Claim Missing Document
Check
Articles

ANALISIS PERKEMBANGAN PERMUKIMAN DAN PERUBAHAN NILAI TANAH (Studi Kasus: Kec. Banyumanik Kota Semarang Jawa Tengah) Dedigun Bintang Fajeri; Sawitri Subiyanto; Abdi Sukmono
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (681.586 KB)

Abstract

ABSTRAKKota Semarang merupakan ibukota Provinsi Jawa Tengah yang mengalami fenomena peningkatan nilai tanah yang pesat seiring dengan pertumbuhan penduduk. Kecamatan Banyumanik merupakan salah satu kecamatan di Kota Semarang yang mengalami perkembangan permukiman dari tahun ke tahun. Kecamatan Banyumanik termasuk dalam pembagian wilayah yang memiliki fungsi sebagai perencanaan permukiman. Hal ini mengakibatkan perubahan nilai tanah di Kecamatan Banyumanik. Sehingga diperlukan penelitian untuk melakukan analisis perkembangan permukiman dan perubahan nilai tanah di Kecamatan Banyumanik.Penelitian ini dilakukan dengan interpretasi penggunaan lahan permukiman dan non permukiman dari citra resolusi tinggi terkoreksi tahun 2011, 2013 dan 2015 untuk mengetahui perkembangan permukiman. Selanjutnya dilakukan pembuatan peta zona nilai tanah tahun 2011, 2013 dan 2016 dengan menggunakan data transaksi hasil survei lapangan. Pembuatan peta perubahan nilai tanah yang diperoleh dari hasil overlay peta ZNT. Pada tahap terakhir dilakukan analisis perkembangan permukiman dan perubahan nilai tanah di Kecamatan Banyumanik.Hasil penelitian menunjukan pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 perubahan penggunaan lahan menjadi permukiman meningkat sebesar 46,721 ha. Sedangkan pada kurun waktu tahun 2013 sampai tahun 2016 perubahan lahan menjadi permukiman meningkat sebesar 69,944 ha. Perkembangan permukiman tertinggi terjadi di Kelurahan Pudakpayung, dan hal tersebut diikuti dengan perubahan nilai tanah tertinggi selama rentang waktu tahun 2011 sampai dengan tahun 2016. Pada tahun 2011 ke tahun 2013 perubahan nilai tanah tertinggi yaitu zona 78 di Kelurahan Pudakpayung sebesar Rp 4.259.000,00. Dan pada tahun 2013 ke tahun 2016 perubahan harga tanah tertinggi terdapat pada zona 55 yang terletak di Kelurahan Pudakpayung sebesar Rp 3.448.000,00.Kata kunci : Kecamatan Banyumanik, perkembangan permukiman, perubahan nilai tanahABSTRACT                Semarang City is the capital of Central Java province who experienced the phenomenon of rapid increase in land values along with population growth. Banyumanik district is one of the districts in the city of Semarang experiencing settlement developed from year to year. Banyumanik districts included in the division of territory that has a function as settlement planning. This resulted in changes in the value of land in Banyumanik District. So that the necessary research to analyze the development of settlements and changes in the value of land in Banyumanik District.This research was conducted with the interpretation of land use residential and non-settlement of high-resolution imagery was corrected in 2011, 2013 and 2015 to determine the development of settlements. Furthermore, the land value zone map creation in 2011, 2013 and 2016 using data transaction field survey. Map making changes in the value of land obtained from the overlay ZNT maps. In the last stage conducted analysis on the development of settlements and changes in the value of land in Banyumanik District.The results showed in 2011 to 2013 changes in land use into settlements increased by 46.721 ha. Meanwhile, during the period 2013 to 2016 the change of land into settlements increased by 69.944 ha. The highest settlement developed in the Pudakpayung Village, and it is followed by the highest land value changes over a span of years 2011 to 2016. In 2011 to 2013 the highest land value changes in a zone 78 in the Pudakpayung Village Rp 4,259,000.00 , And in 2013 to 2016 the highest land price changes contained in the zone 55 located in the Pudakpayung Village Rp 3,448,000.00. Keyword : Banyumanik District, changes in the value of land, development of settlements
ANALISIS HAZE REMOVAL DENGAN METODE HAZE OPTIMIZED TRANSFORMATION (HOT) DAN METODE ADVANCE HAZE OPTIMIZED TRANSFORMATION (AHOT) PADA CITRA SPOT 7 DI WILAYAH KOTA SEMARANG Siti Rahayuningsih; Abdi Sukmono; Bandi Sasmito
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 9, Nomor 1, Tahun 2020
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1257.558 KB)

