Claim Missing Document
Check
Articles

Found 39 Documents
Search

Erosi Pantai, Ekosistem Hutan Bakau dan Adaptasi Masyarakat Terhadap Bencana Kerusakan Pantai Di negara Tropis (Coastal Erosion, Mangrove Ecosystems and Community Adaptation to Coastal Disasters in Tropical Countries) Akbar, Aji Ali; Sartohadi, Junun; Djohan, Tjut Sugandawaty; Ritohardoyo, Su
Jurnal Ilmu Lingkungan Vol 15, No 1 (2017): April 2017
Publisher : School of Postgraduate Studies, Diponegoro Univer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (808.806 KB) | DOI: 10.14710/jil.15.1.1-10

Abstract

ABSTRAK Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji terjadinya kerusakan lingkungan pantai di negara tropis dan sebagian negara subtropis akibat perilaku manusia. Perilaku manusia yang menyebabkan kerusakan lingkungan adalah memanfaatkan sumberdaya alam pesisir tanpa memperhatikan keberlanjutan sumber daya alam dan daya dukung lingkungannya. Kerusakan lingkungan pantai yang umum terjadi di negara tropis dan sebagian subtropis adalah erosi pantai dan degradasi ekosistem hutan bakau. Kerusakan lingkungan pantai ini akibat alih fungsi lahan menjadi jaringan jalan, permukiman, lahan pertanian/ perkebunan, pertambakan, dan pertambangan pasir. Kerusakan lingkungan pantai mempengaruhi kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat seperti hilangnya badan jalan, permukiman, lahan pertanian, dan fasilitas umum akibat abrasi pantai. Upaya penanggulangan kerusakan lingkungan pantai sebagai bagian dari adaptasi manusia mempertahankan kehidupannya berupa pembangunan pemecah gelombang (breakwaters) dan rehabilitasi ekosistem hutan bakau. Upaya penanggulangan bencana tersebut tentunya membutuhkan biaya yang besar dan waktu lama daripada upaya pencegahan. Oleh karena itu, perubahan pola pikir baik pemerintah dan masyarakat dalam memanfaatkan, mengelola dan melestarikan sumber daya alam perlu ditingkatkan melalui perbaikan informasi, ilmu pengetahuan, dan strategi perencanaan yang holistik.Kata kunci: erosi pantai, kerusakan ekosistem hutan bakau, alih fungsi lahan, pemecah gelombang, rehabilitasiABSTRACTThis paper aims to assess the coastal degradation in tropical and subtropical countries in part due to human behavior. Human behavior is causing coastal degradation is to utilize natural resources without regard to the sustainability of coastal natural resources and the carrying capacity of the environment. Degradation of coastal common in most tropical and subtropical countries are coastal erosion and degradation of mangrove ecosystems. This coastal degradation as a result of land conversion into roads, settlements, agricultural/ plantation, aquaculture, and sand mining. Coastal degradation affects the socio-economic conditions of local communities such as loss roads, settlements, land and public facilities as a result of coastal erosion. Efforts to cope to the coastal degradation as part of human adaptation to sustain life in the form of construction of breakwaters and rehabilitation of mangrove ecosystems. The disaster relief certainly require a plenty of cost and time than prevention. Therefore, changes in the mindset of both the government and the public in using, managing and conserving natural resources should be increased through improvement of information, knowledge, and holistic planning strategies.Keywords: coastal erosion, mangrove ecosystem degradation, land use, breakwaters, rehabilitationCara sitasi: Akbar,A.,A., Sartohadi., J., Djohan, T.S. and Ritohardoyo, S. (2017). Erosi Pantai, Ekosistem Hutan Bakau dan Adaptasi Masyarakat Terhadap Bencana Kerusakan Pantai Di negara Tropis. Jurnal Ilmu Lingkungan,15(1),1-10, doi:10.14710/jil.15.1.1-10
Pengaruh Keragaman Penggunaan Lahan di Ekosistem Gambut sub DAS Kapuas Kabupaten Kubu Raya Rima Wahyu Utami; Kartini Kartini; Aji Ali Akbar
Jurnal Ilmu Lingkungan Vol 19, No 2 (2021): Agustus 2021
Publisher : School of Postgraduate Studies, Diponegoro Univer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jil.19.2.409-421

