Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

Density and Biomass of Seagrass Beds and Its Threats on Lamongan Regency Dewi, Citra Satrya Utama; Yona, Defri; Samuel, Pratama Diffi; Maulidiyah, Rizqi Aimmatul; Syahrir, Ahdiya; Putri, Yandini Eka; Rakhmawan, Hilal; Fikri, Maulana
Research Journal of Life Science Vol 7, No 3 (2020)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.rjls.2020.007.03.9

Abstract

This study aims to determine the density of seagrass species, seagrass biomass, and threats faced by seagrass communities in the Coastal District of Lamongan. The study was conducted in August to November 2019 in three coastal villages of Lamongan Regency, namely Tunggul Village (Station 1), Kranji (Station 2), and Banjarwati (Station 3). The stages of the study consisted of: preparation, data collection on density, threat data and seagrass stand samples, sample processing, and data analysis. The results showed that the total density of seagrass species at Stations 1, 2 and 3 was 160 stands / m2; 172 stands / m2; and 185 stands / m2. Furthermore, the total biomass of seagrass at Stations 1, 2 and 3 was 4633 gbk / m2, 2136 gbk / m2, and 9234 gbk / m2. In addition to seagrass species, seagrass density values also affect seagrass biomass. As development progresses in Lamongan Regency, it is known that the biggest threat of seagrass communities in the study site is human activity (anthropogenic), among others: anchor ships when anchored and the use of coastal areas as tourist areas, which often cleans up seagrass communities because they are deemed unfit to be enjoyed tourism sector.
STUDI PUSTAKA: DISTRIBUSI DAN SEBARAN LAMUN DI JAWA TIMUR Julianinda, Yanida Azhari; Dewi, Citra Satrya Utama; Kasitowati, Rarasrum Dyah; Kurniawan, Fery
JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research) Vol. 6 No. 1 (2022): JFMR on April
Publisher : Faculty of Fisheries and Marine Science, Brawijaya University, Malang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jfmr.2022.006.01.14

Abstract

Sebagai ekosistem, fungsi ekologis yang unik dari padang lamun memberikan banyak manfaat bagi organisme yang tinggal di wilayah pesisir. Namun saat ini telah terjadi perubahan ekosistem dan keanekaragaman hayati yang terjadi pada skala lokal dan global. Penelitian ini, bertujuan untuk menggambarkan wilayah distribusi lamun di Indonesia dan Jawa Timur yang dapat menjadi acuan mengenai sebaran, tipe substrat dan habitat dari lamun. Data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data 5 tahun terakhir (2016-2021). Hasil penelitian ini pada wilayah Jawa Timur ditemukan sebanyak 11 jenis lamun di 8 lokasi penelitian diantaranya Lamongan, Gresik, Situbondo, Banyuwangi, Malang, Pacitan, Bangkalan, dan Sumenep. Jenis lamun yang ditemukan di Jawa Timur diantaranya Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Haludole pinifolia, Halodule uninervis, Halophila decipiens, Halophila ovalis, Halophila minor, Syringodium iseotifolium, dan Thalassodendron ciliatum. Kondisi lamun di Jawa Timur juga tergolong cukup baik dengan nilai kerapatan tertinggi sebesar 2524-5592 ind/m2 pada Perairan Situbondo dan kerapatan jenis terendah sebesar 4,42-13,05 ind/m2 pada Perairan Banyuwangi. Nilai persentase tutupan lamun tertinggi sebesar 37-62% di Perairan Situbondo dan nilai tutupan terendah sebesar 3,56-16,44% di Perairan Malang.
THE INTRODUCTION TO DANGEROUS MARINE BIOTA COMMUNITIES IN KONDANG MERAK, MALANG Dewi, Citra Satrya Utama; Saputra, Dhira Khurniawan; Semedi, Bambang; As'adi, Muhammad Arif; Kasitowati, Rarasrum Dyah; Rudianto; Sartimbul, Aida; Iranawati, Feni
Wisesa: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 2 No. 1 (2023): WISESA - Jurnal Pengabdian Masyarakat
Publisher : UPT. PKM UB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.wisesa.2023.02.1.2