Abstract

ABSTRAK  Pengaruh atmosfer yang ada di Indonesia menjadi permasalahan di banyak wilayah di Indonesia dimana salah satunya adalah Kota Semarang di Jawa Tengah. Kota merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki curah hujan beragam, dari ringan hingga sedang. Hal tersebut sama halnya dengan liputan awan yang selalu ada diatas wilayahnya. Awan dan kabut (haze) merupakan bagian dari kondisi atmosferik yang mempengaruhi kualitas citra. Data yang terhalang oleh awan akan memiliki nilai 0 atau tidak  memiliki data sehingga tidak bisa digunakan untuk pemetaan. Data dengan kandungan haze masih dapat direduksi dan akan menghasilkan citra pasif yang memiliki data untuk digunakan. Penelitian ini menggunakan metode Haze Optimized Transformation  (HOT) dan metode Advance Haze Optimized Transformation (AHOT) dimana kedua metode ini menggunakan korelasi atau hubungan dari kanal biru dan kanal merah.Metode HOT menghasilkan deteksi haze dan digunakan untuk melakukan haze removal memakai metode DOS (Dark Object Substraction) dan metode AHOT untuk haze removal memakai metode VCP (Virtual Cloud Point). Citra hasil haze removal metode HOT-DOS memiliki tampilan yang lebih gelap dibandingkan citra hasil metode AHOT-VCP. Berdasarkan perbandingan panjang objek dilapangan dan objek di citra didapatkan nilai RMSE sebesar 1.067 pada citra bersih, 4.067 citra hazy, 2.403 pada citra hasil HOT (DOS) dan 1.762 pada citra hasil AHOT(VCP). Hasil uji hipotesis metode HOT dan AHOT didapatkan t hitung lebih dari t tabel sehingga ada perubahan pada citra hasil haze removal pada tingkat kepercayaan 95%. Klasifikasi NDVI pada citra sebelum dan sesudah dilakukan haze removal mengalami perubahan berdasarkan pada kelas klasifikasi NDVI yang dihasilkan.  Kata Kunci: AHOT, Awan, Haze, HOT , NDVI ABSTRACT The effect of atmosphere in Indonesia is a problem in many regions, one of which is Semarang in Central Java. This city is one of regions in Indonesia which has a variety of rainfall, from mild to moderate. This is the same as the coverage of clouds that are always above the area. Clouds and haze are part of atmospheric conditions that affect image quality. Data that is blocked by the cloud will have 0 value or no data so it cannot be used for mapping. Data with haze can still be reduced and will produce a passive image that has data to use. This research uses the Haze Optimized Transformation (HOT) method and the Advanced Haze Optimized Transformation (AHOT) method where both of these methods use correlations or relationships of the blue and red channels.HOT method produces haze detection and is used to perform haze removal using the DOS (Dark Object Substraction) method and AHOT is used to perform haze removal using the VCP (Virtual Cloud Point) method. The HOT-DOS haze removal image has a darker appearance than the AHOT-VCP method image. The comparison between the length of the actual object and the object in the image obtained RMSE value of 1.067 on the clean image, 4.067 on hazy image, 2.403 on the HOT image (DOS) and 1.762 on the AHOT image (VCP). The results of the HOT and AHOT hypothesis test methods obtained t count more than t tables so it is obtained that there is a change in the image of the haze removal at a 95% confidence level. NDVI classification on the image before and after haze removal is changed based on the class of NDVI classification.
PEMETAAN JALUR EVAKUASI BENCANA LETUSAN GUNUNG RAUNG DENGAN METODE NETWORK ANALISIS Demi Stevany; Andri Suprayogi; Abdi Sukmono
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (754.222 KB)

