Claim Missing Document
Check
Articles

Pengolahan Sagu di Desa Cenning Kecamatan Malangke Barat Kabupaten Luwu Utara (1982-2017) umrah hamid; M Rasyid Ridha; Muh. Saleh Madjid
PATTINGALLOANG Vol. 6, No. 3, Desember 2019
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/pattingalloang.v6i3.10551

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Modernisasi Pengolahan Sagu di Desa Cenning Kecamatan Malangke Barat Kabupaten Luwu Utara (1982-2017) dengan mengungkap pengolahan sagu sebelum modernisasi, proses modernisasi pengolahan sagu serta dampak dari modernisasi.. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengolahan sagu sebelum adanya modernisasi masih bergantung pada alat-alat tradisional. Modernisasi pada proses pengolahan sagu ditandai dengan penggunaan mesin yang diperkenalkan oleh Muh. Majid pada tahun 1982. Pada proses perkembangannya secara perlahan alat modern menggantikan alat tradisional. Modernisasi memberi dampak pada peningkatan hasil produksi, peningkatan tenaga kerja,  dan efisiensi waktu pengolahan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan penggunaan teknologi modern pada proses pengolahan sagu lebih efektif dan efisien di banding dengan menggunakan alat-alat tradisional. Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian sejarah yang meliputi heuristik yaitu tahapan pengumpulan data, kritik sumber bertujuan menilai dan menentukan sumber, interpretasi yaitu menafsirkan data dan tahap historiografi atau penyajian atau penulisan sejarah. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara penelitian lapangan terdiri dari wawancara (Petani Sagu) dan literatur-literatur  yang berhubungan dengan penelitian ini. This study aims to study the modernization of sago prosessing in the village og Cenning, Malangke Barat Sub-district, West Luwu District (1982-2017). By revealing the processing of sago before modernization, the proccess of medernization and impact of modernization. Research result show that sago processing before modernization still depends on tradisional tools. Modernization in the rocessing of the sagoo is maked by yhe use of machines introduced by the Muh. Majid in 1982. In the process of development slowly modern tools replace traditional tools. Modernization has an impact on increasing production output, increasing labor and processing time efficiency. Baced on the results of the study it can be concluded that the use of modern technology in theprocessing og the sago is more effective  and afficient compared to using traditional tools. This research uses historical research methodologies which include heuristics namely the stages of data collection, source criticism aimed at assessing and determining sources , interpretation, namely interpreting data and historiographic stages or presenting or writing history. The data collection method was carried out by means of field research consisting of interviews (sago farmers) and the literature relating to this research.Keywords: Sago, Processing, Cenning 
Perubahan Pola Kehidupan Masyarakat Nelayan Desa Galesong Baru Pasca Modernisasi, 1980-2015 Resky Hidayah Nur; Najamuddin Najamuddin; Rasyid Ridha
PATTINGALLOANG Vol. 7, No. 2, Agustus 2020
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/jp.v7i2.13724

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan latar belakang terjadinya modernisasi, memberikan gambaran tentang kehidupan masyarakat nelayan pasca modernisasi, serta menguraikan dampak modernisasi terhadap kehidupan masyarakat nelayan di Desa Galesong Baru Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar. Penulisan jurnal ini di golongkan sebagai jurnal sejarah maritim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa awal pengenalan motorisasi perahu di Desa Galesong Baru muncul dari masyarakat nelayan itu sendiri, yang diperkenalkan oleh Haji Rani. Mesin perahu pertama kali diperkenalkan dan dimiliki oleh Haji Rani pada tahun 1975. Peralihan dari penggunaan layar dan dayung ke perahu motor tidak langsung terjadi secara menyeluruh pada masyarakat nelayan. Hingga pada tahun 1980 nelayan di Desa Galesong Baru telah menggunakan mesin pada perahu dalam menjalankan usaha penangkapan ikan. Wilayah operasional yang ditempuh pun sudah cukup jauh dibandingkan dengan masa tradisional yang sebelumnya hanya mencari ikan di pinggir pantai, tapi setelah menggunakan motorisasi nelayan mencari ikan di tengah laut. Selain itu, perubahan lain yang terjadi dalam kehidupan masyarakat nelayan di Desa Galesong Baru setelah adanya modernisasi yaitu dari segi pendapatan yang telah meningkat, yang sebelumnya hanya 1 bakul tapi setelah adanya modernisasi pendapatan bias mencapai 2-3 Bakul dalam satukali melaut. Hadirnya modernisasi tentunya memberikan dampak bagi kehidupan masyarakat nelayan yaitu dampak positif dan negatif. Dampak positif yang ditimbulkan yaitu semakin meningkatnya kehidupan masyarakat nelayan dari segi pendapatan, adapun dampak negatif yang ditimbulkan yaitu pengurangan tenaga kerja nelayan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah, yakni: Heuristik (mencari dan mengumpulkan sumber), kritik sumber (kritik ekstern dan kritik intern), interpretasi (penafsiran sumber), dan historiografi (penulisan sejarah).
Lembaga Bantuan Hukum Makassar: Napak Tilas Perlindungan Hukum Kaum Marginal (1983-2016) Andi Alauddin; Patahuddin Patahuddin; Muh. Rasyid Ridha
PATTINGALLOANG Vol. 5 No. 2, Agustus 2018
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (191.753 KB) | DOI: 10.26858/pattingalloang.v5i3.8518

