Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

DAMPAK KEBIJAKAN DESENTRALISASI PENGELOLAAN HUTAN TERHADAP PEREKONOMIAN MASyARAKAT SEKITAR HUTAN (STUDI KASUS KABUPATEN MALINAU, KALIMANTAN TIMUR) Affandi, Oding; Siregar, Edi Batara Mulya
JURNAL AGRICA Vol 1, No 1 (2008): JURNAL AGRICA
Publisher : Universitas Medan Area

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1897.225 KB) | DOI: 10.31289/agrica.v1i1.1325

Abstract

Dengan pemberlakuan otonomi daerah dan desentralisasi, daerah (kabupaten) mempunyai kewenangan untuk mengelola daerahnya, termasuk sumberdaya hutan (SDH), menurut prakarsa sendiri dan sesuai dengan aspirasi masyarakat. Namun dengan otonomi banyak kabupaten yang mengalami dilema dalam mengelola SDH di wilayahnya yang dihadapkan pada pilihan antara pengelolaan hutan yang lestari dan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) menjalankan roda pembangunannya.Hasil penelitian di tiga desa lokasi penelitian (Long Pangin, Laban Nyarit, and Langap) Kabupaten Malinau, menunjukkan bahwa kebijakan desentralisasi hutan dengan dikeluarkannya IPPK dan IUPHHK belum meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam jangka panjang. Hasil wawancara terhadap responden di ketiga desa menunjukkan bahwa persepsi perubahan ekonomi rumah tangga (RT) pada saat ini (setelah IPPK) adalah 53% ”lebih buruk”, 30% ”lebih baik”, dan 17% ”sama saja” jika dibandingkan dengan sebelum IPPK. Sedangkan kebijakan IUPHHK sebagai penganti IPPK juga dirasakan masyarakat belum meningkatkan kesejahteraan mereka. Hal ini ditunjukkan oleh persepsi masyarakat Laban Nyarit (dimana ada kegiatan IUPHHK) yang menyatakan bahwa ekonomi RT pada saat ini (saat ada IUPHHK) adalah 60% ”lebih buruk”, 23% ”lebih baik”, dan 17°o ”sama saja” jika dibandingkan dengan sebelum IUPHHK. Kata kunci:          otonomi daerah, desentralisasi pengelolaan hutan, IPPK dan IUPHHK,                                 kesejahteraan masyarakat
KAJIAN POTENSI HUTAN RAKYAT DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA (Studi Kasus di Nagori Raya Huluan dan Dusun Marubun Pane Kabupaten Simalungun) Affandi, Oding
JURNAL AGRICA Vol 1, No 2 (2008): JURNAL AGRICA
Publisher : Universitas Medan Area

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31289/agrica.v1i2.1322

Abstract

Hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah yang dibebani hak milik (UU No. 41/1999). Hutan rakyat telah memberikan manfaat baik secara ekonomi, lingkungan, maupun sosial budaya. Berdasarkan taksiran potensi kayu di Nagori Raya Huluan dan Dusun Marubun Pane, potensi hutan rakyat di Kabupaten Simalungun tergolong tinggi dengan rata-rata sekitar 398,84 m3/ha dan lebih besar potensinya bila dibandingkan dengan potensi per hektar untuk seluruh jenis tanaman kayu dari hutan alam di Propinsi Sumatera Utara yaitu sebesar 142,48 m3/ha. Potensi hutan yang rakyat yang tinggi menjadikan hasil dari hutan rakyat sebagai salah satu sumber pendapatan yang penting bagi rumah tangga. Meskipun pendapatan dari hutan rakyat bukan sebagai pendapatan utama namun pendapatan dari hutan rakyat telah memberikan kontribusi rata-rata 31 % terhadap pendapatan total rumah tangga.Kata Kunci : potensi, hutan rakyat, kontribusi, pendapatan, Simalungun
REBA JUMA: KELESTARIAN PRAKTEK AGROFORESTRI LOKAL PADA MASYARAKAT KARO, PROPINSI SUMATERA UTARA Affandi, Oding; Siregar, Edy Batara Mulya
JURNAL AGRICA Vol 3, No 1 (2010): JURNAL AGRICA
Publisher : Universitas Medan Area

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (826.318 KB) | DOI: 10.31289/agrica.v3i1.1376

