Claim Missing Document
Check
Articles

Teknologi Proses Ekstrusi untuk Membuat Beras Analog (Extrusion Process Technology of Analog Rice) Faleh Setia Budi; Purwiyatno Hariyadi; Slamet Budijanto; Dahrul Syah
JURNAL PANGAN Vol. 22 No. 3 (2013): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33964/jp.v22i3.114

Abstract

Tingkat konsumsi beras di Indonesia mencapai angka 139 kg/kapita/tahun, lebih tinggi dari konsumsi rata-rata di Asia Tenggara, sehingga untuk memenuhi kebutuhannya sering dilakukan impor beras. Indonesia memiliki sumber pangan lokal lain seperti jagung, sorgum, ubi kayu, ubi jalar, sagu dan lain-lain. Namun bahan pangan non beras tersebut kurang populer dibandingkan dengan beras. Oleh karena itu, perlu dikembangkan teknologi proses yang potensial untuk mengolah bahan pangan lokal non beras menjadi beras analog. Teknologi ekstrusi merupakan salah satu teknologi yang telah digunakan untuk pembuatan beras analog dengan bahan baku beras patah. Belakangan, teknologi ini juga mulai digunakan untuk pembuatan beras analog dari bahan pangan non beras. Karakteristik beras analog yang mirip dengan beras alami dapat dicapai dengan mengontrol parameter-parameter kritis ekstrusi seperti karakteristik dan komposisi bahan, suhu ekstrusi, kecepatan ulir dan sebagainya. Studi menunjukkan bahwa beras analog bisa dibuat dari bahan pangan non beras. Keberhasilan teknologi ini juga akan memperluas peluang fortifikasi dengan menggunakan beras analog sebagai pembawa zat gizi. seperti protein, vitamin dan mineral, sesuai dengan tujuannya. Makalah ini mengkaji hasil-hasil penelitian pembuatan beras analog dengan teknologi ekstrusi baik dengan menggunakan bahan beras patah maupun bahan non beras yang disertai dengan dan tanpa fortifikasi.Indonesia rice consumption level is very high and up to 139 kg/capita/year, higher than that of average consumption level in South East Asia, so that import of rice is frequently needed to fill the need of population. Indonesia is actually rich in local food sources other than rice; such as corn, sorghum, cassava, sago, etc. but they are not as popular as rice. Therefore technology for the production of analog rice using the localbased non-rice food sources is needed. Extrusion technology has been used to produce analog rice from broken rice as its raw material. Recently; extrusion technology has also been used to develop analog rice using non-rice food material. The characteristic of analog rice which is similar with the natural rice could be achieved by controlling the critical extrusion parameters, such as the characteristics and composition of raw material, the temperature of extrusion, the speed of screw etc. The success of the analog rice production from the non rice food material will open up opportunities for fortification program using analog rice as a carrier for the nutrient target. This paper reviews the research reports for analog rice production with extrusion technology using variety of raw materials; including broken rice and the non-rice food material, with and without fortification. 
Penguatan Industri Penghasil Nilai Tambah Berbasis Potensi Lokal Peranan Teknologi Pangan untuk Kemandirian Pangan Purwiyatno Hariyadi
JURNAL PANGAN Vol. 19 No. 4 (2010): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33964/jp.v19i4.154

