Claim Missing Document
Check
Articles

Eksodus dari Bumi Hangus: Peristiwa Keluarnya Penduduk Dari Timor Timur Pasca Jajak Pendapat 1999 Jerwin Jerwin; M. Rasyid Ridha; Ahmadin Ahmadin
PATTINGALLOANG Vol. 4, No. 3, Desember 2017
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (287.743 KB) | DOI: 10.26858/pattingalloang.v5i1.7076

Abstract

This paper is about to explain the incident of the East Timorese who moved to Pangkep District, due to the riots after the announcement of the results of the Popular Consultation in the area. The situation became tense and caused insecurity among the people of East Timor. Including the migrants, from various regions of Indonesia such as Pangkep District. Pangkep people who have stay for a long time in East Timor, in general already have some valuable assets. Such as land, house, shop, and vehicle. But unfortunately, their assets were left behind, before being sold. The problem of the assets of the newcomers is then required to be resolved immediately. The study of the East Timor Exodus in Pangkep District is interesting because the arrival of migrants in East Timor and their return after the referendum has not been specifically studied. Especially coming from South Sulawesi, especially Pangkep regency. This research is a qualitative research with Historical Research approach, which consist of several stages: (1) Heuristic, by interviewing some East Timor Exodus people like Hasan, Salma, Muhris, etc. Collecting records at the Pangkep District Social Service, data held by the National Committee for East Timor Police Victims of Pangkep District, and in the November 5, 2016, issue of the Daily Fajar newspaper. It also used books related to East Timor, population and societal studies (Sociology / Anthropology). (2) Criticism or verification process of authenticity of historical sources. (3) Interpretation or interpretation of historical sources, and (4) Historiography, is the stage of historical writing. 
Pemukiman Baru Penduduk Liwu Ke Desa Gu-Lakudo 1969-1977 Arwin Arwin; Muh. Rasyid Ridha; Muh. Saleh Madjid
PATTINGALLOANG Vol. 5 No. 2, Agustus 2018
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (160.917 KB) | DOI: 10.26858/pattingalloang.v5i3.8519

Abstract

Tulisan ini menjelaskan tentang latar belakang pemindahan penduduk Liwu ke Desa Gu Lakudo, proses pemindahan dan dampak dari pemindahan penduduk Liwu ke Desa Gu-Lakudo. Hasil penelitian menunjukkan latar belakang pemindahan penduduk Liwu ke Desa Gu-Lakudo yaitu pada tahun 1969-1977 yang dilakukan oleh pemerintah khususnya pemerintah Kabupaten Buton. Dengan adanya pemindahan tersebut maka seiring dengan berjalannya pemerintahan Desa Gu-Lakudo mengalami perkembangan baik dalam sistem pemerintahan, perkembangan jumlah penduduk dan infrastruktur sosial serta perekonomian yang setiap tahun mengalami peningkatan dari tahun 1969-1977. Dengan adanya perkembangan maka terdapat pula dampak yang ditimbulkan dalam pembetukan Desa yaitu mempercepat pelayanan untuk masyarakat, pembangunan semakin nampak serta kesejahteraan sosial masyarakat semakin meningkat. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa dengan adanya Program Rsettlement Desa: Kajian Tentang Pemindahan Penduduk Liwu ke Desa Gu-Lakudo pada tahun 1969-1977 telah mengalami kemajuan diberbagai bidang seperti sosial, ekonomi, politik dan budaya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang terdiri dari empat tahap yaitu heuristic (mencari dan pengumpulan sumber), kritik sumber (kritik ekstern dan kritik intern), interpretasi (penafsiran sumber), dan historiografi (penulisan sejarah). Metote pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan penelitian lapangan (wawancara) dan pustaka.Kata Kunci: Program Resettlement Desa, lakudo, Buton Tengah .  
Masjid Agung Luwu : Pusat Sejarah dan Pengembangan Islam Di Polopo Mutmainna Mutmainna; Muh. Rasyid Ridha; Najamuddin Najamuddin
PATTINGALLOANG Vol. 5, No. 1, April 2018
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (443.903 KB) | DOI: 10.26858/pattingalloang.v5i2.8473