Abstract

Penelitian mengakaji tentang Lembaga Bantuan Hukum Makassar sejak 1983 sampai pada 2016. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ide pendirian Lembaga Bantuan Hukum Makassar (LBH Ujung Pandang) telah ada sejak tahun 1983, namun baru resmi didirikan di Tahun 1983 oleh sebuah tim yang terdiri dari advokat Peradin cabang Ujung Pandang. Rumusan tim dari Peradin (Persatuan Advokat Indonesia) selanjutnya diusulkan kepada Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) dan mendapatkan sambutan baik. Adnan Buyung Nasution, SH. Selanjutnya melantik M. Ilyas Amin, SH. Sebagai direktur LBH Makassar pertama di Balai Wartawan jalan Pasar Ikan pada tanggal 23 September 1983. Dalam perjalanannya LBH Makassar menyadarkan masyarakat untuk melihat permasalahan hukum yang menimpa bukan hanya kasus hukum semata melainkan didalamnya sudah tersandung aspek non hukum. Sehinggga pola bantuan hukum tidak hanya melihat dari aspek hukum positif tapi melihat dari berbagai aspek lainnya (politik, ekonomi, social,budaya dan lainnya). Misalnya kasus sengketa lahan dikelurahan Kass’-Kassi’ yang dimenangkan oleh masyarakat bukan hanya mengandalakan Peradilan semata, tapi dengan melibatkan masyarakat untuk turut serta menyampaikan aspirasi kepada pemerintah. Konsep tersebut adalah bantuan hukum structural.  Perjalan LBH Makassar selama tiga dekade sarat akan nilai perjuangan untuk memberi bantuan hukum cuma-cuma kepada masyarakat marginal (baik dalam konteks sosiologi, ekonomi dan politik). Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah, yaitu heuristik (mencari dan mengumpulkan sumber), kritik sumber (kritik ekstern dan kritik intern), interpretasi (penafsiran sumber) dan historiografi (penulisan sejarah). Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan penelitian pustaka, penelitian lapangan (wawancara) dan dokumentasi.  Kata Kunci: Lembaga, Hukum, Makassar
Pasar Tradisional Padang Sappa Kecamatan Ponrang Kabupaten Luwu 2002-2017 Nilla Aripin; Muh. Rasyid Ridha; Patahuddin Patahuddin
PATTINGALLOANG Vol. 5, No. 3, Desember 2018
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (130.158 KB) | DOI: 10.26858/pattingalloang.v5i4.9009

