Claim Missing Document
Check
Articles

Found 29 Documents
Search

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kualitas Tidur Lansia yang Tinggal di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin di Masa Pandemi Covid-19 Tomirazan Jepisa; Linda Wati
Jurnal Keperawatan Mandira Cendikia Vol. 1 No. 1 (2022)
Publisher : YAYASAN PENDIDIKAN MANDIRA CENDIKIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70570/jkmc.v1i1.23

Abstract

Kelompok lanjut usia (lansia) adalah salah satu kelompok rentan yang memiliki morbiditas dan mortalitas tinggi dalam pandemi Covid-19. Lansia merupakan kelompok umur dengan prevalensi gangguan tidur terbanyak, yaitu berkisar sebanyak  67%. Hal ini disebabkan lansia pada usia lanjut mengalami penurunan waktu tidur dimalam hari dan peningkatan waktu tidur siang hari. kualitas tidur buruk pada lanjut usia memberikan pengaruh terhadap kemampuan kognitif, fisik dan kualitas hidup dan seiring menurunnya kualitas tidur lansia akan berdampak buruk terhadap kesehatan, hingga masalah psikologis serta depresi dan gangguan perasaan lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas tidur lansia yang tinggal di PSTW Sabai Nan Aliu Sicincin. Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional stud. Sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 86 orang lansia. Data diolah dengan menggunakan uji Chi Square dan. Berdasarkan hasil penelitian. Hal ini dapat ditemukan, kecemasan, dan Kondisi kesehatan mempunyai hubungan dengan kualitas tidur lansia. Sehingga dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan kecemasandan kondisi kesehatan dengan kualiitas tidur lansiia yang tinggal di PSTW. Saran dalam penelitian ini agarpetugas panti kesehatan yang ditugaskan diklinik tidak hanya memperhatikankesehatan fisik para lansia saja, tetapiharus memperhatikan juga masalahemosional yang dialami lansia dengancara mengoptimalisasikan programskrining kesehatan dan diadakannya kegiatanuntuk para lansia, dengan itu para lansiamempunyai aktifitas serta dapatmencegah rasa cemas dan mendapatkanhasil kualitas tidur yang baik   The elderly group (elderly) is one of the vulnerable groups who have high morbidity and mortality in the Covid-19 pandemic. Elderly is the age group with the highest prevalence of sleep disorders, which is around 67%. This is because the elderly experience a decrease in sleep time at night and an increase in daytime sleep. Poor sleep quality in the elderly has an influence on cognitive, physical and quality of life abilities and as the quality of sleep decreases in the elderly, it will have a negative impact on health, to psychological problems as well as depression and other emotional disorders. This study aims to determine the factors associated with the sleep quality of the elderly who live in PSTW Sabai Nan Aliu Sicincin. This type of research uses analytical research methods with a cross sectional study approach. The sample in this study were 86 elderly people. The data is processed by using Chi Square test and. Based on research results. It can be found, anxiety, and health conditions have a relationship with the quality of sleep in the elderly. So it can be concluded that there is a relationship between anxiety and health conditions with the sleep quality of the elderly living in PSTW. Suggestions in this study are that health care workers assigned to the clinic should not only pay attention to the physical health of the elderly, but must also pay attention to the emotional problems experienced by the elderly by optimizing health screening programs and holding activities for the elderly, so that the elderly have activities and can prevent anxiety and get good sleep quality results.
