Claim Missing Document
Check
Articles

DETEKSI MOLEKULERSTAPHYLOCOCCUS AUREUSSEBAGAI PENYEBAB MASTITIS PADA PAYUDARA I Gusti Agung Ayu Hari Triandini
JURNAL SANGKAREANG MATARAM Vol. 2 No. 3 (2016): September 2016
Publisher : SANGKAREANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Infeksi payudara mastitis merupakan peradangan pada payudara. Penyebab infeksi tersebut umumnya adalah Staphylococcus aureus. Mastitis diakibatkan oleh sumbatan saluran susu yang berlanjut. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dasar-dasar teknik deteksi molekuler bakteri penyebab infeksi khususnya S. aureusguna menegakkan diagnosis. Teknik-teknik deteksi molekuler yang umum dilakukan yaitu analisis DNA genom, analisis DNA plasmid dan analisis protein. Ketiganya bermanfaat dalam identifikasi molekuler mikrobia serta rekayasa genetika mikrobia.
PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG PENTINGNYA PEMERIKSAAN Hb SELAMA KEHAMILAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GUNUNG SARI Mutiara Desika Wardani; Nurmalasari; I Gede Budiharta; I Gusti Agung Ayu Hari Triandini
JURNAL SANGKAREANG MATARAM Vol. 2 No. 2 (2016): Juni 2016
Publisher : SANGKAREANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Salah satu pelayanan dalam 10 standar pelayananantenatal careyaitu pemeriksaan laboratorium yang salah satunya yaitu pemeriksaan Hb. Manfaat pemeriksaan Hb adalah mengoptimalkan upaya pencegahan kejadian anemiadan pengobatan terhadap ibu-ibu hamil yang mengalami penyakit anemia. Pemeriksaan Hb pada ibu hamil sudah digalakkan olehpemerintah melalui Departemen Kesehatan dengan menyediakan pemeriksaan Hb secara gratis di seluruh Puskesmas se-Indonesia. Penelitian ini dilakukan untukmengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya pemeriksaan Hb selama kehamilan di wilayah kerja Puskesmas Gunung Sari. Penelitian ini bersifat deskriptifdengan menggunakan desain penelitian cross sectional.Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa pengetahuan ibu hamil dari 97 responden mempunyai pengetahuan baik sebanyak 52 (53,6%).Diharapkan kepada petugas Puskesmas terutama bidan selaku pelaksana dalam pemberian asuhan kebidanan dapat mempertahankan pelayanan yang diberikan dan terus berupaya dalam memberikan informasi tentang pentingnya pemeriksaan Hb selama kehamilan.
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG HIV/AIDSDI KELURAHAN DASAN AGUNG WILAYAH KERJA PUSKESMAS DASAN AGUNG KOTA MATARAM Febriyan Tari; Kadek Mulyawan; Yuni Widyastuti; I Gusti Agung Ayu Hari Triandini
JURNAL SANGKAREANG MATARAM Vol. 2 No. 1 (2016): Maret 2016
Publisher : SANGKAREANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Jumlah penderita HIV AIDS di Kota Mataram mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Oleh karenanya dalam rangka melaksanakan program pencegahan dan penanggulanagan HIV/AIDS, Konsep Layanan Komperhensif dan Berkesinambungan (LKB) digagas oleh Kementerian Kesehatan melalui upaya-upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif agar masyarakat yang belum terinfeksi tidak tertular HIV/AIDS dan masyarakat yang sudah terinfeksi dapat meningkatkan kualitas hidupnya di masa mendatang. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu hamil tentang HIV/AIDS di Kelurahan Dasan Agung Wilayah Kerja Puskesmas Dasan Agung. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan menggunakan desain penelitian cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian ibu hamil yaitu sebanyak 75 orang di Kelurahan Dasan Agung. Data pada penelitian ini diperoleh dari data primer yaitu melalui hasil pengumpulan data sendiri dari responden menggunakan alat bantu kuesioner. Pengetahuan ibu hamil tentang HIV/AIDS ditinjau dari karakteristik responden menurut umur, pendidikan, pekerjaan adalah responden berpengetahuan baik yaitu sebanyak 69 orang (92,0%), berpengetahuan cukup sebanyak 6 orang (8,0%). Walaupun sebagian besar responden berpengetahuan baik, namun masih ada beberapa pertanyaan yang tidak dapat dijawab dengan benar diantaranya yaitu pertanyaan tentang pengertian, gejala dan penularan HIV/AIDS. Disarankan agar petugas kesehatan tetap melakukan penyuluhan kepada ibu hamil terutama yang berkaitan dengan gejala dan cara pencegahan HIV/AIDS.
GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN IBU PREMENOPAUSE DI DESA BONJERUK WILAYAH KERJA PUSKESMAS BONJERUK LOMBOK TENGAH Rani Ayu Mulya; Ni Luh Budi Astuti; M Karjono; I Gusti Agung Ayu Hari Triandini
JURNAL SANGKAREANG MATARAM Vol. 2 No. 1 (2016): Maret 2016
Publisher : SANGKAREANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Premenopause adalah suatu kondisi fisiologis wanita yang telah memasuki masa penuaan (aging) yang ditandai dengan menurunnya kadar hormonal estrogen ovarium yang sangat berperan dalam reproduksi seksualitas. Premenopause sering menimpa wanita yang berusia menjelang 40 tahun ke atas. Wanita yang menjalani fase premenopause akan mengalami perubahan pole menstruasi, perubahan psikologis/kejiwaan, perubahan fisik. Jumlah penduduk lansia di NTB mencapai 280.938. Data perempuan usia lanjut hingga saat ini sangat tinggi yaitu lebih dari 70%. Wilayah kerja Puskesmas Bonjeruk salah satu penyumbang perempuan menopause yaitu 192 orang yang terdapat di beberapa desa dan 42 orang di antaranya adalah ibu premenopause. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat kecemasan ibu premenopause di Desa Bonjeruk Wilayah Kerja Puskesmas Bonjeruk Lombok Tengah. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dengan konsep Visual Analog Scale (VAS). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu premonopause yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Bonjeruk sebanyak 42 orang. Instrumen pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan metode sensus kepada 42 orang. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kecemasan responden terhadap respon psikologi dengan cemas ringan sebanyak 15 orang (60%), Tingkat kecemasan responden terhadap respon perilaku tidak cemas sebanyak 9 orang (52.9%), dan berdasarkan tingkat kecemasan diketahui cemas ringan 20 orang (47.6%) dan cemas berat sebanyak 2 orang (4.7%).
PELATIHAN PEMBUATAN TEH HERBAL PENUNJANG PRIMARY HEALTH CARE SELAMA MASA PANDEMI COVID-19 BAGI IBU PKK TANJUNG KARANG KOTA MATARAM I Gusti Agung Ayu Hari Triandini; I Gde Adi Suryawan Wangiyana; Yulia Ratnaningsih; Raden Roro Narwastu Dwi Rita
SELAPARANG Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan Vol 6, No 2 (2022): Juni
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jpmb.v6i2.8315