Abstract

Penelitian ini bertujuan utuk mengetahui latar belakang berdirinya Pasar Padang Sappa, mengetahui perkembangan Pasar Padang Sappa serta dampak keberadaan Pasar Padang Sappa bagi masyarakat. Metode yang digunakan untuk mengkaji  permasalahan dalam penelitian ini adalah metode sejarah, yang meliputi beberapa tahapan yaitu, heuristik (mencari dan mengumpulkan sumber), kritik sumber (kritik ekstern dan intern, interpretasi atau penafsiran sumber, dan hisoriografi (penulisan sejarah). Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan penelitian lapangan (wawancara) dan mengumpulkan sumber arsip. Hasil penelitian menunjukkan bahwa latar belakang berdirinya Pasar Padang Sappa karena adanya konflik sosial yang terjadi tahun 2000, sehingga pasar tersebut dipindahkan sementara di Lapangan Sepak Bola Padang Sappa. Karena lokasi lapangan yang memang tidak memadai untuk berjualan, pemerintah akhirnya menemukan lokasi pasar baru di Padang Sappa samping Kantor Polres Ponrang dan memindahkan pasar tersebut pada tahun 2002. Dalam perkembangan Pasar Padang Sappa kondisi fisik pasar yang awalnya menggunakan tenda-tenda darurat, saat ini telah menggunakan tempat yang layak untuk melakukan transaksi jual-beli untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat. Keberadaan Pasar Padang Sappa ini dapat memberikan dampak ekonomi, sosial dan budaya yaitu sebagai sumber pendapatan daerah, sebagai penyedia lapangan pekerjaan dan sumber penghasilan bagi masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa Pasar Tradisional Padang Sappa resmi dipindahkan pada tahun 2002 dan mulai dijadikan tempat jual-beli. Pasar Tradisional Padang Sappa muncul sebagai pasar kecamatan yang menyediakan berbagai kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya.  This research and writing aims to find out the background of the establishment of Padang Sappa Market, to know the development of Padang Sappa Market and the impact of the existence of Padang Sappa Market for the community. The method used to study the problems in this study is the historical method, which includes several stages, namely, heuristics (searching and collecting resources), source criticism (external and internal criticism, interpretation or interpretation of sources, and hisoriography (historical writing). done by conducting field research (interviews) and collecting archival sources. The results showed that the background of the establishment of Padang Sappa Market was due to the social conflict that occurred in 2000, so that the market was temporarily moved at the Padang Sappa Football Field. Due to the inadequate location of the field to sell, the government finally found a new market location in Padang Sappa next to the Ponrang Police Station and moved the market in 2002. In the development of Padang Sappa Market the physical condition of the market which initially used emergency tents has now use a decent place to make buying and selling transactions to meet the daily needs of the community. The existence of the Padang Sappa Market can provide economic, social and cultural impacts as a source of regional income, as a provider of employment and income sources for the community. Based on the results of the study, it can be concluded that the Padang Sappa Traditional Market was officially transferred in 2002 and began to be used as a place to buy and sell. Padang Sappa Traditional Market emerges as a sub-district market that provides various needs to meet the needs of the community
Situs Jera’ Lomp’e Sebagai Sumber Belajar Sejarah Siswa Kelas X SMAN 8 Soppeng Alma Paramita; Patahuddin Patahuddin; Rasyid Ridha
PATTINGALLOANG Vol. 6, No. 3, Desember 2019
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (74.703 KB) | DOI: 10.26858/pattingalloang.v6i3.11684

