Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

PROSES DEPARAFINASI SEDIAAN JARINGAN GINJAL DENGAN DAN TANPA PEMANASAN MENGGUNAKAN MINERAL OIL PADA PEWARNAAN HEMATOKSILIN-EOSIN Tulus Ariyadi
Jurnal Kesehatan Rajawali Vol 11 No 2 (2021): Jurnal Kesehatan Rajawali
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Rajawali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (496.873 KB) | DOI: 10.54350/jkr.v11i2.104

Abstract

Hematoxylin Eosin staining aims to provide easy reading of tissue preparations. In the Hematoxylin Eosin staining stage, one of them uses xylol in the deparaffinization process to remove paraffin from the tissue and the clearing process to clear the tissue before mounting. Xylol is known as a non-polar solution that has many uses but has a toxic effect on health. Mineral Oil is a potential alternative to xylol for deparaffinization and clearing because it has the same non-polar properties as xylol. The purpose of this study was to determine the best mineral oil temperature on the quality of guinea pig kidney tissue preparations. This type of research is descriptive. Samples came from the kidneys of male guinea pigs which were divided into 3 groups. The results showed that the deparaffinization and clearing process using xylol obtained 100% tissue quality with good results, on mineral oil without heating at 0% room temperature the results were not good, on mineral oil with heating temperature of 50°C 100% good results. Based on the results, it was concluded that the use of mineral oil with heating was better and almost the same as the control.
KUALITAS SEDIAAN JARINGAN KULIT METODE MICROWAVE DAN CONVENTIONAL HISTOPROCESSING PEWARNAAN HEMATOXYLIN EOSIN Tulus Ariyadi
Jurnal Labora Medika Vol 1, No 1 (2017): Jurnal Labora Medika
Publisher : Program Studi Teknologi Laboratorium Medik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (403.51 KB) | DOI: 10.26714/jlabmed.1.1.2017.07-11

Abstract

Prosesing jaringan histology masih menjadi gold strandar dalam penentuan diagnosis suatu penyakit. Prosesing jaringan yang baik dipengaruhi oleh suhu, reagen, waktu yang berbeda, dengan kekurangan dan kelebihanya Conventional histoprocessing menggunakan xylol dan suhu 72 ?C selama 18 jam sedangkan metode Microwave menggunakan isopropanol alcohol dan suhu 80 ?C selama 3 jam Jaringan kulit adalah jaringan dengan kandungan air 64 % sehingga ada kekawatiran terjadi kerusakan jaringan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas sediaan jaringan kulit dengan metode Microwave dan Conventional histoprocessing dengan melihat kualitas penyerapan dan keseragaman warna menggunakan pewarnaan Hematoxylin Eosin. Penelitian pendekatan cross sectional ini menggunakan 62 sampel dibuat preparat histology dengan pewarnaan Hematoxylin Eosin kemudian dinilai kualitas sedian. Hasil pengamatan kualitas sedian histology jaringan kulit dengan metode Microwave didapatkan 96.1% hasil yang baik dan 3.9 %, hasil kurang baik. Metode Conventional histoprocessing didapatkan 94.8% hasil baik dan 5.2 % hasil yang kurang baik dengan demikian dilihat dari total skor pada table penilaian kualitas sediaan menunjukkan hasil yang baik pada kedua metode. Disimpulkan metode Microvawe dan Conventional histoprocessing keduanya baik untuk memproses jaringan histology khususnya jaringan kulit
SEL BASOFILIKSTIPLING PADA PEKERJA PENGECATAN MOBIL DI KAMPUNG LIGU SEMARANG YANG TERPAPAR TIMBAL Budi Santosa; Arista Kurnia Budi Fristiani; Tulus Ariyadi
Jurnal Media Analis Kesehatan Vol 13, No 2 (2022): JURNAL MEDIA ANALIS KESEHATAN
Publisher : Poltekkes Kemenkes Pakassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32382/mak.v13i2.2890

