Claim Missing Document
Check
Articles

KOMBINASI UJI AKTIVITAS ANTIFOULINNG (Rhizophora apiculata) DI KABUPATEN PULAU MOROTAI M. Nur, Rinto; Rahmawati, Rahmawati
Jurnal Ilmu-Ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan Vol 14, No 1 (2019): Jurnal Ilmu - Ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan
Publisher : Faculty of Fisheries

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1325.165 KB)

Abstract

Penggunaan cat yang mengandung TBT sebagai pelapis dan antifouling sering dilakukan untuk mengurangi dampak penempelan biota pada permukaan bangunan maupun benda yang selalu terendam air. Hal ini menjadi salah satu penyebab pencemaran kimia di perairan yang lambat laun akan terakumulasi dan membahayakan biota maupun lingkungan. Namun, penggunaan bahan alami dari suatu organisme sebagai bioantifouling dapat mengurangi pencemaran kimia di perairan. Beberapa jenis mangrove mengandung senyawa bioaktif yang memiliki daya antifouling. Rhizophora apiculata merupakan salah satu jenis mangrove yang dilaporkan memiliki aktivitas anti-microfouling. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi potensi R. apiculata dan senyawa bioaktifnya sebagai bahan antifouling. Sampel R. apiculata diambil dari Perairan Pulau Morotai. Ekstraksi dan identifikasi golongan senyawa bioaktif R. apiculata dilakukan di Laboratorium FPIK, Unipas Morotai. Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi berulang selama 48?72 jam menggunakan pelarut metanol. Pengujian antifouling dilakukan dengan mengecat ekstrak R. apiculata di permukaan papan (10×10×2 cm3) kemudian direndam dalam laut selama 12 minggu. Sebagai pembanding, juga digunakan cat yang umumnya digunakan untuk mengecat perahu dan bangunan lainnya. Masing-masing pengujian dibuat dalam 3 kali ulangan. Pengamatan dilakukan setiap minggu dengan melihat jumlah biota yang melekat pada papan. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan Anova. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perolehan rendemen ekstrak metanol daun R. apiculata (EDRA) sebesar 8,2%. Hasil uji antifouling menunjukkan EDRA memiliki aktivitas antifouling. Identifikasi senyawa bioaktif menunjukkan bahwa daun R. apiculata mengandung senyawa bioaktif flavonoid, saponin, steroid, dan quinon. Kata Kunci  : antifouling, rhizophora apiculata, senyawa bioaktif, makrofouling
PERBANDINGAN PROSES PENGASAPAN IKAN CAKALANG MENGGUNAKAN ALAT KONVENSIONAL DAN LEMARI PENGASAPAN DI DESA DARUBA PANTAI KABUPATEN PULAU MOROTAI Wahab, Iswandi; Kore, Juwita; M Nur, Rinto
Jurnal Ilmu-Ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan Vol 14, No 2 (2019): Jurnal Ilmu - Ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan
Publisher : Faculty of Fisheries