Abstract

Lahan gambut merupakan komponen ketahanan lingkungan yang diupayakan untuk menjamin keamanan publik dan munculnya bahaya lingkungan yang disebabkan secara alami oleh alam maupun disengaja oleh perbuatan manusia. Lahan gambut di Desa Teluk Empening telah mengalami konversi menjadi lahan usahatani seperti lahan sawit, karet dan jahe, sedangkan lahan sekunder yang ada pada daerah penelitian sebelumnya pernah mengalami kebakaran pada tahun 2017. Penelitian ini dilakukan dengan mengidentifikasi keanekaragaman jenis pada lahan gambut dengan melakukan pengukuran biodiversitas lahan dengan analisis vegetasi. Kemudian menganalisis pengaruh konversi lahan gambut dengan pengukuran sifat fisik tanah, pengukuran Tinggi Muka Air tanah, pengukuran dimensi saluran dan pengujian kualitas air. Perubahan dinamika tutupan lahan yang dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi masyarakat, data diperoleh dengan menggunakan observasi, wawancara dan kuesioner sebanyak 30 sampel. Hasil analisis menunjukkan lahan jahe, karet dan sawit memiliki nilai indeks keanekaragaman (H’) ±0 dikategorikan biodiversitas rendah. Lahan sekunder memiliki nilai indeks keanekaragaman (H’) 2,001 masuk kategori biodiversitas sedang. Konversi lahan gambut mempengaruhi sifat fisik tanah gambut seperti parameter porositas, permeabilitas, kadar serat dan kadar air. Konversi lahan gambut menjadi lahan karet memengaruhi penurunan muka air tanah yaitu setinggi 68 cm. Pengaruh konversi terhadap kualitas air pada lahan, ditandai dengan parameter pH berkisar 3,3 - 4,6, TSS berkisar 6-440 mg/l dan DO berkisar 0,89-3,4 mg/l yang tidak sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan yaitu Kelas 2 PP No.82 Tahun 2001. Konversi lahan gambut semakin meningkat tiap tahun dan mempengaruhi kondisi sosial ekonomi masyarakat dengan fungsi sosial penyerapan tenaga kerja serta fungsi ekonomi pendapatan dari hasil produksi usahatani. Lahan gambut memberikan keunggulan dan kapasitas bagi kawasan lokal untuk kekuatan alam seperti lingkungan, ekonomi dan sosial yang dapat dilakukan sambil tetap menjaga daya tahan lingkungan. AbstractPeatlands are a component of environmental resilience that strives to ensure the safety and security of environmental hazards caused naturally or intentionally by human actions. Peatland in Teluk Empening Village has undergone conversion to agricultural land such as oil palm, rubber and ginger, while the secondary land in the previous study area experienced fires in 2017. This research was conducted by identifying the diversity of species on peatland by measuring biodiversity land with vegetation analysis. Then analyze the effect of peat land conversion with physical measurements of soil, measurement of groundwater level, measurement of channel dimensions and testing of water quality. Changes in land cover dynamics obtained from socio-economic conditions, data obtained using observations, interviews and questionnaires as many as 30 samples. The analysis showed that ginger, rubber and oil palm land had a diversity index value (H ') ± 0 which was categorized as low biodiversity. Secondary land has a diversity index value (H ') of 2,001 in the medium biodiversity category. Peat land conversion affects the physical properties of peat soil such as parameters of porosity, permeability, fiber content and air content. The conversion of peatlands to rubber lands has an effect on the decrease in the water table, which is 68 cm long. The effect of conversion on water quality in land, fear with pH parameters ranging from 3.3 to 4.6, TSS ranging from 6-440 mg / l and DO ranging from 0.89-3.4 mg / l which are not in accordance with the specified quality standards namely Class 2 PP No. 82 Year 2001. Conversion of peatlands is increasing every year and affects the socio-economic conditions of the community with the social function of absorption of labor and the economic function of income from agricultural production. Peatlands provide advantages and capacities for local areas for natural forces such as environment, economy and social that can be done while maintaining environmental resilience.
Valuasi Ekosistem Mangrove di Pesisir Kayong Utara, Kalimantan Barat Ajeng Apriani; Aji Ali Akbar; Jumiati Jumiati
Jurnal Ilmu Lingkungan Vol 20, No 3 (2022): July 2022
Publisher : School of Postgraduate Studies, Diponegoro Univer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jil.20.3.553-562