Abstract

Kajian ini membahas mengenai latar belakang pembangunan Masjid Agung Luwu, perkembangan serta dampak yang ditimbulkan Masjid Agung Luwu yang lokasinya berada di Kota Palopo. Pembangunan masjid ini dilakukan pada tahun 1974 dengan peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Bupati Kepala Daerah Luwu A. Samad Suhaeb bersama dengan pimpinan DPRD dan sejumlah Umat Islam. pada saat mereka telah melakukan Sholat Idul Adha 10 Dzulhijjah 1393 pada tanggal 4 Januari 1974. Keberdaaan masjid ini sebagai wadah untuk memperdalam ilmu agama serta menjadi simbol persatuan masyarakat muslim yang ada di Kota Palopo. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang terdiri dari empat tahapan, yaitu heuristik (mencari dan mengumpulkan sumber), kritik sumber (kritik intern dan ektern), interpretasi (penafsiran sumber) dan historiografi (penulisan sejarah). Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan penelitian lapangan terdiri dari wawancara dan mengumpulkan sumber arsip. Kata kunci : Masjid Agung, Islam, Palopo AbstractThis study discusses the background of the construction of the Great Mosque of Luwu, the development and the impact of the Great Mosque of Luwu which is located in Palopo City. The construction of this mosque was carried out in 1974 with the laying of the first stone carried out by the Regent of the Regional Head of Luwu A. Samad Suhaeb together with the leaders of the DPRD and a number of Muslims. when they had performed Eid Al-Adha Prayers 10 Dzulhijjah 1393 on January 4, 1974. The existence of this mosque as a place to deepen the knowledge of religion and become a symbol of the unity of the Muslim community in Palopo City. This research uses historical research method which consists of four stages, namely heuristics (searching and collecting resources), source criticism (internal and external criticism), interpretation (interpretation of sources) and historiography (historical writing). Data collection methods are carried out by conducting field research consisting of interviews and collecting archival sources. Keywords: Great Mosque, Islam, Palopo
Pondok Pesantren Al Urwatul Wutsqaa Kab Sidrap 1974-2018 Muh. Faiz; Jumadi Jumadi; Muh Rasyid Ridha
PATTINGALLOANG Vol. 7, No. 1, April 2020
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (256.6 KB) | DOI: 10.26858/pattingalloang.v7i1.12533

Abstract

Penelitian Penelitian ini merupakan hasil penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan sejarah dan perkembangan Pondok Pesantren Al Urwatul Wutsqaa di Kelurahan Benteng, Kecamatan Biranti, Kabupaten Sidrap. Metode yang digunakan adalah metode penelitian sejarah yang menjelaskan sesuatu berdasarkan perspektif sejarah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pondok Pesantren Al Urwatul merupakan pondok pesantren tertua di Kabupaten Sidrap. Penelitian ini juga mengungkapkam faktor penyebab didirikannya Pondok Pesntren ini yaitu : Kurangnya sekolah berlatar belakang agama, masih kentalnya kepercayaan animisme, dan adanya cita-cita para tokoh agama dan pendidik. Kata Kunci : Pondok Pesantren, tertua, tokoh agama, Kabupaten Sidrap. AbstractThis research is the result of research aimed at describing the history and development of Al Urwatul Wutsqaa Islamic boarding school in Benteng Village, Biranti Sub-districk, Sidrap regency. The method use in the research is historical research  that explain a problem based on historical perspective. The result showed that the Al Urwatul Wutsqaa Islamic boarding school is oldest boarding school in Sidrap Regency. This Study also revealed the factor causing the establishment of this islami boarding school, namely : lack of school with religious backgrounds, strong animism beliefs and ideals of religious leaders and educators. Keywords : Islamic boarding school, the oldest, religious leader, Sidrap Regency
Objek Wisata Ke’te Kesu’ (1975-2017) Lidya Arni Barumbun; Muh. Rasyid Ridha; Patahuddin Patahuddin
PATTINGALLOANG Vol. 5, No. 1, April 2018
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (327.653 KB) | DOI: 10.26858/pattingalloang.v5i2.8466