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ikan  merupakan  produk  usaha  tangkap  perikanan  yang mudah membusuk  dan cepat rusak, sehingga sering diawetkan. Terhadap beberapa cara untuk mengawetkan ikan, salah satunya dengan cara pengasapan. Pada umumnya  masyarakat  Kabupaten Pulau Morotai melakukan proses pengasapan ikan secara tradisional. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menggunakan proses pembuatan ikan asap dengan alat konvensional  dan lemari pengasapan dalam pengolahannya di Desa Daruba Pantai, Kabupaten Pulau Morotai. PKL ini dilakukan pada bulan September 2019 di tempat Bapak Rahim dan mengukur efisiensi. Tahap pengasapan ikan dengan alat konvensional dan lemari pengasapan di Desa Daruba Pantai secara umum sama. Proses ikan asap meliputi ikan dibelah, dibuang isang dan isi perut, dicuci, dijepit dengan bambu, dicuci kembali, disiangi, diasap dan dioles minyak. Membutuhkan bahan bakar lebih banyak (30kg) dibandingkan dengan menggunakan lemari pengasapan (15kg). Selain itu, waktu pengasapan dengan menggunakan alat konvensional lebih lama (48 jam) dibandingkan dengan menggunakan lemari pengasapan (23 jam). (Kata kunci:ikan cakalang asap, alat Konvensional, dan Lemari pengasapan). Kata Kunci: Ikan Cakalang Asap, Alat Konvensional, dan Lemari Pengasapan.
SANITASI DAN HIGIENIE PENGOLAHAN IKAN TUNA DAN CAKALANG ASAP DITANAH TINGGI DESA GOTALAMO KABUPATEN PULAU MOROTAI Rorano, Malka; Nur, Rinto M
Aksara Public Vol 3 No 2 (2019): Mei (2019)
Publisher : EDUTECH CONSULTANT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Fish is one of the foodstuffthats which is quickly decomposed and damaged, therefore it is often preserved. There are several ways to preserve fish, including drying and fumigation. In general, the people of Morotai Island carry out the processes of fish fumigation traditionally. The fumigation is conducted by placing the fish above wood that is burned, so that direct contact between fish and smoke occurs. In addition, the fumigation carried out also uses simple equipment and less attention to sanitation and hygiene aspects. This can have an impact on health and environment. The current research aimed to determine the processing of smoked tuna and skipjack fish and the application of sanitation and hygiene in its processing in Tanah Tinggi, Gotalamo Village Kabupaten Pulau Morotai. Data obtained from interviews with business actors using questionnaires and direct observation of the manufacturing process smoked fish. The results of the study showed that the smoked fish business was still in the home industry scale whose processing was carried out by the business owner and assisted family members. This industry was still simple and smoked fish processing was conducted traditionally. It was established in 2008. The step in producing of smoked fish includes fish cleavage, discarded gills and stomach contents, washed, clamped with bamboo, washed again, weeded, smoked, and be lubricated with cooking oil. Furthermore, the process of producing smoked fish was not meeting sanitation and hygiene standards, both in terms of workers, equipment and the place.
ISOLASI KAPANG KONTAMINAN PADA IKAN ASIN YANG DIJUAL DI MOROTAI SELATAN, PULAU MOROTAI Jufri Anto Aris; Rinto M Nur; Asy’ari Asy’ari; Ningsi Saibi
Aurelia Journal Vol 3, No 1 (2021): Oktober
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Dumai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/aj.v3i1.10515

Abstract

Ikan asin di Kabupaten Morotai diperjualbelikan di pasar tanpa kemasan. Ikan asain hanya diikat denga tali plastik dan digantug begitu saja. Hal ini dapat memicu pertumbuhan mikroba pada ikan asin, terutama kapang. Kapang kontaminan merupakan salah satu kelompok mikroorganisme yang dapat menyebabkan penurunan mutu bahan makanan dengan menyebabkan kerusakan/pembusukan. Tujuan penelitian ini adalah mengisolasi dan mengidentifikasi kapang kontaminan pada ikan asin yang dijual di Morotai Selatan Pulau Morotai. Isolasi dan identifikasi kapang dilakukan di Laboratorium FPIK, Universitas Pasifik Morotai. Media untuk pertumbuhan kapang berupa media Tauge Ekstrak Agar (TEA). Isolasi kapang dari ikan asin dilakukan dengan metode pengenceran seri dan penanaman secara aerob (dengan teknik sebaran). Kapang yang tumbuh dipisahkan menjadi biakan murni dan dilakukan pengamatan isolat secara makroskopis dan mikroskopis. Hasil penelitian ditemukan 2 isolat kapang yaitu isolat IA.A1 dan isolat IA.C1. Isolat IA.A1 memiliki ciri-ciri seperti kapang Acromonium sp. dan isolat IA.C1 memiliki ciri-ciri seperti kapang Aspergillus niger.
KEANEKARAGAMAN KAPANG KONTAMINAN PADA IKAN ASAP TERLAPISI KITOSAN KULIT UDANG Septiana Sulistiawati; Rinto M Nur; Nurafni Nurafni; Bahtila Hakiang
Aurelia Journal Vol 2, No 2 (2021): April
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Dumai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/aj.v2i2.9896