Abstract

ABSTRAKTanaman Obat Keluarga (TOGA) merupakan salah satu bentuk Primary Health Care (PHC) yang berperan kurisal selama masa pandemi COVID-19. TOGA yang banyak ditemukan di Tanjung Karang antara lain: jambu biji, sereh, kelor, dan gaharu. Pemanfaatan TOGA ini belum optimal dikarenakan penggunaannya dalam bentuk bahan mentah umumnya tidak disukai oleh anak – anak. Ibu selaku penanggung jawab utama PHC dalam keluarga perlu mengolah bahan baku TOGA menjadi produk yang diminati keluarga, salah satunya adalah teh herbal. Kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk melatih Kader TOGA Tanjung Karang mengolah daun TOGA menjadi teh herbal sebagai salah satu bentuk PHC untuk pencegahan infeksi COVID-19 di lingkungan keluarga. Kegiatan pengabdian ini dibagi menjadi dua tahap: tahap teori dan tahap praktek. Pada tahap teori participant diberikan materi terkait khasiat medis TOGA, pemeliharaan TOGA, dan pengolahan TOGA menjadi teh herbal. Pada tahap praktek, partisipan dilatih untuk mengolah daun TOGA jambu biji, sereh, kelor, dan gaharu menjadi teh herbal dengan menggunakan 5 Standard Operational Prosedur (SOP). SOP1: seleksi daun, SOP2: sterilisasi/pencucian daun, SOP 3: pengeringan/pelayuan daun, SOP4: pencacahan daun, dan SOP5: penyeduhan daun. Dapat disimpulkan bahwa peserta pelatihan mampu mengolah daun TOGA jambu biji, sereh, kelor, dan gaharu menjadi produk teh herbal sesuai dengan SOP yang diberikan. Kata kunci: kader; teh herbal; TOGA; PHC; tanjung karang. ABSTRACTFamily Medicinal Plant (FMP) is Primary Health Care (PCO) that is potentially used during the COVID-19 pandemic. Guava, lemongrass, moringa, and agarwood are FMP that could be easily found in Tanjung Karang Sub-district. However, the use of these FMP in raw materials could not be well accepted by Tanjung Karang society, especially children. Thus, mothers as leaders on PCO should be processing those FMP raw materials into a product which their children could accept. One of those products is herbal tea. This community service aims to train TOGA cadre in Tanjung Karang to process FMP raw material into herbal tea products. This community service program is divided into two phases: theoretical phase and practical phase. Participants were given theory about the medical effect of FMP, FMP maintenance, and FMP processing into herbal tea products. Participants were trained to process FMP leaves from guava, lemongrass, moringa, and agarwood into herbal tea products on the practical phase. This processing method used five steps procedures to make herbal tea products. Step1: leaves selection, step2: leaves sterilization, step3: leaves drying, step4: leaves chopping, step5: leaves brewing. It could be concluded that participants could process FMP leaves (guava, lemongrass, moringa, and agarwood) into herbal tea products with a standardization processing method. Keywords: cadre; herbal tea; FMP; PHC; tanjung karang.
MINI-REVIEW UJI HEDONIK PADA PRODUK TEH HERBAL HUTAN I Gusti Agung Ayu Hari Triandini; I Gde Adi Suryawan Wangiyana
Jurnal Silva Samalas Vol 5, No 1 (2022): Juni 2022
Publisher : Universitas Pendidikan Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33394/jss.v5i2.5473

Abstract

Teh herbal hutan adalah produk teh herbal jenis baru yang diproduksi dari tanaman yang di lahan hutan. Tanaman yang menjadi bahan baku produk ini bervariasi mulai dari tanaman habitus pohon hingga tanaman herba yang hidup dibawah kanopi hutan. Sebagai produk minuman yang relatif baru, riset mengenai penerimaan konsumen terhadap produk ini penting untuk dilakukan melalui uji hedonik. Uji hedonik pada teh herbal hutan menggunakan skala pengukuran yang disebut skala hedonik dengan tingkat bervariasi yaitu skala 3 (suka (3), netral (2), tidak suka (1)), skala 5 (sangat suka (5), suka (4), cukup suka (3), tidak suka (2), sangat tidak suka (1), skala 7 (sangat suka (7), suka (6), agak suka (5), netral (4), sedikit tidak suka (3), tidak suka (2), sangat tidak suka (1), dan skala 9 (sangat suka sekali (9), sangat suka (8), agak suka (7), sedikit suka (6), netral (5), sedikit tidak suka (4), agak tidak suka (3), Sangat tidak suka (2), Sangat tidak suka sekali (1). Uji hedonik skala 5 merupakan metode yang paling banyak digunakan untuk mengukur tingkat kesukaan konsumen terhadap produk teh herbal hutan. Skala hedonik ini relatif sederhana namun cukup sensitif dalam mendeteksi penilaian konsumen.
THE APPLICATION OF NEW HABITS IN PREGNANT WOMEN AS AN EFFORT TO PREVENT THE SPREAD OF COVID-19 Hairani; I Gusti Agung Ayu Hari Triandini; Nurrun Hasanah
JURNAL SANGKAREANG MATARAM Vol. 9 No. 1 (2022): Maret 2022
Publisher : SANGKAREANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Adaptation to New Habits in New Normal (ANH) is one form of effort in preventing the spread of COVID-19. The spread of the corona virus (COVID-19) is still categorized as a global public health emergency. This study reveals the level of compliance and knowledge in the application of ANH in the Karang Pule specially in Pande Besi. From a preliminary study conducted, there were 7 per 10 pregnant women who did not apply the adaptation of new habits during the ANC. The method used in this study was descriptive with a cross sectional perspective and questionnaires review. 30 respondents as sample conducted by distributing questionnaires. From the results of this study, it was found that the knowledge of pregnant women about COVID-19 in implementing adaptation of new habits was generally quite sufficient, as many as 14 respondents (46.7%) and the level of application of new habits of adaptation to pregnant women in the Pande Besi is generally quite sufficient, with 26 respondents (86.7%).
PELATIHAN PEMBUATAN TEH HERBAL HUTAN UNTUK PETANI HUTAN BUWUN SEJATI I Gde Adi Suryawan Wangiyana; Yulia Ratnaningsih; Kemas Usman; I Gde Dharma Atmaja; I Gusti Agung Ayu Hari Triandini
SELAPARANG: Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan Vol 6, No 3 (2022): September
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jpmb.v6i3.12065