Abstract

Pentingnya ketahanan pangan telah lama disadari oleh pemerintah. Namun demikian, kondisi ketahanan pangan masih sangat memprihatinkan, terutama ditunjukkan oleh tingginya jumlah individu yang masih mengalami malnutrisi. Hal ini antara lain disebabkan oleh kurangnya upaya pemberdayaan industri pangan penghasil nilai tambah berbasis potensi lokal. Karena itu, menjadi sangat penting untuk mengembangkan konsep dan program kemandirian pangan: dimana (i)kontribusi sumber daya lokal/indigenous; (ii) tingkat keanekaragaman sumber pangan; dan (iii) tingkat ketergantungan impor pangan dan ingridien pangan, merupakan indikator yang sama pentingnya dengan indikator ketahanan pangan; yaitu kesehatan dan keaktifan individu. Teknologi pangan mempunyai peranan penting dalam pengembangan penganekaragaman pangan; khususnya di tingkat industri. Industrialisasi pangan lokal harus dilakukan dengan mengkreasikan nilai tambah sedemikian rupa sehingga produk yang dihasilkan mempunyai nilai lebih-atau paling tidak sama- dengan produk pangan berbasis beras (atau gandum) yang saat ini masih mendominasi menu pangan Indonesia. Penelitian dalam bidang ilmu dan teknologi pangan untuk mengeksplorasi karakteristik dan fungsionalitas unik pangan lokal; untuk mengindentifikasi dan memetakan preferensi dan kebiasaan konsumen lokal perlu dilakukan secara intensif.The importance of food security has long been well realized by the government. However, condition of food insecurity; as reflected by the high number of mal-nutritious individuals in Indonesia; is still alarming. This is due to the lack of effort in empowering the potent of local-based food industry that can produce added value. Therefore, it is highly important to develop the concept and program in food independency. Within this concept and program, (i) contribution of local/indigenous resources, (ii) level of diversity of food/dietary sources, and (iii) level of food ingredients and imported food dependency are as important as the indicators of food security, such as individual health and activity. Food technology has to play its role in developing food diversification; especially at industrial level. Industrialization of local-based foods should be conducted by creating added values in such a way that the local food products have a better value than or at least the same as that of rice (and wheat) based food products which are currently dominating traditional Indonesian menu. Research on the food Science and technology in order to explore the unique characteristics and functionalities of local foods, to identify and to map local preferences and consumers habits should be conducted intensively. 
Beban Ganda; Permasalahan Keamanan Pangan di Indonesia Purwiyatno Hariyadi
JURNAL PANGAN Vol. 17 No. 2 (2008): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33964/jp.v17i2.249

Abstract

Keamanan pangan merupakan prasyarat bagi suatu produk pangan, yang harus ditangani secara terpadu, melibatkan berbagai stakeholders; baik dari pemerintah, industri, dan konsumen. Pada kenyataannya; Indonesia harus menanggung beban ganda keamanan pangan. Beban pertama berkaitan dengan masalah-masalah mendasar keamanan pangan; terutama masih belumdiaplikasikannya prinsip GMP dengan baik. Beban kedua, secara khusus berkaitan dengan industri pangan Indonesia yang berorientasi ekspor; yang harus menghadapi berbagai isu keamanan pangan baru yang selalu bermunculan dari waktu ke waktu, berubah-ubah dan berbeda dari satu negara ke negara lainnya. Penyebab permasaiahan beban ganda keamanan pangan di Indonesia ini adalah belum dipahami dan disadarinya arti strategis keamanan pangan. Oleh karena itu, pemerintah perlu memberikan perhatian yang layak pada (i)pembenahan infrastruktur keamanan pangan, (ii) program pendidikan pada produsen dan konsumen, (iii) prioritas alokasi dana untuk pembengunan keamanan pangan dan (iv) pembinaan dan fasilitasi prasarana untuk industri kecil dan menengah. Secara khusus, pemerintah Indonesia perlu memberikan prioritas yang cukup pada pembinaan dan fasilitasi prasarana keamanan pangan untuk industri kecil dan menengah. Peningkatan kondisi keamanan pangan industri kecil menengah ini akan memberikan dampak pada peningkatan statuskesehatan masyarakat, peningkatan daya saing produk, dan pada gilirannya akan meningkatkan produktivitas dan akan berkontribusi pada peningkatan daya saing bangsa.
Formulasi dan Karakterisasi Cake Berbasis Tepung Komposit Organik Kacang Merah, Kedelai, dan Jagung Santi Dwi Astuti; Nuri Andarwulan; Purwiyatno Hariyadi; Friska Citra Agustia
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol 3, No 2 (2014): Mei 2014
Publisher : Indonesian Food Technologists

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (288.154 KB)