Deteksi Dini Dan Edukasi Penyakit Tidak Menular Pada Anak Remaja Pasca Pandemi Covid-19 Di Kota Padang Tomi Jepisa; Linda Wati; Ririn; Husni
Jurnal Pengabdian Masyarakat Mandira Cendikia Vol. 2 No. 2 (2023)
Publisher : YAYASAN PENDIDIKAN MANDIRA CENDIKIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Seiring meningkatnya derajat kesehatan dan kesejahteraan penduduk akan berpengaruh pada peningkatan Usaha Harapan Hidup (UHH) di Indonesia. Penyakit Tidak Menular adalah penyakit yang bukan disebabkan oleh penularan vektor, virus atau bakteri, namun lebih disebabkan oleh perilaku dan gaya hidup. Penyakit Tidak Menular yang utama adalah kardiovaskuler, Diabetes Mellitus, Hipertensi, PPOK. Indonesia saat ini menghadapi beban ganda penyakit, yaitu penyakit menular dan tidak menular. Perubahan Pola penyakit tersebut sangat dipengaruhi oleh perubahan lingkungan, perilaku masyarakat, transisi demografi, teknologi, ekonomi dan sosial budaya. Faktor risiko PTM antara lain kurang aktivitas fisik, diet yang tidak seimbang, merokok, konsumsi alkohol, obesitas. Peningkatan kesadaran dan kepedulian masyarakat untuk melaksanakan deteksi dini faktor risiko PTM secara mandiri dan berkesinambungan menjadi tahapan sangat penting dalam pengendalian faktor risiko PTM. Meningkatnya kasus Penyakit Tidak Menular (PTM) secara signifikan menambah beban masyarakat dan pemerintah, karena penanganannya membutuhkan waktu yang tidak sebentar, biaya yang besar dan teknologi tinggi. Kasus PTM memang tidak ditularkan namun mematikan dan mengakibatkan individu menjadi tidak atau kurang produktif namun PTM dapat dicegah dengan mengendalikan faktor risiko melalui deteksi dini. Dalam upaya Pencegahan dan Pengendalian PTM di Indonesia maka perlu di lakukan edukasi dan skrining atau deteksi dini PTM tersebut pada anak remaja
Upaya Peningkatan Kualitas Hidup Lansia Melalui Skrining Ptm Pada Lansia Yang Tinggal Di PSTW Tomi Jepisa; Ririn; Monarisa; Linda Wati; Husni
Jurnal Pengabdian Masyarakat Mandira Cendikia Vol. 2 No. 5 (2023)
Publisher : YAYASAN PENDIDIKAN MANDIRA CENDIKIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Berdasarkan hasil Riskesdas 2018 Penyakit tidak menular seperti hipertensi, diabetes mellitus, jantung dan lainya sangat tinggi terjadinya pada lansia. PTM membunuh lebih dari 36 juta setiap tahun. Pelaksanaan pengabdian masyarakat ini berupa screening penyakit tidak menular pada lansia. Metode yang digunakan adalah pengukuran dan pemeriksaan serta pemberian upaya peningkatan kualitas hidup lansia melalui edukasi. Metode kegiatan pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan gula darah, timbang berat badan, ukur tinggi badan, dan ukur lingkar perut serta dilakukan edukasi tentang pola hidup sehat pada lansia di PSTW Kasih Sayang ibu Batusangkar. Pengabdian masyarakat ini dapat memberikan manfaat untuk masyarakat
Hubungan Self-Efficacy Dan Depresi: Studi Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Tomi Jepisa; Husni; Linda Wati
Jurnal Keperawatan Mandira Cendikia Vol. 3 No. 2 (2024)
Publisher : YAYASAN PENDIDIKAN MANDIRA CENDIKIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70570/jkmc.v3i2.1553

