Claim Missing Document
Check
Articles

Found 39 Documents
Search

The concentration of optimum dissolved oxygen levels for growth of mangrove crab Scylla serrata seed in recirculation system Faturrohman, Kurnia; Nirmala, Kukuh; Djokosetiyanto, Daniel; Hastuti, Yuni Puji
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 16 No. 1 (2017): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3251.944 KB) | DOI: 10.19027/jai.16.1.109-117

Abstract

ABSTRACT This study aimed to determine optimum dissolved oxygen (DO) through the addition of aeration and to evaluate the role of dissolved oxygen on production performance and stress responses of mangrove crab Scylla serrata. Experimental design used was complete randomized design with four treatments namely no aeration (A), one point aeration (B), two points aeration (C), and three points aeration (D). All treatments replicated three times. The crab with the average of body weight 45.6±2.1 g/individual cultured in a plastic box (40×30×30 cm3). The stocking densities was 10 crab/box. Crab was cultured within 42 days and were fed two times a day by restricted method (15% of the total biomass). The result showed that C treatment produced 5.51 mg/L dissolved oxygen and gave the best result of mangrove crabs production performance  with 60% survival, 0.83±0.03 g/day absolute growth rate and food conversion ratio 1.1. It also showed good response to the stress that indicated by the cortisol level (10.159 µg/dL). The best results of coefficient of diversity showed by D treatment that was 13.5%. The water quality during study period was fluctuative as affected by different dissolved oxygen value. Keyword: mangrove crabs, dissolved oxygen, production performance  ABSTRAK Penelitian ini bertujuan menentukan kadar oksigen terlarut (OT) atau dissolved oxygen (DO) yang optimum melalui penentuan titik aerasi serta mengevalusi peranan oksigen terlarut terhadap kinerja produksi dan respons stres kepiting bakau Scylla serrata. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan empat pelakuan (penambahan titik aerasi dengan rincian A, tidak menggunakan titik aerasi; B, satu titik aerasi; C, dua titik aerasi dan D, tiga titik aerasi) dan tiga ulangan. Kepiting bakau yang digunakan memiliki berat rata-rata 45,6±2,1 g/ekor dengan padat tebar 10 ekor/wadah. Wadah yang digunakan selama pemeliharaan adalah bak fiber plastik yang berukuran 40×30×30 cm3. Pemeliharaan kepiting bakau dilaksanakan selama 42 hari dan diberikan pakan dua kali sehari dengan metode restricted yakni sebesar 15% dari biomassa kepiting. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan C yaitu penambahan dua titik aerasi menghasilkan nilai kelarutan oksigen rata-rata sebesar 5,51 mg/L dan memberikan hasil terbaik terhadap kinerja produksi kepiting bakau (tingkat kelangsungan hidup 60%; laju pertumbuhan mutlak 0,83±0,03 g/hari; dan rasio konversi pakan 1,1). Perlakuan C juga menunjukkan respons stres yang baik dengan memiliki nilai kortisol paling rendah dari perlakuan lain yaitu 10,159 µg/dL. Untuk parameter koefisien keragaman berat, hasil terbaik terjadi pada perlakuan D sebesar 23,3%. Kualitas air selama penelitian memiliki nilai yang fluktuatif di setiap perlakuan sebagai efek adanya perbedaan nilai kelarutan oksigen yang dihasilkan. Kata kunci: kepiting bakau, kelarutan oksigen, kinerja produksi
Optimization of stocking density in intensification of mud crab Scylla serrata cultivation in the resirculation system Hastuti, Yuni Puji; Nirmala, Kukuh; Rusmana, Iman; Affandi, Ridwan; Kuntari, Wahyu Budi
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 16 No. 2 (2017): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3535.327 KB) | DOI: 10.19027/jai.16.2.253-260