Abstract

Reba Juma yang ada di Desa Kuta Tualah Kecamatan Namorambe' Kabupaten Deli Serdang,Sumatera Utara, merupakan sistem agroforestri kompleks yang telah dikembangkan olehmasyarakat sejak puluhan tahun yang lalu. Informasi komprehensif tentang bagaimanapengelolaan Reba Juma dapat bertahan, mampu memelihara praktek adat/budaya dan melindungihutan, serta menyumbang kesejahteraan hidup masyarakat setempat, masih sangat terbatas. Olehkarenanya penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhimasyarakat mempertahankan Reba Juma dan kontribusi Reba Juma terhadap perekonomianrumah tangga. Penelitian dilakukan pada bulan Juni-Agustus 2009. Data penelitian diperolehdengan wawancara mendalam dan observasi. Metode deskriptif digunakan untuk menganalisisdan menggambarkan fakta-fakta yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Reba Jumamerupakan praktek agroforestri lokal masyarakat Karo dalam bentuk kebun campuran.Kelestarian Reba Juma hingga saat ini, memiliki kaitan yang erat dengan aspek ekonomi,lingkungan, dan sosial-budaya masyarakat Karo. Secara ekonomi, Reba Juma menghasilkanproduk yang beragam dan merata sepanjang tahu, sehingga Reba Juma memberikan kontribusipendapatan sekitar 86,79% terhadap pendapat total keluarga pemilik Reba Juma. Sedangkansecara lingkungan, Reba Juma memiliki strata tajuk yang belapis (multistrata) dankeanekaragaman jenis yang tingggi. Keadaan ini menjadikan Reba Reba Juma mampumenciptakan iklim mikro yang baik, membantu kesuburan lahan, mencegah erosi, sertamempunyai peranan penting bagi pelestarian kultivar tanaman kehutanan dan tanaman pertanian.Adapun secara sosial budaya keberadaan Reba Juma sangat terkait dengan dengan polapenguasaan lahan (tenurial), identitas kultural masyarakat, dan kelembagaan lokal yangdijalankan melalui sistem kekerabatan masyarakat Karo, yang dikenal dengan daliken sitelu.Kata kunci: Reba Juma, agroforestri, ekonomi, lingkungan, dan sosial
KAJIAN PRODUKTIVITAS DURIAN (Durio zibethinus Murray) PADA AGROFOREST KARET (Hevea brasiliensis Muell) DI SEKITAR HUTAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BATANG TORU Siregar, Edy Batara Mulya; Affandi, Oding
JURNAL AGRICA Vol 3, No 1 (2010): JURNAL AGRICA
Publisher : Universitas Medan Area

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (707.167 KB) | DOI: 10.31289/agrica.v3i1.1377

Abstract

Dewasa ini, hutan di daerah aliran sungai (DAS) Batang Toru mengahadapipermasalahan bentuk pola pemanfaatan lahan dan tekanan dari penduduk di sekitar daerahtersebut. Lokasi dari kawasan ini terdiri dari berbagai pola pemanfaatan lahan seperti pertaniandan agroforest. Selain itu DAS Batang toru merupakan kawasan dengan tingkat keanekaragamanhayati yang tinggi. Tujuan dari penelitian adalah untuk mempelajari produktivitas agroforestkaret dan hubungannya dengan pengetahuan lokal petani setempat. Untuk mencapai tujuantersebut, dilakukan pengukuran produktivitas durian dengan menggunakan parameter ukuranbatang, Crown position dan Crown form dan wawancara dengan petani lokal di Desa Sibulan-bulan dan Huta Gut-Gut, dengan total 32 kebun agroforest karet. Model produksi yang didapatdari kebun agroforest karet di hutan sekitar DAS Batang Toru adalah Y = 0.972 X1 -0.361 X1X2+ 0,994 X1X3. Bentuk tajuk lebih berpengaruh kuat terhadap produktivitas durian dibandingdengan posisi tajuk pohon. Hal ini terjadi, karena pohon dengan posisi tajuk yang tinggi adalahpohon tua yang tidak memiliki cukup dahan untuk tempat buah berkembang. Kondisi inibertambah buruk dengan tiupan angin yang keras pada pohon dengan posisi tajuk yang tinggi.Praktek pengetahuan lokal di daerah ini adalah teknik penanaman sisipan untuk meremajakanpohon yang sudah tua dan mati.Kata kunci : produktivitas, agroforest karet, bentuk tajuk, posisi tajuk.
NILAI EKONOMI HASIL HUTAN NON KAYU DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA (Studi Kasus Pada Dua Desa Sekitar Taman Wisata Sibolangit) Batubara, Ridwanti; Affandi, Oding
Wahana Forestra: Jurnal Kehutanan Vol. 12 No. 2 (2017)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Lancang Kuning

