktor dalamcrowdfunding di media sosial. Penelitian ini penting karena dapat memberikan gambaran bagaimanasocial media influencer memobilisasi penggemarnya untuk terlibat dalam aksi sosial dan menyukseskan kampanye crowdfunding. Crowdfunding telah bertranformasi ke banyak bentuk salah satunya adalah melalui ptlafrom digital seperti situs web atau media sosial. Eksistensinya semakin diperkuat berkat pengaruh dari social media influencer yang memiliki basis penggemar yang besar. Penelitian ini menggunakan metode unobtrusive observation yang dilakukan secara virtual dan studi literatur dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga elemen penting yang dapat menentukan kesuksesan crowdfunding yaitu komunikasi visual, motivasi, serta kepercayaan dan transparansi. Crowdfunding dapat dikatakan sukses jika penggalang dana (fundraiser) sebagai aktor yang beperan dalam crowdfunding dapat memenuhi ketiga elemen tersebut. Dalam kasus penelitian ini, subjek penelitian yaitu social media influencer yang berperan sebagai penggalang dana mampu menjalankan perannya dengan baik. Media sosial secara maksimal dimanfaatkan sebagai tempat untuk membangun dan meningkatkan awareness kampanye crowdfunding lewat komunikasi visual,berinteraksi dengan penderma, dan sebagai tempat untuk memberikan informasi terbaru terkait realisasicrowdfunding.
Membangun Budaya Sadar Bencana melalui Komunikasi Mitigasi pada Masyarakat Desa Cijengkol, Subang, Jawa Barat Imaddudin Imaddudin; Wa Ode Sitti Nurhaliza; Titis Nurwulan Suciati; Asrul Nur Iman; Aan Widodo; Syahrul Hidayanto; Fadli M. Athalarik
I-Com: Indonesian Community Journal Vol 4 No 2 (2024): I-Com: Indonesian Community Journal (Juni 2024)
Publisher : Fakultas Sains Dan Teknologi, Universitas Raden Rahmat Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33379/icom.v4i2.4483