Abstract

ABSTRACT This study aimed to determine optimum stocking density of mud crab Scylla serrata through the applied of different stocking density in every treatment in recirculation system. Experimental design used was complete randomized design (CRD) with three density treatments which were 5 (P1), 10 (P2), and 15 ind/container (P3). All treatments replicated three times. The crab with the average of body weight 150 g/ind cultured in a plastic box (40×30×30 cm). Crab was cultured within 60 days and were fed two times a day by at satiation method. The result showed that P2 treatment gave the best result of mangrove crabs production performance among all treatments with 73.33±5.77% survival rate, 0.68±0.01 g/ind/day absolute growth rate and food conversion ratio 10.11±0.01. Treatment P1 gave the good response of stress, it indicated by the lowest glucose of all tretamnets at the level of 31.91 mg/dL in the end of treatment periods. The water quality during study period was fluctuative as affected by different stocking density in the treatments. Keywords: mud crab, stocking density, production performance  ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menentukan padat tebar optimal kepiting bakau Scylla serrata melalui penerapan kepadatan tebar yang berbeda pada setiap perlakuan dalam sistem resirkulasi. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan tiga perlakuan yaitu 5 (P1), 10 (P2), dan 15 ekor/wadah pemeliharaan (P3) dengan tiga ulangan. Kepiting bakau yang digunakan memiliki berat rata-rata 150 g/ekor. Wadah pemeliharaan yang digunakan selama pemeliharaan adalah kontainer plastik yang berukuran 40×30×30 cm. Pemeliharaan kepiting bakau dilaksanakan selama 60 hari dan diberikan pakan berupa ikan rucah dua kali sehari secara at satiation. Penelitian menunjukkan bahwa perlakuan P2 memberikan hasil kinerja produksi terbaik dibandingkan perlakuan lainnya dengan nilai kelangsungan hidup 73,33±5,77%, laju pertumbuhan mutlak 0,68±0,01 g/ekor/hari, dan rasio konversi pakan 10,11±0,01. Perlakuan P1 menunjukkan respons stres yang baik dengan memiliki nilai kadar glukosa paling rendah dari perlakuan lain yaitu 31,91 mg/dL pada akhir masa pemeliharaan. Kualitas air selama penelitian memiliki nilai yang fluktuatif di setiap perlakuan sebagai efek adanya perbedaan jumlah padat tebar setiap wadahnya Kata kunci: kepiting bakau, padat tebar, kinerja produksi
The frequency of calcium and magnesium differences in recirculation systems for increasing production of mudcrab Scylla serrata seed Nurussalam, Wildan; Nirmala, Kukuh; Supriyono, Eddy; Hastuti, Yuni Puji
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 16 No. 2 (2017): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3436.105 KB) | DOI: 10.19027/jai.16.2.144-153

Abstract

ABSTRACTMolting phase is one of many factors that can inhibit mudcrab growth. Recirculation system in culturing mudcrab has a weakness which is the decreasing of ions. Calcium and magnesium in the water can affect the molting phase. The aim of this study was to evaluate the best additional frequency of calcium and magnesium in recirculation system. This research used mudcrab seeds that have weight of 54.856±2.195 gram. This research used completely randomized design with four treatments and three replicates. The treatments were additional frequency of Ca and Mg, comprised of four levels, without additional Ca and Mg (A), additional 30 mg/L Ca and 30 mg/L Mg in every five days (B), additional 30 mg/L Ca, and 30 mg/L Mg in every 10 days (C), and additional 30 mg/L Ca and 30 mg/L Mg in every 15 days (D). The result showed that total of biomass in every treatments were A (379.99±86.16 gram), B (517.65±103.94 gram), C (808.68±59.29 gram), and D (1,054.41±73.54 gram). The highest final biomass was the D treatment (1,054,41±73.54), which was significantly different to others (P<0.05).Keywords: mudcrab, resirculation, calcium, magnesium, molting, production  ABSTRAKSalah satu faktor penghambat pertumbuhan kepiting bakau adalah fase molting. Sistem resirkulasi budidaya kepiting bakau memiliki kelemahan yaitu berkurangnya ion-ion. Fase moting pada kepiting bakau sangat dipengaruhi oleh keberadaan ion kalsium dan magnesium dalam air. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan frekuensi waktu penambahan kalsium dan magnesium terbaik dalam sistem resirkulasi. Penelitian ini menggunakan benih kepiting bakau dengan berat rata-rata 54,856±2,195 gram. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan penambahan Ca dan Mg sebanyak 30 mg/L terdiri atas empat macam frekuensi, yaitu tanpa penambahan Ca dan Mg (A), frekuensi lima hari sekali (B), frekuensi 10 hari sekali (C), dan frekuensi 15 hari sekali (D). Hasil penelitian menunjukkan jumlah biomassa masing-masing perlakuan adalah A (379,99±86,16 gram), B (517,65±103,94 gram), C (808,68±59,29 gram), dan D (1.054,41±73,54 gram). Perlakuan terbaik diperoleh pada perlakuan D dengan jumlah biomassa sebesar (1.054,41±73,54 gram) ini berbeda nyata (P<0,05) dengan perlakuan lainnya. Kata kunci: kepiting bakau, resirkulasi, kalsium, magnesium, molting, produksi
The application of phytoremediation Lemna perpusilla to increase the production performance of Nile tilapia Oreochromis niloticus in a recirculation system Utami, Rina Hesti; Nirmala, Kukuh; Rusmana, Iman; Djokosetiyanto, Daniel; Hastuti, Yuni Puji
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 17 No. 1 (2018): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3531.939 KB) | DOI: 10.19027/jai.17.1.34-42

