Pesantren not only functions as a place to teach religious knowledge, but also plays an important role in efforts to preserve the environment as part of the responsibility of the pesantren itself. One of the pesantren that pays great attention to the issue of environmental conservation is PP. Annuqayah Lubangsa, Guluk-guluk, Sumenep, Madura. This research attempts to answer two things, firstly, the Annuqayah Lubangsa Islamic Boarding School in responding to the phenomenon of environmental crisis. Second, the model of religious ecocentrism movement carried out by Annuqayah Lubangsa Islamic Boarding School. This research looks at the efforts of pesantren in environmental conservation through the analytical framework of religious ecocentrism. Data collection techniques were conducted through observation, interviews, and documentation. The data that has been obtained is then analysed using data reduction, display, and verification. The results of this study show that the response of PP. Annuqayah Lubangsa's response to ecological phenomena stems from the history that in the pesantren environmental issues have become the teachings of previous caregivers and the caregiver's appeal to a concern about the increasingly worrying problem of accumulating garbage in the pesantren environment, giving birth to an environmental conservation movement, as well as a form of santri's responsibility as caliphs on earth. Second, the religious ecocentrism movement model carried out by the Annuqayah Lubangsa pesantren was pursued through various methods. Pesantren tidak hanya sekadar berfungsi sebagai tempat pengajaran ilmu keagamaan, melainkan juga berperan penting dalam upaya melestarikan lingkungan hidup sebagai bagian dari tanggung jawab pesantren itu sendiri. Salah satu pesantren yang menaruh atensi besar pada persoalan pelestarian lingkungan hidup adalah PP. Annuqayah Lubangsa, Guluk-guluk, Sumenep, Madura. Penelitian ini hendak berupaya menjawab dua hal, yakni pertama Pondok Pesantren Annuqayah Lubangsa dalam merespons fenomena krisis lingkungan. Kedua, model gerakan ekosentrisme religius yang dilakukan Pondok Pesantren Annuqayah Lubangsa. Penelitian ini melihat upaya pesantren dalam pelestarian lingkungan melalui kerangka analisis ekosentrisme religius. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data yang telah diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan reduksi, display, dan verifikasi data. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa respons PP. Annuqayah Lubangsa terhadap fenomena ekologis bermula dari sejarah bahwa di pesantren tersebut isu lingkungan sudah menjadi ajaran pengasuh terdahulu serta adanya himbauan pengasuh terhadap suatu keresahan akan adanya persoalan penumpukan sampah yang kian mengkhawatirkan di lingkungan pesantren, hingga melahirkan gerakan konservasi lingkungan, sekaligus sebagai bentuk tanggungjawab santri sebagai khalifah di muka bumi. Kedua, Model gerakan ekosentrisme religius yang dilakukan pesantren Annuqayah Lubangsa ditempuh melalui berbagai cara, mulai dari membangun jejaring dengan pihak-pihak yang kompeten dalam konservasi lingkungan yang termanifestasi dalam bentuk sekolah ekologi di Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul, DIY; mendirikan laboratorium sampah UPT Jatian; hingga kampanye ekologis. Gerakan ekosentrisme religius ini terbukti membawa pengaruh yang cukup signifikan bagi berbagai pihak, terutama bagi beberapa pesantren dan instansi pendidikan lainnya, baik dari Kabupaten Sumenep maupun luar itu sendiri.