Articles
SEGMENTASI KONDISI PSIKOGRAFIS MASYARAKAT BERDASARKAN KONSEP VALS (VALUE AND LIFESTYLE) DI KELURAHAN KEDUNG COWEK
Sidauruk, Gita Toruli;
Ariastita, Putu Gde
Jurnal Penataan Ruang Vol 14, No 1 (2019): Jurnal Penataan Ruang 2019
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, ITS
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (1134.751 KB)
|
DOI: 10.12962/j2716179X.v14i1.6595
Kelurahan Kedung Cowek merupakan salah satu prioritas pertama penanganan kumuh di Kota Surabaya. Namun, program penanganan kekumuhan yang selama ini sudah dilakukan seringkali mengalami kegagalan. Hal ini disebabkan oleh partisipasi masyarakat setempat untuk terlibat dalam program perbaikan permukiman masih tergolong rendah. Dalam upaya penanganan kumuh tersebut, pemerintah harus memberikan program yang sesuai dengan kondisi masyarakat terkait kecenderungannya untuk terlibat dalam suatu program. Pada hakikatnya, kondisi psikografis dapat menggambarkan sikap dan tanggapan seseorang terhadap suatu program pembangunan secara mendalam dibandingkan dengan kondisi demografisnya. Oleh karena itu, dengan berlokasi di RW 2 dan 3 Kelurahan Kedung Cowek, penelitian ini bertujuan untuk mensegmentasikan kondisi psikografis masyarakat ke dalam 8 variabel psikografis menurut konsep VALS (Value and Lifestyle), yaitu segmen innovators, thinkers, believers, achievers, strivers, experiencers, makers dan survivors. Proses ini dilakukan dengan metode scoring menggunakan skala likert secara kuantitatif. Output dari penelitian ini adalah teridentifikasinya kondisi psikografis masyarakat di Kelurahan Kedung Cowek yang beragam. Kondisi psikografis terbanyak adalah believers, sementara yang paling sedikit adalah makers.
PENYEDIAAN SEKOLAH MENENGAH BERDASARKAN PREFERENSI SISWA DI KABUPATEN BANGKALAN
Musdalifah, Arofa;
Amiranti, Sri;
Ariastita, Putu Gde
Jurnal Penataan Ruang Vol 4, No 1 (2009): Jurnal Penataan Ruang 2009
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, ITS
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.12962/j2716179X.v4i1.2358
Penelitian ini untuk mengidentifikasi preferensi siswa dalam memilih sekolah sehingga dapat menyusun arahan penyediaan sekolah menengah berdasarkan Bangkalan. Pendekatan penelitian berlandaskan pada positivistik dilakukan siswa-siswa sekolah menengah di yang berasal luar kota. Data penyebaran kusoner dengan jumlah analisis yang digunakan adalah analisis dan analisis kualitatif.Hasil peneltian menunjukkan bahwa pada umumnya keberadaan sekolah menengah di Kabupaten Bangkalan belum memuaskan penduduk dari segi kuantitas maupun yang rendahnya partisipasi pada pendidikan menengah dan besarnya mobilisasi siswa wilayah lain yang dianggap lebih memuaskan mereka. Untuk mengatasi hal tersebut disusun arahan penyediaan sekolah menengah berdasarkan preferensi dan standar teonts serta kebijakan pengembangan pendidikan, yaitu melalui peningkatan kualitas dan jumlah tenaga pengajar, penambahan ruang praktek dan sarana penunjang lainnya peningkatan akses ke fasilitas pendidikan optimalisasi daya tampungpenambahan Unit Sekolah Baru (USB), program fasilitas pendidikan antara sekolah yang berada dalam satu lokasi pemberdayaan dan penyelenggaraan SMP/SMA satu atap
Optimasi Penggunaan Lahan Perkotaan di Kawasan Perkotaan Mejayan Kabupaten Madiun
Ainun Dita Febriyanti;
Putu Gde Ariastita
Jurnal Teknik ITS Vol 2, No 2 (2013)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (436.508 KB)
|
DOI: 10.12962/j23373539.v2i2.3769
Pengembangan wilayah Kabupaten Madiun ke Perkotaan Mejayan menuntut adanya penyediaan lahan yang lebih untuk pelayanan perkotaan. Penggunaan lahan yang ada belum mampu mencukupi kebutuhan pelayanan kota yang semakin meningkat seiring dengan peran Mejayan sebagai kawasan perkotaan. Untuk mencukupi kebutuhan kebutuhan lahan perkotaan, maka perlu dilakukan optimasi penggunaan lahan melalui alokasi luas lahan yang optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan alokasi luas lahan optimal yang dilakukan melalui tiga tahapan. Pertama, mengidentifikasi ketersediaan penggunaan lahan perkotaan di Kawasan Perkotaan Mejayan dengan menggunakan analisis overlay. Kedua, merumuskan kriteria penentu pemanfaatan lahan di Perkotaan Mejayan melalui analisis Delphi. Ketiga, merumuskan model optimasi penggunaan lahan dengan menggunakan Linear progamming. Dari hasil penelitian menggunakan Linear progamming, diperoleh lima alternatif dalam penyelesaian optimasi penggunaan lahan perkotaan di Kawasan Perkotaan Mejayan. Dari kelima alternatif tersebut, alternatif ketiga merupakan alternatif dengan kombinasi luas lahan perkotaan yang paling optimal untuk dikembangkan dengan kombinasi luas lahan permukiman sebesar 2.315,46 Ha, perdagangan jasa seluas 990,223 Ha, industri seluas 482, dan fasilitas umum seluas 309,38 Ha.
