Claim Missing Document
Check
Articles

KUALITAS HARDBOARD DUA JENIS BAMBU DENGAN TAMBAHAN TANIN RESORSINOL FORMALDEHIDA Dian Anggraini Indrawan; Ignasia Maria Sulastiningsih; Rossi Margareth Tampubolon; Gustan Pari; Adi Santoso
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 35, No 1 (2017): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2017.35.1.29-42

Abstract

Hardboard dapat dibuat dari berbagai macam bahan serat berligno-selulosa. Di Indonesia dewasa ini ketersediaan bahan baku serat konvensional (khususnya kayu hutan alam tropis) untuk hardboard semakin terbatas dan langka, sedangkan produksi domestik hardboard belum dapat memenuhi kebutuhan yang ada. Bahan baku serat alternatif  yang potensinya berlimpah dan belum banyak dimanfaatkan perlu diperkenalkan, diantaranya bambu. Penelitian pemanfaatan bambu sebagai bahan baku pembuatan hardboard telah dilakukan dengan memanfaatkan dua jenis bambu yaitu bambu tali (Gigantochloa apus) dan bambu ampel (Bambusa vulgaris). Masing-masing jenis bambu diolah menjadi pulp dengan proses semi-kimia soda panas terbuka.  Hardboard dibuat dengan 5 proporsi campuran pulp bambu tali + bambu ampel yaitu 100%+0%, 75%+25%, 50%+50%, 25%+75%, dan 0%+100%. Tiap proporsi ditambahkan perekat tanin-esorsinol-formaldehida (TRF) sebesar 0%, 6% and 8% dari berat kering pulp. Lembaran hardboard dibentuk dengan cara basah lalu diuji sifat fisis dan mekanisnya. Hasil penelitian menunjukkan penambahan TRF hingga 8% meningkatkan sifat fisis dan mekanis hardboard. Hardboard dari serat pulp bambu ampel 100% memiliki kualitas tertinggi karena sifatnya banyak memenuhi persyaratan JIS dan ISO untuk kerapatan, modulus elastisitas lentur (MOE), modulus patah (MOR) dan keteguhan rekat internal (IB). Sementara itu, hardboard dari serat bambu tali 100% memiliki kualitas terendah. Performa hardboard dari campuran pulp bambu tali + bambu ampel pada proporsi 50%+50% dan 25%+75% memiliki tingkatan kualitas pada urutan kedua dan ketiga. Papan serat bambu tali yang berkualitas rendah diharapkan dapat diperbaiki melalui penambahan perekat TRF.
ANALISIS KIMIA BEBERAPA JENIS KAYU DARI INDONESIA BAGIAN TIMUR (Chemical analysis of several wood species from East Indonesia) Gustan Pari
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 14, No 1 (1996): Buletin Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.1996.14.1.1- 6

Abstract

This paper  reported  the  result  of  chemical  analysis  of  nine  wood  species  from  East Indonesia.  The analysis comprise of the determination  of  holocellulose,  cellulose,  lignin,  pentosan,  ash  content,  silica  content  and the solubility  in cold water,  hot water,  one percent  of  sodium  hydroxide and alcohol  benzene extractives.  These analysis  were conducted to determine their basic characteristics and ultimate uses of the wood. The result showed that holocellulose  content ranges from  66,91 - 75,29 %, cellulose from  43,50- 54,72 %, lignin from  24,04 - 33,09  %, pentosanfrom   14,34 - 18,95  %, ash content from  0,38  - 2,13  %, silica content from  0,12 -1,91  %, The solubility in cold water rangesfrom 2, 71  -  8,42  %, hot water from  2,87 - 8,92  %,  in NaOH 1  % from  12,34  - 26,65   %  and in alcohol benzena (1:2) from  2,42-11,86  %. Based on chemical analysis,  especially  the  cellulose content the 9 wood species from  East Indonesian are suitable as raw material for pulp and paper industry.Keywords:   IBT, Chemical Component.
KARAKTERISTIK BIOPELET DARI LIMBAH PADAT KAYU PUTIH DAN GONDORUKEM Sofia Mustamu; Dede Hermawan; Gustan Pari
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 36, No 3 (2018): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1749.584 KB) | DOI: 10.20886/jphh.2018.36.3.191-204