Abstract

ABSTRAK Gunung Raung (puncak tertinggi: 3.344 meter dpl) adalah gunung berapi kerucut yang terletak di ujung timur Pulau Jawa, Indonesia. Secara administratif, kawasan gunung ini termasuk dalam wilayah tiga kabupaten di wilayah Besuki, Jawa Timur, yaitu Banyuwangi, Bondowoso, dan Jember. Kaldera Gunung Raung juga merupakan kaldera kering yang terbesar di Pulau Jawa dan terbesar kedua di Indonesia setelah Gunung Tambora di Nusa Tenggara Barat. Laporan mengenai peningkatan aktivitas diberikan sejak tanggal 21 Juni 2015. Satelit Landsat 8 NASA mendeteksi adanya dua lubang magma sehingga diperkirakan tidak akan terjadi letusan besar. Material pijar mulai menyembur pada tanggal 26 Juni 2015 dan rangkaian letusan terjadi sejak tanggal 4 Juli 2015. Dengan itu maka dibuat pemetaan jalur evakuasi bencana gunung raung melalui permodelan risiko bencana gunung raung guna mengurangi kerugian akibat bencana melalui peta.Pada pembuatan peta jalur evakuasi dibutuhkan terlebih dahulu pemetaan risiko Gunung Raung dengan tahapan permodelan peta ancaman, permodelan peta kerentanan, permodelan kapasitas, serta permodelan risiko. Permodelan ancaman terdiri dari ancaman lontaran dan ancaman aliran lava dan lahar Gunung Raung. Permodelan kapasitas mengandung unsur jumlah penduduk dan luas wilayah daerah kajian risiko bencana. Permodelan Kerentanan meliputi kerentana fisik, kerentanan sosial, dan kerentanan ekonomi. Sedangkan pada permodelan peta risiko diproses dengan menggunakan rumusan Peraturan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Alam (PERKA BNPB) No.2 tahun 2012. Setalah permodelan risiko didapatkan, maka permodelan ini digabungkan dengan dengan parameter lain pemetaan jalur evakuasi dan di analisis menggunkan metode Network Analysis.Kata Kunci : Bencana Gunung Api, Pemetaan Jalur Evakuasi, Pemetaan risiko, Network Analysis  ABSTRACT Raung Mountain (highest peak: 3.344 m above sea level) is a conical volcano that located on the eastern tip of Java Island, Indonesia.  Administratively, the area of the mountain was included in three districts in Besuki, East Java, there was Banyuwangi and Jember, Bondowoso,.  Caldera Raung is also the largest dry Caldera in Java and Indonesia's second-largest after mount Tambora in West Nusa Tenggara.  Report on the increase of activity is given from the date June 21, 2015.  The NASA satellite Landsat 8 detected two holes so that the magma is estimated not to be a big eruption began on June 26, 2015 and a series of eruptions since July 4, 2015.  The disastrous evacuation path mapping mountain through disaster risk modelling raung minimizing loss due to disasters through the map.Disaster evacuation map is needed mapping risk Raung with stages of representation, threat representation map of vulnerability, modelling capacity, as well as the maping of risk.  Threat representaion is composed of the threat of the burst of rock vulcanic and the threat of lava flows of Raung Mountain..  