ABSTRACT This community service activity was carried out in Tengku Lese Village, Rahong Utara District, Manggarai, with a focus on preventing early marriage among adolescents. The community partner faces the issue of widespread early marriage practices influenced by cultural, economic, and low awareness factors regarding its impacts. The objective of this activity is to raise awareness among adolescents and the community about the risks of early marriage on education, mental health, and reproductive health, while also providing alternative prevention solutions. The method used was participatory, including initial observation, interviews with the village head, distribution of questionnaires, delivery of materials by four presenters, and interactive discussions. The results of the activity showed a significant increase in adolescents’ understanding, from 48% before the socialization to 82% after the program. The conclusion of this service is that participatory socialization has proven effective in building adolescent awareness and should be followed up with sustainable mentoring programs to more broadly prevent early marriage practices. Keywords: Early Marriage, Adolescents, Health, Education, Participatory Socialization. ABSTRAK Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilaksanakan di Desa Tengku Lese, Kecamatan Rahong Utara, Manggarai, dengan fokus pada pencegahan pernikahan dini di kalangan remaja. Mitra masyarakat menghadapi masalah maraknya praktik pernikahan dini yang dipengaruhi oleh faktor budaya, ekonomi, dan rendahnya pemahaman mengenai dampaknya. Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan kesadaran remaja serta masyarakat mengenai risiko pernikahan dini terhadap pendidikan, kesehatan mental, dan kesehatan reproduksi, sekaligus memberikan alternatif solusi pencegahan. Metode yang digunakan bersifat partisipatif, meliputi observasi awal, wawancara dengan kepala desa, penyebaran kuesioner, penyampaian materi oleh empat pemateri, serta diskusi interaktif. Hasil kegiatan menunjukkan adanya peningkatan signifikan pemahaman remaja, dari 48% sebelum sosialisasi menjadi 82% setelah kegiatan. Kesimpulan dari pengabdian ini adalah bahwa sosialisasi partisipatif terbukti efektif dalam membangun kesadaran remaja, dan perlu ditindaklanjuti dengan program pendampingan berkelanjutan untuk mencegah praktik pernikahan dini secara lebih luas. Kata Kunci: Pernikahan Dini, Remaja, Kesehatan, Pendidikan, Sosialisasi Partisipatif