Abstract

ABSTRACTThis study aimed to evaluate the production performance and physiological of Nile tilapia using Lemna perpusilla as a phytoremediator in a recirculation system.  A completely randomized design with two treatments and three replications was applied. The treatments were Nile tilapia cultured with L. perpusilla (TL) and without L. perpusilla (L). The experimental fish in this study was the juvenile of Nile tilapia with a body length of 9.98 ± 0.08 cm and an average weight of 36.27 ± 1.07 g. The stocking density was 46 fish/pond and the container size was 275×100×60 cm3 and was separated in two areas using a fiber separator screen of 55.9% area for fish culture and 44.1% for L. perpusilla.  The Nile tilapias were reared for 60 days, fed with commercial diet and fresh L. Perpusilla with amount 2% and 1% of biomass, respectively. They were fed three times a day with fresh L. perpusilla  at noon and commercial diet in the morning and afternoon. The results showed that the Nile tilapia reared with L. perpusilla phytoremediation had normal physiological condition and production performance. The predominances of this system were lower feed conversion ratio value, more optimal values of feeding efficiency, and higher coefficient of weight uniformity. Keywords: Lemna perpusilla, physiological condition, phytoremediation, production performance.  ABSTRAKPenelitian ini bertujuan mengevaluasi kinerja produksi dan fisiologi ikan nila dengan penggunaan Lemna perpusilla sebagai fitoremediator pada sistem resirkulasi. Rancangan penelitian yang digunakan adalah acak lengkap dengan dua perlakuan dan tiga ulangan. Ikan nila dipelihara pada kolam tanpa L. perpusilla (TL) dan ikan nila dipelihara pada kolam dengan L. perpusilla (L). Ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih ikan nila dengan panjang baku 9,98 ± 0,08 cm dan bobot rata-rata 36,27 ± 1,07 g. Padat tebar ikan tiap kolam pemeliharaan 46 ekor/kolamdengan ukuran kolam 275×100×60 cm3. Setiap kolam diberi sekat dengan luasan 44,1% L. perpusilla dari luasan kolam. Ikan nila dipelihara selama 60 hari pemeliharaan dengan pakan berupa pakan komersial dan L. perpusilla dengan jumlah pakan masing-masing 2% dan 1% dari biomassa. Pada pagi dan sore hari diberi pakan komersial, dan siang hari ikan diberi pakan L. perpusilla. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ikan nila yang dipelihara dengan fitoremediasi L. perpusilla menghasilkan kinerja produksi dan kondisi fisiologis yang normal. Keunggulan sistem ini adalah menghasilkan nilai konversi pakan yang lebih rendah, nilai efisiensi pemberian pakan, dan koefisien keseragaman bobot yang lebih tinggi. Kata kunci : fitoremediasi, Lemna perpusilla, kondisi fisiologis, kinerja produksi. 
STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT (Kappaphycus alvarezii) DI PERAIRAN PANTAI AMAL KOTA TARAKAN Muhammad, Muhammad; Hastuti, Yuni Puji; Nurmawati, Subekti
Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol 16 No 1 (2025): FEBRUARI 2025
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24319/jtpk.16.63-76

