Claim Missing Document
Check
Articles

Found 40 Documents
Search

PELATIHAN TEKNOLOGI BIOFLOCK PADA USAHA BUDIDAYA IKAN LELE DI DESA KETEWEL KECAMATAN SUKAWATI KABUPATEN GIANYAR N.L.G. Sumardani; I.G. Suranjaya; N.N. Soniari; I.M. Radiawan
Buletin Udayana Mengabdi Vol 15 No 3 (2016)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (267.223 KB)

Abstract

Pelatihan teknologi bioflock pada usaha budidaya lele di Desa Ketewel Kecamatan Sukawati Kabupaten Gianyar telah dilaksanakan pada 14 April 2015. Pelatihan ini diberikan untuk meningkatkan produksi ikan lele pada kolam sempit, menekan biaya pakan lele, dan menghemat waktu pemeliharaan, karena teknologi bioflock merupakan teknologi pemeliharaan dengan menumbuhkan mikroorganisme yang berfungsi untuk mengolah limbah dari ikan lele tersebut menjadi gumpalan-gumpalan (flock) yang digunakan sebagai makanan alami untuk lele. Metode yang digunakan pada pelatihan ini adalah ceramah, demonstrasi dan praktek di sawah. Pelatihan ini dihadiri oleh 15 orang dari kelompok tani nelayan Mina Buwana Kerti. Dari hasil post test, lebih dari 90% tani nelayan berhasil menjawab pertanyaan tentang teknologi bioflock, penanganan penyakit dan pemasaran. Data yang ditunjukkan pada akhir pelatihan, semua peserta memahami dengan baik topik yang diberikan, dan seluruh peserta berpartisipasi secara aktif dalam pelatihan ini.
PENGOLAHAN ECENG GONDOK (Eichhornia crassipes) UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN PELESTARIAN DANAU BUYAN, DI DESA PANCASARI, KECAMATAN SUKASADA, KABUPATEN BULELENG, PROPINSI BALI N.L. Kartini; I G. Suranjaya
Buletin Udayana Mengabdi Vol 17 No 4 (2018): Buletin Udayana Mengabdi
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (377.29 KB) | DOI: 10.24843/BUM.2018.v17.i04.p06

Abstract

Pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk pengolahan Eceng Gondok (Eichhornia Crassipes) untuk Peningkatan Pendapatan Masyarakat dan Pelestarian Danau Buyan. Metode yang diterapkan dalam pemberdayaan masyarakat pada kegiatan KKN PPM adalah sebagai berikut: (1) Kordinasi dan komunikasi secara partisipasif dengan kelompok tani Subak Abian untuk merumuskan program mulai dari perencanaan, operasional dan evaluasi; (2) Penyuluhan untuk membangun persepsi dan pemahaman masyarakat mengenai inovasi atau program yang diterapkan; (3) Pelatihan dan simulasi mengenai terapan ipeks yang dialihkan bagi masyarakat; (4) Pendampingan yaitu pertemuan secara berkala dan berkelanjutan antara pendamping dengan masyarakat sasaran hingga ipteks yang dialihkan dapat dilaksanakan secara mandiri oleh masyarakat. Kegiatan yang dilakukan meliputi (1) Penyuluhan dan koordinasi pada anggota dan pengurus subak Abian Desa Pancasari; (2) Edukasi kepada anak sekolah, petani, dan masyarakat mengenai pelestarian lingkungan danau; (3) Pelatihan dan pembuatan demplot penerapan prosedur operasional baku pertanian ramah lingkungan; (4) Pelatihan alih teknologi fermentasi dalam pembuatan pupuk organik dan pakan ternak dari enceng gondok; (5) Pelatihan alih teknologi pengolahan enceng gondok menjadi sumber energi (biogas); dan (6) Edukasi bagi anak sekolah dalam pelestarian danau dan kesehatan lingkungan.
PENGOLAHAN ECENG GONDOK (Eichhornia crassipes) UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN PELESTARIAN DANAU BUYAN DI DESA PANCASARI KECAMATAN SUKASADA KABUPATEN BULELENG PROPINSI BALI N.L. Kartini; I.G. Suranjaya
Buletin Udayana Mengabdi Vol 17 No 2 (2018): Buletin Udayana Mengabdi
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (325.123 KB) | DOI: 10.24843/BUM.2018.v17.i02.p03

