Claim Missing Document
Check
Articles

Found 34 Documents
Search

PERBEDAAN HASIL PEWARNAAN HEMATOXYLIN EOSIN (HE) PADA HISTOLOGI KOLON MENCIT (Mus musculus) BERDASARKAN KETEBALAN PEMOTONGAN MIKORTOM 3, 6 dan 9 μm Rihanesa Diana Putri; Eko Naning Sofyanita
Jurnal Labora Medika Vol 7, No 2 (2023)
Publisher : Program Studi Teknologi Laboratorium Medik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26714/jlabmed.7.2.2023.31-38

Abstract

ABSTRAKFaktor yang mempengaruhi penyerapan pewarnaan Hematoxylin Eosin (HE) salah satunya ukuran ketebalan pemotongan jaringan, pemotongan yang tidak sesuai dan waktu pewarnaan yang tidak tepat menyebabkan proses penyerapan warna tidak sempurna sehingga saat pengamatan mikroskopis inti sel dan sitoplasma terlihat lebih pucat dan samar. Pemotongan jaringan histologis dengan ukuran ketebalan pemotongan 6 μm dengan pewarnaan HE menunjukkan hasil kualitas sediaan yang baik dengan terlihatnya inti sel, sitoplasma yang jelas dan warna seragam. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui  perbedaan hasil pewarnaan HE pada histologi kolon mencit (Mus musculus) berdasarkan ketebalan pemotongan mikrotom 3 μm, 6 μm dan 9 μm. Metode penelitian ini menggunakan metode Eksperimental dengan tiga kelompok perlakuan yaitu ketebalan pemotongan mikrotom 3 μm, 6 μm dan 9 μm, kemudian preparat dilakukan pewarnaan HE dan diamati kualitas mikroskopisnya meliputi inti sel, sitoplasma dan keseragaman warna. Data diolah  menggunakan  uji statistik Kruskal Wallis dan Mann Whitney. Hasil penelitian menunjukkan Inti sel tampak jelas berwarna biru keunguan pada kelompok pemotongan mikrotom 6 μm dengan rata-rata nilai 2,87. Sitoplasma tampak jelas dan berwarna merah muda pada kelompok pemotongan mikrotom 6 μm dengan rata-rata nilai 2,88. Keseragaman warna pada kelompok pemotongan mikrotom 6 μm dengan intensitas warna yang merata pada seluruh lapang pandang dengan rata-rata nilai 3. Hasil uji Kruskal Wallis dan Man Whitney pada ketebalan pemotongan mikrotom 3 μm, 6 μm dan 9 μm menunjukkan adanya perbedaan hasil kualitas pewarnaan sediaan preparat kolon mencit dengan signifikan p=0.000. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu kualitas pewarnaan HE dengan ketebalan pemotongan mikrotom 6 μm pada histologi kolon mencit (Mus musculus) dapat menghasilkan pemotongan yang terbaik. 
Deteksi Mandiri Sindrom Metabolik Pada Masyarakat Sebagai Pencegahan Penyakit Tidak Menular Eko Naning Sofyanita; Ririh Jatmi Wikandari
ABDIMASKU : JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT Vol 6, No 3 (2023): September 2023
Publisher : LPPM UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62411/ja.v6i3.1541

Abstract

Sindrom metabolik dapat dikatakan sebagai faktor yang secara langsung dapat meningkatkan penyakit jantung koroer (PJK) dan diabetes mellitus tipe 2. Pravelensi sindrom metabolik di dunia sama besarnya dengan prevelensi obesitas.  Penyakit ini akan memperburuk kondisi apabila gaya hirup tidak sehat. Kegiatan ini dilakukan di kelurahan sendangmulyo dengan sasaran 50 warga desa. Dalam kegaitan tersebut diperoleh data yaitu 14% kategori kurus, sebanyak 32% IMT normal, 16% kelebihan berat badan, 32% kategori obesitas 1 dan sebesar 6% kategori IMT obesitas 2. Berdasarkan hasil pemeriksaan dari 50 warga di kelurahan Sendangmulyo didapat hasil 5 orang (10%) terdeteksi mengalami sindrom metabolik, 17 orang (34%) mengalami diabetes melitus, 18 orang (36%) mengalami hipertensi dan 17 orang (34%) mengalami obesitas sentral serta 25 orang (50%) terdeteksi kadar koleterol tinggi. Kegiatan pengabdian yang dilakukan di kelurahan Sendangmulyo ini memberikan informasi dan edukasi tentang gangguan sindrom metabolik serta diharapkan Masyarakat dapat melakukan deteksi sindrom metabolik secara mandiri dengan mengukur IMT (berat badan, tinggi badan, dan lingkar perut), pemeriksaan tekanan darah, lingkar perut, pemeriksaan kolesterol dan gula darah.
Gambaran Nilai Index Trombosit pada Pasien Tuberulosis Paru yang Mengonsumsi Obat Anti Tuberkulosis S.Y. Didik Widiyanto; Nurul Qomariyah; Eko Naning Sofyanita
Jaringan Laboratorium Medis Vol 5, No 2 (2023): November 2023
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31983/jlm.v5i2.9646