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31849/forestra.v12i2.222

Abstract

People around the Park Tour (PT) Sibolangit develop many NTFPs on land owned. Therefore, this study aims to: (1) find out the types of NTFPs most used by the community, (2) to know the value of NTFPs products, (3) to know the contribution of NTFPs to the income of the community. This research was conducted by survey method and conducted in two selected villages namely Sembahe Village and Bengkurung Village, Sibolangit Sub-district, Deli Serdang Regency. Communities in both research sites developed and utilized NTFPs such as pecan, petai, duku, durian, jengkol, mangosteen, areca nut, nira (aren) water, ginger, temulawak, and others. Most of these NTFPs are commercial (sold). NTFPs that has the greatest potential of water sap. The economic value of NTFPs in Sembahe village reaches Rp. 967.529.300 / year or accounted for about 57.28% of total family income. While the economic value of NTFPs in Bengkurung village reached Rp 509,180,000 / year or accounted for about 65.57% of total household income.
ANALISIS PEMASARAN KEMIRI RAKYAT DI DESA PERBULAN, KECAMATAN LAUBALENG, KABUPATEN KARO (Marketing Analysis of Private Candlenut in Perbulan Village, Laubaleng Subdistrict, Karo District) Silvi Yulia Br Singarimbun; Agus Purwoko; Oding affandi
Peronema Forestry Science Journal Vol 2, No 1 (2013): Peronema Forestry Science Journal
Publisher : Program studi Kehutanan USU

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (340.957 KB)

Abstract

Candlenut is the non-timber forest product, that seeds are used as an oil source and spices. This study aims to determine the candlenut marketing channels, marketing margin and marketing efficiency levels candlenut Perbulan Village, Laubaleng Subdistrict, Karo District. The method used in this research was purposive sampling and snowball sampling method to determine the flow of marketing. The results showed that there are four candlenut marketing channels. The average marketing margin earned by farmers is 69,75%, the traders paring receives an average marketing margin 17,21%, traders village receives an average marketing margin 1,90%, average marketing margin earned by district collector is 5,16% and the dealer receive marketing margin 5,43%. Candlenut marketing that took place in the Perbulan village generally efficient. The most efficient marketing channel is a marketing channel II with the marketing efficiency of  2,34%. Keywords: marketing efficiency, candlenut, marketing chain, marketing margin
Persepsi dan Partisipasi Masyarakat terhadap Penggunaan Tipe-tipe Lahan di Lansekap Tahura Bukit Barisan (Studi Kasus: Desa Surbakti dan Desa Beganding, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo) Trigustien Sinambela; Oding Affandi; Liliek P. Asmono
Peronema Forestry Science Journal Vol 2, No 2 (2013): Peronema Forestry Science Journal
Publisher : Program studi Kehutanan USU

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (441.815 KB)

Abstract

This research conducted in Surbakti and Beganding village,  Simpang Empat Sub district, Karo District, in May ‘till July 2012. The aim of this research was to study community perseption and urgention of the land use as forest and it’s benefit compared with other land use in Bukit Barisan Forest Park, and to examin community participation about forest developing effort. Method of the research used MLA ((Multidisciplinary Landscape Assesment) method. These method was skoringr with Focus Group Discussion (FGD) that use Pebble Distribution Method (PDM). Respondents on household survey was 60 head of family from two village, traditional leader, head of village and key information person. Keyword : Community Perception, Community Participation, MLA Method, Bukit Barisan Forest Park.
PELATIHAN PEMBUATAN CENDERAMATA BERBAHAN LIMBAH KAYU DARI PANTAI ALAM SERDANG, DESA RUGEMUK Ridwanti Batubara; Mariah Ulfa; Harisyah Manurung; Oding Affandi
Aptekmas Jurnal Pengabdian pada Masyarakat Vol 5 No 1 (2022): APTEKMAS Volume 5 Nomor 1 2022
Publisher : Politeknik Negeri Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (414.595 KB) | DOI: 10.36257/apts.v5i1.4229

Abstract

Limbah kayu dapat dimanfaatkan untuk berbagai produk, salah satunya adalah produk cendramata. Tujuan dari kegiatan pelatihan yang dilakukan adalah melatih masyarakat membuat cenderamata berbahan limbah kayu yang ada di pantai Alam Serdang. Metode pelatihan meliputi pemberian edukasi tentang potensi dan pemanfaatan limbah kayu, praktek pembuatan kerajinan limbah kayu dan diskusi. Hasil pelatihan anggota kelompok membuat kerajinan dari limbah kayu berupa pas bunga, bonsai, rumah-rumahan, meja dan kursi. Pelatihan dapat menambah pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam membuat kerajinan untuk cenderamata berbahan limbah kayu.
Edukasi Kandungan Kimia Purun Danau Bahan Kerajinan di Desa Lubuk Kertang Ridwanti Batubara; Mimi Nurminah; Oding Affandi
Jurnal Abdidas Vol. 2 No. 3 (2021): Pages 459-724
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/abdidas.v2i3.303