Abstract

Timbal adalah logam berat yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Toksisitas dalam tubuh dapat menimbulkan anemia, salah satu inklusi yang spesifik paparan timbal adalah basofilik stipling. Bahan Cat yang digunakan oleh pekerja pengecatan mobil di Kampung Ligu semarang ada unsur timbalnya. Tujuan dari penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan paparan timbal dengan jumlah sel Basofilik Stipling. Studi cross sectional yang digunakan pada 46 pekerja pengecatan mobil di Kampung Ligu Semarang diperiksa kadar timbal menggunakan AAS dan basofilik stipling menggunakan pengecatan Giemsa. Untuk mengetahui hubungan paparan timbal dengan jumlah sel basofilik stipling menggunakan uji Product moment. Hasil penelitian diperoleh rerata kadar timbal 43,25±4,99 dan rerata jumlah sel retikulosit 1,00±0,64 hasil uji Spearman”s rho diperoleh p value 0,00. Simpulannya adalah terdapat hubungan siknifikan antara kadar timbal dengan jumlah sel basofilik stipling.
Gambaran Kualitas Awetan Sarcoptes Scabiei Pada Konsentrasi Larutan KOH 10% Dwi Ayu Fusvitasari; Tulus Ariyadi
Prosiding Seminar Nasional Unimus Vol 5 (2022): Inovasi Riset dan Pengabdian Masyarakat Guna Menunjang Pencapaian Sustainable Developm
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sarcoptes scabiei merupakan penyakit kulit yang dijumpai pada hewan ternak yang sulit disembuhkan. penyakit ini menyerang pada kulit mamalia domestic yang menyebabkan morbilitas dan mortalitas yang signifikan. Sediaan sarcoptes scabiei adalah specimen yang diletakan atau dioleskan dipermukaan objek glass yang selanjutnya diamati dibawah mikroskop. Tujuan Penelitian ini mengidentifikasi gambaran kualitas awetan Sarcoptes scabies yang meliputi keutuhan, kejernihan, dan warna awetan padakonsentrasi larutan KOH 10 %. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan sampel kerokan kulit kucing yang diduga terinfeski Sarcoptes scabiei. Sampel yang didapat diperiksa dengan cara diawetkan dengan variasi konsentrasi KOH 10% bertujuan agar mendapatkan sediaan dengan kualitas yang baik, kualitas preparat sediaan dengan kualitas baik saat pengamatan akan terlihat morfologi dan bentuknya serta terlihat jernih. Hasil penelitian didapatkan 5 sampel yang positif terinfeksi Sarcoptes scabiei. Data yang didapat kemudian dianalisis secara deskriptif dengan mendeskripsikan ciri ciri struktur morfologi parasit penyebab scabies. Hasil dengan kualitas yang baik dapat dilihat dengankeutuhan, kejernihan, dan warna awetan yang baik terdapat pada sampel 1,3,4, dan 5. Hasil ini menunjukan bahwa konsentrasi KOH 10% baik digunakan dalam proses pengawetan preparat Sarcoptes scabiei.Keywords : Kualitas awetan, Sarcoptes scabiei, konsentrasi KOH, Sediaan, Morfologi
Perbandingan Kualitas Hasil Pewarnaan MenggunakanHematoxylinEosin danEkstrak Daun Jati Sebagai Pengganti Eosin Muhamad Jumardi; Arya Iswara; Gela Setya Ayu Putri; Tulus Ariyadi
Prosiding Seminar Nasional Unimus Vol 6 (2023): Membangun Tatanan Sosial di Era Revolusi Industri 4.0 dalam Menunjang Pencapaian Susta
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penggunaan eosin bersifat karsinogenik apabila digunakan dalam jangka panjang secara terus menerus.Efek negatif dari penggunaan dapat menyebabkan kanker dan sisa limbah dapat merusak lingkungan.Diperlukan alternatif zat warna untuk mengurangi dampak penggunaan eosin salah satunya dengan pewarnaalami, salah satu contoh pewarna alami adalah daun jati muda. Daun jati muda memiliki kandungansenyawa pigmen antosianin yang memberikan warna merah yang memiliki kemampuan sebagaiantioksidan sehingga berpotensi untuk digunakan sebagai pewarna alami hematoxylin-eosin. Tujuan untukmengetahui perbandingan kualitas hasil pewarnaan menggunakan hematoxylin-eosin dan pewarna alami.Penelitian secara eksperimental menggunakan ekstrak daun jati. Sampel yang diteliti sebanyak 24 preparatjaringan kulit dengan 4 kelompok perlakuan yaitu, 6 preparat untuk pewarnaan Hematoxylin-Eosin, 6preparat untuk pewarnaan ekstrak daun jati 2:1 (gr/mL), 6 preparat untuk pewarnaan ekstrak daun jati 1:1(gr/mL), 6 preparat untuk pewarnaan ekstrak 1:2 (gr/mL). Hasil kualitas pewarnaan yang diwarnai denganekstrak daun jati 2:1 didapatkan kualitas kurang baik sedangkan 1:1 dan 1:2 didapatkan kualitas baik denganpresentase 100%. Uji statistik dengan Kruskal-Wallis-Test diperoleh hasil (p value <0,05) sehingga terdapatperbedaan yang signifikan terhadap penggunaan Hematoksilin-Eosin dan ekstrak daun jati 1:1 dan 1:2.Ekstrak daun jati dapat digunakan sebagai pewarna dalam pewarnaan Hematoxylin-Eosin. Kata Kunci : Daun Jati 2:1,1:1,1:2, Hematoxylin Eosin,  Preparat Kulit.
Antibacteria Activity Peel and Seed Extracts of Rambutan (Nephelium lappaceum L.) Against MDR Bacteria Causing Urinary Tract Infections Mukaromah, Ana Hidayati; Cahyaningrum, Dea Galuh; Putri, Desty Ratna; Jannah, Erni M; Rinaldi, Muhamad Rizqi; Wardoyo, Fandhi Adi; Ariyadi, Tulus; Hikmah, Annisa Nurul; Darmawati, Sri
Biosaintifika: Journal of Biology & Biology Education Vol 15, No 3 (2023): December 2023
Publisher : Department of Biology, Faculty of Mathematics and Sciences, Semarang State University . Ro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/biosaintifika.v15i3.39568