Abstract

Kappaphycus alvarezii seaweed is one of the fishery commodities developed in Tarakan City, especially in the water of Pantai Amal, Tarakan City, since 2009, with fluctuating production. This research aims to analyze the financial feasibility of the seaweed cultivation based on internal and external factors and to develop appropriate strategies to increase seaweed production in the Tarakan City. Sampling technique was conducted purposively with a qualitative approach using a questionnaire. The SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, and threats) and QSP (quantitative strategic planning) analysis results show five internal strengths and five weaknesses with an IFE (internal factor evaluation) value of 2.57, as well as four threats and five external opportunities with an EFE (external factor evaluation) value of 2.86. Based on the IE (internal-external) matrix, the business is in the growth phase (cell V), so the right strategy is to develop the K. alvarezii seaweed cultivation business using the longline method in Tarakan City through empowering members and groups to increase business (with a score of 5.83), expanding cultivation land (score 5.65), and improving technical cultivation skills to increase product quality and quantity (score 5.52).
PENGARUH MOTIVASI DAN PENGETAHUAN INVERTOR TERHADAP INTENSI KOMERSIALISASI PATEN MELALUI PERAN SCIENCE TECHNO PARK (STUDI KASUS : PRODUK FARMASI DI INSTITUT PERTANIAN BOGOR) Sukma Dhani; I Gede Made Wirabrata; Kosasih Kosasih; Yuni Puji Hastuti
Journal of Economic, Bussines and Accounting (COSTING) Vol. 8 No. 1 (2025): COSTING : Journal of Economic, Bussines and Accounting
Publisher : Institut Penelitian Matematika, Komputer, Keperawatan, Pendidikan dan Ekonomi (IPM2KPE)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31539/costing.v8i2.14161

Abstract

Komersialisasi paten memainkan peran penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi berbasis inovasi. Penelitian ini mengkaji pengaruh motivasi dan pengetahuan terhadap niat komersialisasi paten di kalangan penemu di Institut Pertanian Bogor (IPB), dengan Science Techno Park (STP) sebagai faktor moderasi. Studi ini melibatkan 100 dosen aktif IPB, dan data dianalisis menggunakan metode Partial Least Square-Structural Equation Modeling (PLS-SEM) dengan perangkat lunak SmartPLS versi 4.1.1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap niat komersialisasi paten, dengan nilai koefisien jalur 0,687, t-statistik 4,393 (t > 1,96), dan p-value 0,000 (p < 0,05). Motivasi, namun, menunjukkan pengaruh positif namun tidak signifikan, dengan koefisien jalur 0,124, t-statistik 1,106 (t < 1,96), dan p-value 0,269 (p > 0,05). Pengaruh moderasi STP antara motivasi dan niat komersialisasi paten lemah dan tidak signifikan, dengan koefisien jalur -0,055, t-statistik 0,703 (t < 1,96), dan p-value 0,482 (p > 0,05). Selain itu, STP tidak memperkuat hubungan pengetahuan dan komersialisasi secara signifikan. Kesimpulannya, pengetahuan sangat penting untuk niat komersialisasi paten. Meskipun STP memiliki potensi sebagai moderator, perannya masih tidak signifikan, yang menunjukkan perlunya dukungan lebih lanjut untuk penemu melalui pelatihan, penyederhanaan, dan kolaborasi dengan industri.
Pemberian Kalsium Karbonat CaCO3 pada Media Bersalinitas 3 g L-1 Untuk Pertumbuhan Ikan Sepat Siam Trichopodus pectoralis Hastuti, Yuni Puji; Mahmud, Moh Burhanuddin; Anwar, Rifky Alwafi; Supriyono, Eddy; Nirmala, Kukuh; Nurussalam, Wildan
Jurnal Akuakultur Sungai dan Danau Vol 10, No 1 (2025): April
Publisher : Universitas Batangahari Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33087/akuakultur.v10i1.243

Abstract

The snakeskin gourami is a part of the superior commodity of freshwater fisheries in Indonesia because it has economic value and high demand. Technology is needed to optimize the growth of snakeskin gourami so that the production of snakeskin gourami from aquaculture becomes more stable. The method of adding calcium to the salinity water is a part of the technology to optimize the growth of cultured fish. The purpose of this research is to determine the best amount of CaCO3 calcium carbonate lime on the growth of snakeskin gourami that are maintained at 3 g L-1 of salinity. The tank is used in the form of an aquarium measuring 30x30x30 cm3 with a volume of water as much as 20 liters. The snakeskin gourami used were 8.7 ± 0.46 cm in length and weighed 8.3 ± 1.37 g. The fish are fed with the restricted method (5% of fish biomass). The study was conducted by applying calcium carbonate CaCO₃ at concentrations of 50, 100, 150, and 200 mg L⁻¹, with an additional control treatment that received no calcium carbonate application. The results showed that the best amount of CaCO3 calcium carbonate lime, as much as 100 mg L-1, showed 2.5 cm of total length growth, total weight growth of 6.35 g, daily growth rate of 2%, and survival rate of 93.3%. The best amount of CaCO3 calcium carbonate lime for 3 g L-1 of salinity water is 100 mg L-1. The best amount of CaCO3 calcium carbonate lime for the growth of snakeskin gourami that is maintained at 3 g L-1 of salinity is 100 mg L-1.
Kebijakan Inovatif untuk Akuakultur Berkelanjutan: Optimalisasi Peran Bivalvia dalam Pengolahan Limbah Pras, Eva Prasetiyono; Nirmala, Kukuh; Supriyono, Eddy; Sukenda; Hastuti, Yuni Puji
Policy Brief Pertanian, Kelautan, dan Biosains Tropika Vol 7 No 2 (2025): Policy Brief Pertanian, Kelautan, dan Biosains Tropika
Publisher : Direktorat Kajian Strategis dan Reputasi Akademik IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/agro-maritim.0702.1272-1276