Abstract

Kapang dapat tumbuh pada bahan pangan, sehingga bahan tersebut menjadi rusak. Berbagai kapang telah dilaporkan terdapat pada ikan sebagai kontaminan, bahkan pada ikan asap yang dilapisi pengawet alami (kitosan). Oleh sebab itu, penelitian ini dilakukan untuk melihat keberagaman kapang kontaminan pada ikan asap yang dilapisi kitosan setelah masa penyimpanan tertentu. Ikan asap dilapisi dengan kitosan 0,5; 1; 1,5; dan 2%. Ikan asap disimpan pada suhu ruang dan dilakukan pengamatan setiap hari hingga ikan tampak ada pertumbuhan kapang. Kapang yang tumbuh diisolasi dan dikarakterisasi morfologinya secara makroskopis dan mikroskopis. Selain itu, juga dilakukan perhitungan jumlah jenis dan koloni kapang yang tumbuh pada ikan asap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan asap dengan pelapisan kitosan 0,5% terdapat 4 isolat dengan jumlah koloni 17, pelapisan kitosan 1% terdapat 5 isolat dengan jumlah 23, pelapisan kitosan 1,5% ditemukan 4 isolat dengan jumlah koloni 8, dan pelapisan kitosan 2% terdapat 2 isolat dengan jumlah koloni 2.
Identifikasi Golongan Senyawa Bioaktif Rhizophora sp. Di Perairan Pulau Morotai Rinto M Nur; Nurmi Eso; Malka Rorano; Idham Suaibun
AGRICOLA Vol 9 No 2 (2019): AGRICOLA
Publisher : Universitas Musamus, Merauke, Papua

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35724/ag.v9i2.2470

Abstract

Mangrove is a plant that lives in intertidal areas. Mangroves are generally used as building materials, boats and household utensils. However, at this time several types of mangroves have been developed and utilized as food ingredients, cosmetics, and medicines. This utilization is inseparable from the content of bioactive compounds contained in it. The aims of this research was to identify bioactive compounds of Rhizophora sp. at Pulau Morotai. The method used to obtain the extract was maceration using methanol. Qualitative identification of types of bioactive compounds using chemical detectors. Bioactive compounds identified include flavonoids, alkaloids, steroids, and saponins. The highest yield of methanol extract was obtained from bark (13,1%) with dark green extract color, followed by root extract (9,2%)with blackish yellow color and the lowest yield was found in methanol extract of leaf (2,7%) with blackish-green color. Bioactive compounds identified as Rhizophora sp. leaf samples contain bioactive compounds saponins and steroids. Bark contains bioactive compounds alkaloids, flavonoids, saponins and steroids, and roots contain bioactive compounds saponins and steroids.
PERBANDINGAN PROSES PENGASAPAN IKAN CAKALANG MENGGUNAKAN ALAT KONVENSIONAL DAN LEMARI PENGASAPAN DI DESA DARUBA PANTAI KABUPATEN PULAU MOROTAI Iswandi Wahab; Juwita Kore; Rinto M Nur
Jurnal Ilmu-ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan Vol 14, No 2 (2019): Jurnal Ilmu-ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan
Publisher : University of PGRI Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31851/jipbp.v14i2.3499

Abstract

Ikan  merupakan  produk  usaha  tangkap  perikanan  yang mudah membusuk  dan cepat rusak, sehingga sering diawetkan. Terhadap beberapa cara untuk mengawetkan ikan, salah satunya dengan cara pengasapan. Pada umumnya  masyarakat  Kabupaten Pulau Morotai melakukan proses pengasapan ikan secara tradisional. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menggunakan proses pembuatan ikan asap dengan alat konvensional  dan lemari pengasapan dalam pengolahannya di Desa Daruba Pantai, Kabupaten Pulau Morotai. PKL ini dilakukan pada bulan September 2019 di tempat Bapak Rahim dan mengukur efisiensi. Tahap pengasapan ikan dengan alat konvensional dan lemari pengasapan di Desa Daruba Pantai secara umum sama. Proses ikan asap meliputi ikan dibelah, dibuang isang dan isi perut, dicuci, dijepit dengan bambu, dicuci kembali, disiangi, diasap dan dioles minyak. Membutuhkan bahan bakar lebih banyak (30kg) dibandingkan dengan menggunakan lemari pengasapan (15kg). Selain itu, waktu pengasapan dengan menggunakan alat konvensional lebih lama (48 jam) dibandingkan dengan menggunakan lemari pengasapan (23 jam). (Kata kunci:ikan cakalang asap, alat Konvensional, dan Lemari pengasapan). Kata Kunci: Ikan Cakalang Asap, Alat Konvensional, dan Lemari Pengasapan.
KOMBINASI UJI AKTIVITAS ANTIFOULINNG (Rhizophora apiculata) DI KABUPATEN PULAU MOROTAI Rinto M. Nur; Rahmawati Rahmawati
Jurnal Ilmu-ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan Vol 14, No 1 (2019): Jurnal Ilmu-ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan
Publisher : University of PGRI Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31851/jipbp.v14i1.3365