Abstract

Pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk pengolahan Eceng Gondok (Eichhornia Crassipes) untuk Peningkatan Pendapatan Masyarakat dan Pelestarian Danau Buyan. Metode yang diterapkan dalam pemberdayaan masyarakat pada kegiatan KKN PPM adalah sebagai berikut: (1) Kordinasi dan komunikasi secara partisipasif dengan kelompok tani Subak Abian untuk merumuskan program mulai dari perencanaan, operasional dan evaluasi; (2) Penyuluhan untuk membangun persepsi dan pemahaman asyarakat mengenai inovasi atau program yang diterapkan; (3) Pelatihan dan simulasi mengenai terapan ipeks yang dialihkan bagi masyarakat; (4) Pendampingan yaitu pertemuan secara berkala dan berkelanjutan antara pendamping dengan masyarakat sasaran hingga ipteks yang dialihkan dapat dilaksanakan secara mandiri oleh masyarakat. Kegiatan yang dilakukan meliputi (1) Penyuluhan dan koordinasi pada anggota dan pengurus subak Abian Desa Pancasari; (2) Edukasi kepada anak sekolah, petani, dan masyarakat mengenai pelestarian lingkungan danau; (3) Pelatihan dan pembuatan demplot penerapan prosedur operasional baku pertanian ramah lingkungan; (4) Pelatihan alih teknologi fermentasi dalam pembuatan pupuk organik dan pakan ternak dari enceng gondok; (5) Pelatihan alih teknologi pengolahan enceng gondok menjadi sumber energi (biogas); dan (6) Edukasi bagi anak sekolah dalam pelestarian danau dan kesehatan lingkungan.
PRODUKSI PUPUK ORGANIK CAIR BERBASIS ECENG GONDOK DAN GANGGANG HIJAU UNTUK MENUNJANG PENGEMBANGAN PERTANIAN RAMAH LINGKUNGAN DI WILAYAH DANAU BUYAN I G. Suranjaya; N.L. Kartini; N.L.R. Purnawan
Buletin Udayana Mengabdi Vol 17 No 3 (2018): Buletin Udayana Mengabdi
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (233.14 KB) | DOI: 10.24843/BUM.2018.v17.i03.p15

Abstract

Kegiatan pengabdian bagian dari pelaksanaan Program Kemitraan Wilayah (PKW) ini bertujuan untuk alih teknologi dalam pengolahan pupuk organik cair berbasis eceng gondok dan ganggang hijau dalam upaya menunjang pengembangan pertanian ramah lingkungan di desa Pancasari, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng. Metode yang diterapkan dalam pemberdayaan masyarakat pada PKW ini adalah : (1) Kordinasi dan komunikasi secara partisipasif dengan masyarakat sasaran mulai dari perencanaan, operasional dan evaluasi kegiatan; (2) Penyuluhan untuk membangun persepsi masyarakat mengenai inovasi yang akan diterapkan; (3) Pelatihan dan simulasi mengenai terapan ipeks yang dialihkan; (4) Pendampingan secara berkala kepada masyarakat sasaran hingga ipteks yang dialihkan dapat dilaksanakan secara mandiri. Hasil menunjukkan bahwa kegiatan alih teknologi dalam pengolahan pupuk organik cair berbasis eceng gondok dan ganggang hijau sebagai upaya menunjang pengembangan pertanian ramah lingkungan di seputaran danau Buyan dapat berlangsung dengan baik yang ditunjukkan dengan adanya partisipasi aktif dan daya adopsi ipteks yang baik dari masyarakat sasaran. Partisipasi aktif mitra dalam seluruh kegiatan alih teknologi ini cukup baik, yaitu sebesar 55%. Terdapat kemauan mitra sasaran untuk memproduksi pupuk organik cair berbasis eceng gondok dan ganggang hijau secara mandiri.
PENGEMBANGAN BUDIDAYA LEBAH MADU LOKAL “KELE- KELE” (Trigona Spp) PADA MASYARAKAT PINGGIRAN HUTAN DI KECAMATAN PUPUAN KABUPATEN TABANAN M. Dewantari; N.L.G. Sumardani; I.G. Suranjaya
Buletin Udayana Mengabdi Vol 19 No 1 (2020): Buletin Udayana Mengabdi
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (443.216 KB) | DOI: 10.24843/BUM.2020.v19.i01.p02