Penentuan Infrastuktur Prioritas Di Wilayah Pinggiran Kota Yogyakarta
Wahyu Endi Pratista;
Putu Gde Ariastita
Jurnal Teknik ITS Vol 2, No 2 (2013)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (134.032 KB)
|
DOI: 10.12962/j23373539.v2i2.3920
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis infrastruktur yang menjadi prioritas dalam pengembangan wilayah pinggiran di Kota Yogyakarta sesuai dengan karakteristik masing-masing wilayah. Adapun metode yang digunakan adalah teknik analisis delphi untuk mendapatkan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan infrastruktur di wilayah pinggiran Kota Yogyakarta serta untuk mengetahui jenis infrastruktur yang menjadi kebutuhan prioritas di wilayah pinggiran Kota Yogyakarta tersebut berdasarkan penilaian para stakeholder. Dari hasil analisis tersebut diketahui bahwa jenis infrastruktur yang menjadi prioritas pengembangan baik pada wilayah pinggiran yang memiliki kecenderungan infrastruktur desa (Kecamatan Mantrijeron, Umbulharjo, Kotagede, Gondokusuman, Wirobrajan, Jetis, dan Tegalrejo) maupun pada wilayah pinggiran yang memiliki kecenderungan infrastruktur desa-kota (Kecamatan Mergangsan) adalah infrastruktur air bersih.
Identifikasi Variabel Untuk Mendukung Kinerja Pusat-Pusat Kegiatan Dalam Pengembangan Komoditas Unggulan Tongkol Di Wilayah Pesisir Timur Provinsi Aceh
Muthmainnah Muthmainnah;
Putu Gde Ariastita
Jurnal Teknik ITS Vol 2, No 2 (2013)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (55.989 KB)
|
DOI: 10.12962/j23373539.v2i2.3940
Wilayah Pesisir Timur merupakan salah satu wilayah pengembangan (WP) di Provinsi Aceh yang memiliki keunggulan pada sektor primer salah satunya sub sektor perikanan. Struktur hirarki pusat kegiatan WP terdiri dari pusat kegiatan nasional (PKN), pusat kegiatan wilayah (PKW) dan pusat kegiatan lokal PKL yang memliki peran sebagai pusat pertumbuhan dan mendukung pengembangan wilayah termasuk pengembangan komoditi unggulan. Namun demikian keunggulan pada sub sektor perikanan belum mendapat dukungan dalam hal pengembanganya. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variabel apa saja yang mempengaruhi kinerja pusat kegiatan dalam mendukung pengembangan komoditas unggulan perikanan. Untuk menjawab tujuan ini dilakukan tiga tahapan penelitian yaitu penentuan komoditas unggulan perikanan dengan analisa location quotient (LQ) dan shift share analysis (SSA). Tahapan kedua, melihat kondisi aliran nilai tambah komoditi unggulan di pusat kegiatan dengan analisa deskriptif, dan analisa variabel pengaruh kinerja dengan analisa pengkodean (coding). Hasil analisa awal dengan LQ dan SSA menunjukkan bahwa komoditi Tongkol merupakan komoditi unggulan WP Pesisir Timur. Sementara pada analisis deskriptif aliran nilai tambah menunjukkan tidak terjadinya pertambahan nilai bagi komoditi unggulan. Terakhir, analisa kualitatif coding ditemukan bahwa variabel yang mempengaruhi kinerja pusat kegiatan WP Pesisir Timur terhadap pengembangan komoditi unggulan Tongkol yaitu ketersedian jumlah pasar, ketersedian jumlah industri pengolahan, ketersedian jumlah jenis industri pengolahan, ketersediaan jaringan transportasi, ketersedian prasarana listrik dan ketersedian prasarana air bersih.