Abstract

Nelayan, merupakan profesi dengan resiko keselamatan yang tinggi, baik resiko yang bersifat human error maupun alami, seperti cuaca ekstrim dan biota laut berbahaya. Tujuan dari aktivitas pengabdian kepada masyarakat ini ialah untuk mentransformasikan ilmu pengetahuan terkait biota laut berbahaya kepada nelayan di Kondang Merak. Keberhasilan dari kegiatan pengabdian masyarakat ini kemudian disampaikan dalam bentuk analisis persepsi nelayan kondang merak terhadap biota laut berbahaya. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini ialah penyuluhan langsung. Selanjutnya pengumpulan data untuk analisis persepsi dilakukan dg menggunakan kuisioner, selanjutnya data dikuantitafkan menggunakan metode skala likert, kemudian dideskripsikan. Penyuluhan ini dihadiri oleh 15 orang nelayan, atau 50% dari populasi nelayan di kondang merak. Jenis niota berbahaya yang sering dijumpai nelayan Kondang Merak ialah: hiu kecil, barakuda, lepu batu, bulu babi, mooray, ular laut, dan COT. 90% nelayan yang hadir telah mengetahui beberapa jenis biota berbahaya, namun hanya 30% nelayan yang mengetahui bagaimana cara mengantisipasi dan menanggulanginya. Sehingga, selanjutnya dirasa penting untuk memberikan Pelatihan Dasar Rescue Kepada Nelayan Kondang Merak.
Coral Reefs Health Status in the East Java: a Case Study in Banyuwangi, Situbondo, Probolinggo Samuel, Pratama Diffi; Dewi, Citra Satrya Utama; Azmi, Nur Fadholi Ulul; Anam, M.Choirul; DP, Imas; Setyorini, Dewi Nur; Hariani, Dyah Fitri; Fatmawati, Riska
Research Journal of Life Science Vol 8, No 2 (2021)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.rjls.2021.008.02.1

Abstract

Coral reef ecosystems are among the most productive natural biodiversity resources  in tropical coastal areas, within seagrass beds and mangrove forests. Besides, coral reefs have very high ecological impacts and economic value that are managed well and sustainably. Also, healthy ecosystems will undoubtedly provide more incredible benefits and values, so studies need to be conducted to determine the health of coral reefs. While P2O LIPI is an institution that is the guardian of coral reef health data in Indonesia, there is limited information related to the coastal areas of East Java that has not been widely reported. This study aimed to find out the percentage of living hard corals and the health status of the ecosystem at three reef sites: Banyuwangi, Situbondo, and Probolinggo. Field surveys were carried out in June-July 2019, using the Line Intercept Transect (LIT) method. The materials used in this study are Self-Contain Underwater Breath Apparatus-SCUBA diving equipment, roll meters, and an underwater camera. The results showed that the hard coral cover living in Banyuwangi accounted for 28.91%, Situbondo was 31.20%, and Probolinggo (34.77%). Therefore, this study interpreted that the coral reef ecosystem was a moderate category (25% - 49.9%).
Percentage of Hard Coral Cover and Coral Recruitment on in Bangsring Beach, Banyuwangi Regency Samuel, Pratama Diffi; Fakhri, Muhammad; Dewi, Citra Satrya Utama; Ellona, Jessica; Anam, M. Choirul
Research Journal of Life Science Vol 10, No 1 (2023)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.rjls.2023.010.01.3

Abstract

One of the tourist attractions at Bangsring Beach is the condition of the coral reef ecosystem and unique marine biota that tourists can enjoy by snorkeling and diving. Based on research (Ekawati et al., 2021) using remote sensing, the area of live coral reefs on Bangsring Beach is as follows; 2005; 3.38, 2008; 2.61, 2011; 3.7, 2017; 3.98, 2020; 6.1 Ha). It can be said that the area of coral reefs increases yearly, although, in 2008-2011, it decreased by 32%. The results of the economic valuation explain that the (Total Economic Value) of the coral reef ecosystem in Bangsring Beach is 38.2 billion Rupiah/year or 2.9 billion Rupiah hectares/year. The use-value that has the largest economic value comes from tourism utilization of 25 billion or 60% of the Total Economic Value. The coral community structure includes Coral Branching, Coral Encrusting, Coral Massive, Coral Submaasive, and Coral Mushroom. Mushroom Coral is found solitary and shaped like a mushroom. The research data shows the average value of Bangsring Fish House cover is 82.5%. Fish house cover here is seen and assessed based on the presence of hard corals, soft corals, and algae. The average percentage of hard corals growing at the Bangsring Fish House was 30%, soft corals 21.5%, and algae 17.5%. Found 21 types of coral such as; Acropora, Favia, Turbinaria, Symphyllia, Goniastrea.
PERIPHYTON COMMUNITY STRUCTURE OF ENHALUS ACOROIDES IN BALURAN NATIONAL PARK, SITUBONDO Arifianti, Dwi Nurjanatin; Dewi, Citra Satrya Utama; Isdianto, Andik
Journal of Environmental Engineering and Sustainable Technology Vol 10, No 01 (2023)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jeest.2023.010.01.6