Abstract

Purun danau (Lepironia articulata) digunakan masyarakat di Lubuk Kertang sebagai bahan baku kerajinan. Pengetahuan ilmiah tentang purun danau bagi pengrajin perlu ditingkatkan, salah satunya adalah melalui edukasi. Kegiatan PPM yang dilakukan bertujuan untuk edukasi potensi purun danau dari aspek kimia. Metode kegiatan ada 2 yaitu kegiatan edukasi dan pengujian kandungan kimia purun yang dimanfaatkan sebagai bahan baku kerajianan. Pengujian kandungan kimia dan unsur yang terkandung di dalam purun danau dilakukan di laboratorium. Metode pengujian kandungan kimia yang dilakukan mengacu pada TAPPI Standart dan ASTM. Sedangkan kegiatan edukasi dilakukan kepada kelompok pengrajin dengan melalui program sosialisasi hasil pengujian kandungan kimia purun danau. Hasil penelitian kandungan kimia purun danau yang disosialisasikan ke kelompok pengrajin adalah bahwa kandungan zat ekstraktif batang dan daun serta akar untuk yang terlarut dalam air dingin, dan air panas termasuk kategori rendah, zat ekstraktif yang terlarut dalam NaOH 1% dan ethanol-benzene (1;1, v/v) termasuk kategori tinggi dan sedang. Kandungan holoselulosa dan α-selulosa batang dan daun serta akar termasuk kategori tinggi dan kandungan lignin termasuk kategori sedang untuk batang dan daun serta kategori tinggi untuk akar. Berdasarkan hasil pengujian, dapat disimpulkan bahwa purun danau khususnya selulosanya sangat tinggi, dapat dikembangkan sebagai sumber serat alternatif. Dengan kegiatan edukasi ini diharapkan terjadi peningkatan pengetahuan pengrajin tentang purun danau, hal ini disimpulkan dari hasil kuisioner setelah edukasi bahwa peserta pelatihan mendapatkan penambahan pengetahuan tentang purun khususnya kandungan kimianya.
RESTORASI KAWASAN RAWAN KONFLIK SATWA HARIMAU DENGAN MANUSIA MELALUI PENANAMAN TANAMAN MPTS (MULTI PURPOSE TREE SPICIES) DI DESA TIMBANG LAWAN, KABUPATEN LANGKAT Nurdin Sulistiyono; Oding Affandi; Ahmad Baiquni Rangkuti
Prosiding COSECANT : Community Service and Engagement Seminar Vol 1, No 2 (2021)
Publisher : Universitas telkom

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (390.017 KB) | DOI: 10.25124/cosecant.v1i2.17530

Abstract

Desa Timbang Lawan, Kecamatan Bohorok Kabupaten Langkat, Sumatera Utara adalah salah satu desa yang berbatasan langsung dengan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL). Desa ini merupakan salah satu desa yang sering terjadi konflik antara harimau sumatera (Panthera tigris Sumatrae) dengan manusia. Salah satu penyebab sering terjadinya konflik harimau dengan masyarakat adalah semakin rusaknya habitat termasuk kawasan penyangga yang berada di sekitar TNGL. Tujuan dari kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah untuk melakukan kegiatan restorasi kawasan penyangga dengan berbagai tanaman MPTS yang bernilai ekonomi dan bermanfaat bagi masyarakat. Pemilihan pohon yang akan ditanam pada kegiatan restorasi adalah berdasarkan permintaan masyarakat desa binaan. Setiap kegiatan yang dilakukan akan melibatkan masyarakat dengan tujuan mentransfer ilmu pengetahuan tentang kegiatan restorasi. Kegiatan restorasi kawasan hutan telah terlaksana dengan baik dan berhasil ditanam pohon pada kebun masyarakat sebanyak 234 batang yang terdiri dari durian 50 batang, alpukat 50 batang, klengkeng 22 batang, manga 54 batang, rambutan 48 batang, dan manggis 10 batang. Dalam kegiatan restorasi ini juga telah dibentuk Komunitas Peduli Hutan dan Konservasi Harimau Pulau Pisang atau BIT