Pola Spatial Persebaran Pusat Perbelanjaan Modern Di Surabaya Berdasarkan Probabilitas Kunjungan
Achmad Miftahur Rozak;
Putu Gde Ariastita
Jurnal Teknik ITS Vol 2, No 2 (2013)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (869.847 KB)
|
DOI: 10.12962/j23373539.v2i2.3943
Surabaya sebagai kota besar saat ini mulai dipenuhi dengan pusat perbelanjaan modern hingga mencapai lebih dari 20 unit. Perkembangannya saat ini menyebabkan adanya persaingan antar pusat perbelanjaan satu dengan yang lain. Dengan kondisi seperti ini, diperlukan identifikasi mengenai besaran nilai probabilitas masing-masing pusat perbelanjaan terhadap penduduk yang ada di Suarabaya. Dalam penelitian ini, penentuan probabilitas kunjungan didapatkan dari model Huff. Model ini menghitung nilai probabilitas penduduk yang ada terhadap pusat perbelanjaan dengan menggunakan variabel jarak dan luas bangunan total. Hasil perhitungan tersebut kemudian dikombinasikan dengan perkiraan jangkauan pelayanan tiap pusat perbelanjaan sehingga didapatkan tipologi kecamatan terhadap kemungkinan mengunjungi seluruh pusat perbelanjaan yang ada di Surabaya. Didapatkan bahwa terdapat empat kategori yang masing-masing memiliki karakteristik dan variabel yang mempengaruhinya. Kategori pertama merupakan 5 kecamatan dengan probabilitas rendah dan terjangkau dengan faktor yang berpengaruh adalah luas lantai bangunan serta jarak yang digambarkan oleh jangkauan pelayanan. Kategori kedua merupakan 22 kecamatan dengan probabilitas sedang dan terjangkau dengan faktor yang mempengaruhi adalah jangkauan pelayanan serta jarak terhadap masing-masing pusat perbelanjaan. Kategori tiga merupakan 2 kecamatan dengan probabilitas tinggi dan terjangkau dengan faktor yang berpengaruh adalah luas pusat perbelanjaan. Sedangkan kategori terakhir adalah 2 kecamatan dengan probabilitas sedang namun belum terjangkau oleh layanan pusat perbelanjaan
Revitalisasi Kawasan Pelabuhan Kamal Di Madura
Evi Akbarwati;
Putu Gde Ariastita
Jurnal Teknik ITS Vol 2, No 2 (2013)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (45.026 KB)
|
DOI: 10.12962/j23373539.v2i2.4324
Pelabuhan Kamal awalnya merupakan pintu gerbang utama keluar masuk Pulau Madura, yang memberi pengaruh terhadap peningkatan kemajuan kawasan Pelabuhan Kamal. Keberadaan Jembatan Suramadu menyebabkan penurunan vitalitas kawasan Pelabuhan Kamal yang ditinjau dari aspek fisik dan aktivitas. Tujuan studi ini untuk merumuskan arahan revitalisasi kawasan Pelabuhan Kamal yang ditempuh melalui dua tahapan penelitian yaitu: Analisa faktor penyebab penurunan vitalitas kawasan pelabuhan dengan Teknik Content Analysis; dan Perumusan arahan dengan teknik analisis Deskriptif dan Expert Judgement. Dari Hasil analisa faktor diketahui bahwa penurunan vitalitas kawasan disebabkan oleh faktor fisik, aktivitas, dan institusional, dengan faktor penyebab utama adalah penurunan aktivitas penyeberangan. Arahan revitalisasi bagi kawasan Pelabuhan Kamal adalah dengan mengembangkan fungsi baru yaitu wisata bahari melalui pengembangan fisik kawasan dan institusional
Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Pertanian Sebagai Upaya Prediksi Perkembangan Lahan Pertanian di Kabupaten Lamongan
Merisa Kurniasari;
Putu Gde Ariastita
Jurnal Teknik ITS Vol 3, No 2 (2014)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (391.9 KB)
|
DOI: 10.12962/j23373539.v3i2.7237
Kabupaten Lamongan sebagai Lumbung Pangan Jawa Timur mengalami penurunan luas lahan pertanian akibat alih fungsi lahan pada periode 2009-2012. Disisi lain sebagai kawasan yang termasuk dalam Gerbangkertasusila Plus, Kabupaten Lamongan dituntut untuk terus membenahi pertumbuhan ekonomi melalui sektor non pertanian. Sehingga penelitian ini membahas mengenai prediksi perkembangan lahan pertanian sebagai upaya mempertahankan lahan pertanian di Kabupaten Lamongan seiring dengan perkembangan wilayah. Artikel ini merupakan bagian dari penelitian mengenai prediksi perkembangan lahan pertanian berdasarkan kecenderungan alih fungsi lahan pertanian (sawah) di Kabupaten Lamongan. Melalui teknik analisis GWR (Geographically Weighted Regression), dapat diketahui faktor yang berpengaruh terhadap alih fungsi lahan pertanian, kemudian ditransformasi kedalam analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh terhadap alih fungsi lahan pertanian adalah rasio harga lahan dan rasio aksesibilitas wilayah. Dimana dihasilkan kelompok-kelompok kecamatan sesuai dengan faktor alih fungsi yang mempengaruhinya.