Abstract

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat melalui program Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat yang dilakukan di Desa Kebon Padangan, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan bertujuan meningkatkan pendapatan masyarakat sasaran melalui peningkatan produktivitas dan pemasaran madunya. Metode kegiatan yang diterapkan dalam pemberdayaan masyarakat pada program Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat adalah sebagai berikut:(1)Sosialisasi dan koordinasi dengan mitra sasaran (2).Penyuluhan dan pelatihan singkat mengenai teknologi budidaya lebah madu lokal”kele-kele” (Trigona Spp) dan (3) Pendampingan secara berkala dan berkelanjutankepada mitra sasaran hingga iptek yang dialihkan dapat dilaksanakan secara mandiri. Sedangkan pelaksanaan kegiatan alih teknologi budidaya lebah madu lokal “kele-kele” (Trigona Spp) meliputi (1) Koordinasi dan komunikasi secara partisipasif dengan kelompok sasaran untuk merumuskan program mulai dari perencanaan, operasional dan evaluasi ; (2) Penyuluhan teknik budidaya lebah madu “ kele-kele” serta pelatihan manajemen kelompok lebah madu dan (3) Pelatihan pemindahan koloni , rancang bangun stup sistem kotak dan pendampingan budidaya lebah madu lokal “kele-kele’ (Trigona Sp) dan (4) Monitoring dan Evaluasi. Hasil dari kegiatan ini menunjukkan bahwa semua kegiatan yang dilakukan berjalan dengan lancar serta mendapat resppon yang positip dari Kepala Desa beserta jajaran aparat desanya serta kelompok lebah madu. Kata kunci : Budidaya, Lebah Madu Lokal “Kele- Kele”(Trigona Sp), Masyarakat, Pinggiran Hutan
KAJI BANDING BUDIDAYA IKAN LELE DENGAN TEKNOLOGI BIOFLOK DI DESA KETEWEL KECAMATAN SUKAWATI KABUPATEN GIANYAR N.L.G. Sumardani; I.G. Suranjaya; N.K. Seminari; I.M. Radiawan
Buletin Udayana Mengabdi Vol 17 No 3 (2018): Buletin Udayana Mengabdi
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (502.15 KB) | DOI: 10.24843/BUM.2018.v17.i03.p12

Abstract

Kaji banding budidaya ikan lele dengan teknologi bioflok, dilaksanakan di Desa Ketewel Kecamatam Sukawati Kabupaten Gianyar, pada tahun 2015 sampai tahun 2017. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui budidaya ikan lele dengan teknologi bioflok pada kolam dengan sistem air tertutup, dengan media tumbuh mikroorganisme yang berbeda. Teknologi bioflok merupakan teknologi pemeliharaan dengan menumbuhkan mikroorganisme yang berfungsi untuk mengolah limbah yang dihasilkan oleh ikan lele, menjadi gumpalan-gumpalan (flok) yang digunakan sebagai makanan alami untuk ikan lele. Budidaya ikan lele dengan teknologi bioflok bertujuan untuk meningkatkan produksi ikan lele pada kolam sempit, mengurangi biaya pakan ikan lele, dan menghemat waktu pemeliharaan. Adapun metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah penyuluhan, demoplot, dan pendampingan budidaya ikan lele dengan teknologi bioflok, serta pendampingan dalam usaha pemasaran hasil budidaya ikan lele tersebut. Kegiatan ini diikuti oleh anggota kelompok nelayan Mina Buwana Kerti, yang menjadikan demoplot budidaya ikan lele sebagai salah satu sarana belajar nyata bagi masyarakat dalam pelaksanaan program IbW (Iptek bagi Wilayah) atau PKW (Program Kemitraan Wilayah). Dari kaji banding ini dapat diketahui bahwa produksi ikan lele pada kolam dengan sirkulasi air tertutup yang disertai dengan teknologi bioflok, dapat meningkatkan pendapatan peteni/peternak sebesar Rp. 1.000.000,- per 1000 ekor ikan lele.
IDENTIFIKASI PENAMPILAN REPRODUKSI SAPI BALI (Bos sondaicus) BETINA SEBAGAI AKSEPTOR INSEMINASI BUATAN UNTUK MENUNJANG PROGRAM UPSUS SIWAB DI KABUPATEN BADUNG DAN TABANAN Suranjaya I G.; N. P. Sarini; A. Anton; A. Wiyana
Majalah Ilmiah Peternakan Vol 22 No 2 (2019): Vol. 22 No.2 (2019)
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (326.33 KB) | DOI: 10.24843/MIP.2019.v22.i02.p06