Abstract

Tuberculosis (TB) is a disease caused by the bacterium Mycobacterium tuberculosis which mostly attacks the lungs. Based on several studies, it is stated that tuberculosis sufferers who take OAT for healing experience side effects in the form of lowering the platelet index due to reactions from drugs that lyse platelets. This research is a descriptive study with a cross sectional design. Research was conducted on 30 respondents who consumed OAT. The results of this study obtained results of more than 50% on one of the platelet indices, namely the PWD value, which was obtained with low results with a total of 19 patients (63.3%), while for other indices such as platelet counts there were 21 patients (70%) , MPV in 28 patients (93%) and PCT in 23 patients (77%) had normal results. The conclusion of this study is that platelet index examinations in TB patients tend to be low in MPV and PDW, while they show high results in PLT and PCT examinations.
Hubungan Pengetahuan, Sikap, Perilaku Terhadap Kepatuhan Minum Obat Pasien TB di Kota Semarang Mochamad Rizal Maulana; Nanik Aryani Putri; Qurrotu A’yuni Auliya; Eko Naning Sofyanita
Gema Lingkungan Kesehatan Vol. 22 No. 1 (2024): Gema Lingkungan Kesehatan
Publisher : Poltekkes Kemenkes Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36568/gelinkes.v22i1.99

Abstract

Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis) adalah bakteri yang menyebabkan penyakit menular tuberkulosis (TB) secara langsung. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sekitar 10,6 juta orang di seluruh dunia terinfeksi bakteri tuberkulosis pada tahun 2021. Dalam periode 2016 hingga 2020, tiga negara dengan tingkat tuberkulosis, MDR-TB, dan tuberkulosis tertinggi/ HIV salah satunya adalah negara Indonesia. Jawa Tengah adalah salah satu wilayah Indonesia tertinggi dengan 40.528 kasus TB dan CNR hingga 110 per 100.000 penduduk. Kepatuhan pasien dalam minum obat sangat berpengaruh terhadap hasil pengobatan TB. Pasien yang tidak minum obat secara konsisten berisiko drop out dan meningkatkan resistensi obat (MDR). Penelitian bertujuan untuk melihat bagaimana sikap, perilaku, dan pengetahuan seseorang berhubungan dengan kepatuhan pengobatan pasien TB. Studi yang menerapkan metodologi potong lintang (cross-sectional) kepada 81 responden pasien TB di Puskesmas Kedungmundu dan Rowosari Kota Semarang ini bersifat kuantitatif dengan rumus perhitungan sampel slovin dari populasi sebanyak 418 orang. Data yang terkumpul kemudian diuji secara statistik menggunakan uji chi-square untuk menguji ada tidaknya hubungan antar variabel. Temuan mengungkapkan adanya hubungan yang kuat antara kepatuhan pengobatan (0,05) di Kota Semarang dan pengetahuan pasien (p=0,006), sikap (p=0,001), dan perilaku (p=0,000). Menurut temuan penelitian yang dilakukan, ada hubungan yang kuat antara kepatuhan pengobatan pasien dengan pengetahuan, sikap, dan perilaku pasien. Pasien yang secara konsisten minum obat anti TB dianggap penting dalam keefektifan program pengobatan. Penelitian selanjutnya agar dapat meningkatkan jumlah sampel dan memperlauas cakupan daerah sasaran agar dapat mendeteksi dan memberikan gambaran secara lebih luas terhadap variable yang diteliti.
PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN KOPI ROBUSTA (Coffea canephora) TERHADAP JUMLAH SEL BETA PANKREAS (Studi Eksperimen Pada Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Yang Diinduksi Streptozotocin) Sofyanita, Eko Naning; Syanubari, Sonnia Pusparindah; Afriansya, Roni
Jurnal Analis Laboratorium Medik Vol 9 No 1 (2024): JURNAL ANALIS LABORATORIUM MEDIK
Publisher : UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51544/jalm.v9i1.4998

