Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

Representasi Moderasi Beragama dalam Konten Youtube Log In Season 2 Episode 30 Berjudul 6 Pemuka Agama Jadi Satu di Lebaran (Analisis Semiotika Charles Sanders Peirce) Zulfan, Willy; Nasution, Hasan Bakti; Ismahani, Siti
Al Qalam: Jurnal Ilmiah Keagamaan dan Kemasyarakatan Vol. 18, No. 6 : Al Qalam (November 2024)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an (STIQ) Amuntai Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35931/aq.v18i6.4139

Abstract

Keragaman adalah sebuah keniscayaan bagi suatu negeri, terkhusus Indonesia yang kaya akan kanekaragaman suku, budaya, bahasa dan agama yang tidak mungkin dihilangkan, sehingga sikap yang moderat diperlukan sebagai strategi menjaga dan merawat ke Indonesiaan. Ide dasar moderasi adalah mencari persamaan bukan mempertajam perbedaan. Representasi moderasi beragama dalam konten youtube log in season 2 episode 30 ini  menggunakan metode kualitatif dan analisis semiotik sebagai pendekatannya. Semiotika Charles Sanders Peirce yang digunakan oleh penulis adalah model triangle meaning yang terdiri atas: Sign, Object, dan Interpretant. Penulis akan memilih potongan adegan konten youtube log in season 2 episode 30 yang merepresentasikan moderasi beragama dengan menggunakan analisis model triangle meaning. Representasi moderasi beragama dalam konten youtube log in season 2 episode 30 bisa kita lihat berdasarkan indikator moderasi beragama yang empat itu yakni: 1) Toleransi, yang diinterpretasikan dengan kegiatan do’a bersama para pemuka agama dengan kepercayaan masing-masing. 2)Komitmen kebangsaan, diinterpretasikan dengan ucapan Habib Ja’far bahwa kita punya perjanjian yang adil dan agung yang harus kita pegang teguh yaitu Pancasila. 3)Anti Kekerasan, diinterpretasikan dengan perkataan Pendeta Bryan dan Romo Antonius, bahwa semua agama selalu mengajarkan kasih dan cinta, maka dengan kasih dan cinta itu kekerasan akan hilang dan kita akan menjadi saudara. 4)Akomodatif terhadap budaya lokal, diinterpretasikan dengan perkataan Js Kristan, bahwa dia adalah seorang pengikut Konghucu indonesia yang begitu sangat terakulturasi dengan budaya lokal indonesia.
Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum (PTU) di Kota Medan Ismahani, Siti; Nasution, Hasan Bakti
JURNAL AL-QAYYIMAH Vol 5, No 1 (2022): Edisi Juni
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bone

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30863/aqym.v5i1.8450

Abstract

Artikel ini mengkaji tentang pendidikan agama Islam di Perguruan Tinggi Umum (PTU) di Kota Medan dengan lokasi penelitian di Universitas Sumatera Utara (USU) dan Universitas Negeri Medan (Unimed). PTU mewajibkan dalam pendidikan agama Islam, maka diperlukan untuk mengkaji lebih mendalam tentang pendidkan tersebut. penelitian ini mengajukan pertanyaan bagaimana pendidikan agama Islam di PTU dan apa persamaan dan perbedaan antar PTU. Untuk menjawab pertanyaan digunakan jenis penelitian kualitatif yang berusaha menggalami dan menyajikan dalam bentuk deskriptis-analitis. Sumber data berasal dari dokumen dan dosen yang mengajar agama Islam di PTU. Penelitian menemukan bahwa pendidikan agama Islam di PTU diwajibankan kepada mahasiswa beragama Islam yang telah didesain untuk memenuhi kebutuhan pendidikan. Materi pendidikan agama Islam yang diajarkan di PTU masih berfokus pada aspek ketuhan sebagai bagian dasar dalam pengetahuan dalam Islam. Model pembelajaran dilakukan dengan model ceramah, model seminar, model penugasan individu atau kelompok. Dari aspek sarana dan prasarana pelaksanaan perkuliahan agama Islam didukung dengan fasilitas yang baik dan modern. Persamaan dan perbedaan di USU dan Unimed berkaitan dengan kecenderungan dosen yang memiliki latar belakang berbeda, tetapi memiliki persamaan dalam pemilihan materi yang sesuai dengan kebutuhan mahasiswa
Teaching History: The Dynamics of Islamic Politics in Andalusia and Its Impact on Civilization Transformation Efendi, Januari Riki; Panggabean, Ilham Budiman; Mahendra, Yusril Ihza; Harahap, Elly Warnisyah; Nasution, Hasan Bakti
HISTORIA: Jurnal Program Studi Pendidikan Sejarah Vol 13, No 2 (2025): HISTORIA: Jurnal Program Studi Pendidikan Sejarah
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24127/hj.v13i2.12241