Abstract

ABSTRAKPetani hutan Desa Buwun Sejati menggantunggkan pendapatan utama dari penjualan buah – buahan tanaman MPTS (Multi Purpose Tree Species) yang dipanen musiman. Harga komoditi buah tersebut cenderung mengalami penurunan signfikan ketika musim panen dilakukan serentak akibat penumpukkan stok. Oleh karena itu diperlukan solusi pemanfaatan alternatif dari tanaman MPTS yang berkelanjutan. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk memberikan pelatihan pengolahan daun tanaman MPTS petani hutan Buwun Sejati menjadi produk teh herbal hutan. Produk teh herbal hutan yang dibuat dalam kegiatan ini adalah: sirsak, durian, rambutan, dan alpukat. Pelaksanaan kegiatan menggunakan metode ceramah dan praktik secara langsung melibatkan sebanyak 20 orang petani hutan Buwun Sejati sebagai partisipan.Tahapan kegiatan yang dilakukan meliputi: penyampaian teori melalui focus group discussion, praktek pembuatan teh herbal dengan menggunakan protokol baku, penilaian kualitas produk teh herbal bersama partisipan, serta monotiring dan evaluasi kegiatan untuk keberlanjutan program. Berdasarkan perbandingan hasil pre-test dan post-test, partisipan telah memahami materi produk teh herbal hutan MPTS dengan persentase peningkatan sebesar 70%. Selain itu mereka juga telah menguasi metode produksi teh herbal hutan MPTS dengan kualitas yang baik. Dapat disimpulkan bahwa petani hutan Buwun Sejati mampu mengolah bahan baku daun tanaman sirsak, durian, rambutan, dan alpukat menjadi produk teh herbal hutan yang dapat menjadi alternatif sumber pemasukan tambahan bagi mereka.  Kata kunci: buwun sejati; petani hutan; teh herbal ABSTRACTBuwun Sejati forest farmers depend on the fruit commodity of Multi-Purpose Tree Species (MPTS), which can be harvested only at a particular time in a year. The price of this fruit commodity usually decreases significantly if harvested simultaneously due to oversupply. Thus, it is essential to carry out alternative utilization of MPTS commodities. The purpose of this community service is to give training about MPTS leaves plant processing methods into forest herbal tea products for Buwun Sejati forest farmers. Raw materials for forest herbal tea products in this community service were soursop, durian, rambutan, and avocado. Systematic steps of this community service include 1) a focus group discussion with the participant to discuss the source and potency of forest herbal tea products, 2) a practical step about the method of forest herbal tea production, 3) a hedonic assay of forest herbal tea product made by participant for quality control, 4) monitoring and evaluation for the continuity of the program. Participants understood the forest herbal tea production method based on pre-test and post-test results. It could be concluded that Buwun Sejati forest farmers can utilize leaves of soursop, durian, rambutan, and avocado in forest herbal tea products that could give future additional income. Keywords: buwun sejati; forest farmers; herbal tea
STANDARDISASI BAHAN HERBAL ANTIDIABETES DAUN Gyrinops versteegii SECARA MOLEKULAR MENGGUNAKAN SEKUEN rpoC1 I Gusti Agung Ayu Hari Triandini; I Gde Adi Suryawan Wangiyana
Jurnal Silva Samalas Vol 5, No 2 (2022): Desember 2022
Publisher : Universitas Pendidikan Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33394/jss.v5i2.7063