Abstract

Depresi merupakan salah satu masalah kesehatan mental yang umum terjadi pada lansia, terutama mereka yang tinggal di panti sosial. Salah satu faktor psikologis yang berperan dalam memengaruhi tingkat depresi pada lansia adalah self-efficacy, yaitu keyakinan seseorang terhadap kemampuan diri dalam mengatasi tantangan hidup. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara self-efficacy dan depresi pada lansia yang tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha. Penelitian ini menggunakan desain studi analitik dengan pendekatan cross-sectional. Sampel penelitian total populasi sebanyak 70 lansia. Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa mayoritas lansia memiliki self-efficacy tinggi (68,57%) dan sebagian besar tidak mengalami depresi (64,29%). Analisis bivariat menggunakan uji chi-square menunjukkan adanya hubungan signifikan antara self-efficacy dan depresi pada lansia (pp-value = 0,000). Lansia dengan self-efficacy tinggi memiliki risiko depresi yang lebih rendah dibandingkan lansia dengan self-efficacy rendah, dengan nilai odds ratio (OR) sebesar 8,14 (95% CI: 2,60–25,42). Hasil penelitian ini mendukung teori Bandura tentang self-efficacy dan penelitian terdahulu yang menunjukkan bahwa self-efficacy tinggi dapat melindungi individu dari risiko depresi dengan meningkatkan kemampuan mengatasi stres. Penelitian ini juga sejalan dengan temuan bahwa lansia dengan self-efficacy rendah lebih rentan mengalami pola pikir negatif dan ketidakberdayaan, yang merupakan faktor risiko utama depresi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa self-efficacy merupakan faktor protektif yang signifikan terhadap depresi pada lansia. Oleh karena itu, intervensi yang bertujuan meningkatkan self-efficacy, seperti pelatihan keterampilan hidup, terapi kognitif, dan peningkatan dukungan sosial, sangat penting untuk diterapkan di panti sosial. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan psikologis dan kualitas hidup lansia secara keseluruhan.
PERFEKSIONISME DAN KUALITAS TIDUR: STUDI KASUS MAKE UP ARTIST (MUA) DI JAKARTA Chintia Stevani; Linda Wati
Journal of Social and Economics Research Vol 6 No 2 (2024): JSER, December 2024
Publisher : Ikatan Dosen Menulis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54783/jser.v6i2.685

Abstract

Profesi Make Up Artist membutuhkan ketelitian yang seringkali mendorong sifat perfeksionis. Perfeksionisme dapat berdampak positif dalam meningkatkan keterampilan dan reputasi MUA, namun juga berpotensi menyebabkan stres dan gangguan tidur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perfeksionisme dan kualitas tidur para Make Up Artist (MUA) di Kota Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan membagikan kuesioner kepada partisipan yang memenuhi kriteria. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan teknik snowball sampling. Sebanyak 237 partisipan Make Up Artist (MUA) bersedia mengisi kuesioner. Skala Multidimensional Perfectionism Scale dari Hewitt dan Flett digunakan untuk mengukur perfeksionisme, sedangkan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) digunakan untuk mengukur kualitas tidur. Analisis Pearson Correlation menghasilkan r = 0.773 dan p 0.000 < 0.05. Hasil menunjukkan hubungan positif dan signifikan antara perfeksionisme dan kualitas tidur. Dengan kata lain, semakin tinggi perfeksionisme, semakin tinggi kualitas tidur. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam bidang psikologi klinis dan memberikan manfaat bagi Make up artist (MUA) dalam mengelola perfeksionisme dan meningkatkan kualitas tidur.
PERFEKSIONISME DAN KUALITAS TIDUR: STUDI KASUS MAKE UP ARTIST (MUA) DI JAKARTA Chintia Stevani; Linda Wati
Journal of Social and Economics Research Vol 6 No 2 (2024): JSER, December 2024
Publisher : Ikatan Dosen Menulis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54783/jser.v6i2.685