Abstract

Kondisi hiperglikemi diakibatkan oleh peningkatan gula darah akibat penurunan jumlah insulin. Defisiensi insulin dapat terjadi karena sel-sel b pankreas. Ketika sel b rusak, dengan demikian timbul gangguan fungsi pada sel maka dari itu tidak dapat menaikkan sekresi insulin yang mengakibatkan glukosa darah mengalami peningkatan atau umumnya disebut hiperglikemia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian seduhan kopi robusta (Coffea canephora) pada peningkatatan jumlah sel b pankreas pada tikus putih (Rattus novegicus) yang telah diinduksi streptozotocin. Metode penelitian ini yakni true eksperimental dengan desain penelitian Post-Test Only Control Group Design. Sampel yang dipergunakan berupa hewan uji tikus putih (Rattus novegicus) yang dilakukan induksi streptozotocin kemudian diberi perlakuan pemberian seduhan kopi robusta dengan dosis 1 dan 2 mL/250grBB. Data dilakukan analisis menggunakan uji normalitas Saphiro Wilk serta uji hipotesis Kruskal Wallis. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa rata – rata jumlah sel beta pankreas pada golongan kontrol negatif 23,17 ± 25,78 kontrol positif 30, 17 ± 47,29  perlakuan satu 62,17 ± 51,94 dan perlakuan dua 37,00 ± 44,38. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian seduhan kopi robusta dengan dosis 1mL/250grBB adalah yang paling baik dalam meningkatkan jumlah sel b pankreas.
Perbedaan Hasil Pewarnaan Hematoxylin Eosin (HE) Pada Histologi Kulit Mencit (Mus Musculus) Berdasarkan Ketebalan Pemotongan 3 Μm, 6 Μm Dan 9 Μm Nazhiifah, Tristania Shofi; Sofyanita, Eko Naning
Borneo Journal of Medical Laboratory Technology Vol. 6 No. 1 (2023): Borneo Journal of Medical Laboratory Technology
Publisher : Institute for Research and Community Services Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33084/bjmlt.v6i1.6090

Abstract

Sectioning is a step that must be passed before staining Hematoxylin Eosin (HE). The aim of this study was to determine differences in the results of Hematoxylin Eosin (HE) staining in mice skin histology (Mus musculus) based on the thickness of the microtome sections of 3 μm, 6 μm, and 9 μm. Experimental research, true experimental research design post test only control group design. The research sample was mice skin preparations (Mus musculus). Primary data collection, cutting of skin preparations using a microtome and staining Hematoxylin Eosin (HE). Field readings were carried out at 400x magnification (40x objective). Data was processed using Kruskal Wallis and Man Whitney. The average value of 6 μm nuclear cutting was 1.44, cytoplasm was 1.15 and color uniformity was 3. The results showed an abnormal distribution, the Kruskal Wallis test (p=0.008) there was a difference in the quality of staining in the 3 μm, 6 μm and 9 μm. The Man Whitney test for the 3 μm and 6 μm microtome cutting groups (p=0.412) showed no difference in the group, the 6 μm and 9 μm microtome cutting groups (p=0.004) there were differences in the group, the 3 μm and 9 μm cutting groups ( p=0.004) there was a difference in the cutting group. The conclusion of this study was that 6 μm microtome cutting produced preparations with better staining quality compared to 3 μm and 9 μm microtome cutting.
Proteksi Biji Kopi Dalam Memperbaiki Morfologi Sperma Pada Tikus Yang Diinduksi Streptozotocin Maulana, Mochamad Rizal; Sofyanita, Eko Naning
Jurnal Laboratorium Khatulistiwa Vol 7, No 2 (2024): Mei 2024
Publisher : poltekkes kemenkes pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30602/jlk.v7i2.1421

Abstract

Pemberian induksi Streptozotocin (Stz) dapat menurunkan kualitas sperma salah satunya morfologi sel spermatozoa, kopi mempunyai kandungan antikosidan yang tinggi yaitu asam klorogenat yang merupakan antioksidan kuat, mampu bertindak sebagai antioksidan eksogen yang melawan ROS dalam sel. Tujuan dari penelitian ini untuk mengatahui pengaruh pemberian kopi pada tikus yang diinduksi Stz. Post Test Control Group Design dengan sampel 24 tikus jantan Rattus norvegicus umur 3 bulan, berat badan ± 250 gram, dibagi menjadi 4 kelompok secara random. Setelah 1 minggu aklimasi, pengobatan diberikan 1 kali sehari selama 14 hari. Hari ke 15 dilakukan pemerkksaan morfologi sperma.. Hasil penelitian morfologi spermatozoa (%) pada kelompok KN (50,46) kelompok KP (64,58) kelompok KK1 (59,50) dan kelompok KK2 (72,05) berbeda artinya, p< 0,05. Kesimpulan pada penelitian ini yaitu Pemberian kopi mampu memperbaiki morfologi spermatozoa pada tikus yang diinduksi Stz.
Correlation of climate factors and the number of SARS-CoV-2 cases at Semarang, Central Java Maulana, Mochamad Rizal; Sofyanita, Eko Naning; Swastya Putri, Adita Puspitasari
International Journal of Public Health Science (IJPHS) Vol 13, No 4: December 2024
Publisher : Intelektual Pustaka Media Utama