Abstract

Biopelet adalah bahan bakar padat yang dihasilkan dari pengempaan biomassa menjadi sumber energi bakar alternatif. Limbah padatan kayu putih dan gondorukem berpotensi untuk biopelet. Kualitas pembakaran biopelet lebih baik dari pembakaran biomassa secara langsung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari ukuran serbuk dan suhu pengempaan yang optimal untuk menghasilkan biopelet berkualitas terbaik dan ramah lingkungan. Limbah padat kayu putih dan gondorukem dicampur dan dijadikan serbuk, dengan ukuran penyaringan 20 mesh, 40 mesh, 60 mesh, dan 80 mesh. Dari masing-masing ukuran serbuk dilakukan pencampuran sebanyak 30 g untuk dicetak dengan perbandingan 70% limbah padat kayu putih dan 30% gondorukem. Pencetakan biopelet dilakukan dengan menggunakan mesin kempa hidrolik bertekanan 526,48 kg/cm2 dengan suhu pencetakan yang diinginkan antara lain 120, 150, 180, 200, 230, dan 260°C. Hasil penelitian menunjukan biopelet yang dibuat dari serbuk berukuran 40 mesh dan suhu pengempaan 230°C menghasilkan biopelet dengan kualitas terbaik. Sifat fisik biopelet yang dihasilkan dari ukuran serbuk 40 mesh dan suhu pencetakan 230°C yaitu kadar air 1,905% ; kadar abu 3,955%; kandungan zat terbang 72,189%; kadar karbon terikat 21,949%; nilai kalor 5097,5 kkal/kg; dan keteguhan tekan 53,746 kgf/cm2.
PEMBUATAN ARANG AKTIF KAYU KARET UNTUK NAHAN PEMURNI MINYAK DAUN CENGKEH Gustan Pari
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 8, No 6 (1991): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.1991.8.6.228-235

Abstract

EzperlmentaUtudy   on ltmna •activation    of rubber  wood  charcoal (Hewa  bnalllMn•)   to prodw    activated claarooal.•  reported in tlu. paper.  The PurPo•   of tlu. ,...,.ch    la to dudy   the           of tempeniture and reaction time on the activa­ te<I charcoal yield  and quality.    .                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                             De  octlvated eharcoal jlroduced from flail uperiment N   utm.ed to re'/lnllthe crude oa from elo•   ,_,  oa.  TflS   fr*ltmlmt    tem,,.,ature  for actlva"tion were  at  two leriela,  1000~  and BOOOC, roith  ru~         N8etlon  ti,_.   Of 10, 16 and JO minuta.  Steam /fbw rate wa  made ca...tant at 0.64 "'""•                                                     7'fN rault   Mou.   that  the yield  of  activated Charcoal range from  73.7 •to  90.0CJa,  moiature contont •from  3.9 to 9.0CJa, ah  content '/t'Om 8.9 to 4. 7CJa, volatile matter 'from 6.6 to i 3.0CJa, f&ed carbon from 83.0 to 89.8"­                • Tfae  aaorptive oapa~•   o,. iodi•,    benune  and nl(uric­  acid re.,,.Ctive1y rarwed from 48_6.9 to 197.1 mf/1,   11.8 to 18.4'11 and  19.6  tO U.6'1.  •ne_ food  quality of  the activated charcoal  produced when the activation temperature of 100oC ullth readlon•tl,,,. fpr 16 mlnuhtor when the mnperature  8000C withreactlOn time 10 minut•    ftfl   ilapecltilly true '(or the• ad«Jrptlve   oapadty   of  iOdine  where  thia criterion ha   Nt   the commerdal .mndard• requirement   both by the American Water Worlu A.llociotion and the lndonemn Indutrial Standard.fte    quality of  the clove  'leaf oil re'fined•with the uperimentol actiuated charcoal  ahorn  that the total e1111enol content ra•ed   .from  78.J to 79.0'11; apecific iravity   'from 1.0296 to 1.0310; nDJO from 1.6294 to 1.6J97; 80lubility  in ethanol 70'11 from 1:1 to l :.J.7'le p    chrornatofraphy   analyae• indicated .that  the e1111enol content ra1J6ed 'from 69.6 to 71.0'11andthe tnpen  content 'frorn J7.J  to 28.BWa. -De  quality of the refined  clove  'leafoil ha   been. inproved to con(Orm •Ith  the •commerdal quality• acoortlbw to the Indonaian Industrial Standard.
OPTIMASI TEKNIK PEMURNIAN GLUKOMANAN PADA TEPUNG PORANG (Amorphophallus muelleri Blume) Gunawan Trisandi Pasaribu; Novitri Hastuti; Lisna Efiyanti; Totok K Waluyo; Gustan Pari
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 37, No 3 (2019): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2019.37.3.197-203

