Claim Missing Document
Check
Articles

Found 37 Documents
Search

Pembuatan Profil Udara Hembusan Pernapasan Perokok dan Non Perokok Berbasis Sensor CCS-811 dan Volatile Organic Compound Alhadawiah, Sabila; Budianto, Arif; Wirawan, Rahadi; Anggriani, Ni Ketut
Jurnal Pendidikan, Sains, Geologi, dan Geofisika (GeoScienceEd Journal) Vol. 6 No. 1 (2025): Februari
Publisher : Mataram University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/goescienceed.v6i1.506

Abstract

VOC merupakan sekelompok senyawa organik yang mudah menguap ke atmosfer dan mempunyai berbagai dampak terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. VOC merupakan faktor penting dalam pembentukan ozon troposfer dan aerosol organik sekunder, yang menjadi komponen utama pembentukan polusi udara. VOC dapat terkandung di dalam udara sisa pernapasan manusia, dengan konsentrasi yang berbeda-beda dan sangat bergantung dengan kondisi metabolisme tubuh, kebiasaan, makanan yang dikonsumsi, dan lain sebagainya. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi konsentrasi TVOC dari udara hembusan nafas (exhaled breath) yang kemudian dijadikan sebagai profil udara yang dapat membedakan klasifikasi perokok atau non perokok. Penelitian ini menggunakan 50 sampel nafas yang dibagi ke dalam dua klasifikasi utama, yakni perokok dan non perokok. Udara bersih terfilter digunakan sebagai variabel kontrol. Sampel nafas diukur konsentrasi VOC menggunakan sebuah e-nose berbasis sensor CCS-811 yang sudah dikalibrasi dan diuji menggunakan komparator dan beberapa gas, seperti: gas karbon dioksida (CO2), hidrogen sulfida (H2S), etanol (C2H5OH), dan formaldehida (CH2O). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem e-nose berbasis sensor CCS-811 dapat membaca gas VOC dengan rata-rata pembacaan yang dihasilkan sebesar 0-1156 ppb dengan tingkat kesalahan relatif <50%. Keseluruhan hasil pengujian ini menunjukkan bahwa sistem cukup sensitif terhadap gas CH2O dan C2H5OH, namun tidak sensitif terhadap gas CO2 dan H2S. Berdasarkan pada hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa sistem dapat secara sensitif dan selektif mendeteksi senyawa VOC pada jenis C2H5OH dan CH2O dengan nilai akurasi >50%. Hasil pembacaan sistem pada sampel nafas perokok dan non perokok dapat menghasilkan tiga zona konsentrasi TVOC yang selanjutnya menjadi profil has TVOC yang dihembuskan oleh kelompok sampel. Terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara konsentrasi TVOC perokok dan non perokok. Sistem dapat membedakan antara perokok dan non perokok dengan akurasi pembacaan >90%.
Identifikasi Konsentrasi Emisi Fine Particle di Ruangan Tertutup dengan Sistem Pendingin Udara Otomatis Budianto, Arif; Hadi, Kasnawi Al; Apriza, Nanda Medina; Wijaya, Roviq
Jurnal Pendidikan, Sains, Geologi, dan Geofisika (GeoScienceEd Journal) Vol. 5 No. 4 (2024): November
Publisher : Mataram University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/goescienceed.v5i4.509

Abstract

Particulate matter adalah emisi udara yang terdiri dari kumpulan partikel padat dan cair dan tersuspensi di udara. Emisi ini berukuran sangat kecil (berorde submikron) dan mengambang bebas di udara. Fine particle adalah salah satu jenis particulate matter yang umum digunakan sebagai komponen penentu kualitas udara di dalam ruangan. Di sisi lain, sistem pengukuran konsentrasi emisi ini relatif mahal dan kurang ekonomis. Sejalan dengan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menidentifikasi konsentrasi fine particle dalam ruang berpendingin udara. Pengukuran dilakukan menggunakan sebuah sensor debu digital dan papan mikrokontroler di dalam ruang pengujian selama satu jam. Pengukuran tersebut dilakukan dengan dua variasi kondisi, yakni aktif (banyak orang di dalamnya) dan non aktif (ruang kosong). Hasil pengukuran menunjukkan bahwa aktivitas dan pergerakan manusia dalam kondisi pengujian aktif memiliki konsentrasi fine particle yang lebih tinggi dibandingkan kondisi non aktif. Perbedaan konsentrasi di antara kedua kondisi ini sebesar 12 µg/m3. Hasil ini menyimpulkan bahwa aktivitas manusia termasuk sebagai faktor yang dapat mempengaruhi distribusi partikulat berorde submikron di dalam ruangan. Ruangan berpendingin udara berpotensi memiliki lebih banyak konsentrasi fine particle dibandingkan dengan ruang tanpa pendingin udara.
Analisis Konsentrasi Gas Etanol dalam Udara Pernapasan Untuk Identifikasi Plasebo Perokok dan Non-Perokok Berbasis Sensor Resistif Apriza, Nanda Medina; Hadi, Kasnawi Al; Budianto, Arif
Jurnal Pendidikan, Sains, Geologi, dan Geofisika (GeoScienceEd Journal) Vol. 6 No. 1 (2025): Februari
Publisher : Mataram University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/goescienceed.v6i1.526