Abstract

Periphyton is an attached biota that lives on a substrate. Seagrass meadows and periphyton associate to form an ecological system. Seagrass meadows provide a place of attachment or habitat for periphyton organisms. Periphyton itself is one of the producers of primary productivity in the waters. Baluran National Park is one of the National Parks in which there are land and water habitats, and is a protected area that has natural and native ecosystems. Data collected to support this research included temperature, salinity, dissolved oxygen, pH, nutrients (nitrate and phosphate), seagrass cover data and periphyton data. Physical and chemical water parameters are taken directly on the spot or in-situ. Data collection on seagrass cover and periphyton samples was carried out using a 50 x 50 cm2 quadrant transect. Periphyton community structure analysis includes abundance, diversity index, diversity index and dominance index. Community structure is calculated to determine the community condition of a particular organism, to see its stability and presence in an area.
Struktur Komunitas Invertebrata Asosiasi Sampah Laut Organik di Pesisir Kabupaten Malang, Jawa Timur Tiwi, Ayu Laksmi Tita Cindar; Aliviyanti, Dian; Syananta, Citra; Yona, Defri; Dewi, Citra Satrya Utama; Yamindago, Ade
Jurnal Ilmu Lingkungan Vol 23, No 1 (2025): January 2025
Publisher : School of Postgraduate Studies, Diponegoro Univer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jil.23.1.113-123

Abstract

Invertebrata laut umumnya ditemukan di wilayah perairan laut terutama area intertidal. Namun, seiring dengan kebutuhan akan makanan dan tempat berlindung, invertebrata laut juga dapat ditemukan di sampah laut organik di daerah pesisir. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis jenis invertebrata yang berasosiasi dengan sampah laut organik dan struktur komunitasnya. Penelitian ini dilakukan di Pesisir Kabupaten Malang khususnya Pantai Sendang Biru dan Pelabuhan Perikanan Pantai Pondokdadap. Sampah organik laut dikumpulkan dari transek garis yang telah ditentukan dengan pengulangan waktu, kemudian dilanjutkan dengan menganalisis komposisi jenis sampah dan invertebrata laut asosiasinya. Komposisi jenis tertinggi sampah organik laut yaitu daun sebesar 67,80% di Pantai Sendang Biru dan 48,29% di Pelabuhan Pondokdadap. Komposisi berat tertinggi sampah organik laut yaitu sabut kelapa sebesar 46,02% di Pantai Sendang Biru dan 68,08% di Pelabuhan Pondokdadap. Sebanyak empat genus invertebrata laut (Melampus, Littoraria, Ligia, dan Platorchestia) ditemukan berasoasi dengan sampah laut organik di Pantai Sendang Biru, sedangkan sebanyak enam genus (Melampus, Ellobium, Littoraria, Nerita, Ligia, dan Platorchestia) ditemukan berasosiasi dengan sampah laut organik di Pelabuhan Pondokdadap. Indeks keanekaragaman invertebrata yang ditemukan pada kedua wilayah bernilai sedang, komunitas dalam kondisi stabil, dan tidak terdapat spesies yang mendominasi. Analisis korelasi menunjukkan hubungan yang positif antara kepadatan jenis sampah organik laut dengan kelimpahan invertebrata laut. Penelitian ini menunjukkan pentingnya pengelolaan sampah organik di daerah pesisir untuk kelangsungan hidup invertebrata laut. 
Pemetaan Kerentanan Tsunami di Kawasan Wisata Pantai: Studi Kasus di Pulau Merah, Banyuwangi-Indonesia: Tsunami Vulnerability Mapping in Coastal Tourism Areas: A Case Study of Merah Island, Banyuwangi - Indonesia Fuad, Mochamad Arif Zainul; Kurniasari, Diah; Dewi, Citra Satrya Utama
JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research) Vol. 9 No. 2 (2025): JFMR on July
Publisher : Faculty of Fisheries and Marine Science, Brawijaya University, Malang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jfmr.2025.009.02.2