Abstract

Porang (Amorphophallus muelleri Blume) adalah salah satu jenis hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang memiliki berbagai keunggulan dibandingkan dengan tanaman pangan lainnya. Dari aspek budidaya dan kandungan tepungnya, tepung porang menjadi salah satu sumber pangan alternatif. Saat ini, peningkatan kadar glucomannan menjadi tantangan dalam pengolahan pasca panen porang. Peningkatan kadar glukomanan akan meningkatkan pemanfaatan tepung porang dan membuka pasar tepung porang. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan teknik pemurnian glukomanan yang optimal. Penelitian dilakukan dengan teknik perendaman dengan etanol (30%, 40%, dan 50%) dan natrium bisulfit (2%, 3%, dan 4%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik perendaman dengan etanol berpengaruh nyata terhadap peningkatan kadar glukomanan. Pencucian dengan etanol 50% dan NaHSO3 2% dapat meningkatkan glukomanan dari 32,65% menjadi 83,96%. Proses perendaman dengan etanol meningkatkan kadar glukomanan tetapi tidak mempengaruhi kandungan zat besi (Fe) dan kalsium (Ca) tepung porang.
SIFAT KIMIA DAN KUALITAS ARANG LIMA JENIS KAYU ASAL KALIMANTAN BARAT Lisna Efiyanti; Suci Aprianty Wati; Dadang Setiawan; Saepuloh Saepuloh; Gustan Pari
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 38, No 1 (2020): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2020.38.1.45-56