Abstract

Profesi Make Up Artist membutuhkan ketelitian yang seringkali mendorong sifat perfeksionis. Perfeksionisme dapat berdampak positif dalam meningkatkan keterampilan dan reputasi MUA, namun juga berpotensi menyebabkan stres dan gangguan tidur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perfeksionisme dan kualitas tidur para Make Up Artist (MUA) di Kota Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan membagikan kuesioner kepada partisipan yang memenuhi kriteria. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan teknik snowball sampling. Sebanyak 237 partisipan Make Up Artist (MUA) bersedia mengisi kuesioner. Skala Multidimensional Perfectionism Scale dari Hewitt dan Flett digunakan untuk mengukur perfeksionisme, sedangkan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) digunakan untuk mengukur kualitas tidur. Analisis Pearson Correlation menghasilkan r = 0.773 dan p 0.000 < 0.05. Hasil menunjukkan hubungan positif dan signifikan antara perfeksionisme dan kualitas tidur. Dengan kata lain, semakin tinggi perfeksionisme, semakin tinggi kualitas tidur. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam bidang psikologi klinis dan memberikan manfaat bagi Make up artist (MUA) dalam mengelola perfeksionisme dan meningkatkan kualitas tidur.
Penguatan Kesadaran Kesehatan tentang Risiko Konsumsi Gula Berlebih (Ultra-Processed Foods) di TK Hapakat Desa Bagendang Hilir: Sebuah Inisiatif Pendidikan Kolaboratif Syahrul Mubaroq; Ajeng Cahyani; Linda Wati; Husnatun Zakiya; Yola Dwi Sukmawati; Alfit Ansari; Muhamad Samsul Sabirin; Novita Angraeni
Kolaborasi : Jurnal Hasil Kegiatan Kolaborasi Pengabdian Masyarakat Vol. 2 No. 4 (2024): Desember : Kolaborasi : Jurnal Hasil Kegiatan Kolaborasi Pengabdian Masyarakat
Publisher : Asosiasi Riset Ilmu Matematika dan Sains Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62383/kolaborasi.v2i4.307

Abstract

Excess sugar consumption, particularly from ultra-processed foods is a significant health issue for the community. This community service program aims to raise awareness about the health risks posed by excessive sugar consumption, with a focus on mothers in Hapakat Kindergarten, Bagendang Hilir Village. Through collaboration with the village Health Post, this activity was carried out with an educational approach in the form of socialization and interactive discussions. The methods used included material presentation, interactive discussion, questions and answers, and simulation of calculating daily sugar intake. The results of this activity showed an increase in participants' understanding of the dangers of excessive sugar consumption and preventive measures that can be applied in everyday life. This program is expected to contribute to government policies regarding preventive health education and regulation of sugar consumption in packaged food and beverage products.
Pemberdayaan Caregiver Dalam Meningkatkan Kesehatan Lansia Hipertensi Jepisa, Tomi; Linda Wati; Husni
Jurnal Pengabdian Masyarakat Mandira Cendikia Vol. 3 No. 12 (2024)
Publisher : YAYASAN PENDIDIKAN MANDIRA CENDIKIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70570/jpkmmc.v3i12.1535

Abstract

Hipertensi merupakan salah satu penyakit kronis yang banyak dialami oleh lansia di Indonesia, termasuk di wilayah kerja Puskesmas Kuranji, Padang. Penyakit ini sering kali menyebabkan komplikasi serius pada lansia, seperti stroke dan penyakit jantung, yang dapat mengurangi kualitas hidup mereka secara signifikan (Kementerian Kesehatan RI, 2020). Mengingat lansia memiliki keterbatasan dalam mengelola kesehatannya secara mandiri, keberadaan caregiver atau pengasuh sangatlah penting dalam membantu mereka menjalani perawatan sehari-hari. Namun, kurangnya pengetahuan dan keterampilan caregiver mengenai perawatan hipertensi menjadi tantangan utama dalam upaya meningkatkan kesehatan lansia (Darmawan & Setyowati, 2022). Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk memberdayakan caregiver melalui edukasi dan pelatihan mengenai perawatan hipertensi pada lansia. Dengan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan caregiver, diharapkan mereka dapat memberikan perawatan yang lebih baik dan efektif bagi lansia hipertensi di Puskesmas Kuranji. Pemberdayaan ini juga mencakup peningkatan pemahaman tentang pengelolaan tekanan darah, pengenalan gejala hipertensi, dan metode pencegahan komplikasi melalui perubahan gaya hidup yang lebih sehat (Purwanto & Lestari, 2021). Metode yang digunakan dalam program ini meliputi edukasi dan pelatihan praktis bagi caregiver. Program edukasi ini melibatkan pemberian informasi mengenai faktor risiko, pencegahan, dan penanganan hipertensi. Selain itu, pelatihan praktis dilakukan untuk mengajarkan teknik pemeriksaan tekanan darah, pemantauan diet, serta latihan fisik yang dianjurkan bagi lansia hipertensi (Setiawan et al., 2023). Edukasi diberikan secara interaktif menggunakan media seperti leaflet, video tutorial, dan sesi tanya jawab, sehingga caregiver dapat memahami dan mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh dalam perawatan sehari-hari.
Efektifitas Kegiatan Bermain Origami Dalam Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Pada Anak Usia Dini Di TK Nur Ilahi Kota Padang Afrira Esa Putri; Ririn; Linda Wati
Jurnal Pengabdian Masyarakat Mandira Cendikia Vol. 4 No. 2 (2025)
Publisher : YAYASAN PENDIDIKAN MANDIRA CENDIKIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70570/jpkmmc.v4i2.1598