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis molekular bahan herbal antidiabetes daun gaharu (Gyrinops versteegii) menggunakan sekuen rpoC1. Daun G. versteegii diambil dari perkebunan gaharu di wilayah Lingsar. Daun diolah menjadi bahan herbal dengan menggunakan 4 SOP: pencucian, pengeringan, pencacahan, dan oksidasi. Isolasi DNA dilakukan dengan menggunakan Blood – Animal DNA Preparation Kit sesuai protokol dari produsen. DNA genom diukur absorbansinya pada panjang gelombang 230 nm, 260 nm, dan 280 nm. Amplifikasi PCR dilakukan dengan menggunakan primer universal rpoC1 dengan program initial denaturation 95oC selama 3 menit diikuti 40 siklus denaturasi 95oC selama 15 detik, annealing 37oC selama 1 menit, extension 72oC selama 2 menit, dan final extension 72oC selama 5 menit. MegaBLAST dari laman NCBI digunakan dalam pencarian sekuen referensi. Pohon filogenetik direkonstruksi dengan menggunakan 2 algoritme: Neighbor Joining dan Maximum Parsimony. Hasil penelusuran MegaBLAST menunjukkan bahwa anggota genus Aquilaria mendominasi database referensi sekuen dengan score tertinggi. Pohon filogenetik Neighbor Joining dan Maximum Parsimony yang direkonstruksi dari referensi sekuen rpoC1 memiliki topology yang sedikit berbeda. Meskipun demikian, pada kedua pohon filogenetik tersebut, G. versteegii selalu tergabung dalam satu clade dengan spesies Aquilaria. Dapat disimpulkan bahwa Analisis molekular terhadap bahan baku antidiabtes dari daun G. versteegii menggunakan sekuen rpoC1 menghasilkan data bahwa gaharu G. versteegii secara molekular berhubungan dekat dengan spesies gaharu dari genus Aquilaria.
EDUKASI DAN PELATIHAN BANTUAN HIDUP DASAR Anri Anri; I Gusti Agung Ayu Hari Triandini; Yani Mulyani; Rahma Ziska; Cep Ahmad Muhtar
MONSU'ANI TANO Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 6, No 1 (2023)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Luwuk

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32529/tano.v6i1.2313

Abstract

Kecelakaan dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Prevalensi cedera tertinggi ditemukan pada siswa sekolah sebesar 13,0% dan berdasarkan kategori umur prevalensi cedera tertinggi adalah usia muda 15-24 tahun sebesar 12,2%. Dalam suatu peristiwa yang membutuhkan penanganan medis orang pertama yang akan memberikan pertolongan adalah mereka yang berada di tempat kejadian. Oleh karena itu, untuk dapat meningkatkan kesiapan menolong bagi para siswa diperlukannya edukasi dan pelatihan mengenai bantuan hidup dasar yang tepat pada kecelakaan. Metode dalam kegiatan ini adalah service learning. Teknik kegiatan ini adalah dimulai dengan pembagian kuesioner pre-test dan dilanjutkan dengan pemberian materi terkait (BHD) dan peragaan teknik evakuasi korban serta simulasi langsung oleh siswa. Setelah pemaparan materi dilanjutkan dengan praktek terpimpin oleh narasumber kemudian praktek mandiri dengan pengawasan pelaksana. Selanjutnya sebagai evaluasi diberikan post-test. Pelaksanaan kegiatan dengan cara hybrid (online dan offline). Ada peningkatan pengetahuan siswa SMK Bhakti Kencana Majalaya (65%) dan siswa SMK Bhakti Kencana Bandung (26,25%) tentang bantuan hidup dasar setelah kegiatan edukasi bantuan hidup dasar.