Representation of capacity are contain the elements of population and  area of the region in the case of the risk of Raung Mountain disaster.  Representation Vulnerability includes physical susceptibility , social vulnerability, and the vulnerability of the economy.  While in modeling risk map is processed by using a formulation of  natural disaster regulation relief Agency Heads (PERKA BNPB) No. 2 in 2012.  After mapping the risk, this model is combined with other parameters to build a disaster evacuation map using network analysis method.Keyword: Mapping, Mapping the Risk of Evacuation Paths, Network Analysis, Volcano Disaster*) Penulis, PenanggungJawab
ANALYSIS OF THE EFFECT OF CHANGES IN VEGETATION COMPOSITION AND BUILD UP AREA TO SURFACE TEMPERATURE (STUDY CASE: TEGAL CITY) Chandra Satria Ajie Wicaksono; Abdi Sukmono; Firman Hadi
Jurnal Geodesi UNDIP Vol 10, No 3 (2021): Jurnal Geodesi Undip
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The population growth in big cities continues to increase day by day. This phenomenon is what encouragesthe government and developers to work together to provide a decent place to live with other supporting facilities. Adevelopment journey impacts changes in surface temperature, air temperature, and global radiation. Changes intemperature are needed to see the great influence of changes in vegetation area and built-up areas on changes intemperature that occur. Surface temperature processing uses the Land Surface Temperature (LST) algorithm andland cover processing in the form of vegetation, built-up areas, waters and vacant land uses the guidedclassification of the maximum likelihood method. The calculation of land cover dominance in Tegal City uses alandscape matrix with the Largest Patch Index (LPI) calculation algorithm. Analysis of changes in vegetation, built-up area and surface temperature based on a multi-scale grid with a grid size of 20 "x20". The results showed thatthere were changes in the area of vegetation, built-up area and surface temperature. The multiple linear regressionequation in 2013 produces the equation Y = 25.521 - 0.014X1 + 0.056X2 with a value of R² = 0.715. In period 2017resulted in the equation Y = 27.732 + 0.008X1 + 0.052X2 with a value of R² = 0.734 and in 2020 the equation Y =29.381 - 0.002X1 + 0.055X2 with a value of R² = 0.736. The resulting multiple linear regression results that there isan effect of changes between vegetation and built-up areas on surface temperature.
STUDI PERUBAHAN KERAPATAN VEGETASI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI BLORONG TERHADAP DINAMIKA TOTAL SUSPENDED SOLID PERAIRAN SEKITAR PELABUHAN KENDAL DENGAN CITRA LANDSAT 8 Ardyan Satria Putra Pratama; Abdi Sukmono; LM Sabri
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 9, Nomor 2, Tahun 2020
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (411.387 KB)