Abstract

Ekosistem mangrove di pesisir Kayong Utara yang termasuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Sukadana memiliki luas 1277,5 ha. Ekosistem mangrove sendiri memiliki berbagai fungsi dan manfaat, beberapa diantaranya yaitu manfaat dalam sektor perikanan, pariwisata dan sebagai mitigasi bencana seperti abrasi pantai. Keberadaan mangrove ini dasarnya memiliki nilai yang bisa dinilai dengan mata uang atas dasar manfaat yang diberikan oleh ekosistem ini. Sehingga, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji persepsi masyarakat terhadap keberadaan mangrove dan pemanfaatan mangrove oleh masyarakat serta mengestimasikan nilai ekonomi total atas dasar penggunaan ekosistem mangrove. Lokasi penelitian diambil di 7 Desa yang terdapat di pesisir Kayong Utara wilayah administrasi Kecamatan Sukadana. Teknik pengambilan data dilakukan dengan metode observasi lapangan, wawancara dengan kuesioner, pengambilan data instasional dan studi literatur. Metode analisis data yang digunakan yaitu Market Price (MP) untuk mengetahui nilai manfaat langsung ekosistem mangrove dalam perikanan, Travel Cost Method (TCM) untuk mengetahui manfaat langsung dalam sektor pariwisata dan Replacement Cost (RC) untuk mengetahui manfaat tidak langsung sebagai penahan abrasi pantai. Masyarakat memandang pengertian mangrove dalam tiga hal yaitu mangrove adalah tumbuhan bakau, mangrove adalah tempat wisata dan mangrove adalah tumbuhan yang berada di pesisir pantai. Sedangkan untuk manfaat mangrove dalam sudut pandang masyarakat terbagi atas yaitu mangrove untuk memperindah pantai, rumah tinggal ikan, benteng pertahanan pantai dan sisanya tidak atau kurang mengetahui manfaat mangrove. Terdapat sepuluh jenis vegetasi mangrove dan tiga diantaranya umum dimanfaatkan oleh msyarakat setempat yaitu Nypa fruticans, Rhizophora sp. dan Xylocarpus granatum. Kemudian hasil valuasi dengan tiga variabel yang dihitung yaitu nilai manfaat langsung hasil perikanan yaitu sebesar Rp32.573.365.665,00/tahun, nilai manfaat langsung parisiwata Rp8.704.000,00/tahun, nilai manfaat tidak langsung penahan abrasi pantai Rp42.104.162.362,50/tahun. Sehingga nilai ekonomi total ekosistem mangrove di Pesisir Kayong Utara yaitu sebesar Rp74.686.232.027,50/tahun.ABSTRACTThe mangrove ecosystem on the coast of Kayong Utara which is included in the administrative area of Sukadana District has an area of 1277.5 ha. The mangrove ecosystem itself has various functions and benefits, some of which are benefits in the fisheries sector, tourism and as disaster mitigation such as coastal abrasion. The existence of this mangrove basically has a value that can be assessed in currency on the basis of the benefits provided by this ecosystem. So, this study aims to analyze and assess the benefits of mangroves to the community and to estimate the total economic value of the use of mangrove ecosystems. The research locations were taken in 7 villages located on the coast of Kayong Utara the administrative area of Sukadana District. Data collection techniques were carried out using field observations, interviews with questionnaires, institutional data collection and literature studies. The data analysis method used is Market Price (MP) to determine the value of direct benefits of mangrove ecosystems in fisheries, Travel Cost Method (TCM) to determine direct benefits in the tourism sector and Replacement Cost (RC) to determine indirect benefits as a barrier to coastal abrasion. The community views the understanding of mangroves in three ways, namely mangroves are mangrove plants, mangroves are tourist attractions and mangroves are plants that are on the coast. Meanwhile, the benefits of mangroves in the community's point of view are divided into mangroves to beautify the beach, fish houses, coastal fortifications and the rest do not or do not know the benefits of mangroves. There are 10 mangrove vegetation and 3 of them are commonly used by local people, namely Nypa fruticans, Rhizophora sp. and Xylocarpus granatum. Then the results of the valuation with three variables calculated, namely the value of direct benefits of fishery products, which is IDR32,573,365,665.00/year, the value of direct benefits to tourism is IDR8,704,000.00/year and the value of barrier to coastal abrasion is IDR42,104,162,362.50/year. So, the total economic value of the mangrove ecosystem in the Kayong Utara Coast is IDR74,686,232,027.50/year.
Pengaruh Perubahan Tutupan Lahan Terhadap Jasa Ekosistem Pangan Di Taman Nasional Danau Sentarum Hanif Andryannur; Aji Ali Akbar; Aini Sulastri
Jurnal Ilmu Lingkungan Vol 20, No 3 (2022): July 2022
Publisher : School of Postgraduate Studies, Diponegoro Univer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jil.20.3.615-627