Abstract

Pantai selatan Jawa merupakan kawasan yang rentan terhadap tsunami karena berbatasan langsung dengan zona subduksi antara Lempeng Eurasia dan Lempeng Australia. Kejadian tsunami telah melanda beberapa wilayah di Indonesia dan menyebabkan kerugian yang cukup besar, baik korban jiwa maupun kerusakan infrastruktur. Oleh karena itu, upaya mitigasi risiko bencana perlu diterapkan di wilayah-wilayah rawan bencana di Indonesia, salah satunya melalui pemetaan kerentanan tsunami dengan memanfaatkan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kerentanan wilayah pesisir pariwisata di Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi terhadap tsunami berdasarkan beberapa parameter, yaitu kemiringan lahan, elevasi daratan, penggunaan lahan, serta jarak dari garis pantai dan sungai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemiringan lahan di wilayah penelitian berkisar antara 3-5%, yang termasuk dalam kategori rentan terhadap genangan tsunami, dengan elevasi kurang dari 10 meter. Penggunaan lahan di wilayah ini didominasi oleh kawasan hutan yang dikategorikan tidak rentan. Namun, terdapat sungai yang bermuara di laut, yang memungkinkan gelombang tsunami menjangkau lebih jauh ke daratan melalui aliran sungai. Berdasarkan hasil analisis menggunakan metode Weighted Overlay Analysis, wilayah pesisir Desa Sumberagung diklasifikasikan ke dalam kategori kurang rentan(48.2%), rentan (28.6%), dan sangat rentan (11.0%). Meskipun wilayah dengan kategori sangat rentan memiliki luas yang lebih kecil, area ini merupakan kawasan yang padat penduduk dan menjadi penunjang destinasi wisata utama di Banyuwangi, yaitu Pulau Merah.Hasil penelitian ini mengindikasikan pentingnya mitigasi dan kesiapsiagaan terhadap potensi kejadian Tsunami di wilayah resiko tinggi seperti di lokasi kajian.   The southern coast of Java is highly susceptible to tsunamis due to its direct adjacency to the subduction zone between the Eurasian and the Australian Plates. Indonesia has faced multiple tsunami events, resulting in severe casualties and extensive damage to infrastructure. Therefore, it is imperative that effective disaster risk mitigation strategies are implemented in vulnerable regions in Indonesia, particularly through comprehensive tsunami vulnerability mapping using Geographic Information Systems (GIS). This study decisively evaluates the vulnerability of coastal tourism areas in Sumberagung Village, Pesanggaran District, Banyuwangi Regency, to tsunamis. The analysis is based on critical parameters, including land slope, elevation, land use, and distance from the coastline and rivers. The results show that the land slope in the study area ranges from 3-5%, categorizing it as vulnerable, with elevations under 10 meters. The predominant land use consists of forest areas, classified as not vulnerable, however, the existence of rivers flowing into the sea significantly increases the risk of tsunami-invading rivers. Employing the Weighted Overlay Analysis method, we classified the coastal areas of Sumberagung Village into three categories: less vulnerable (48.2%), vulnerable (28.6%), and very vulnerable (11.0%). Notably, despite the relatively small size of the very vulnerable category, it is densely populated and includes Pulau Merah, one of Banyuwangi’s premier tourist destinations. This analysis underscores the urgent need for informed planning and effective disaster preparedness in these high-risk areas.
Seagrass Ecosystem Assesment for Dugong Conservation: Integrating Anthropogenic Activites and Oceanographic Parameters in East Java’s Coastal Waters Dewi, Citra Satrya Utama; Ciptadi, Gatot; Wahyudi, Slamet; Wiadnya , Dewa Gede Raka; Semedi, Bambang; Sukandar, Sukandar; Isdianto, Andik; Sunuddin, Adriani; Herandarudewi, Sekar Mira; Tarno, Hagus
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 17 No. 3 (2025): JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN
Publisher : Faculty of Fisheries and Marine Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jipk.v17i3.71841