Abstract

This research was conducted in Badung and Tabanan Regencies with a survey method on bali cow farmer groupwhere the cows as artificial insemintion (AI) acceptors were in the the program of special effort on acceleration ofpregnant cattle and buffalo population (Upsus Siwab). Sampling was carried out by purposive random samplingwith 74 cows were in Badung and 61 cows were in Tabanan. Data obtained from interviews and recording fromfarmers, farmer groups and inseminator staffs. Data collected included: age of cows, age of first mated, calvingrate, service per conception, gestation period, and post partus heat. Data generated were analysed using descriptivestatistics and reproductive performance of bali cows as AI acceptors between Badung Regency and Tabanan Regencywas analysed using Two Independent Sample T Test. Results showed that the average age of cows in Badung andTabanan was 4.23 ± 2.00 years and 4.50 ± 2.90 years and the age at first mated was 1.74 ± 0.49 and 1.900.38 yearsrespectively. Calving rate of cows as AI acceptors in Badung and Tabanan Regencies were 56.75% and 40.98%respectively. Service per conception is 1.62 ± 0.39 times and 1.90 ± 0.38 times, respectively. The average of gestationperiod of cows in Badung 9.63 ± 0.52 months tended to be longer than of 9.45 ± 0.22 months in Tabanan, whereasthe post partus heat were 3.06 ± 0.94 months and 3.53 ± 1.03 months, respectively. In conclusion, the calving rate ofcows in Badung was greater than of in Tabanan and the post partus heat of AI acceptor cows in Badung was shorterthan of in Tabanan.
PENAMBAHAN DAUN KELOR (Moringa oleifera) DALAM RANSUM MENGANDUNG SEKAM PADI DAN STARPIG TERHADAP KARKAS ITIK BALI TRISNADEWI A. A. A. S.; I G. SURANJAYA; I W. WIRAWAN
Majalah Ilmiah Peternakan Vol 24 No 3 (2021): Vol. 24 No. 3 (2021)
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MIP.2021.v24.i03.p08

Abstract

The aim of this study was to determine effect of the addition of Moringa oleifera leaf in ration containing rice hull supplemented with starpig on performnace of bali duck. The study used a randomized block design (RBD) with four treatments included control ration (A), 12.5% ration of rice hull (B), 12.5% ration of rice hull and Moringa leaf (C), 12.5% ration of rice hull, Moringa leaf and starpig (D). Each treatment consisted of four replicate and each rep- licate consist of of four female bali ducks aged 36 weeks. The observed variables egg production and feed conversion ratio. The observed variables were performance, production, and carcass quality. From the results of the study it is expected that the addition of Moringa leaf in the ration containing rice hull supplemented with starpig can im- prove the performance, production, and quality of carcass on bali ducks. Treatment B significantly reduced carcass weight, carcass percentage, and meat, while treatment C and D increased significantly carcass weight, carcass per- centage and meat of bali duck compared to treatment A. Bone and fat including skin decreased with treatment B and treatment C and D showed a significant effect compared to treatment A. The conclusion of the research results that the addition of Moringa oleifera leaf in ration contain rice hull supplemented by starpig could improve carcass weight, carcass percentage, and meat percentage, as well as reduced bone and fat percentages including skin.
REPRODUCTION AND PRODUCTION PERFORMANCE OF PIG ON LOCAL FARM AT TWO DIFFERENT LOCATIONS SURANJAYA I G.; M. DEWANTARI; I K. W. PARIMARTHA; I W. SUKANATA; I N. T. ARIANA
Majalah Ilmiah Peternakan Vol 21 No 2 (2018): Vol 21, No 2 (2018)
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (282.807 KB) | DOI: 10.24843/MIP.2018.v21.i02.p06