Abstract

Gas etanol dalam nafas dapat menjadi indikator penting dalam menilai kesehatan pernapasan, efek plasebo, dan paparan terhadap bahan kimia tertentu, termasuk dari kebiasaan merokok. Pada orang perokok, konsentrasi gas etanol dalam nafas cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan non-perokok, karena proses pembakaran tembakau menghasilkan senyawa volatil, termasuk etanol. Merokok juga mempengaruhi metabolisme tubuh yang dapat meningkatkan produksi senyawa etanol. Sementara itu, pada non-perokok, sumber utama gas etanol dalam napas umumnya berasal dari metabolisme normal karbohidrat di dalam tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis konsentrasi gas etanol dalam nafas perokok dan non-perokok menggunakan teknologi e-nose berbasis sensor TGS-2600, yang dikembangkan untuk mendeteksi perbedaan kadar etanol secara non invasif. E-nose didesain menggunakan sensor semikonduktor yang peka terhadap gas etanol, sehingga mampu mengidentifikasi senyawa volatil yang berasal dari asap tembakau. Pengukuran dilakukan pada 20 individu yang terbagi dalam dua kelompok, yaitu perokok dan non-perokok, dengan setiap individu diminta menghembuskan nafas ke dalam sistem e-nose untuk memperoleh hasil konsentrasi etanol yang akurat. Hasil pengujian menunjukkan bahwa konsentrasi gas etanol pada perokok berkisar antara 1,41-1,63 ppm, sementara pada non-perokok berada pada kisaran 1,10-1,63 ppm. Perbedaan konsentrasi ini menunjukkan bahwa paparan senyawa volatil dari asap tembakau berkontribusi pada peningkatan kadar etanol dalam sistem pernapasan perokok. Teknologi e-nose membuktikan sensitivitas dan selektivitas yang tinggi terhadap gas etanol, serta mampu mendeteksi perbedaan konsentrasi dengan akurasi yang baik. Dengan demikian, e-nose berpotensi untuk dikembangkan sebagai alat diagnostik non invasif guna memantau kebiasaan merokok, mendeteksi paparan zat berbahaya, dan menilai risiko kesehatan pernapasan jangka panjang.
Perancangan Sistem Pemantauan Kualitas Udara Menggunakan Sensor Oksigen dan Kalibrasi Sistem Tertutup: Studi Kasus di Kabupaten Lombok Barat Hasanah, Khofizzatul; Budianto, Arif; Hadi, Kasnawi Al; Alaydrus, Alfina Taurida; Nurfadilah
Jurnal Pendidikan, Sains, Geologi, dan Geofisika (GeoScienceEd Journal) Vol. 6 No. 2 (2025): May
Publisher : Mataram University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/goescienceed.v6i2.1024

Abstract

Hipoksia merupakan kondisi di mana terjadi penurunan kadar oksigen di dalam tubuh seorang manusia yang disebabkan oleh beragam faktor khusus. Adapun secara umum penyebab terjadinya pasien yang mengalami hipoksia dapat disebabkan dari berbagai macam gangguan organ tubuh antara lain dengan cara diagnosis medis pada pasien kritis yang mengalami hipoksia antara lain CHF, asma, PPOK, tuberculosis, dan AKI. Secara umum, teknologi sensor untuk mendeteksi hipoksia dapat dilaksanakan melalui beragam metode. Dampak nyata yang terlihat dari seseorang yang mengalami hipoksia dalam periode awal memiliki gejala seperti kelelehan, mengantuk, apatis, kurang mampu memusatkan perhatian. Dalam penelitian ini digunakan beberapa metode yaitu pembuatan sistem minimum, kalibrasi sistem sensor, pengujian sistem dalam ruang, dan pemantauan kualitas udara. Berdasarkan pada hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa sistem minimum yang dirancang pada mikrokontroler Arduino Uno dan sensor oksigen bekerja dengan optimal (stabil 5 dan 12 volt). Sistem sensor telah dikalibrasi dan dapat mengukur konsentrasi gas oksigen di dalam exposure chamber sebesar 20%/vol. Terdapat perbedaan yang kurang signifikan antara konsentrasi oksigen di ruang ber-AC dan ruang tanpa AC. Sumber emisi dan lokasi emisi mempengaruhi level kualitas udara. Konsentrasi gas oksigen di daerah pembakaran sisa limbah pertanian padi berpotensi menurunkan konsentrasi oksigen. Konsentrasi oksigen di kabupaten Lombok Barat kurang dari 20% sedangkan kualitas udara normal memiliki konsentrasi oksigen sebesar 20,9%.
Pengujian Performa Sensor MAX30102 dengan Komparator Standar Klinis Nurfadilah; Budianto, Arif; Hadi, Kasnawi Al; Rahayu, Susi; Hasanah, Khofizzatul
Jurnal Pendidikan, Sains, Geologi, dan Geofisika (GeoScienceEd Journal) Vol. 6 No. 2 (2025): May
Publisher : Mataram University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/goescienceed.v6i2.1028