Abstract

Concern for disasters has become the consciousness of every individual, including the people of Cijengkol Village, Subang, West Java. Moreover, disasters can occur at any time and disrupt people's life patterns. This readiness continues to be communicated so that mitigation for all elements of society can be understood and implemented. Through the delivery of information and education in the form of counseling, it is hoped that it can build a culture of awareness of natural, non-natural and social disasters. This counseling method is carried out directly from the initial discussion of the problem to counseling and evaluation which is part of community service activities. As a result, the people of Cijengkol Village, Subang, West Java were cognitively able to understand disasters and their types and became a concern for joint anticipation. Meanwhile, effectively and conatively are not yet completely binding, elements of society should also act as saviors, not wanting to be saved as the main mindset. So that disaster awareness no longer belongs to stakeholders but to the general public who fully implement it.
Privacy Management of Facebook Users: A Study on Adolescents Living in West Jakarta Slums Andriyani, Esy; Mangun, Fatmala Kirana; Hendiastutjik, Healza Kurnia; Saidah, Musfiah; Hidayanto, Syahrul
Jurnal Komunikasi Indonesia Vol. 8, No. 3
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Remaja memiliki kebutuhan untuk membentuk identitas dan diakui lingkungan sosialnya. Dalam hal ini, media sosial mengekstensi para remaja untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Namun, media sosial cenderung mendorong para remaja untuk mengungkapkan informasi pribadi mereka secara terbuka. Media sosial tanpa disadari mengaburkan batas informasi yang dapat diungkapkan dan tidak. Sedangkan saat ini, pengelolaan data atau informasi pribadi menjadi tantangan besar yang harus dihadapi di era komunikasi digital. Hal ini pada gilirannya berdampak pada polemik pengelolaan privasi di media sosial. Penelitian ini menggunakan paradigma post-positivis dan pendekatan kualitatif dengan strategi penelitian konstruktivis untuk mempelajari pemahaman remaja dalam memperlakukan privasi dengan mengacu pada pengalaman unik dan spesifik dari setiap individu. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi, wawancara semi-terstruktur, dan dokumentasi. Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis menggunakan analisis tematik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja di pemukiman kumuh menggunakan Facebook sebagai media untuk memelihara pertemanan, membangun hubungan percintaan, dan wadah dalam mengekspresikan diri. Pemahaman mengenai informasi pribadi disikapi secara beragam sesuai keyakinan dan pengetahuan dari remaja. Selain itu, remaja di pemukiman kumuh secara umum belum memahami apa itu privasi dan bagaimana mengelola informasi pribadi di Facebook. Cara remaja di pemukiman kumuh dalam membuat aturan dan kontrol mengenai kepemilikan informasi pribadi mereka yaitu dengan memilih orang yang akan diceritakan mengenai informasi pribadinya sebagai upaya mengelola informasi pribadi mereka agar tidak mengalami pelanggaran aturan privasi. Temuan lainnya, remaja di pemukiman kumuh yang menutup akses informasi pribadinya di Facebook memiliki latar belakang pendidikan dan keterlibatan organisasi yang baik, penge-tahuan akan resiko dalam bermedia sosial, dan mendapatkan pengawasan langsung dari orang tua. Teenagers have a need to form an identity and be recognized by their social environment. In this case, social media caters the youth to meet these needs. However, social media tends to encourage teens to disclose their personal information. So-cial media unwittingly obscures the limits of information which can be disclosed or not. In this era of digital communication, managing data or personal information is a big challenge which must be faced. This in turn causes a polemic of privacy management on social media. This study uses a post-positivist paradigm and qualitative approach with constructivist research strategy to study the adolescents’ knowledge in managing their privacy by referring to the unique and specific experiences of each individual. Data of this study were collected by observation, semi-structured interviews, and documentation. The data which have been collected were analyzed using thematic analysis. The results showed that teenagers living in slums used Facebook as a medium to maintain friendships and build love relationships, and a place to express themselves. These teenagers addressed their personal information management in various ways according to their beliefs and knowledge. In addition, adolescents in slums generally do not understand what privacy is and how to manage personal information on Facebook. Teens in slums make rules and control the ownership of their personal information by selecting people who will be told about their personal information. These are their efforts to manage their personal information in or-der not to experience any violations of privacy rules. Other finding explained that the teenagers in slums who closed access to their personal information on Facebook had a good educational background and organizational participation, knowledge of risks on social media, and had direct supervision from parents.
KOMUNIKASI PARTISIPATIF MASYARAKAT BAJO MOLA RAYA DALAM PENGEMBANGAN DESA DI KABUPATEN WAKATOBI Nurhaliza, Wa Ode Sitti; Hidayanto, Syahrul; La Tarifu, La Tarifu; Ayuningtyas, Qurrota; Fauziah, Cici Rahma
Jurnal Ilmu Komunikasi UHO : Jurnal Penelitian Kajian Ilmu Komunikasi dan Informasi Vol. 8 No. 3 (2023): EDISI JULI
Publisher : Laboratorium Ilmu Komunikasi Fisip UHO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52423/jikuho.v8i3.94

Abstract

Pendekatan komunikasi partisipatif dalam proses pembangunan dapat dijadikan salah satu rujukan untuk memaksimalkan partisipasi masyarakat. Masyarakat harus dilibatkan dan diikutsertakan dalam perencanaan program pembangunan desa. Partisipasi masyarakat menjadi penting sebab, masyarakat dalam pembangunan ditempatkan sebagai “objek pembangunan” bukan sebagai “subjek pembangunan”. Penelitian ini berfokus pada bentuk komunikasi partisipatif masyarakat Mola Raya dalam pengembangan desa dan faktor pendukung partisipasi masyarakat  Mola Raya dalam pengembangan desa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Komunikasi partisipasi masyarakat Mola Raya dalam pengembangan Desa dilakukan dalam berbagai kegiatan. Bentuk partisipasi berupa keterlibatan masyarakat Mola Raya dalam perencanaan, pelaksaanan dan evaluasi program pengembangan desa. Selain itu, keterlibatan masyarakat juga nampak dalam pemberdayaan masyarakat Mola Raya seperti pelatihan kapasitas ibu-ibu penjahit, ibu-ibu PKK, edukasi dan promosi kesehatan stunting dan pendampingan pengolahan hasil laut seperti produksi abon ikan.  Faktor pendukung komuniksi partisipasi masyarakat Mola Raya dalam pengembangan desa meliputi faktor ekonomi (upaya meningkatkan pendapatan keluarga), tersedianya akses informasi pengembangan desa.