Abstract

Kajian ini menunjukkan bahwa latar belakang dijadikannya Perkampungan Adat Ke’te Kesu’ sebagai objek wisata tidak terlepas dari datangnya peneliti-peneliti yang merupakan peserta Konfrensi PATA (Pacifik Area Travel Association). Sehingga pada tahun 1975 pemerintah pusat dalam hal ini Menteri Pariwisata, Susilo Sudarma mengusulkan untuk menjadikan kampung adat Ke’te Kesu menjadi objek wisata. Kemudian dalam perkembangan setiap tahunnya menunjukkan perkembangan yang sangat signifikan dapat dilihat dari jumlah sarana dan prasarana yang memadai setiap tahunnya selain itu dapat dilihat dari jumlah wisatawan yang datang berkunjung ke objek wisata Ke’te Kesu’ setiap tahunnya semakin meningkat, terbukti dari data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Toraja Utara dari tahun 2008 (mulai terbentuknya Kabupaten Toraja Utara) jumlah pengunjung wisatawan yang datang berjumlah 27.203 orang, sampai tahun 2017 jumlah kunjungan wisatawan asing maupun domestik mencapai 105.221 orang. Keberadaan objek wisata Ke’te Kesu’ memberikan dampak bagi kehidupan perekonomian, baik bagi masyarakat sekitar pada khususnya dan Kabupaten Toraja Utara pada umumnya dan juga memberikan dampak pada aspek lainnya seperti sosial budaya, lingkungan dan pendidikan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang terdiri dari empat tahapan, yaitu heuristik (mencari dan mengumpulkan sumber), kritik sumber (kritik intern dan ektern), interpretasi (penafsiran sumber) dan historiografi (penulisan sejarah). Kata Kunci : Perkampungan Adat Ke’te Kesu’, Perkembangan Objek Wisata, dan Kabupaten Toraja UtaraAbstractThe finding of this study indicates that the background of Ke'te’ Kesu as one of tourist attractions in Toraja has strong relation to the first arrival of some researchers in 1975who are participants of the PATA Conference (Pacifik Area Travel Association). The central government in this occasion represented by the Minister of Tourism, Susilo Sudarma used this opportunity to establish the traditional village of Ke'te Kesu which then become one of well-known tourist attractions in Indonesia. Since then, there has been shown a very significant development annually that was proven by the number of facilities and infrastructure that began to be adequate. The existence of Ke'te’ Kesu's tourism also has an impact on the economic life, both for the surrounding communities in particular, and for the government as well as the societies in Toraja Utara in general. It also impacts on other aspects such as social culture, environment and education. This research uses a historical research method consisting of four stages: heuristic (searching and collecting resources), source criticism (internal and external criticism), interpretation (source interpretation) and historiography (historical writing).                                                                     Keyword : Traditional Village of Ke’te’ Kesu’, Tourist Development, and Toraja Utara district 
Pesantren Sultan Hasanuddin Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa Tahun 1986-2017 Inarwati Inarwati; Najamuddin Najamuddin; Muh. Rasyid Ridha
PATTINGALLOANG Vol. 5 No. 2, Agustus 2018
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (102.197 KB) | DOI: 10.26858/pattingalloang.v5i3.8541