Abstract

 Penelitian ini adalah penelitian pre-experiment. Populasi penelitian ini adalah seluruh kelas X SMAN 8 Soppeng pada semester genap tahun ajaran 2018/2019 yang terdiri dari 6 kelas dan dipilih satu kelas secara acak sebagai sampel penelitian. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran dan tes hasil belajar (pre-test dan post-test). Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif dan inferensial. Hasil analisis statistika deskriptif 1) rata-rata keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan situs sebagai sumber belajar sejarah sebesar 3,9 (terlaksana dengan baik) 2) rata-rata hasil kemampuan awal siswa (pretest) yaitu 4,77 berada pada kategori sangat rendah. Rata-rata hasil belajar siswa (posttest) yaitu 8,36 berada pada kategori sangat tinggi, 3) hasil posttest menunjukkan bahwa ketuntasan klasikal tercapai yakni 23 siswa mencapai ketuntasan individu. Hasil analisis inferensial menunjukkan 1) nilai rata-rata siswa yang diajar dengan pemanfaatan situs sebagai sumber belajar sejarah lebih besar dari 70 (KKM) 2) nilai rata-rata gain ternormalisasi lebih besar dari 0,3 (kategori sedang) 3) terdapat perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa : (1) strategi guru dalam pemanfaatan situs sebagai sumber belajar sejarah adalah melalui media gambar, sebagai contoh peninggalan zaman islam, dan tugas individu (2) keterlaksanaan pembelajaran dengan pemanfaatan situs sebagai sumber belajar sejarah terlaksana dengan sangat baik (3) hasil belajar siswa sebelum pemanfaatan situs sebesar 4,772 yang berada pada kategori rendah (4) dari hasil belajar siswa terdapat peningkatan yang dapat diketahui dari nilai rata-rata post-test sebesar 8,363 yang berada pada kategori tinggi Kunci: Jera’ Lompo’e, Hasil Belajar, SMAN 8 Soppeng  AbstractThis research is a pre-experiment research. The population of this study was all of the 10th grade of SMAN 8 Soppeng in the even semester of the 2018/2019 school year consisting of 6 classes and one class was chosen randomly as a research sample. Data is collected by using an observation sheet of the implementation of learning and learning outcomes tests (pre-test and post-test). The data analysis technique used is descriptive and inferential analysis techniques. Descriptive statistics analysis results 1) average learning performance using the site as a source of learning history is 3.9 (well implemented) 2) average results of students' initial ability (pretest) of 4.77 are in the very low category. The average student learning outcomes (posttest) ie 8.36 are in the very high category, 3) posttest results indicate that classical completeness is achieved ie 23 students achieve individual completeness. The results of inferential analysis show 1) the average value of students taught by the use of the site as a source of learning history is greater than 70 (KKM) 2) the average value of normalized gain is greater than 0.3 (medium category) 3) there is a difference significant before and after treatment. From the results of this study it can be concluded that: (1) the teacher's strategy in utilizing the site as a source of historical learning is through the media of images, for example the relics of the Islamic era, and individual tasks (2) the implementation of learning by utilizing the site as a source of historical learning very well implemented (3) student learning outcomes before the use of the site amounted to 4,772 which are in the low category (4) of student learning outcomes there is an increase that can be seen from the average post-test score of 8.336 which is in the high category.Keyword: Jera’ Lompo’e, Learning Outcomes, SMAN 8 Soppeng
PERLAWANAN RAKYAT TOPOKA DI LUWU (1914) Harpita Sapitri; Muh. Rasyid Ridha; Ahmadin Ahmadin
PATTINGALLOANG Vol. 2 No. 2 April - Juni 2015
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (23.905 KB) | DOI: 10.26858/pattingalloang.v2i2.8423

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : Latar belakang terjadinya Perlawanan Rakyat Topoka di Luwu, jalannya perang Topoka di Luwu sebagai bentuk perlawanan rakyat terhadap Belanda, dan akhir perang Topoka terhadap rakyat dan Pemerintah Hindia Belanda di Luwu. Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang melalui beberapa tahapan yaitu terdiri dari  pengumpulan sumber (Heuristik) dengan cara wawancara dan sumber buku, kritik (kririk internal dan kritik eksternal), interpretasi (penafsiran), dan penulisan (historiografi). Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa : 1) Belanda memaksa rakyat membuat jalanan dan jembatan-jembatan untuk memperlancar roda jajahannya. Paksaan itu berlaku paling keras dan kejam di Kecamatan Suli. Bukan saja pembuatan jalanan dan jembatan. Selain itu, sistem pemungutan pajak yang bersifat sewenanng-wenang memperparah kondisi rakyat. 2) Belanda mengetahui bahwa penduduk yang membangkang berkumpul di Topoka, Asisten Residen Luwu berangkat ke Topoka dan bermaksud menangkap penduduk yang melawan dan merampas senjatanya. Di tempat itu akhirnya terjadi perkelahian antara pasukan Belanda dengan penduduk Topoka. Kemudian serangan balasan dilakukan penduduk Topoka terhadap barak pasukan Belanda dipinggir sungai Suli yang sementara dibuat jembatan. 3) Awal dari perlawanan menyebabkan kurang lebih dari 10 orang pihak Topoka Tewas, dan 2 orang dari pihak Belanda. Akhir dari Perlawanan Topoka yang menyebabkan , lebih 20 orang Belanda yang luka-luka dan 1 orang dari Belanda tewas, sedangkan dari pihak Topoka, kira-kira 40 orang luka-luka dan 10 orang tewas. Dan penangkapan terhadap tokoh-tokoh penting yang dianggap terlibat dari perang perlawanan tersebut.Kata Kunci: Perlawanan Rakyat Topoka Di Luwu (1914)
Petani Kopi Robusta di Desa Basseang Kecamatan Lembang Kabupaten Pinrang (1970-2018) Sriyuni Wahyuningsih Ripal; Rasyid Ridha; Ahmadin Ahmadin
PATTINGALLOANG Vol. 8, No. 1, April 2021
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/jp.v8i1.18396