Abstract

Jasa ekosistem merupakan komponen yang penting dalam perkembangan pengelolaan Taman Nasional Danau Sentarum (TNDS), besar jasa ekosistem bagi masyarakat dapat memicu keterlibatan masyarakat di kawasan Taman Nasional untuk ikut melestarikan ekosistem Taman Nasional Danau Sentarum. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh perubahan tutupan lahan terhadap sebaran kelas jasa ekosistem pangan di kawasan TNDS. Pola sebaran jasa ekosistem Taman Nasional Danau Sentarum pada penelitian ini dikaji dengan pendekatan berbasis data pola perubahan tutupan lahan di Kawasan Taman Nasional Danau Sentarum. Peta jasa ekosistem disusun melalui pendapat para ahli terhadap potensi jasa ekosistem pada masing- masing jenis tutupan lahan melalui Analytical Hierarchy Process (AHP) menggunakan metode perhitungan pairwise comparison. Jenis jasa ekosistem yang dianalisis adalah penyedia pangan. Hasil dari perhitungan menunjukkan bahwa nilai indeks jasa ekosistem pangan Taman Nasional Danau Sentarum pada tahun 2020 masih didominasi oleh kelas jasa ekosistem pangan rendah dengan total luasan 71.115 ha dengan tutupan lahan yang mendominasi adalah lahan rawa seluas 51.757 ha. Pada tahun 2020 juga terjadi peningkatan luasan pada kelas jasa ekosistem pangan sedang dengan total luasan 43.325 ha yang didominasi oleh tutupan lahan hutan rawa sekunder dengan total luasan 13.310 ha.ABSTRACTEcosystem services are an important component in the development of the management of Danau Sentarum National Park (DSNP), large ecosystem services for the community can trigger community involvement in the National Park area to participate in conserving the ecosystem of Danau Sentarum National Park This study examines the effect of land cover changes on the distribution of food ecosystem service classes in the DSNP area. The pattern of distribution of ecosystem services in Danau Sentarum National Park in this study was studied using an approach based on data on land cover change patterns in the Danau Sentarum National Park area. Ecosystem service maps are prepared through expert judgment on the potential for ecosystem services in each type of land cover through the Analytical Hierarchy Process (AHP) with the pairwise comparison calculation method. The types of ecosystem services analyzed are food providers. The results of the calculation show that the value of the food ecosystem service index of Danau Sentarum National Park in 2020 is still dominated by the low food ecosystem service class with a total area of 71,115 ha with the dominant land cover being a swamp area of 51,757 ha. In 2020 there was also an increase in the area of the medium food ecosystem service class with a total area of 43,325 ha which was dominated by secondary swamp forest land cover with a total area of 13,310 ha
Identifikasi dan Pencegahan Daerah Rawan Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut Di Kalimantan Barat Tamas Faiz Dicelebica; Aji Ali Akbar; Dian Rahayu Jati
Jurnal Ilmu Lingkungan Vol 20, No 1 (2022): January 2022
Publisher : School of Postgraduate Studies, Diponegoro Univer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jil.20.1.115-126