Abstract

Multidrug-resistant (MDR) - Escherichia coli (E. coli) and Klebsiella pneumoniae (K. pneumoniae) are the main causes and have become serious problems in urinary tract infections, so antibacterial agents derived from biological materials are needed. ESBL-E. coli and ESBL-K. pneumoniae bacteria are resistant to extracts from rambutan peels and seeds, but there is no knowledge of the use of different solvents, such as n-hexane, chloroform, or ethanol. The objective of this research was to assess the antibacterial activity of rambutan peels and seed extracts (n-hexane, chloroform, and ethanol) against MDR bacteria that cause urinary tract infections (UTI). The Minimum Inhibitory Concentration (MIC) and Minimum Bactericidal Concentration (MBC) values for antibacterial activity were calculated using agar well diffusion and dilution procedures. The results demonstrated that the ethanol extract of rambutan peels had inhibitory zones against MDR K. pneumoniae and E. coli that varied from 9.00 to 14.13 mm. 15.625 mg/mL For MDR E. coli and 3.90 mg/mL for MDR K. pneumoniae, respectively, the MIC value was determined. The MBC value was 62.50 mg/mL for MDR K. pneumoniae and 31.25 mg/mL for MDR E. coli. Conclusion: Of the six rambutan peel and seed extracts, the ethanol extract has greater potential as an antibacterial agent. It is advised that more in-vivo studies be done to understand how the antibacterial activity operates.The benefits of research for the science are providing alternative solutions to antibiotic resistance, to further advancing the field of antimicrobial research, and reducing the risk of bacterial infections.
Gambaran Kualitas Sediaan Hepar Mencit Menggunakan Minyak Pala Sebagai Agen Deparafinisasi Pewarnaan HE Nuroini, Fitri; Ariyadi, Tulus; Mubarok, Rizqi
Prosiding Seminar Nasional Unimus Vol 7 (2024): Transformasi Teknologi Menuju Indonesia Sehat dan Pencapaian Sustainable Development G
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Deparafinisasi merupakan proses penting dalam preparasi sediaan histologis yang dapat mempengaruhikualitas visual dan analitis sediaan. Larutan yang umum digunakan dalam proses ini yaitu xylol. Namun,xylol memiliki kekurangan, yaitu dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada teknisi laboratorium akibatpaparan berkepanjangan. Sebagai alternatif, minyak pala dapat digunakan karena mengandung komposisisenyawa terpenoid bersifat nonpolar yang dapat menghilangkan sisa paraffin. Penelitian ini bertujuan untukmengevaluasi gambaran mikroskopis sediaan hepar mencit yang menggunakan minyak pala dalam prosesdeparafinisasi. Penelitian ini Menggunakan pendekatan deskriptif, sampel penelitian adalah sediaan heparmencit yang dideparafinisasi menggunakan xylol dan minyak pala masing-masing 15 sampel,dibaca olehsatu dokter Sp PA. Kualitas sediaan diniliai berdasarkan pengamatan mikroskopis pada warna inti sel dansitoplasma menggunakan skala ordinal. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa semua sediaan yangdideparafinisasi menggunakan xylol maupun minyak pala dinilai 100% dalam kategori baik. Tidakditemukan sediaan yang dinilai kurang baik atau tidak baik untuk kedua agen deparafinisasi tersebut.Kesimpulan dari penelitian ini bahwa baik xylol maupun minyak pala efektif dalam menjaga kualitassediaan histologis dengan hasil yang baik. Kata Kunci : Deparafinisasi, Xylol, Minyak Pala, Kualitas Sediaan, Histologi.
Perbandingan Variasi Polyvinil Alcohol (PVA) Terhadap Ketahanan Morfologi Entamoeba spp Ardiansyah, Mohammad Rifqi; Ariyadi, Tulus; Iswara, Arya
Prosiding Seminar Nasional Unimus Vol 7 (2024): Transformasi Teknologi Menuju Indonesia Sehat dan Pencapaian Sustainable Development G
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Entamoeba spp pada saluran pencernaan manusia yang bersifat patogen dan bersifat non-patogen danberkontribusi terhadap penyakit gastrointestinal di dunia. Pemeriksaan mikroskopis adalah standar untukdiagnosis. Pemeriksaan sampel feses harus dilakukan secara langsung untuk mendapatkan hasil yangmaksimal. Jika terdapat penundaan pemeriksaan maka sampel harus diberikan bahan pengawet. Polyvinilalcohol (PVA) merupakan bahan pengawet yang biasa digunakan dilaboratorium dengan perbandingan1:3. Agar penguunaan pengawet dapat diminimalisir penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitasvariasi perbandingan (1:1 dan 1:2) Polyvinil Alcohol (PVA) terhadap ketahanan morfologi Entamoebaspp. Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Sampel yang digunakan pada penelitian iniadalah feses positif Entamoeba spp. Hasil penelitian menggunakan perbandingan Polyvinil Alkohol(PVA) dengan perbandingan 1:1 dan 1:2 didapatkan hasil pada pengamatan hari ke 1 sampai hari ke 7 didapatkan hasil yang baik yaitu inti dapat terlihat dengan jelas pada perbandingan 1:1 dan 1:2, sedangkanpengamatan hari ke 14 dengan perbandingan 1:1 didapatkan hasil yang buruk yaitu inti tidak terlihat jelassedangkan perbandingan 1:2 di dapatkan hasil yang baik yaitu inti dapat terlihat dengan jelas, sedangkanpada hari ke 21 di dapatkan hasil yang buruk  pada perbandingan 1:1 dan 1:2 karena inti tidak terlihatjelas. Kata Kunci : Entamoeba spp, Polyvinil Alkohol (PVA), Perbandingan pengawet
Edukasi Tentang General Check-Up Sebagai Upaya Deteksi Dini Penyakit Tidak Menular Fristiani, Arista Kurniasari Budi; Almawadah, Arini Nur; laenaturohmah, Laenaturohmah; Akmal, Ikhsanuddin; Tama, Innes Wahyu; Fazlina, Novia Dewi; Sari, Devi Ayunda; Lutpia, Nadiya Sabila; Hamdani, Mohammad Khoirul; Rahmawati, Nicky Dwi; Amaliah, Nuril; Ariyadi, Tulus
JURNAL INOVASI DAN PENGABDIAN MASYARAKAT INDONESIA Vol 4 No 3 (2025): Juli
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26714/jipmi.v4i3.734