Abstract

This study examines the historiography of Islamic political dynamics in Andalusia within the context of history education and civilization transformation. It explores the development of Islamic politics from the arrival of Islam in the 8th century to the fall of the Nasrid Kingdom in Granada in the 15th century. Using a qualitative method and historical analysis, the findings show that the political dynamics of Islam in Andalusia were influenced by internal factors, such as dynastic conflicts and power struggles, as well as external factors, such as Christian invasions and cultural interactions with Europe. Furthermore, this study highlights Andalusia’s contributions to knowledge, arts, and culture, which significantly influenced European civilization. These findings emphasize the importance of understanding Andalusia’s political dynamics as part of history education to enrich perspectives on the interaction between Islam and the Western world and its impact on the development of global civilization.
Philosophy of Fatwa Muhammadiyah and Nahdatul Ulama Against Changes in Worship Activities Due to Covid 19 Syafaruddin, Syafaruddin; Nasution, Hasan Bakti; Tanjung, Dhiauddin
Madania: Jurnal Kajian Keislaman Vol 27, No 1 (2023): JUNE
Publisher : Universitas Islam Negeri (UIN) Fatmawati Sukarno Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29300/madania.v27i1.3383

Abstract

This study aimed at discussing the philosophical basis of the fatwa of Muhammadiyah and Nahdatul Ulama at Labuhanbatu Regency regarding changes in worship activities due to Covid 19. This study was descriptive field research. Data collection techniques used are interviews and documentation. The analysis technique used is Miles and Huberman. The findings of this study were the philosophy of the Muhammadiyah fatwa regarding changes in worship activities due to covid 19 based on the hifdzu al-nafs wa al-dîn command. The obligation to look after oneself and is inseparable. Meanwhile, the philosophy of Nahdatul Ulama's fatwa was based on the maqâshid al-syarî`ah principle, namely jalbu al-mashâlih wa dar’u al-mafâsid. Nahdatul Ulama, the largest Islamic organization, comprehends that worship should not neglect the soul's safety. The basis of this philosophy can be observed from the concept of the `indal khauf prayer. Prayer is an  obligatory worship, but in conditions where the safety of the soul is threatened, the practice of praying can adjust to the conditions; even if this dharurat condition is drastic, the scholars allow fî ayyi amkân prayer practice.  Penelitian ini membahas landasan filosofi fatwa Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama Kabupaten Labuhanbatu terhadap perubahan aktivitas ibadah akibat covid 19. Studi ini adallah penelitian lapangan yang berifat deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan dokumentasi. Teknik analisa yang digunakan adalah Miles dan Huberman. Temuan penelitian ini adalah filosofi fatwa Muhammadiyah terhadap perubahan aktivitas ibadah akibat covid 19 didasarkan pada perintah hifdzu al-nafs wa al-dîn. Kewajiban menjaga diri dan agama saling bersinergi tidak bisa dipisah-pisahkan antara satu dengan lainnya. Sedangkan  filosofi fatwa Nahdatul Ulama didasari oleh prinsip maqâshid al-syarî`ah yakni jalbu al-mashâlih wa dar’u al-mafâsid. Nahdatul Ulama sebagai organisasi Islam terbesar sangat paham sekali bahwa ibadah tidak boleh mengesampingakan keselamatan jiwa. Dasar filosofi ini terlihat pada konsep salat `indal khauf. Ibadah shalat merupakan ibadah yang sangat wajib dan harus dilaksanakan, namun dalam kondisi keselamatan jiwa terancam maka praktek ibadah shalat ini bisa menyesuaikan kondisi, bahkan jika kondisi darurat ini sudah sangat parah maka para ulama membolehkan shalat fî ayyi amkân. 
THE POLITICAL SPIRITUALITY OF TUAN GURU BATAK SABBAN RAJAGUKGUK: MODERATING SOCIAL AND POLITICAL COHESION IN NORTH SUMATRA Syawal, Rakhmat; Nasution, Hasan Bakti; Harahap, Mardian Idris
JHSS (JOURNAL OF HUMANITIES AND SOCIAL STUDIES) Vol 9, No 2 (2025): Journal of Humanities and Social Studies
Publisher : UNIVERSITAS PAKUAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33751/jhss.v9i2.12618