Abstract

Penggunaan cat yang mengandung TBT sebagai pelapis dan antifouling sering dilakukan untuk mengurangi dampak penempelan biota pada permukaan bangunan maupun benda yang selalu terendam air. Hal ini menjadi salah satu penyebab pencemaran kimia di perairan yang lambat laun akan terakumulasi dan membahayakan biota maupun lingkungan. Namun, penggunaan bahan alami dari suatu organisme sebagai bioantifouling dapat mengurangi pencemaran kimia di perairan. Beberapa jenis mangrove mengandung senyawa bioaktif yang memiliki daya antifouling. Rhizophora apiculata merupakan salah satu jenis mangrove yang dilaporkan memiliki aktivitas anti-microfouling. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi potensi R. apiculata dan senyawa bioaktifnya sebagai bahan antifouling. Sampel R. apiculata diambil dari Perairan Pulau Morotai. Ekstraksi dan identifikasi golongan senyawa bioaktif R. apiculata dilakukan di Laboratorium FPIK, Unipas Morotai. Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi berulang selama 48—72 jam menggunakan pelarut metanol. Pengujian antifouling dilakukan dengan mengecat ekstrak R. apiculata di permukaan papan (10×10×2 cm3) kemudian direndam dalam laut selama 12 minggu. Sebagai pembanding, juga digunakan cat yang umumnya digunakan untuk mengecat perahu dan bangunan lainnya. Masing-masing pengujian dibuat dalam 3 kali ulangan. Pengamatan dilakukan setiap minggu dengan melihat jumlah biota yang melekat pada papan. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan Anova. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perolehan rendemen ekstrak metanol daun R. apiculata (EDRA) sebesar 8,2%. Hasil uji antifouling menunjukkan EDRA memiliki aktivitas antifouling. Identifikasi senyawa bioaktif menunjukkan bahwa daun R. apiculata mengandung senyawa bioaktif flavonoid, saponin, steroid, dan quinon. Kata Kunci  : antifouling, rhizophora apiculata, senyawa bioaktif, makrofouling
Characterization of Contaminants Molds in Smoked Fish Coated in Chitosan Rinto Muhammad Nur; Bahtila Hakiang; Nurafni Nurafni; Resmila Dewi
TECHNO: JURNAL PENELITIAN Vol 10, No 1 (2021): Techno Jurnal Penelitian
Publisher : Universitas Khairun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33387/tjp.v10i1.2908

Abstract

Smoked fish is one of the traditional fish processing through the process of open heat smoking. The water content in smoked fish is quite high. The high water content will facilitate the growth and development of decaying microbes. Some studies have reported that smoked fish after being stored for several days will be overgrown at any time, even smoked fish that have been coated with chitosan. Research objectives to analyze the characteristics of contaminants in smoked fish treated with chitosan. The research was conducted from November to December 2020 at FPIK UNIPAS Morotai Laboratory. The growth medium of the glyph uses potato extract (PDA), the isolation of the glyph from smoked cob fish, as well as the characterization of the glyph which includes macroscopic and microscopic characters. The data obtained is analyzed descriptively. The result is isolation was found five isolates of any time, namely isolates KU1, KU2, KU3, MG1, and KS1. Based on macroscopic and microscopic characterization, isolate KU1 such as Fusarium oxysporum, isolate KU2 such as Aspergillus niger, isolate KU3 such as Penicillium sp., isolate MG1 such as Aspergillus flavus, and isolate KS1 such as Acremonium sp.
PENGOLAHAN DAN UJI ORGANOLEPTIK IKAN ASIN DI DESA GALO-GALO KABUPATEN PULAU MOROTAI Nender Puni; Rinto Muhammad Nur; Asy’ari Asy’ari
JURNAL ENGGANO Vol 5, No 2
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/jenggano.5.2.122-131