Abstract

Kalimantan Barat memiliki potensi bencana kebakaran hutan dan lahan gambut yang tinggi karena banyaknya titik api dan jenis lahan gambut yang mudah terbakar pada musim kemarau. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memetakan dan menentukan kecenderungan titik pamas dan mengidentifikasi dan mencegah kawasan rawan kebakaran hutan dan lahan gambut dengan data hotspot, peta curah hujan, peta tutupan lahan, peta kesatuan hidrologis gambut, dan peta cekungan air tanah menggunakan Sistem Informasi Geografis atau SIG. Metode overlap digunakan untuk menganalisis kecenderungan titik panas sedangkan Overlay dan Scoring digunakan untuk mengidentifikasi kawasan rawan kebakaran hutan dan lahan. Setelah dilakukan analisis titik panas, terdapat kecenderungan curah hujan pada kelas curah hujan 1.500-3.000 mm/tahun dengan 2.192 kejadian. Perubahan tutupan lahan di kawasan hutan mengalami penurunan sebesar 7,96%. Peningkatan tutupan lahan di kawasan non-hutan sebesar 11,26%, mempengaruhi potensi dan kecenderungan titik api dan bencana kebakaran hutan dan lahan. Kubu Raya memiliki tingkat kerawanan bencana kebakaran pada kelas sangat rawan dengan luasan 0,26%, dan Kapuas Hulu memiliki tingkat kerawanan bencana kebakaran pada kelas tidak rawan dengan luas 0,19%. Kabupaten Ketapang merupakan daerah dengan tingkat pencegahan tertinggi, dengan luas cekungan airtanah sebesar 26,46%.ABSTRACTWest Kalimantan has a high potential for forest and peatland fire disasters due to the high number of hotspots and the type of peatland which burns easily during the dry season. The purpose of this research is to map and determine the trend of hotspots and areas prone to forest and peatland fires and prevent them with hotspot data, rainfall maps, land cover maps, maps of peat hydrological units, and maps of groundwater basins using Geographic Information Systems or GIS. The overlap method is used to analyze the trend of hotspots; meanwhile, Overlay and Scoring are used to identify areas prone to forest and land fires in this research. After analyzing the hotspots, there is a tendency for rainfall with a class of 1,500-3,000mm/year with 2,192 events. Land cover change in forested areas decreased by 7.96%. It increased land cover in non-forest areas by 11.26%, affecting the potential and tendency of hotspots and forest and land fire disasters. Kubu Raya has a fire disaster vulnerability level in the very vulnerable class with an area of 0.26%, and Kapuas Hulu has a fire disaster vulnerability level in the non-prone class with an area of 0.19%. Ketapang Regency is the area with the highest prevention rate, with a groundwater basin area of 26.46%.
Penggunaan Cocopeat Sebagai Pengganti Topsoil Dalam Upaya Perbaikan Kualitas Lingkungan di Lahan Pascatambang di Desa Toba, Kabupaten Sanggau Wafa Shafira; Aji Ali Akbar; Ochih Saziati
Jurnal Ilmu Lingkungan Vol 19, No 2 (2021): Agustus 2021
Publisher : School of Postgraduate Studies, Diponegoro Univer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jil.19.2.432-443

Abstract

PT. Dinamika Sejahtera Mandiri (PT. DSM) merupakan perusahaan swasta yang bergerak di bidang pertambangan bauksit dengan sistem penambangan terbuka, sehingga menghasilkan hamparan tanah dengan kandungan bahan organik  dan unsur hara sangat rendah serta toksik tinggi sehingga lahan menjadi kritis. Upaya perbaikan lingkungan dilakukan dengan rehabilitasi lahan agar tidak menimbulkan kerusakan berkelanjutan. PT. DSM menggunakan penambahan biostimulan dalam rehabilitasi lahan, namun karena biaya yang mahal maka dilakukan alternatif menggunakan cocopeat sebagai pengganti topsoil dengan biaya terjangkau. Lokasi penelitian terletak di lahan pascatambang bauksit milik PT. DSM yang berada di Desa Teraju, Kecamatan Toba, Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat. Total sampel tanah yang diuji sebanyak 23 sampel, terdiri dari 5 perlakuan dengan masing-masing perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali, yaitu perlakuan A tanpa perlakuan di lahan dengan topsoil, perlakuan B tanpa perlakuan di lahan tanpa topsoil, perlakuan C 100% cocopeat, perlakuan D 50% cocopeat + 25% arang sekam + 25% kotoran ayam dan perlakuan E 60% cocopeat + 25% arang sekam + 15% kotoran ayam. Hasil penelitian menunjukan kandungan parameter pH, % C- organik, KTK, dan N total dalam media tanam cocopeat memiliki kandungan yang lebih baik daripada topsoil dan tanah pascatambang, namun parameter P2O5, kadar debu, liat, dan pasir, topsoil memiliki kandungan yang lebih baik daripada cocopeat dan tanah pascatambang. Kandungan parameter fisik dan kimia terendah terdapat pada tanah pascatambang. Komposisi media tanam kombinasi cocopeat, arang sekam, dan kotoran ayam memiliki pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan tanaman sengon karena memiliki unsur hara yang lebih baik dibandingkan dengan topsoil, tanpa topsoil atau hanya cocopeat saja. Dosis variasi paling optimal dalam pertumbuhan sengon dari segi pertumbuhan fisik tanaman yaitu pada variasi perlakuan kode tanam D, yaitu memiliki pertambahan tinggi tanaman rata-rata 13,7cm dan cabang daun sebanyak 6 helai yang lebih signifikan dibandingkan perlakuan media tanam lainnya. AbstractPT. Dinamika Sejahtera Mandiri (PT. DSM) is a private company engaged in bauxite mining with an open mining system, resulting in a stretch of land with very low organic and nutrient content and high toxicity so that the land becomes critical. Efforts to improve the environment are carried out by rehabilitating land so as not to cause sustainable damage. PT. DSM uses biostimulants in land rehabilitation, but an alternative is to use cocopeat as a substitute for topsoil at an affordable price because of the high cost. The research location is located on the bauxite post-mining land owned by PT. DSM is located in Teraju Village, Toba District, Sanggau Regency, West Kalimantan Province. Total soil samples tested were 23 samples, consisting of 5 treatments with each treatment being repeated three times, namely treatment A without treatment on land with topsoil, treatment B without treatment on the ground without topsoil, treatment C 100% cocopeat, treatment D 50% cocopeat + 25% husk charcoal + 25% chicken manure and treatment E 60% cocopeat + 25% husk charcoal + 15% chicken manure. The results showed that the pH,% C- organic, CEC, and total N content in the cocopeat growing medium had a better range than topsoil and post-mining soil. Still, the P2O5 parameters, the content of dust, clay, and sand, topsoil had better content. Then cocopeat and post-mining land. The lowest range of physical and chemical parameters is found in post-mining soil. The composition of the planting medium combination of cocopeat, husk charcoal, and chicken manure has a good effect on the growth of Sengon plants because it has better nutrients than topsoil, without topsoil, or just cocopeat. The most optimal dose of variation in the evolution of Sengon in terms of physical plant growth is the variation in the treatment of planting code D, which has an average plant height increase of 13.7 cm and six-leaf branches, which is more significant than the treatment of other growing media.
Valuasi Dampak Banjir Di Kabupaten Landak, Kalimantan Barat Gusti Rachmad Rabsanjani; Aji Ali Akbar; Henny Herawati
Jurnal Ilmu Lingkungan Vol 20, No 1 (2022): January 2022
Publisher : School of Postgraduate Studies, Diponegoro Univer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jil.20.1.65-75