Abstract

Saturasi oksigen dalam darah (SpO₂) adalah indikator vital yang menunjukkan efisiensi sistem pernapasan dalam mendistribusikan oksigen ke seluruh tubuh. Pemantauan SpO₂ sangat penting dalam deteksi dini gangguan pernapasan seperti penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), asma, dan hipoksia. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan sistem pemantauan SpO₂ berbasis sensor MAX30102 yang dikendalikan oleh mikrokontroler Arduino Uno. Kalibrasi sensor dilakukan menggunakan alat pulse oximeter medis standar untuk memastikan akurasi pembacaan. Pengujian dilakukan dalam kondisi lingkungan terkendali dengan suhu 20°C hingga 27°C. Hasil kalibrasi menunjukkan bahwa sensor MAX30102 memiliki tingkat akurasi tinggi dengan deviasi rata-rata kurang dari 2% dibandingkan alat medis referensi. Pengujian terhadap beberapa subjek menunjukkan bahwa sistem mampu mendeteksi kadar SpO₂ dalam rentang normal (95%-100%) maupun rendah (85%-90%), dengan hasil yang stabil dan konsisten. Dengan hasil yang telah diperoleh, sistem pemantauan kadar oksigen dalam darah berbasis sensor MAX30102 menunjukkan potensi besar dalam mendukung pemantauan kesehatan secara efisien, akurat, dan real-time. Namun, beberapa faktor eksternal seperti pergerakan pengguna, pencahayaan lingkungan, dan suhu tubuh dapat memengaruhi hasil pengukuran. Optimalisasi lebih lanjut diperlukan untuk meningkatkan ketahanan terhadap faktor eksternal dalam berbagai kondisi. Dengan pengembangan yang berkelanjutan, teknologi ini diharapkan dapat berkontribusi dalam meningkatkan kualitas layanan kesehatan dan memberikan manfaat luas bagi masyarakat.
Implementasi Sensor Resistif TGS813 untuk Pendeteksian Konsentrasi Gas Etanol di Udara Ambient Fidya, Karina Alma; Hadi, Kasnawi Al; Budianto, Arif
Jurnal Pendidikan, Sains, Geologi, dan Geofisika (GeoScienceEd Journal) Vol. 6 No. 2 (2025): May
Publisher : Mataram University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/goescienceed.v6i2.1029

Abstract

Etanol merupakan salah satu jenis senyawa volatil yang mudah menguap di udara ambient. Gas etanol dapat berasal dari berbagai sumber emisi. Gas etanol juga dapat dihasilkan dari proses respirasi manusia yang kemudian dimanfaatkan sebagai biomarker akan kondisi tertentu, seperti identifikasi gejala penyakit medis, psikologi, dan lain sebagainya. Sejalan dengan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan sistem e-nose berbasis sensor TGS813 untuk pengukuran gas etanol dan kualitas udara dengan akurasi tinggi. Sensor TGS813 dipilih karena respon spesifiknya terhadap etanol, dengan rasio resistansi (R0/Rs) sebesar 1 pada 100 ppm. Hal ini didukung dengan kemampuannya membedakan konsentrasi secara linear melalui integrasi dengan algoritma klasifikasi multivariate. Sistem ini diharapkan tidak hanya mengukur kadar etanol, namun juga sebagai peluang sistem pemantauan kualitas udara portable. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem memiliki rasio resistansi sebesar 1 pada 100 ppm, dan memiliki 10-100 ppm etanol dari respon linier (R2 = 0,98), yang menghasilkan selektivitas tinggi. Kalibrasi menggunakan filter HEPA dan analisis multivariat memungkinkan diferensiasi sumber etanol (eksogen/entogen). Sensor memiliki respons cepat (30 detik) dan resolusi 5 ppm, yang cocok untuk mendeteksi keberadaan gas etanol di udara ambient.
Pengukuran Konsentrasi Coarse Particle di Ruangan dengan Sistem Kontrol Temperatur Udara Budianto, Arif; Juniarti, Rosita; Wirawan, Rahadi; Rahayu, Susi
JURNAL SAINS TEKNOLOGI & LINGKUNGAN Vol. 10 No. 2 (2024): JURNAL SAINS TEKNOLOGI & LINGKUNGAN
Publisher : LPPM Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jstl.v10i2.595

Abstract

Particulate matter is an air emission that is compossed of particle and liqud dropplet. This suspension is easily measured in several size distributions: ultrafine particle, fine particle, coarse particle, and total suspended particle. Coarse particle is commonly used as a parameter of air quality index. This research aims to measure coarse particle concentrations inside an air-conditioned room. The measurement was conducted using a particulate sensor and a microcontroller for an hour. All measurements were varied into: active and non active room conditions. The results show that human activities and movements in the first variation has higher concentration than the second one. The difference is about 12 µg/m3. human activities have a significant role in the submicron particulate distribution inside a room. Air-conditioned room has higher concentration than a common room.