Abstract

This research analyzes the spiritual-political perspectives and contributions of Tuan Guru Batak (TGB) Syekh Ahmad Sabban Rajagukguk amidst the challenges of polarization and the politicization of religion in North Sumatra. As a Sufi scholar and intellectual figure, TGB offers a model that bridges spirituality with the realities of practical politics. Employing a qualitative method with a case study approach, data were collected through in-depth interviews, observation, and documentary studies. Thematic analysis was utilized to identify and elaborate on the meanings derived from the data. The findings indicate that TGB’s spirituality is neither apolitical nor escapist; rather, it serves as an ethical and practical foundation for socio-political engagement. He views politics as an instrument for da’wah (Islamic propagation) aimed at realizing the common good (kemaslahatan), not merely as an arena for power struggles. TGB’s contributions are multidimensional: intellectually, he emerges as a scholar-academic who integrates tradition with modern science; socio-politically, he acts as a moral actor and mediator who safeguards social cohesion; and in terms of leadership, he bequeaths an inclusive and transformative neo-Sufi model. By rejecting identity politics and promoting Sufistic moderation, TGB demonstrates that spirituality can be a crucial counterbalancing force in preserving diversity and strengthening the foundations of democracy. This model offers relevant inspiration for religious leadership in the contemporary era.
Rekonstruksi Hadis-Hadis Akhlak dalam Kitab Waṣāyā al-Ābā’ li Abnā’ dan Relevansinya terhadap Pembentukan Akhlak di Era Kontemporer Ilsan, Muhammad; Nasution, Hasan Bakti; Siregar, Muhammad Habibi
JOURNAL OF QUR'AN AND HADITH STUDIES Vol. 13 No. 1: (2024)
Publisher : JOURNAL OF QUR'AN AND HADITH STUDIES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/quhas.v13i1.38021

Abstract

This research aims to review the reconstruction of moral hadiths in the book Waṣāyā al-Ābā’ li Abnā’ by Muhammad Syakir and their relevance to the formation of morals in the contemporary era. The method applied is library research with a content analysis approach. The results show that Waṣāyā al-Ābā’ li Abnā’ is a source of lessons about various aspects of morals, including morals towards Allah, teacher's advice to students, morals in worship, and Sufism. This book provides solid moral guidance, building the foundations of the daily lives of Muslims by teaching values such as patience, humility, honesty, and compassion. The relevance of moral hadiths in this work includes character formation, where moral teachings become a solid basis for developing commendable qualities in Islam.
TAREQAT DAN POLITIK; Studi Kiprah Politik Kaum Sufi nasution, hasan bakti
Jurnal Ushuluddin Vol 17, No 1 (2018): Jurnal Ushuluddin
Publisher : UIN Sumatera Utara Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51900/ushuluddin.v17i1.4868

Abstract

Tareqat dalam perkembangannya mengalami transformasi tidak hanya sekedar metode penyucian jiwa, juga memasuki bidang kehidupan lainnya, yaitu politik, sebagai sebuah dunia yang dianggap tabu sebelumnya. Keterkaitan kaum sufi dalam bidang politik tampil dalam bentuk secara tidak langsung dan secara langsung. Secara tidak langsung ialah dengan memberikan dukungan kepada penguasa politik (kepala daerah), sedangkan secara langsung ialah dengan menjadi anggota legislatif (DPR) dan tampil sebagai khalifah/raja atau kepala daerah.Ada tiga faktor kaum sufi memasuki kancah politik, yaitu kedekatan tokoh sufi dengan penguasa politik (penguasa), keinginan menyeharikan nilai-nilai Islam, dan tanggung jawab teologis. Keterkaitan dengan politik ini memiliki dampak positif dan negatif. Dampak positifnya ialah semakin memudahkan menyeharikan ajaran Islam dalam kehidupan yang lebih luas. Sedangkan dampak negatifnya ialah tergoresnya ajaran sufi yang asli yang dipahami secara tradisional yang pesimis. Untuk mengurangi dampak negatif tersebut kehadiran tasawuf modern atau tasawuf fungsional menjadi kata kunci. Dengan demikian terdapat hubungan yang erat di antara kaum sufi dengan politik, yaitu sama-sama berupaya menyeharikan nilai Islam dalam kehidupan sebagai sebuah tanggung jawab teologis.