Abstract

Indonesia memiliki hutan yang cukup luas dengan jenis pohon penghasil kayu yang sangat beragam. Kayu dapat dimanfaatkan untuk berbagai produk seperti furnitur, kerajinan, konstruksi bangunan serta produk lain seperti arang. Pemanfaatan kayu juga pada umumnya berhubungan dengan sifat fisik, kimia, anatomi maupun mekanik kayu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi kimia dan ekstraktif lima jenis kayu kurang dikenal asal Kalimantan Barat, yaitu kayu kumpang, bengkulung, sawang, kempili, dan ubar serta pengaruhnya terhadap sifat arang yang terbuat dari jenis-jenis kayu tersebut. Lima jenis kayu tersebut dianalisa komponen kimia serta zat ekstraktif sesuai metode SNI. Kemudian tiap jenis kayu diproses menjadi arang dengan metode pirolisis pada suhu 500°C selama 5 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar selulosa, pentosan, dan lignin kelima jenis kayu tersebut masing-masing berkisar antara 51,53-61,16%; 13,93-17,67% dan 26,55-38,46%. Kadar kelarutan dalam air dingin, air panas, NaOH 1% dan alkohol-benzena masing-masing berkisar antara 0,632-2,640%; 3,28-8,41%; 10,41-19,01% dan 3,38-4,3%. Adapun untuk kadar air, kadar abu dan kadar silika kelima jenis kayu masing-masing berkisar 7,97-9,97%; 0,32-2,14; 0,21-0,68%. Produk arang yang terbentuk dari kelima jenis kayu tersebut telah memenuhi standar persyaratan SNI dengan nilai kadar air, abu, zat terbang, dan karbon terikat masing-masing berkisar antara 0,01-0,69%; 0,59-5,40; 13,95-26,15%; dan 73,05-84%. Produk arang yang memiliki kualitas terbaik berasal dari kayu kumpang.
PEMBUATAN DAN PEMANFAATAN ARANG AKTIF SEBAGAI REDUKTOR EMISI FORMALDEHIDA KAYU LAPIS Gustan Pari; Adi Santoso; Djeni Hendra
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 24, No 5 (2006): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (962.882 KB) | DOI: 10.20886/jphh.2006.24.5.425-436

Abstract

Telah dilakukan penelitian pembuatan arang aktif  dari serbuk gergajian kayu Acacia mangium Willd. Arang aktif yang dihasilkan digunakan sebagai reduktor emisi formaldehida pada perekat kayu lapis. Tujuan  penelitian ini adalah untuk memanfaatkan limbah serbuk gergajian kayu mangium untuk dibuat arang aktif  dan digunakan sebagai reduktor emisi formaldehida dalam perekat kayu lapis. Sebelum dibuat arang aktif, serbuk gergajian diarangkan dalam pada suhu 500OC. Arang yang dihasilkan diaktivasi secara kimia, fisika dan kombinasinya di dalam tungku baja tahan karat yang dilengkapi dengan pemanas listrik.Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas arang aktif  yang terbaik diperoleh dari serbuk gergajian kayu mangium yang diaktivasi dengan cara kombinasi oksidasi gas dan kimia dengan rendemen sebesar 53%, kadar air 4,33%, kadar abu 8,17%, kadar zat terbang 5,88%, kadar karbon terikat 83,77%, daya serap terhadap yodium sebesar 960,2 mg/g, metilien biru 135,0 mg/g, benzene 14,59%, kloroform 28,96% dan daya serap terhadap formaldehida sebesar 26,21%.Pencampuran arang aktif pada perekat kayu lapis mampu menurunkan emisi formaldehida pada perekat kayu lapis. Terbukti dari hasil uji emisi kayu lapis tanpa penambahan arang aktif menunjukkan emisi formaldehida sebesar 16,48 ppm, sedang emisi yang dihasilkan dengan penambahan arang aktif sebanyak 5% menurun menjadi 15,36 ppm, tanpa mempengaruhi ketegutan rekat kayu lapis.
PEMBUATAN ARANG AKTIF DARI SERBUK GERGAJIAN SENGON (Paraserianthes falcataria) DENGAN CARA KIMIA Gustan Pari
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 14, No 8 (1996): Buletin Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.1996.14.8.308-320