Abstract

The research was conducted in a survey of farmers on the pig farm business in the Kebek and Penginyahanvillage, Payangan-Gianyar. Purposive random sampling of 20 farmers in each location and explorative approachwas conducted to describe the production and reproduction management applied. Data were analyzed descriptivelyand to study production and reproduction management between the two sites was Two Independent Sample TTest. The results showed the average productivity of pigs in Kebek and Penginyahan that is litter size: 9,50±1,65 vs10,86±1,68 tail, annual litter size : 2,10±0,32 vs 2,29±0,49 times, weaning age: 29,00±2,11 vs 29,00±1,91 day, andthe three variables were not significantly different (P>0,05). The average number of piglet weaned in Kebek andPenginyahan was 7.90±1,45 vs 9,43±1,99 head, weaning weight of piglet 7,20±1,69 vs 5,29±0.57 kg (P <0.05). Thedry period and the age of culled of sow in Kebek is significantly higher than in Penginyahan (P<0.05). Whereas infattening management, early age to fatten and length of maintenance is not different between the two locations(P>0,05), whereas the live and slaughtering weight in Kebek are significantly higher than those in Penginyahan thatis 14.00±1,15 vs. 12.20±1,79 kg and 126,50±11,80 vs. 114±10,84 kg (P<0,05).
IDENTIFICATION OF FACTORS AFFECTING THE INSEMINATOR PERFORMANCE IN SUPPORTING THE SUCCESS OF ARTIFICIAL INSEMINATION AT THE UPSUS SIWAB PROGRAM IN BALI Suranjaya I G.; N. P. Sarini; M. Dewantari
Majalah Ilmiah Peternakan Vol 23 No 2 (2020): Vol. 23 No. 2 (2020)
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MIP.2020.v23.i02.p05

Abstract

Penelitian dilaksanakan dengan metoda survei dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja inseminator dan keberhasilan inseminasi buatan (IB) dalam upaya menunjang program Upsus Siwab di Bali. Penetapan responden dilakukan secara purposive sampling terhadap inseminator IB di seluruh Bali. Data diperoleh dari hasil wawancara, catatan dari para inseminator dan informasi dari instansi terkait. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan multiple regression dilanjutkan dengan step-wise untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang paling berperan. Hasil penelitian menunjukkan kinerja inseminator secara bersama-sama dipengaruhi secara nyata (P<0,05) oleh faktor umur (X1), jenjang pendidikan (X2), jumlah keluarga (X3), waktu yang tersedia (X4), lama pelatihan (X5), lama menjadi inseminator (X6), jarak lokasi (X7) dan status kepegawaian (X8). Melalui analisa step-wise, maka diperoleh jumlah ternak yang dapat di IB per periode (Y1) secara nyata dipengaruhi oleh X4, X6 dan X7 dengan persamaann Y1 = 15,35 X4+16,65 X6+28,57 X7 – 142,36 (P<0,05) dengan R2 = 0,575. Untuk servis per conception (Y2) dan conception rate (Y3) secara nyata dipengaruhi oleh X6 dengan persamaan masing-masing Y2 = 1,273 + 0,088 X6 dengan R2 = 0,375 dan Y3 = 44,49 +0,843 X6 dengan R2 = 0,364, sementara calving rate (Y4) dipengaruhi oleh X6 dan X7 dengan persamaan Y4 = 45,28+0,95X6 – 0,368X7 dengan R2 = 0,408. Dari beberapa faktor yang teridentifikasi, ternyata peubah lama menjadi inseminator atau pengalaman sebagai inseminator (X6) adalah paling berperanan terhadap kinerja inseminator untuk menunjang keberhasilan IB pada pelaksanaan program Upsus Siwab di Bali.