Abstract

Bahan pangan organik memiliki kandungan gizi dan komponen fungsional yang lebih tinggi dibanding non-organik serta tidak mengandung residu kimia dan logam berat. Kacang merah dan kedelai merupakan sumber protein nabati yang kaya serat pangan dan senyawa fungsional serta memiliki Indeks Glikemik rendah. Pati jagung berperan dalam memperbaiki sifat tekstural dan reologi produk pangan. Penelitian ini ditujukan untuk : 1) mengkaji karakteristik tepung komposit organik berbasis kacang merah, kedelai, dan jagung sebagai bahan pensubstitusi terigu dalam pembuatan cake; 2) mengkaji sifat fisikokimia dan sensori cake yang dihasilkan. Rasio tepung komposit organik kacang merah : kedelai : jagung yaitu 65% : 25% : 10%. Proporsi tepung komposit organik sebagai pensubstitusi terigu yaitu 0-100%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1) Tepung komposit organik memiliki kadar protein, lemak, dan serat pangan yang lebih tinggi dibanding terigu, sedangkan kadar karbohidrat dan patinya lebih rendah. Komposisi tersebut menyebabkan kemampuannya mengikat air yang tinggi pada suhu ruang dibanding terigu; sedangkan terigu memiliki kemampuan gelatinisasi (yang dilihat dari profil pasta dan viskositas) yang lebih baik; 2) Semakin tinggi proporsi substitusi terigu pada pembuatan cake menyebabkan peningkatan kadar air, abu, protein, dan serat pangan; sedangkan kadar karbohidratnya menurun. Secara sensori, terjadi penurunan pada tingkat kelembutan, kesukaan terhadap aroma, rasa, penerimaan secara keseluruhan; serta peningkatan pada intensitas warna. Substitusi terigu tidak berpengaruh besar pada sifat tekstural cake (kekerasan, elastisitas, dan daya kohesif); 3) Substitusi terigu dengan tepung komposit organik berbasis kacang-kacangan seperti kacang merah dan kedelai dapat dilakukan untuk memperbaiki nilai gizi cake terutama protein hingga taraf 50%, dan untuk meningkatkan penerimaan konsumen, produk cake dapat dikembangkan menjadi muffin.
FORMULASI DAN KARAKTERISASI CAKE BERBASIS TEPUNG KOMPOSIT ORGANIK KACANG MERAH, KEDELAI, DAN JAGUNG Santi Dwi Astuti; Nuri Andarwulan; Purwiyatno Hariyadi; Friska Citra Agustia
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol 3, No 2 (2014): Mei 2014
Publisher : Indonesian Food Technologists

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (288.154 KB)

Abstract

Bahan pangan organik memiliki kandungan gizi dan komponen fungsional yang lebih tinggi dibanding non-organik serta tidak mengandung residu kimia dan logam berat. Kacang merah dan kedelai merupakan sumber protein nabati yang kaya serat pangan dan senyawa fungsional serta memiliki Indeks Glikemik rendah. Pati jagung berperan dalam memperbaiki sifat tekstural dan reologi produk pangan. Penelitian ini ditujukan untuk : 1) mengkaji karakteristik tepung komposit organik berbasis kacang merah, kedelai, dan jagung sebagai bahan pensubstitusi terigu dalam pembuatan cake; 2) mengkaji sifat fisikokimia dan sensori cake yang dihasilkan. Rasio tepung komposit organik kacang merah : kedelai : jagung yaitu 65% : 25% : 10%. Proporsi tepung komposit organik sebagai pensubstitusi terigu yaitu 0-100%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1) Tepung komposit organik memiliki kadar protein, lemak, dan serat pangan yang lebih tinggi dibanding terigu, sedangkan kadar karbohidrat dan patinya lebih rendah. Komposisi tersebut menyebabkan kemampuannya mengikat air yang tinggi pada suhu ruang dibanding terigu; sedangkan terigu memiliki kemampuan gelatinisasi (yang dilihat dari profil pasta dan viskositas) yang lebih baik; 2) Semakin tinggi proporsi substitusi terigu pada pembuatan cake menyebabkan peningkatan kadar air, abu, protein, dan serat pangan; sedangkan kadar karbohidratnya menurun. Secara sensori, terjadi penurunan pada tingkat kelembutan, kesukaan terhadap aroma, rasa, penerimaan secara keseluruhan; serta peningkatan pada intensitas warna. Substitusi terigu tidak berpengaruh besar pada sifat tekstural cake (kekerasan, elastisitas, dan daya kohesif); 3) Substitusi terigu dengan tepung komposit organik berbasis kacang-kacangan seperti kacang merah dan kedelai dapat dilakukan untuk memperbaiki nilai gizi cake terutama protein hingga taraf 50%, dan untuk meningkatkan penerimaan konsumen, produk cake dapat dikembangkan menjadi muffin. Kata kunci : cake, tepung komposit organik, kacang merah, kedelai, jagung
The Potency of Krokot (Portulaca oleracea) as Functional Food Ingredients Daisy Irawan; Purwiyatno Hariyadi; Hanny Wijaya
Indonesian Food and Nutrition Progress Vol 10, No 1 (2003)
Publisher : Indonesian Association of Food Technologists