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.11591/ijphs.v13i4.24206

Abstract

Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) is a new type of coronavirus that has symptoms of acute respiratory distress in general. In more severe, it can cause kidney failure, pneumonia, and death. Environmental conditions that cannot be anticipated, such as climate factors, can have an impact on the transmission and survival of viruses, including the severe acute respiratory syndrome (SARS) viruses, which are responsible for the emergence of respiratory diseases. This research is a quantitative study using an ecological approach with secondary data from the Meteorology, Climatology, and Geophysics Agency (temperature, humidity, and precipitation), and SARS-CoV-2 cases were sourced from the Semarang City COVID-19 Task Force in 2021 were univariate and bivariate analyzing. The highest temperature average occurs in October (29.8 ⁰C), the humidity average occurs in February (91.4%), and the average precipitation occurs in February (1,130 mm). Analysis of the correlation found that there was a correlation between the SARS-CoV-2 cases with humidity (p=0.000; r=-0.245) and temperature (p=0.016; r=-0.127), but there was no correlation between precipitation (p=0.403; r=-0.044). Analysis of the influence of meteorological elements related to temperature, humidity, and precipitation on the incidence of COVID-19 in Semarang City in 2021, it can be concluded that there is correlation between temperature and humidity on COVID-19 cases except for precipitation.
Pengaruh Pemberian Kopi Robusta (Coffea canephora) terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah pada Tikus Rattus norvegicus dengan Kondisi Diabetes Melitus Sofyanita, Eko Naning; Maulana, Mochamad Rizal; Auliya, Qurrotu A'yuni; Setyowatiningsih, Lilik; Swastyaputri, Adita Puspitasari
ARTERI : Jurnal Ilmu Kesehatan Vol 5 No 3 (2024): Mei
Publisher : Puslitbang Sinergis Asa Professional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37148/arteri.v5i3.439

Abstract

Diabetes Mellitus (DM) leads to an increase in Reactive Oxygen Species (ROS), which disrupts the function of pancreatic β-cells. The dependency on medications often occurs, hence there is a need for natural remedies with antihyperglycemic properties, such as coffee. Coffee contains high levels of antioxidants like chlorogenic acid, flavonoids, and caffeine, which are exogenous antioxidants that can activate NRF-2 and increase the activity of the enzyme Superoxide Dismutase (SOD), thus acting as an antihyperglycemic agent. This study aims to determine the effect of robusta coffee on blood glucose levels in rats with DM conditions. This experimental study used a Randomized Control Pretest-Posttest Group Design. The sample in this study included 24 male Rattus norvegicus rats, aged 3 months, with a body weight of 230-250 grams, divided into 4 groups randomly after a one-week acclimation period. The DM condition was induced by administering streptozotocin at 40 mg/KgBW, followed by a pretest blood glucose level examination after 3 days of streptozotocin induction. The diabetic rats were then given robusta coffee once a day for a period of 14 days. On the 15th day, a posttest blood glucose level examination was conducted. The results showed that the control group (KN) had no significant difference (p=0.530), while the treatment groups KP (p=0.003), KK1 (p=0.013), and KK2 (p=0.000) showed significant differences (p<0.05). The conclusion of this study is that the administration of robusta coffee (Coffea canephora) can reduce blood glucose levels in rats with diabetes mellitus.
Training on Early Detection of Breast Cancer Through Sadari (Breast Self Examination) as Control of Non-Communicable Diseases (NCDs) Sofyanita, Eko Naning; Maulana, Mochamad Rizal; Kurniasiwi, Putri
AURELIA: Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Indonesia Vol 3, No 2 (2024): July 2024
Publisher : CV. Rayyan Dwi Bharata

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.57235/aurelia.v3i2.2746

Abstract

Breast cancer is the most common type of cancer in women in Indonesia. Early detection through SADARI can help identify changes in the breast that may be early signs of cancer. The aim of this activity is to increase the knowledge and skills of women in carrying out SADARI as an effort to detect breast cancer early. The method used is counseling and practical training on SADARI. The training participants were 40 women of productive age who lived in the Sendang mulyo sub-district. The results of this activity showed an increase in participants' knowledge and skills in carrying out SADARI as measured through pre-test and post-test. Before the training, only 5% of participants understood the correct way to SADARI. After training, this figure increased to 97.5%. The conclusion of this activity is that SADARI training is effective in increasing the knowledge and skills of women in the Sendang mulyo sub-district.