Arahan Pengembangan Kota Palembang Sebagai Kota Pusaka
Taufiq Ardhan;
Putu Gde Ariastita
Jurnal Teknik ITS Vol 3, No 2 (2014)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (641.55 KB)
|
DOI: 10.12962/j23373539.v3i2.7281
Kota Palembang telah ditetapkan sebagai Kota Pusaka dengan adanya peninggalan bersejarah dan budaya yang dimiliki namun sampai saat ini belum dikembangkan secara maksimal dikarenakan ketidaktahuan, ketidakpedulian, ketidakmampuan dan salah urus. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan arahan pengembangan Kota Pusaka di Kota Palembang dengan beberapa tahapan analisa yaitu dengan mengidentifikasi objek yang berpotensi mendukung Kota Palembang sebagai Kota Pusaka dengan menggunakan analisis expert judgement skala likert, kedua menentukan zonasi kawasan Kota Pusaka di Kota Palembang melalui analisis deliniasi, ketiga menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan Kota Pusaka di Kota Palembang beserta arahan pengembangannya dengan menggunakan analisis delphi. Hasil analisa menunjukkan terdapat 9 Objek yang sangat berpotensi mendukung Kota Palembang sebagai Kota Pusaka yang menjadi zonasi kawasan Kota Pusaka. Dari zonasi kawasan Kota Pusaka, dihasilkan 8 faktor yang mempengaruhi pengembangan Kota Pusaka di Kota Palembang yang terbentuk pada 3 zona yaitu zona inti, pendukung dan penyangga. Arahan pengembangan Kota Pusaka Palembang dirumuskan untuk setiap zona dengan pertimbangan faktor-faktor yang mempengaruhi. Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan dapat mengetahui urban heritage planning dalam bidang Perencanaan Wilayah dan Kota di Kota Palembang.
Penentuan Aktivitas Perdagangan dan Jasa di Kawasan Jalan Panglima Sudirman Kabupaten Nganjuk
Endang Sulistyowati;
Putu Gde Ariastita
Jurnal Teknik ITS Vol 3, No 2 (2014)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (541.275 KB)
|
DOI: 10.12962/j23373539.v3i2.7293
Sebagai kawasan perdagangan dan jasa, kawasan Jalan Panglima Sudirman Kabupaten Nganjuk merupakan kawasan yang berpotensi berkembang pesat. Akan tetapi belum ada ketentuan dalam mengatur aktivitas perdagangan dan jasa yang diperbolehkan, terbatas, bersyarat dan dilarang di lokasi tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan aktivitas perdagangan dan jasa di Kawasan Jalan Panglima Sudirman Kabupaten Nganjuk sebagai upaya awal dalam menyusun instrumen pengendalian aktivitas dalam peraturan zonasi. Metode analisa yang digunakan dalam penelitian adalah teknik analisis deskriptif kulitatif dan teknis analisis Delphi. Hasil dari penelitian merupakan sebuah pengaturan aktivitas dengan klasifikasi diijinkan, terbatas, bersyarat dan dilarang. Aktivitas yang diijinkan antara lain adalah aktivitas yang umumnya memiliki kavling <400 m2, jenis gangguan ringan dan aktivitas yang sesuai dengan skala pelayanan. Untuk aktivitas yang terbatas dan bersyarat hampir memiliki kriteria yang sama yaitu ukuran kavling 400-5.000 m2 dan merupakan aktivitas yang tidak sesuai dengan skala pelayanan yang telah ditetapkan. Perbedaannya terletak pada jenis gangguan kronis dan akut untuk aktivitas bersyarat dan ketentuan jam operasi 16-24 jam untuk aktivitas terbatas. Sedangkan untuk aktivitas yang dilarang adalah aktivitas yang memiliki luas kavling > 5.000 m2.