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jifnp.89

Abstract

Indonesia has many auxiliary plants that may have nutritional and or environmental benefits, so that it may increase the yield of the main crops. Krokot (Portulaca oleracea), one of the auxiliary plants, was traditionally consumed in many parts of the world for its delicacy and medicinal benefits. Our research indicated that krokot has high potency to improve the health status of the community. It has 5.4 mg/100 g of b-carotene, 22.2 mg/100 g of vitamin C, and significant amount of folic acid (0.2 mg/100 g). Krokot was traditionally used to treat scurvy, and various of infectious and skin diseases. Literature review revealed that krokot has essential .fatty acid, it also has antiniutagenic, and antimicrobial activity. Unfortunately, krokot is approaching extinction both physically and ethnobotanically because they are considered as useless plants or even weed. Our survey on 103 agricultural university students revealed that only 24% of the respondents knew krokot. Krokot is especially difficult to find in intensively cultivated area. Along with other indigenous vegetables, Portulaca oleracea is almost never served again in Indonesian cuisine. -Utilization of krokot as functional food ingredients might helps to conserve the plant as well as encouraging sustainable agriculture.
POTENSI BUAH MANGROVE SEBAGAI SUMBER PANGAN ALTERNATIF Indah Rosulva; Purwiyatno Hariyadi; Slamet Budijanto; Azis Boing Sitanggang
Jurnal Teknologi Hasil Pertanian Vol 14, No 2 (2021): Agustus
Publisher : Universitas Sebelas Maret (UNS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (483.037 KB) | DOI: 10.20961/jthp.v14i2.55509

Abstract

Buah mangrove telah dikonsumsi sebagai bahan pangan oleh masyarakat di beberapa wilayah Indonesia, terutama sebagai produk makanan tradisional. Namun demikian, informasi tentang potensi dan manfaat buah mangrove masih terbatas. Beberapa penelitian terbatas untuk membahas tentang sifat fisiko-kimia buah mangrove yang berhubungan dengat potensinya sebagai sumber pangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan dan menganalisis berbagai informasi ilmiah terkait potensi buah mangrove dan pemanfaatannya sebagai bahan pangan. Informasi ini dapat menjadi dasar untuk melakukan penelitian lanjutan terkait pengembangan mangrove sebagai bahan pangan dan produk pangan fungsional.  Jenis buah mangrove yang telah diolah dan diteliti dengan cukup baik, yaitu Avicennia sp, Bruguiera sp, Rhizophora sp, dan Sonneratia sp. Buah mangrove secara tradisional telah diolah menjadi berbagai jenis pangan (keripik, kue, dodol), minuman, dan sebagai bahan pelengkap. Kandungan senyawa antigizi pada buah mangrove yang dapat menimbulkan masalah saat dikonsumsi manusia dapat kurangi atau dihilangkan dengan perlakuan pasca panen dan perlakuan pendahuluan (perendaman dan perebusan) sebelum dikeringkan dan ditepungkan.
Karakteristik Fisik Beras Analog dari Jagung Berkadar Amilosa Sedang dengan Menggunakan Ulir Ekstruder Kecepatan Menengah Budi, Faleh Setia; Hariyadi, Purwiyatno; Budijanto, Slamet; Putra, Imam Perdana
Jurnal Mutu Pangan : Indonesian Journal of Food Quality Vol. 11 No. 2 (2024): Jurnal Mutu Pangan
Publisher : Department of Food Science and Technology (ITP), Faculty of Agricultural Technology, Bogor Agricultural University (IPB) in collaboration with the Indonesian Food and Beverage Association (GAPMMI), the National Agency of Drug and Food Control, and th

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jmpi.2024.11.2.107

Abstract

Indonesia has the highest rice consumption rate in the world, averaging 130 kg per capita per year. Despite government efforts to reduce this through food diversification programs, there has been little success. One approach to reducing rice consumption is to process non-rice ingredients into rice analogues that have similar characteristics to traditional rice. The amylose content of the ingredients plays a significant role in determining the physical properties of these rice analogues. Additionally, the screw speed of the extruder used in the production process also influences these physical characteristics. This study aimed to explore the impact of extruder screw speed and material amylose content on the physical properties of rice analogues. Local corn flour was mixed with high-amylose corn starch to create mixtures with amylose contents of 16.99, 19.35, 21.72% and 24.08%. The tested screw speeds were 100, 125, and 150 rpm. The evaluated physical characteristics included the hardness of the rice analogues, bulk density, cooked rice hardness, gumminess, and sensory properties of the cooked rice. The results showed that as amylose levels increased, the hardness of the rice analogues, cooked rice hardness, and gumminess also increased. Similarly, increasing the screw speed of the extruder led to higher cooked rice hardness, gumminess, and rice analogue hardness, but it decreased bulk density. The optimal extruder operating conditions were found to be an amylose content of 21.72% and a screw speed of 100 rpm, producing rice analogues with a hardness of 3610 gf, a bulk density of 0.63 g/mL, a cooked rice hardness of 3200 gf, and gumminess of 1200 gf.
Keragaman Karakteristik Fisik Buah, tanaman dan Rendemen Minyak dari 9 Klon Buah Merah (Pandanus conoideus) Sarungallo, Zita Letviany; Hariyadi, Purwiyatno; Andarwulan, Nuri; Purnomo, Eko Hari
Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan Vol 12, No 1 (2019)
Publisher : Sangia Research Media and Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29239/j.agrikan.12.1.70-82