Abstract

Banjir merupakan becana yang kerap sekali terjadi pada musim hujan, banjir dapat menyebabkan kehilangan harta benda maupun korban jiwa. Valuasi ekonomi akibat terjadinya banjir adalah salah satu cara yang dapat digunakan untuk menghitung kerugian akibat terjadinya bencana banjir. Tidak adanya kajian mengenai kerentanan dan kerugian ekonomi akibat banjir pada tiga desa di Kecamatan Ngabang yaitu Desa Raja, Hilir Tengah dan Hilir Kantor adalah alasan dilakukannya penelitian ini. Tujuan dilakakukan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menginventarisasi besarnya tingkat kerentanan terhadap banjir yang terjadi dan menghitung valuasi kerugian ekonomi akibat terjadinya bencana banjir. Metode yang digunakan dalam menganalisis kerentanan banjir menggunakan software ArcMap 10.3 adalah Analisa atribut meliputi pemberian skor kelas curah hujan, pemberian skor kelas tutupan lahan, pemberian skor kelas kemiringan lahan, pembobotan dan Analisa AHP. Metode yang digunakan untuk menghitung estimasi kerugian akibat banjir menggunakan metode ECLAC. Hasil yang didapat dalam penelitian ini adalah perubahan tutupan lahan mengalami penurunan dan peningkatan luasan permukiman, pertanian/sawah, dan lahan terbuka/semak, Curah hujan yang tinggi dan kelerengan daerah yang landai menjadi parameter penyebab terjadinya banjir. Pada estimasi nilai kerugian akibat banjir dengan nilai kerugian menggunakan USD dan Emas pada tahun yang ditentukan dengan hasil total kerugian pada tahun 1973 adalah 73,7 Juta dollar, tahun 1989 180 juta dollar, tahun 1994 261 juta dollar, tahun 2000 261juta dollar, tahun 2010 1,1 miliar dollar, dan tahun 2020 1,9 miliar dollar.ABSTRACTFlood is a plan that often occurs in the rainy season, floods can cause loss of property and fatalities. Economic valuation due to flooding is one way that can be used to calculate losses due to flood disasters. The absence of studies on vulnerability and economic losses due to flooding in three villages in Ngabang Subdistrict namely Desa Raja, Hilir Tengah and Hilir Kantor is the reason for this research. The purpose of this study is to identify and inventory the level of vulnerability to floods that occur and calculate the valuation of economic losses due to flood disasters. The methods used in analyzing flood vulnerabilities using ArcMap 10.3 software are attribute analysis including rainfall class scoring, giving land cover class scores, awarding land slope class scores, weighting and AHP Analysis. The method used to calculate the estimated loss due to flooding uses the ECLAC method. The results obtained in this study are changes in land cover experiencing a decrease and increase in the area of settlements, agriculture / rice fields, and open land / bush, high rainfall and marbles of sloping areas become parameters of the cause of flooding. In the estimated value of losses due to floods with the value of losses using USD and Gold in the specified year with the total loss in 1973 was 73.7 million dollars, in 1989 180 million dollars, in 1994 261 million dollars, in 2000 261 million dollars, in 2010 1.1 billion dollars, and in 2020 1.9 billion dollars.
Valuasi Ekonomi Ekosistem Mangrove Berbasis Ekowisata pada Hutan Desa di Kecamatan Batu Ampar Kalimantan Barat Abdul Jabbar; Rossie Wiedya Nusantara; Aji Ali Akbar
Jurnal Ilmu Lingkungan Vol 19, No 1 (2021): April 2021
Publisher : School of Postgraduate Studies, Diponegoro Univer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jil.19.1.140-152