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang keberadaan Petani Kopi Robusta di Desa Basseang, dinamika produksi kopi, sistem pengolahan hasil panen dan dampak keberadaan pertanian kopi robusta. Penelitian ini bersifat Deskriptif Analitik menggunakan metode penelitian sejarah, yaitu heuristik, kritik ekstern dan kritik intern, interpretasi dan historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Belanda membawa bibit kopi Robusta dikarenakan hampir seluruh perkebunan di dataran rendah di Indonesia rusak terkena hama. Tahun 1907 Kerajaan Sawitto telah ditaklukkan oleh pemerintah Kolonial Belanda mendatangkan bibit kopi Robusta ke daerah tersebut yang disebut Kawa Balanda. Tahun 1970 merupakan awal baru bagi pertanian kopi yang ada di Desa Basseang. Ambe’ Mine sebagai pelopor pertanian kopi di Desa tersebut mengajak petani lainnya memulai membudidayakan kopi yang sebelumnya rusak karena perang dan ditinggalkan ketika terjadi bentrok fisik antara TKR pada masa DI/TII. hasil produksi pertanian kopi Robusta semakin meningkat tiap tahunnya, dikarenakan kondisi cuaca dan iklim yang mendukung pertanian tersebut. Hasil panen petani kopi di Desa Basseang diolah secara tradisional dan modern. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa petani kopi merupakan salah satu profesi yang sejak dahulu dilakoni oleh masyarakat di Desa Basseang sejak zaman kolonial hingga era milenial. Profesi petani kopi diyakini meningkatkan taraf hidup masyarakat di Desa Basseang.
Industri Ico Timpo Di Cabenge Kabupaten Soppeng, 2003 2017 Nurmayanti Nurmayanti; Patahuddin Patahuddin; Muh Rasyid Ridha
PATTINGALLOANG Vol. 6, No. 2, Agustus 2019
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/pattingalloang.v6i2.10782

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang keberadaan tembakau dan industri Ico Timpo di Cabenge, Perkembangan industri Ico Timpo, Kemunduran Industri Ico Timpo, dan Peran serta Dampak Tembakau dan Industri Ico Timpo di Cabenge. Penelitian ini bersifat deskriptif analisis dengan menggunakan metode historis, dengan tahapan kerja yang meliputi, heuristik, kritik, interpretasi dan juga historiografi. Konsep ilmu sosial seperti Ekonomi, Sosiologi dan Antropologi juga digunakan untuk menganalisis masalah yang relevan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa latar belakang berdirinya industri Ico Timpo di Cabenge diawali kebiasaan masyarakat mengunyah sirih dan tembakau namun berangsur-angsur ditinggalkan dan diganti dengan merokok dan berdirilah industri Ico Timpo dan berkembang hingga dapat dipasarkan ke beberapa daerah di Sulawesi Selatan hingga Kolaka.  Namun karena banyaknya persaingan dan datangnya industri tembakau Jawa menyebabkan industri Ico Timpo yang bersifat tradisional mengalami kemunduran. Berdasarkan hasil penelitian di atas disimpulkan bahwa industri tembakau di Cabenge mengalami pasang surut yang berlangsung dari tahun 2003-2017. Hal ini memberikan peran dan dampak yang cukup besar pagi perekonomian masyarakat dan pemerintah. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yakni: heuristic, kritik sumber, interpretasi dan historiografi.Keyword: Ico Timpo, Tembakau, Cabenge
Dinamika Pemerintahan Soppeng Pada Masa Afdeling Bone Hingga Masa Pemerintahan Andi Wana 1905-1960 Dodi Doigo Rahmada; Patahuddin Patahuddin; Rasyid Ridha
PATTINGALLOANG Vol. 7, No. 2, Agustus 2020
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/jp.v7i2.13726