Abstract

Buah merah (Pandanus conoideus) merupakan tanaman endemik Papua, sebagai sumber minyak makan yang kaya karotenoid dengan keragaman klon yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan keragaman sifat fisik buah dan tanaman dari 9 klon buah merah, serta rendemen minyaknya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa buah utuh atau cepallum dari buah merah terdiri atas empulur/pedicel (51-61%), bulir/drupa (39-49%), biji (27-36%) dan daging buah (10-17%).  Keragaman sifat fisik cepallum antar klon terutama terlihat pada warna kuning-oranye atau merah-merah tua, berbentuk silinder meruncing, terdiri dari ukuran pendek (<50 cm), sedang (40-60 cm) dan panjang (>60 cm). Empulur setiap klon buah merah bervariasi pada warna (putih atau kuning), berbentuk silinder meruncing dengan ukuran yang bervariasi. Bulir berwarna kuning-oranye atau merah-merah tua, berbentuk persegi banyak dengan ukuran yang bervariasi. Sedangkan sifat fisik tanaman bervariasi antara klon, terutama pada tinggi tanaman dan batang utama, serta panjang cabang tanaman dan jarak antar cabang. Penentuan rendemen minyak buah merah berbasis berat total bulir (5,7-8,7% berat basah, bb atau 7,7-18,3% berat kering, bk) lebih rendah dari basis berat total daging buah (19,7-27,4% bb atau 31,9-54,5% bk). Hasil Principle component analysis berdasarkan karakteristik fisik buah dan tanamannya, ke-9 klon buah merah terdistribusi dalam empat kuadran menurut lokasi budidaya yaitu Distrik Minyambou (dataran tinggi) di kuadran I, Distrik Koya, Jayapura (dataran rendah) di kuadran II, dan Kebun Percobaan UNIPA, Manokwari (dataran rendah) kuadran III dan IV.
Optimization of the Refining Process for a Fraction Rich in Crude Common Pony Fish (Leiognathus equulus) Oil as a By-product of Fish Protein Hydrolysate Processing Using The Response Surface Method Rukmana, Jaka; Hariyadi, Purwiyatno; Hari Purnomo, Eko; Nur Faridah, Didah; Darniadi , Sandi
Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol 24 No 1 (2024)
Publisher : Politeknik Negeri Lampung.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25181/jppt.v24i1.3404