Abstract

Pertumbuhan industri tambak udang intensif di Indonesia telah memberikan kontribusi ekonomi yang signifikan. Namun tambak udang juga menimbulkan permasalahan lingkungan akibat buangan kaya nutrien seperti amonium, nitrat, ortofosfat, partikel organik dan tersuspensi. Kandungan nutrien yang tinggi dalam buangan tambak dapat memicu ledakan populasi mikroalga, menurunkan kualitas lingkungan dan terganggunya keseimbangan ekosistem perairan. Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan yang mewajibkan setiap tambak udang memiliki unit pengolahan limbah sebagai bentuk pengendalian dampak lingkungan. Namun, implementasi kebijakan ini menghadapi tantangan besar terkait dengan besarnya biaya investasi dan operasional instalasi pengolahan limbah tersebut. Upaya untuk memberikan solusi alternatif yang lebih efisien dan ramah lingkungan harus dilakukan, diantaranya dengan menggunakan bivalvia. Pemanfaatan bivalvia— seperti kerang darah—dapat menjadi pendekatan biotreatment yang efektif. Bivalvia berperan sebagai filter feeder yang mampu mengasimilasi mikroalga dan partikel nutrien di dalam air. Filtrasi menggunakan kerang darah terbukti mampu menurunkan konsentrasi mikroalga dan nutrien, masing-masing sebesar 72,80% untuk mikroalga, 36,78% untuk amonia, 50,00% untuk nitrit, 78,77% untuk nitrat, dan 89,13% untuk ortofosfat.. Rekomendasi alternatif kebijakan diarahkan pada integrasi penggunaan bivalvia dalam sistem pengolahan limbah tambak, dan penyusunan pedoman teknis biotreatment yang lebih efisien sebagai bagian dari strategi pengelolaan limbah berkelanjutan. Strategi ini tidak hanya memperkuat upaya perlindungan lingkungan, tetapi juga membuka peluang ekonomi tambahan melalui produksi bivalvia sebagai komoditas konsumsi.
KORELASI PARAMETER KUALITAS AIR DAN PRODUKTIVITAS UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DALAM SISTEM KOLAM HDPE Adianto, Asep; Nirmala, Kukuh; Hastuti, Yuni Puji; Supriyono, Eddy
JARI : Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Vol. 12 No. 2 (2024): JARI : JURNAL AKUAKULTUR RAWA INDONESIA
Publisher : Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/jari.v12i2.23

Abstract

Vannamei shrimp remains one of the leading fisheries commodities in Indonesia. This study aims to analyze the correlation between measured parameters and identify the most influential water quality parameters affecting the productivity of vannamei shrimp reared in HDPE pond systems. This non-experimental research was conducted by directly sampling from a shrimp pond in Patrol, Indramayu, over a 49-day cultivation period. The measured data included water quality parameters (physical, chemical, and biological) and shrimp growth performance parameters (survival rate, feed conversion ratio, average body weight, and average daily gain). Measurements were carried out both in the field and in the laboratory. The results showed that several water quality parameters exceeded their optimal thresholds (e.g., hardness levels reached 7,000 mL⁻¹ in pond D3). However, growth performance parameters still indicated relatively high values. Based on survival rate calculations, pond D2 had the highest Survival Rate (96%), while pond C3 recorded the lowest (67%). These findings suggest that water quality parameters collectively support shrimp growth despite some of them being outside the ideal range. Total Organic Matter (TOM) and Dissolved Oxygen (DO) were identified as the most influential water quality parameters for shrimp productivity.