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dinamika dan sejarah pemerintahan Soppeng dari masa Afdeling Bone hingga Pemerintahan Daerah Tingkat II Soppeng sejak tahun 1905 sampai tahun 1960 dan dampak kebijakan Andi Wana selaku Kepala Daerah pertama Pemerintahan Daerah Tingkat II Soppeng. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah, yaitu heuristik (mencari dan mengumpulkan sumber), kritik sumber (kritik ekstern dan kritik intern), interpretasi (penafsiran sumber) dan historiografi (penulisan sejarah). Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan penelitian pustaka, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Soppeng merupakan salah satu daerah di Sulawesi Selatan yang pernah menggunakan beragam sistem pemerintahan, mulai dari sistem pemerintahan Tomanurung, kerajaan, Hindia Belanda, Jepang, Negara Indonesia Timur, hingga pemerintahan NKRI. Penulis mengkhususkan pengkajian, penelitian dan penulisan pada dinamika sistem pemerintahan masa hindia belanda, jepang, negara indonesia timur, hingga pembentukan derah tingkat II yang di pimpin oleh Andi Wana, dari hasil penafsiran penulis menganggap bahwa secara umum sistem yang di gunakan saat ini tidak lain merupakan warisan dari negara penjajah yang pernah mendiami indonesia. Yang berbeda hanyalah pada wilayah administrasi dimana sistem dan kebijakan yang di gunakan sekarang berdasarkan kebutuhan yang diinginkan oleh penguasa. Akhir dari penelitian ini menunjukkan bahwa Soppeng memiliki rentetan sejarah yang panjang terkait dinamika pemerintahan. Namun hasil dari sistem pemerintahan yang pernah diterapkan, pada akhirnya menjadi pintu awal  dalam media perlawanan, memobalisasi massa dalam melawan penjajah serta memajukan dan membangun  daerah. 
Eksistensi Pabbagang Ponrang Kabupaten Luwu 1970-2016 Tantri Wulandari; Muh. Rasyid Ridha; Najamuddin Najamuddin
PATTINGALLOANG Vol. 4, No. 3, Desember 2017
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (227.629 KB) | DOI: 10.26858/pattingalloang.v5i1.6708

Abstract

This paper examines the existence Pabbagang In the village of the District Ponrang Ponrang Luwu Regency (1970-2016). The results of this study on Ponrang Pabbagang in the village at the time and the traditional era, the modern age and socio-economic life and system for the results. This research shows the beginning where pabbagang Village Ponrang, the origin of the naming Pabbagang and discuss the performance of pabbagang traditional performance pabbagang modern as well as how the system of revenue sharing between the owners of capital or owner bagang in every era with pabbagang itself where the system for the results in applied is tesan system, and how the competition between traditional pabbagang with modern pabbagang, and work system in laukan by pabbagang when in the butterflyfish (marine). The main fishing gear being the principal fishing gear used by the fishing village of Ponrang namely Bagang, where in the era of traditional fishermen using bagang step while in the modern era using motion bagang Ponrang village in which the people call Bagang Rambo. and the village social system Pabbagang Ponrang influenced by everyday life of fishermen at the time of the search process fish, In the 1980s Ponrang Pabbagang society has entered the modern era where fishermen are already using modern fishing gear as well. since the social and economic life has improved, and the result of it is also the case that fundamental changes in lifestyle Ponrang village society especially those who cultivate the profession as a fisherman pabbagang or in terms of economic level of society. and the village social system Pabbagang Ponrang influenced by everyday life of fishermen at the time of the search process fish, In the 1980s Ponrang Pabbagang society has entered the modern era where fishermen are already using modern fishing gear as well. since the social and economic life has improved, and the result of it is also the case that fundamental changes in lifestyle Ponrang village society especially those who cultivate the profession as a fisherman pabbagang or in terms of economic level of society. and the village social system Pabbagang Ponrang influenced by everyday life of fishermen at the time of the search process fish, In the 1980s Ponrang Pabbagang society has entered the modern era where fishermen are already using modern fishing gear as well. since the social and economic life has improved, and the result of it is also the case that fundamental changes in lifestyle Ponrang village society especially those who cultivate the profession as a fisherman pabbagang or in terms of economic level of society.  This research is descriptive analysis using historical methods, through the stages of the stages of work which includes; Heusristik, interpretation and Histriografi criticism. As the concept of Social Sciences sociology used to analyze the relevant issues, particularly in assessing the socio-economic life associated with changes in social life in fishing communities