Abstract

The production of fish protein hydrolysate from common pony fish yields a fraction rich crude fish oil as a by-product. To utilize this by-product, refining is necessary to obtain common pony fish oil. This research aims to use a fraction rich crude fish oil from fish protein hydrolysate by-products to obtain fish oil and to determine the optimal conditions for the refining process using the response surface method (RSM) in the degumming, neutralization, and bleaching processes. The experimental design used was the Box–Behnken design, with the responses used to determine the optimum conditions at the degumming stage were water content and total dissolved solids. The response used to determine the optimum conditions at the neutralization stage was the refining factor, and at the bleaching stage was color (L, a*, b*). Parameters studied for each purification process include heating temperature (50-80°C), contact time between fraction rich crude fish oil with auxiliary materials (10-20 minutes) and the length of time for centrifugation (5-15 minutes) with a rotation speed of 10,062 G. The optimal conditions obtained in the degumming, neutralization, and bleaching processes for heating temperature, contact time between fraction rich crude fish oil with auxiliary materials, and centrifugation time, respectively,  were 50°C, 10 min, 5 min; 50°C, 20 min, 5 min; and 80°C, 10 min, 15 min. Verification of the optimum conditions resulted in a free fatty acid value of 8.25% ± 0.01%, an acid value of 1.87 ± 0.02 mg KOH/g oil, a peroxide value of 1.04 ± 0.01 meq/Kg, an anisidine value of 11.11 ± 0.01 meq/Kg, a total oxidation value of 13.21 ± 0.01 meq/Kg and water content 6.052 ± 0.02 %. These results indicate a reduction in free fatty acids, acid number, peroxide number, anisidine number and water content by 66%, 90%, 73.5%, 61%, 63%, and 92% respectively. Our results showed that the purified fraction rich crude fish oil has met the SNI standards in parameter acid number, peroxide number, iodine number, anisidine number, and total oxidation value. The purification process that has been carried out can improve the quality fraction rich crude fish oil, but further processing still needs to be carried out to reduce water content and free fatty acid value
Co-Authors - Mursalin -, Sugiyono . Mursalin A.A. Ketut Agung Cahyawan W Afifah Z. Agista Agus Setiyono Agus Supryadi Andarwulan, Nuri Andri J. Laksana Anton Apriyantono Arief Mulyawan Arief Rakhman Affandi Ario Damar Atjeng M. Syarief Ayu C. Wulan Ayu Cahyaning Wulan Azis B. Sitanggang Azis Boing Sitanggang C Hanny Wijaya DAHRUL SYAH Dahrul Syah DAHRUL SYAH Daisy Irawan Darniadi , Sandi Dede R. Adawiyah Dede Robiatul Adawiyah Dedi Fardiaz Denny S. Agustin Desty G. Pratiwi Desty Gitapratiwi Desty Gitapratiwi Dewi Fortuna Ayu Dodik Briawan Drajat Martianto Drajat Martianto Dwi Fitriani Dwi Fitriani Dwi Karmila Syafriyanti Eko Hari Purnomo Elisa Julianti Elvira Syamsir Erka Fitria Erka Fitria Evy Damayanthi Fahim M. Taqi Fahma Yuliwardi Fahma Yuliwardi, Fahma Fajriyati Mas’ud Faleh Setia Budi Feri Kusnandar Firdaus, Safira Fitri Hasrini, Reno Friska Citra Agustia Gema Noor Muhammad Gina Nur Rahmasari Hasim Hendra Wijaya Hendri Hermawan Adinugraha Hoerudin Hoerudin Hoerudin Hoerudin Hunaefi, Dase Idqan Fahmi Indah Epriliati IPB, DGB Iyus Hendrawan Jaka Rukmana Joni Munarso Joni Munarso, Joni Khoerul Bariyah Krisna Margaretta Malau Laksana, Andri J. Lala M Kolopaking Leonardus B. Raditya Prabowo Lilis Nuraida Lisa Norisza Sjahwil M Agus Setiadi M. Taqi, Fahim Ma'mun Sarma Masykur, Siti Fauziyyah Munarso, S. Joni Mursalin . MURSALIN MURSALIN Mursalin Mursalin Muslim, Nizar Saeful Nahrowi Nur Aini Nur Aini . Nur Fitriana Dewi Nur Richana Nur Wulandari Nur Wulandari Nurhasanah, Siti Nuri Andarwulan Nuri Andarwulan Oktariza, Wawan Policybrief, Submission Puspo Edi Giriwono Putra, Imam Perdana Rahmawati Rahmawati Ratih Dewanti -Hariyadi Reno Fitri Hasrini Ria Noviar Triana Rindy Panca Tanhindarto Rokhani Hasbullah Rosiana Ulfa Rosulva, Indah S. Joni Munarso Salsabila, Unik Hanifah Santi Dwi Astuti Santi Dwi Astuti Satiti Kawuri Putri Satrya Dharmawan Selvi Marcellia Siti Fauziyyah Masykur Siti Madanijah Siti Nurhasanah Siti Nurhasanah Slamet Budijanto Soewarno T Soekarto Soewarno T. Soekarto Sri Purwaningsih, Sri Sri Widowati Stefani Hartono Subarna - Sudradjat Sugiyono - Sugiyono . Sumarto Sumarto Sumarto Sumarto Sumiati Suria Darma Tarigan Sutrisno Sutrisno Syafriyanti, Dwi Karmila Tanti Lanovia1,2)* Tien R. Muchtadi Tjahja Muhandri Tri Haryati Ulfah Juniarti Siregar Widhiasmoro, Ashari Winiati P. Rahayu Wiwit Amrinola Wulandari, Nur Yundari, Yundari Zita L. Sarungallo Zubaidah Irawati Zulaikhah Zulaikhah