Abstract

Graphical Abstract   Highlight Research 1. The study successfully identified the utilization of coastal and marine areas within the research site. 2. Oceanographic parameters across the study area have been analyzed, providing insights into variations in environmental conditions favoring seagrass ecosystem resilience. 3. The structure of seagrass vegetation has been thoroughly observed, revealing differences in species composition, density, and coverage. 4. Furthermore, the study establishes the connectivity between coastal and marine spatial utilization, oceanographic factors, and seagrass ecosystem dynamics, highlighting their interdependent relationships.     Abstract This study aims to assess the ecological status of seagrass meadows and their relationship with dugong (Dugong dugon) habitats across four distinct ecological regions in East Java, Indonesia. Field assessments were conducted to evaluate seagrass community structure, oceanographic parameters, and the intensity of human activities. Seagrass distribution was mapped using Sentinel-2A satellite imagery, while seagrass health was evaluated through the Seagrass Ecological Quality Index (SEQI) and Importance Value Index (IVI). Statistical analyses, including Analysis of Variance (ANOVA) and Principal Component Analysis (PCA), were employed to identify significant differences and key environmental drivers. The results revealed marked spatial variation in oceanographic characteristics and seagrass coverage (p < 0.05). PCA showed that anthropogenic factors—particularly marine space utilization such as aquaculture and coastal development—were major contributors to seagrass degradation. Elevated nutrient concentrations were also associated with declining seagrass health, indicating land-based pollution as a dominant stressor. These findings underline the urgent need for integrated coastal zone management. Strengthening conservation policies, reducing terrestrial runoff, and implementing sustainable marine spatial planning are critical to safeguard seagrass ecosystems and ensure the long-term survival of dugong populations in Indonesian waters.
Kesediaan Membayar Terhadap Destinasi Wisata Omah Iwak Badher Bank Wiadnya, Dewa Gede Raka; Sukandar, Sukandar; Marhendra, A.P.W; Hariati, Anik Martinah; Yuniarti, Ating; Dewi, Citra Satrya Utama; Nursyam, Happy; Anam, C; Herawati, Endang Yuli; Kadhafi, muammar
Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 5 No 2 (2021): Mei
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30651/aks.v5i2.3729

Abstract

Omah Iwak Badher Bank ialah salah satu destinasi wisata di Kabupaten Blitar yang dikelola oleh POKMASWAS Fajar Bengawan. Penelusuran reviewer pada google.co.id mendapatkan total 77 orang pemberi ulasan dengan rata-rata rating 4.5. Penelitian ini bertujuan untuk menilai rating destinasi terhadap responden terpilih, ialah mahasiswa S1 dan S3 Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan UB Malang. Total responden berjumlah 46 mahasiswa, 33 ialah mahasiswa S1 dan 13 mahasiswa S3. Kedua kelompok responden mendapat kesempatan yang sama untuk mengunjungi destinasi wisata. Rating dan penilaian terhadap destinasi dilakukan dengan memberikan 12 jenis pertanyaan kepada masing-masing resonden. Hasil penelitian mendapatkan bahwa rating responden mahasiswa S1 (3,7±0,57) dan S3 (3,7±0,48) lebih rendah dibandingkan dengan penilaian publik (4,5). Hal ini menunjukkan kualitas destinasi yang menjadi perhatian mahasiswa lebih tinggi dibandingkan dengan umum. Kesediaan membayar mahasiswa S1 (Rp. 150.000 Trip-1) pada destinasi wisata relatif lebih rendah dibandingkan dengan mahasiswa S3 (Rp. 250.000 Trip-1). Sebagai destinasi wisata baru, Omah Iwak Badher Bank perlu melakukan peningkatan jasa untuk meningkatkan kualitas destinasi.Kata Kunci: kesediaan membayar, jasa wisata, wisata alam, POKMASWAS Willingness-To-Pay To Omah Iwak Badher Bank Tourism DestinationABSTRACT Omah Iwak Badher Bank is one of the tourist destinations in Blitar Regency which is managed by POKMASWAS Fajar Bengawan. A reviewer search on google.co.id found a total of 77 reviewers with an average rating of 4.5. This study aimed to assess the destination rating of selected respondents, are undergraduate and doctoral students of the UB’s Faculty of Fisheries and Marine Science Malang. The total respondents were 46 students, 33 were S1 students and 13 were S3 students. Both groups of respondents received the same opportunity to visit tourist destinations. Rating and assessment of destinations was done by giving 12 types of questions to each respondent. The results found that the average rating of undergraduate student respondents was 3.7±0.57, and 3.7±0.48 for S3 students, respectively. These were lower than that of public assessment (4.5). This indivated that the quality of destination that are of concern to students is higher than the public. Willingness-t-pay of undergraduate students (Rp. 150,000 Trip-1) at tourist destinations was relatifly lower compared to doctoral students (Rp. 250,000 Trip-1). As a new tourist destination, Omah Iwak Badher Bank needs to improve its services to improve the quality of the destination.Keywords: willingness-to-pay, tourism services, nature tourism, POKMASWAS