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang berdirinya Pesantren Sultan Hasanuddin, perkembangan Pondok Pesantren Sultan Hasanuddin (1986-2017), serta dampak keberadaan Pondok Pesantren Sultan Hasanuddin. Penelitian ini menggunakan metode sejarah, melalui tahapan: heuristik yakni tahap pengumpulan data atau sumber, kritik yakni tahap penyeleksian sumber ataupun data, interpretasi yang merupakan penafsiran dari fakta-fakta yang telah ada dan historiografi yang merupakan tahap akhir penulisan dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang melatarbelakangi berdirinya Pondok Pesantren adalah  keprihatinan terhadap kualitas dan kuantitas pendidikan yang ada di dalam masyarakat, sehinggah Pondok Pesantren Sultan Hasanuddin didirikan pada tahun 1986 di Desa Paraikatte Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa. Perkembanga pondok pesantren Sultan Hasanuddin yang sangat pesat dapat dilihat dari sarana prasarana, santri, tenaga pendidik dan prestasinya. Dampak keberadaan pondok pesantren sangat positif dari berbagai bidang seperti bidang Agama, Sosial, dan Pendidikan.Kata kunci : Pondok, Pesantren, Gowa
Universitas Al Asyariah Mandar dan Perkembangannya di Polewali Mandar, 2004-2018 Yahdiana Yahdiana; Ahmadin Ahmadin; Muh. Rasyid Ridha
PATTINGALLOANG Vol. 6, No. 2, Agustus 2019
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/pattingalloang.v6i2.10840

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui latar belakang berdirinya Universitas Al Asyariah Mandar (UNASMAN), perkembangan UNASMAN dalam kurung waktu 2004 hingga 2018 serta Peranannya di Kabupaten Polewali Mandar.Penelitian ini bersifat deskriptik historis, dengan menggunakan metodologi sejarah yang meliputi heuristik, dalam bentuk mengumpulkan sumber sebanyak-banyaknya, kritik sumber yang bertujuan untuk menilai dan menetukan sumber, interpretasi yaitu menentukan kedudukan suatu fakta secara proposional dan historiografi atau penyajian yang merupakan pengungkapan kisah sejarah secara tertulisHasil penelitian yang menunjukkan bahwa UNASMAN didirikan karena banyaknya lulusan SMA di daerah polewali Mandar yang ingin melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi tapi terkendala jarak, transportasi dan biaya hidup; UNASMAN dalam kurung waktu 2004-2018 telah mengalami perkembangan ini dibuktikan dengan bertambahnya jumlah mahasiswanya yang semakin meningkat, Sarana Prasarana dan juga tenaga dosennya; UNASMAN telah memberikan pengaruh yang Positif terhadap peranannya dalam pendidikan tinggi, Agama melalui pembinaan keagamaannya serta Budaya dalam pelestarian budaya lokal di Kabupaten Polewali Mandar.Berdasarkan hasil penelitian diatas disimpulkan bahwa UNASMAN mengalami perkembangan yang berlangsung dari tahun 2004-2018. Hal ini memberikan peranan besar bagi masyarakat maupun pemerintah.Kata Kunci: Unasman, Universitas, Polman This study aims to determine the background of the establishment of Al Asyariah Mandar University (UNASMAN), the development of UNASMAN in the period 2004 to 2018 and its role in Polewali Mandar Regency. This research is a historical descriptive, using historical methodology which includes heuristics, in the form of gathering as many sources many, source criticism that aims to assess and determine the source, interpretation that determines the position of a fact proportionally and historiographically or is a presentation that reveals a historical story in writing. colleges but distance, transportation and living costs; UNASMAN in the period 2004-2018 has experienced this development as evidenced by the increasing number of students who are increasing, Infrastructure Facilities and also lecturers; UNASMAN has had a positive influence on its role in tertiary education, Religion through fostering religion and Culture in the preservation of local culture in Polewali Mandar Regency. Based on the above research results it was concluded that UNASMAN underwent a development that lasted from 2004-2018. This gives a big role for the community and the government.Keyword: Unasman, University, Polman
Masyarakat Adat Tangsa di Enrekang Sulawesi Selatan, 2004-2018 Hamida Hamida; M. Rasyid Ridha; Jumadi Jumadi
CHRONOLOGIA Vol 2 No 1 (2020): Chronologia
Publisher : Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (204.41 KB) | DOI: 10.22236/jhe.v2i1.5259