Abstract

Ekosistem mangrove Batu Ampar terletak di muara sungai terpanjang di Indonesia yaitu Sungai Kapuas. Ekosistemnya memiliki permasalahan seperti ekosistem mangrove pada umumnya yang mengalami tekanan akibat pertambahan penduduk. Sebagian besar masalah tersebut merupakan dampak penggunaan lahan oleh masyarakat sekitar ekosistem. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kondisi ekosistem mangrove terhadap partisipasi masyarakat dan valuasi ekosistem mangrove berupa ekowisata dan hutan desa di Kecamatan Batu Ampar, Kalimantan Barat. Desa-desa yang diteliti berdasarkan intensitas pengelolaan ekowisata mangrove, dari yang paling lama hingga yang terbaru, yaitu Batu Ampar, Nipah Panjang, dan Medan Mas. Penilaian jasa ekosistem mangrove dihitung berdasarkan Total Economic Value (TEV) yang meliputi manfaat langsung, tidak langsung, keberadaan, dan pilihan. Valuasi mangrove untuk tiap desa dari yang tertinggi hingga terendah adalah Medan Mas (Rp 95.354.976/ha/tahun), Nipah Panjang (Rp 76.645.333/ha/tahun) dan Batu Ampar (Rp 68.195.913/ha/tahun). Kondisi ekosistem mangrove di kawasan Batu Ampar berdasarkan persentase luas mangrove terhadap luas desa, persentase kelas kerapatan tinggi dan ketebalan mangrove di masing-masing desa dari yang terbaik adalah Desa Batu Ampar 58,2%; 93,8%; 42.271 m, Desa Nipah Panjang 6.4%; 98,6%; 24.088 juta dan Medan Mas 4,5%; 80,2%; 7.236 m. Persepsi masyarakat tentang ekosistem dan ekowisata mangrove di kawasan mangrove Batu Ampar berbeda nyata antar desa. Secara berurutan, persepsi tertinggi hingga terendah adalah Nipah Panjang (3,7), Medan Mas (3,6) dan Batu Ampar (3,5). Kondisi mangrove yang baik tidak selalu berkontribusi positif dalam membentuk persepsi masyarakat yang tinggi dan meningkatkan valuasi ekonomi di Desa Batu Ampar. Namun demikian, persepsi masyarakat yang tinggi dapat membentuk valuasi ekonomi yang tinggi dan menjamin kondisi ekosistem mangrove di Desa Nipah Panjang. Selain itu, valuasi ekonomi yang tinggi tidak selalu memberikan kontribusi positif bagi ekosistem mangrove dan persepsi masyarakat di Desa Medan Mas.
SOSIALISASI UPAYA PEMBASAHAN LAHAN GAMBUT DENGAN PEMBANGUNAN SUMUR BOR SECARA PARTISIPATIF Henny Herawati; Kartini Kartini; Aji Ali Akbar; Tatang Abdurrahman
SELAPARANG Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan Vol 4, No 1 (2020): November
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (513.933 KB) | DOI: 10.31764/jpmb.v4i1.3252