Abstract

Motorik merupakan salah satu aspek perkembangan anak yang penting dan harus dikembangkan, karena motorik merupakan gerakan tibuh yang memerlukan keseimbangan dan koordinasi (otak, syaraf, otot dan rangka) pada diri anak. Perkembangan motorik terbagi menjadi dua yaitu kemampuan motorik halus dan kemampuan motorik kasar. Kemampuan motorik halus dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari seperti makan, berpakaian, menulis dan bermain. Keterampilan ini dicapai dengan pematangan sistem saraf pusat. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus adalah bermain origami. Bermain origami merupakan permainan yang menggunakan kertas dilipat menjadi berbagai bentuk sehingga dapat merangsang kreatifitas dan mengembangkan motorik halus anak. Kemampuan motorik halus anak usia 5-6 tahun masih banyak yang belum sesuai dengan tahapan perkembangannya. Kegiatan pengabdian masyarakat ini untuk mengetahui efektifitas kegiatan bermain origami terhadap kemampuan motorik halus anak di TK Nur Ilahi Lubuk Buaya Kota Padang
HUBUNGAN ANTARA GEJALA KLINIS DENGAN HASIL PEMERIKSAAN TES CEPAT MOLEKULER PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU Linda Wati; Nanang Roswita Paramata; Mohamad Zukri Antuke; Vivien Novarina A. Kasim; Abdi Dzul Ikram Hasanuddin
Medic Nutricia : Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 13 No. 2 (2025): Medic Nutricia : Jurnal Ilmu Kesehatan
Publisher : Cahaya Ilmu Bangsa Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5455/nutricia.v13i2.11336

Abstract

Pendahuluan: Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penegakan diagnosis tuberkulosis dilakukan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisis, pemeriksaan bakteriologis, radiologis, dan pemeriksaan penunjang lainnya. Pemeriksaan penunjang salah satunya Tes Cepat Molekuler (TCM), yakni alat diagnosis utama tuberkulosis saat ini. Puskesmas Kota Selatan merupakan fasilitas layanan kesehatan primer rujukan di Kota Gorontalo dalam pemeriksaan Tes Cepat Molekuler untuk diagnosis penyakit tuberkulosis. Sehingga peneliti tertarik untuk meneliti hal ini dengan judul Hubungan antara Gejala Klinis dengan Hasil Pemeriksaan TCM pada Pasien TB Paru di Puskesmas Kota Selatan Tahun 2023. Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik dengan pendekatan cross-sectional. Sampel pada penelitian ini berjumlah 30 responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi di Puskesmas Kota Selatan Tahun 2023. Analisis data dilaksanakan secara univariat dan bivariat dengan memakai uji Chi-Square. Hasil: Didapatkan gejala klinis respiratorius tertinggi yaitu respoden dengan satu gejala sebanyak 15 orang (50%). Gejala klinis sistemis yang dijumpai yaitu respoden tanpa gejala sebanyak 14 orang (46,7%). Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara gejala klinis respiratorius dan sistemis dengan hasil pemeriksaan TCM pada responden tuberkulosis paru di Puskesmas Kota Selatan Tahun 2023 dengan p>0,05. Simpulan: Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara gejala klinis respiratorius dan sistemis dengan hasil pemeriksaan TCM pada responden tuberkulosis paru. Diharapkan masyarakat dapat mencegah rantai penularan dengan deteksi dini ke fasilitas pelayanan kesehatan.