Abstract

This study aims to determine the background of the formation of the Tangsa indigenous people, the dynamics of the Tangsa indigenous people, and the function and role of traditional institutions in the Tangsa customary community. The results of this study indicate that the indigenous Tangsa community emerged beginning with the arrival of To Manurung namely Saembona and Tangsilondongna who gave birth to three children namely Takke Buku, Masoang, and Embong Bulan. Over time, there have been many changes, including in the Dutch period, the DI / TII period, and even until now it has changed. Based on the results of the study showed that the Tangsa customary community is an organization within the community that still carries out routine activities including solo signs, tuka signs, massalu nene, and tongkonan ma'rara which are supported by the existence of customary stakeholders in each group as important role holders for the implementation routine in the community. This research uses historical research method which consists of four stages, namely heuristics (collecting data or sources), source criticism consisting of internal and external criticism, interpretation or interpretation of sources and historiography, namely writing history.
Literasi Lontara : Pembelajaran Nilai Budaya Luhur Bugis pada Santri TPA Babul Ilmi Kota Parepare Ahmad Subair Subair; Muh. Rasyid Ridha; Andi Ima Kesuma; La Malihu; St. Junaeda
Humanis Vol. 21, No. 1 Juni 2022
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/humanis.v21i1.31917

Abstract

Tulisan ini membedah mengenai pembelajaran sejarah dan budaya lokal melalui kegiatan  literasi  aksara  lontara,  yakni  mengenalkan  huruf  lontara  dan  Bahasa Bugis melalui konten sejarah lokal dan kajian-kajian nilai luhur kepada santri TPA Babul Ilmi Kota Parepare. Hasil dari kegiatan tersebut menunjukkan pengharapan santri dapat berlaku sesuai dengan nilai-nilai utama kebudayaan Bugis, yakni jujur (lempu) dan cerdas (acca).Abstract. This article discuss about history studies and culture through literacy lontara activities, that is introduction lontara alphabet and Bugis Language through local history content and local genius to student’s TPA Babul Ilmi Parepare City. Result of these activities showing a hope student’s can do it local genius of Bugis, that is: honest (lempu) and intelligent (acca).
Pemilihan Umum 1955 di Sulawesi Selatan: Studi Kasus Afdeeling Parepare Irdaniah Irdaniah; Andi Ima Kusuma; Muhammad Rasyid Ridha
Phinisi Integration Review Volume 5 Nomor 2 Tahun 2022
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/pir.v5i2.33557

Abstract

This study aims to determine: (1) to find out the situation of South Sulawesi, especially the Afdeeling Parepare region before the general election, (2) to understand the process of preparing for the 1955 general election until its implementation. This research uses qualitative research with a historical approach, namely heuristics, criticism, interpretation and historiography. Based on the data sources used, namely primary data and secondary data. Primary data was obtained through archival documents found at the Office of the Archives and Library of South Sulawesi Province. While secondary data is data obtained from various literatures such as books, journals, theses, theses and other sources related to the research theme. Management of data presentation is done using historical research methods. The results showed that: (1) the situation in South Sulawesi ahead of the 1955 general election, especially in the Afdeeling Parepare area, could be categorized as less safe. This was due to the disturbance of the DI/TII gang who tried to thwart the general election. This disturbance hinders general election preparations from registration of general election participants to the implementation of general elections. (2) the general election in Parepare succeeded in voting on September 29, 1955. The results of the general election in Parepare were five parties that received the most votes, namely: Masyumi, PSII, PKR, NU and PNI.