Abstract

ABSTRAKPada musim kemarau lahan gambut sering mengalami kekeringan. Kondisi kering dapat menyebabkan lahan gambut mudah terbakar. Untuk menjaga lahan gambut dari kondisi kering, maka perlu dilakukan upaya pembasahan lahan gambut. Saat musim kemarau ketersedian air permukaan sulit diperoleh. Sumber air yang dapat diandalkan adalah air tanah. Pengambilan air tanah baik dan terkendali, perlu dilakukan dengan pengetahuan dan teknologi sederhana. Hal ini diperlukan agar pembasahan lahan gambut dapat dilakukan secara partisipatif. Untuk mencapai tujuan, maka dilakukan upaya sosialisasi tentang metode pembuatan sumur bor yang dapat dilakukan oleh masyarakat secara partisipatif. Sosialisasi ini merupakan salah satu kegiatan pengabdian kepada msayarakat (PKM) yang dilakukan oleh Tim Pelaksana, dengan pendanaan dari Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Tahun 2019. Kegiatan PKM ini dilakukan di Desa Wajok Hilir Kecamatan Siantan Kabupaten Mempawah Provinsi Kalimantan Barat. Kegiatan ini diawali dengan melakukan indept interview untuk mengali permasalahan di lokasi kegiatan. Sosialisasi dilakukan dengan metode ceramah dan praktek lapangan dengan melibatkan masyarakat setempat. Masyarakat sangat antusias mengikuti sosialisasi. Dampak kegiatan adalah meningkatnya kesehatan lingkungan dan masyakat serta dapat sebagai sumber air baku untuk keperluan sehari-hari. Kegiatan ini juga memberi dampak peningkatan pengetahuan dan kemampuan masyarakat setempat khususnya, dan diharapkan dapat menyebarluaskan informasi kepada masyarakat luas. Kata kunci: lahan gambut; kekeringan, sumur bor; partisipatif; wajok hilir. ABSTRACTThe peatlands often experience drought in the dry season. Dry conditions can cause peatlands to burn easily. It is necessary to make efforts to wet the peatlands to protect peatlands from dry conditions. During the dry season, it is difficult to obtain surface water. A reliable source of water is groundwater. The extraction of groundwater is good and controlled, it needs to be done with simple knowledge and technology. This is necessary so that the wetting of the peatlands can be done in a participatory manner. To achieve the goal, an effort was made to socialize the method of making boreholes that can be done by the community in a participatory manner. This socialization is one of the community service (PKM) carried out by the implementation team, with funding from the Ministry of Research, Technology, and Higher Education in 2019. This PKM activity was carried out in Wajok Hilir Village, Siantan District, Mempawah Regency, West Kalimantan. This activity begins with conducting an in-depth interview to multiply the problems at the location of the activity. The socialization was carried out by lecturing methods and field practice involving the local community. The community was very enthusiastic about participating in the socialization. The impact of these activities is to improve the health of the environment and the community as well as to serve as a source of raw water for daily needs. This activity also has an impact on increasing the knowledge and capacity of the local community in particular, and it is hoped that it can disseminate information to the wider community. Keywords: peatlands; drought, boreholes; participatory; wajok hilir.
PELATIHAN DEMPLOT PENGOLAHAN LAHAN TANPA BAKAR GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KELADI DI DESA WAJOK HILIR Henny Herawati; Kartini Kartini; Tatang Abdurrahman; Aji Ali Akbar
JUARA: Jurnal Wahana Abdimas Sejahtera Volume 2, Nomor 1, Januari 2021
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1257.677 KB) | DOI: 10.25105/juara.v2i1.8165

Abstract

Wajok Hilir Village is a peatland, agricultural have been going on for generations. The taro plant is one of the leading plants. However, in the last 10 years, productivity is only about 3-5 ounces per stem. This has resulted in the community no longer interested in cultivating taro plants. To increase the people's interest in planting taro, it is necessary to carry out training and practice by making a demonstration plot as a pilot. This activity aims to educate partners and residents in Wajok Hilir Village about how to farm taro so that productivity increases. The training provided was in the form of education on land management without burning. The method used in this activity is to provide training with the lecture and discussion method and direct practice in the taro demonstration plot. The partner of this activity is the Palaguna Farmer Group in Wajok Hilir Village. This training activity is a community service activity funded by the Higher Education DRPM 2020 through the Village Partners Development Program (PPDM) scheme. The result of this activity is that taro productivity can be increased and at the same time can increase the knowledge and skills of the Partners and residents of Wajok Hilir Village. This activity is also expected to increase the income of Partners in particular and the people of Wajok Hilir Village in general.