Abstract

Pengolahan ikan secara tradisional merupakan bentuk pengolahan yang banyak dilakukan nelayan, khususnya di Desa Galo-Galo Kecamatan Morotai Selatan. Ikan asin sangat digemari oleh masyarakat bahkan dijadikan oleh-oleh khas Morotai. Ikan asin ini biasanya dijual ke pasar tradisional Pulau Morotai dan daerah sekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses dan uji organoleptik ikan asin di Desa Galo-Galo, Kabupaten Pulau Morotai. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai Agustus 2019 bertempat di Desa Galo-Galo, Morotai Selatan, Pulau Morotai. Pengamatan proses pembuatan ikan asin dan uji organoleptik menggunakan angket dan pengamatan langsung. Uji organoleptik ikan asin meliputi kenampakan, rasa, bau, tekstur, dan jamur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pembuatan ikan asin di Desa Galo-Galo meliputi pembuangan bagian ikan yang tidak digunakan (sisik, isi perut dan insang), dicuci, dibilas, diberi garam, direndam, dicuci kembali, dan dijemur. Hasil uji organoleptik ikan asin dari Desa Galo-Galo menunjukkan bahwa ikan layak dikonsumsi karena memiliki nilai organoleptik >7.SALTED FISH PROCESSING AND ORGANOLEPTIC TESTING AT THE GALO-GALO VILLAGE OF PULAU MOROTAI REGENCY. Traditional fish processing is a form of processing that is mostly done by fisherman especially in the village of Galo-Galo South Morotai District. Salted fish is very popular with the community and even made a souvenir typical of Morotai. This salted fish is usually sold to the traditional markets of Pulau Morotai and the surrounding area. This study aims to determine the process and organoleptic of salted fish in the Galo-Galo village, Pulau Morotai regency. This research was conducted from July to August 2019 in Galo-Galo village Pulau Morotai. To observe the process of making salted fish, and organoleptic, the researcher used a questionnaire and direct observation. Here’s the process of making salted fish: first of all, clean your fish well and remove from stomach contents and gills then rinse them and rub them with plenty of salt. Finally, hang the fish in the sun. Organoleptic test of salted fish from this village was very suitable for consumption because the value of organoleptic was very good (>7).
Co-Authors Abdul Rahim Jafar Ahdad Hasan Akmal Hi Dahlan Albu Seba Alfriyani Yunita Malondo Alican, Ismawati Alkadri M. Kasim Alting, Nadia Muhammad Andrha S. Pahana Any Kurniawati Ardin Umar Ariestha W. Bustan Arisetiawan Arisetiawan Asy'ari Asy'ari Asy’ari Asy’ari Asy’ari Asy’ari Asy’ari Asy’ari Asy’ari, Asy’ari Asy’ari Asy’ari Asy’ari Asy’ari Asy’ari Asy’ari, Asy’ari Bahtila Hakiang Baide, Tri Nursani Balgis Bachmid Bambang Tjiroso Bambang Tjiroso, Bambang Bayu, Rani Djainudin Alwi Djainudin Alwi Djainudin Alwi, Djainudin Faujia Ulfaa Padoma Hartati Kapita Hi. Muhammad, Sandra Hj Djafar, Moch Nurcholis Holyness Nurdin Singadimedja Idham Suaibun Iswandi Wahab Iswandi Wahab Iswandi Wahab Jufri Anto Aris Juwita Kore Juwita Kore Kaliu, Sutriani Kasim, Alkadri M Kasim, Alkadri M. Kismanto Koroy Kismanto Koroy Kodobo, M. Jihar Kore, Juwita Mahamude, Safira Hari Yanti Malka Rorano Mandea, Asrul Masykur, Masykur Megawati Basri Meysi Riska Seng Moch Nurcholis Hj Djafar Muhammad, Meyisyin Hi Muhammad, Sandra Hi Muhammad, Sandra Hi. Nender Puni Nurafni Nurafni NurAfni NurAfni Nurafni Nurafni Nurmi Eso Pahana, Andrha S Pahana, Andrha S. Pina, Fijai Pina, Wihan Rahmawati, Rahmawati Rakibah, Aja Resmila Dewi Rifanli Sumahi Risky Richlos Sarapung Rorano, Malka Safira Hari Yanti Mahamude Saibi, Ningsi Sandra Hi Muhammad Sandra Hi Muhammad Sandra Hi. Muhammad Sartika Do. Kader Seng, Meysi Riska Seng, Uldin Sahdan Septiana Sulistiawati Sibua, Nurhikma Tania M.Nur, Tania M.Nur Titien Sofiati Titien Sofiati Titien Sofiati Titien Sofiati Wahab, Iswandi Yuliana, Cut Yungleit Masa