Abstract

Latar belakang: Kesehatan merupakan faktor krusial dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat, namun masih banyak warga yang kurang menyadari pentingnya pemeriksaan kesehatan secara rutin. Keterbatasan akses, waktu, dan biaya menjadi kendala utama dalam menjalani pemeriksaan kesehatan dasar, sehingga meningkatkan risiko penyakit kronis yang tidak terdeteksi sejak dini. Melalui program General Check-Up (GCU). Tujuan: kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk menghadirkan layanan kesehatan yang mudah diakses serta edukasi gaya hidup sehat guna mendukung upaya promotif dan preventif di tingkat komunitas. Metode: kegiatan dilakukan pendekatan kepada warga di wilayah RW 5 Kelurahan Lamper Tengah dengan memperkenalkan diri dan menjalin hubungan yang baik dengan warga setempat. Sosialisasi menggunakan leaflet untuk menjelaskan serta mendemontrasikan terkait pemeriksaan kesehatan atau GCU, kemuadian dilanjutkan dengan melaksanakan kegiatan pemeriksaan kesehatan. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 19 Januari 2025. Sasaran dari program pemeriksaan kesehatan ini adalah warga berusia diatas 60 (lansia) tahun ke atas. Hasil: kelompok partisipan dengan kisaran usia 60-80 tahun, didapati hasil tensi tertinggi sebesar 152/110 mmHg dan terendah 100/70 mmHg. kadar gula darah tertinggi sebesar 512 mg/dL dengan angka terendah ssebesar 44 mg/dl. kadar tertinggi sebesar 317 mg/dL, dan angka terendah sebesar 130 mg/dl.  Kadar asam urat pada partisipan tercatat sebesar 11,4 mg/dL terendah 3,9 mg/dl. Terdapat peningkatan nilai post test dibanding pre test Kesimpulan: Kegiatan  sosialisasi dan  pemeriksaan kesehatan dapat  meningkatkan kesadaran warga tentang pentingnya pemeriksaan kesehatan secara rutin. Kata kunci: asam urat, GCU,glukosa, kolesterol, tekanan darah _________________________________________________________________________ Abstract Background: Health is a crucial factor in improving the quality of life of the community, but many residents are still unaware of the importance of regular health checks. Limited access, time, and costs are the main obstacles to undergoing basic health checks, thus increasing the risk of chronic diseases that are not detected early. Through the General Check-Up (GCU) program. Objective: This community service activity aims to provide easily accessible health services and promote healthy lifestyle education to support community-level promotive and preventive efforts. Method: The activity was carried out by approaching residents in the RW 5 area of ​​Lamper Tengah Village by introducing themselves and establishing good relationships with residents. Socialization used leaflets to explain and demonstrate health checks or GCU, then continued with carrying out health check activities. This activity was carried out on January 19, 2025. The target of this health check program was residents aged over 60 (elderly) years and above. Result: The participant group with an age range of 60-80 years, found the highest blood pressure results of 152/110 mmHg and the lowest 100/70 mmHg. The highest blood sugar level was 512 mg/dL, with a lowest of 44 mg/dL. The highest level was 317 mg/dL, and the lowest was 130 mg/dL. Participants' uric acid levels were recorded at 11.4 mg/dL, with a lowest of 3.9 mg/dL. There was an increase in post-test scores compared to pre-test scores. Conclusion: Socialization and health check-ups can increase public awareness of the importance of regular health check-ups. Keywords: uric acid, GCU, glucose, cholesterol, blood pressure
Pengaruh Gel Topikal SH-MSCs Terhadap Ekspresi Gen TNF-α Pada Tikus Wistar Model Alopesia Yang Diinduksi Fluconazole Sundawa, Angga Pria; Hikmah, Annisa Nurul; Fristiani, Ariesta Kurniasari Budi; Ariyadi, Tulus; Trisnadi, Reza Adityas
JUKEJ : Jurnal Kesehatan Jompa Vol 4 No 2 (2025): JUKEJ: Jurnal Kesehatan Jompa
Publisher : Yayasan Jompa Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.57218/jkj.Vol4.Iss2.1811

Abstract

Alopesia ditandai dengan gangguan siklus rambut, sementara terapi konvensional seperti minoksidil sering menimbulkan efek samping iritasi. Penelitian ini bertujuan menganalisis efek gel topikal sekretom mesenchymal stem cells terkondisi hipoksia (SH-MSCs) terhadap ekspresi gen TNF-α pada model alopesia. Sebanyak 24 ekor tikus Wistar jantan dibagi menjadi empat kelompok: kelompok sehat, kontrol negatif (alopesia + base gel), serta dua kelompok perlakuan yang diberi gel SH-MSCs dosis 100 μL/kgBB dan 200 μL/kgBB. Ekspresi gen TNF-α diukur dengan RT-PCR pada hari ke-22. Hasil menunjukkan penurunan ekspresi TNF-α yang signifikan (p < 0,001) pada kelompok perlakuan, dengan efek tertinggi pada dosis 200 μL/kgBB (0,63 ± 0,20) dibandingkan kontrol (2,54 ± 2,00). Analisis statistik dengan uji One-Way ANOVA dan post-hoc LSD mengonfirmasi perbedaan bermakna antar semua kelompok (p < 0,05). Kesimpulannya, gel topikal SH-MSCs dosis 200 μL/kgBB efektif menekan ekspresi TNF-α dan berpotensi sebagai terapi alternatif alopesia yang aman. Penelitian ini memberikan dasar preklinis untuk pengembangan terapi topikal berbasis sekretom.