Abstract

Experimental study on Sengon (Paraserianthes falcataria) sawdust to produce activated charcoal for water traetment is reported in this paper. The purpose of this research is to study the effect of raw material and chemical on activated charcoal yield and quality. The result showed that the yield of activated charcoal range from 17,75 - 79,90 %, moisture content from 0,20- 8,85 %, ash content from 1,33 - 23,71 %, volatile matter from 1,14 - 7,22 % , fixed carbon from 72,01 - 86,88 % , adsorptive capacity of benzene from 3 ,04 - 15,85 %, sulphuric acid from 2,45 - 45,66 % and adsorptive capacity of iodine from 374,1 - 601,1 mg/g. Based on adsorptive capacity of iodine, good quality of activated charcoal was produced from Sengon sawdust soaked with Na2C03, this criteria has met commercial standard requirement of the American Water Works Assosiation.The quality of water after treatment with activated charcoal shows that the Fe3 + content range from 0,00 - 0,06 mg/l, Na+ from 42,92 - 81,41 mg/g, Mg2+ from 7,57 - 8,92 mg/l, Mn2+ from 0,00- 0,014 mg/l, Zn2+ from 0,00 - 0,011 mg/g, Ca2+ from 22,85 - 27,75 mg/l, NH4+ from 0,057 - 0,082 mg/l, Ct- from 22,91 - 28,93 mg/l, PO34 from 0,20 - 0,43 mg/l and SO24 .from 2,29- 4,98 mg/l.
EFISIENSI BEBERAPA MODEL TUNGKU Djeni Hendra; Gustan Pari
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 11, No 1 (1993): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5249.712 KB) | DOI: 10.20886/jphh.1993.11.1.1 - 6

Abstract

The result of investigation of cook stove designs from Palembang, Yogyakarta and Bogor is reported in this paper. Fuel wood used were : Acacia mangium, Acacia auriculiformis and Leucaena glauca.The result shows that the dry wood consumption for high power phase ranges from 0,31 - 0,43 kg, dry wood consumption for low power phase ranges from 0,01 - 0,42 kg, high power phase from 6,12 - 13,23 KW, low power phase from 0,17- 2,98 KW, wood standard consumption from 0,20 - 0,25 kg wood/kg water, flexibility from 2.51 - 21,86 and efficiency ranges from 12,42 - 24,79 %.
PEMBUATAN ARANG AKTIF DARI SABUT KELAPA SAWIT DENGAN BAHAN PENGAKTIF NH4HCO3 DAN (NH4)2C03 DOSIS RENDAH 1) Gustan Pari; Ilah Sailah
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 19, No 4 (2001): Buletin Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4292.238 KB) | DOI: 10.20886/jphh.2001.19.4.231-244

Abstract

This report deals with experimental study on the utilization of palm-tree bast as raw material for activated charcoal. In this regard, the main aim was to study the effect of concentrations of vaporized  NH4HCO3and (NH4)2C03 solutions as activating agents (in persentages) on properties of activated charcoal, and to evaluate its use for purifying ground waler In this regard. the vapors might consist of NH3, CO2, and H2O. The manufacture of activated charcoal involved two consecutive stages, i.e. charcoaling and activation. The charcoaling was performed on the palm-tree bast in a retort equipped with electrical heater, followed by the activation stage where by the inside retort temperature was increased to 850ºC. At this temperature, the vapors of both NH4HCO3and (NH4)2C03 were each passed into the retort al several concentrations (i.e. 0.0 %; 0.01%; 0.025%; 0.075%. and 0.1% of either vapor) for 90 minutes at pressure of 0.05 kg/cm2 and on completion the resulting activated charcoal was examined of their inherent properties.It was found out that the activated charcoal with NH4HCO3vapor at 0.01% revealed the most satisfactory properties with respect to its selection for purifying the ground water. The yield of activated charcoal at this vapor percentage was 15.99%, moisture content 0.10%, ash content 31.85%, volatile matter 24.85%, carbon content 43.21%, adsorptive capacity of benzene 13.33 %, of CHCl3  16.28%, of NH3 26.65%. of CCl4 26.64%, of iodine 799.5 mg/g, of methylene blue 136.10 mg/g and surface area 463.41 m2/g.           ·The ground water afler being purified with this selected activated charcoal revealed the improvement on its qualities. as shown by the decreases in Fe from 4.919 mg/l; to 0.00 mg/I, Zn from 0.031 mg/I to 0.00 mg/I, Mn from 7.780 mg/I to 6.16 mg/I; the increase in pH from 6.99 to 8.00 on and the more transparent in its color.