Abstract

ABSTRAKPerubahan tata guna lahan suatu DAS dapat mempengaruhi pencemaran dan sendimentasi di muara sungai. DAS Blorong yang ebrmuara di Laut Jawa diduga terkontaminasi terhadap pencemaran dan sendimen di sebelah barat dari Pelabuhan Kabupaten Kendal. Penelitian ini menggunakan metode Forest Canopy Density(FCD) untuk mengetahui perubahan kerapatan vegetasi dan Total Suspended Solid(TSS)  untuk mengetahui besarnya masa yang tersuspensi pada air yang berada di perairan pantai Kabupaten Kendal. Proses selanjutnya adalah perhitungan Total Suspended Solid dengan 4 algoritma yaitu Algoritma Parwati, Algoritma Syarif Budhiman, Algoritma Laili dan Algoritma Guzman  dan permodelan kerapatan vegetasi yang dipilih adalah algoritma FCD. Korelasi perubahan nilai kerapatan vegetasi dan perubahan luasan area TSS secara temporal dihitung dengan  metode Spearman.Perhitungan kerapatan vegetasi menghasilkan perubahan luas kerapatan vegetasi untuk tahun 2013 hingga 2019 pada rentang kelas 0% - 8,71 % sebesar 27,85 Ha, pada kelas 8,72% - 44,52% sebesar 73,71 (Ha), untuk kelas 44,53% – 80,33% sebesar - 4539,32 Ha, dan untuk kelas dengan rentang nilai tutupan pohon 80,34% – 100% sebesar -4640,88 Ha. Perhitungan TSS menghasilkan perubahan luas tahun 2013 hingga 2019 pada rentang kelas 4,263mg/l - 23,707 mg/l  menghasilkan peruahan luas sebesar -1898,24 Ha, 23,707mg/l - 45,882 mg/l  menghasilkan peruahan luas sebesar 9,6087 (Km2), 45,882 mg/l  - 68,057 mg/l  menghasilkan peruahan luas sebesar 353,58 Ha, dan 68,057 mg/l  - 376,395 mg/l  menghasilkan peruahan luas sebesar 583,79 Ha. Hasil perhitungan korelasi antara kerapatan vegetasi terhadap TSS adalah 0,876.Perubahan kerapatan vegetasi berpengaruh terhadap perubahan luasan TSS di DAS Blorong. Kunci : Daerah Aliran Sungai Blorong, Forest Canopy Density, Total Suspended Solid ABSTRACT                  Changes in the land use of a watershed can affect pollution and sendimentation in river mouths. The Blorong watershed which is in the Java Sea is suspected of being contaminated with pollution and sendiments west of Kendal Regency Harbor. This study uses the Forest Canopy Density (FCD) method to determine changes in vegetation density and Total Suspended Solid (TSS) to determine the amount of time suspended in water in the waters of Kendal Regency. The next process is the calculation of Total Suspended Solid with 4 algorithms namely Parwati Algorithm, Sharif Budhiman Algorithm, Laili Algorithm and Guzman Algorithm and the chosen vegetation density modeling is the FCD algorithm. Correlation of changes in vegetation density values and temporal changes in area of the TSS were calculated using the Spearman method.                  Calculation of vegetation density resulted in changes in area of vegetation density for 2013 to 2019 in the range of class 0% - 8.71% by 27.85 Ha, in class 8.72% - 44.52% by 73.71 (Ha), for the class 44.53% - 80.33% amounted to - 4539.32 Ha, and for classes with a range of tree cover values of 80.34% - 100% amounted to -4640.88 Ha. TSS calculations resulted in extensive changes in 2013 to 2019 in the class range 4.263mg / l - 23.707 mg / l resulting in extensive changes of -1898.24 Ha, 23.707mg / l - 45.882 mg / l resulting in extensive changes of 9.6087 (Km2) , 45,882 mg / l - 68,057 mg / l produced extensive changes of 353.58 Ha, and 68,057 mg / l - 376,395 mg / l produced extensive changes of 583.79 Ha. The results of the calculation of the correlation between the density of vegetation against TSS is 0.876.                  Changes in vegetation density affect changes in the area of TSS in the Blorong watershed.  Keywords: Blorong watershed, Forest Canopy Density, Total Suspended Solid
ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN DENSIFIKASI BANGUNAN TERHADAP FENOMENA URBAN HEAT ISLAND MENGGUNAKAN ALGORITMA URBAN INDEX DENGAN CITRA LANDSAT MULTITEMPORAL (STUDI KASUS : KOTA PEKALONGAN) Faradina Sekar Melati; Abdi Sukmono; Nurhadi Bashit
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 9, Nomor 1, Tahun 2020
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (796.273 KB)

Abstract

ABSTRAKKota Pekalongan merupakan salah satu kota yang mengalami peningkatan populasi sebesar 12.860 jiwa dari tahun 2014 ke 2019. Peningkatan populasi di Kota Pekalongan menyebabkan perkembangan wilayah pemukiman sehingga terjadi ekspansi lahan terbangun yang ditandai dengan adanya konversi penggunaan lahan. Konversi penggunaan lahan menyebabkan berkembangnya densifikasi bangunan sebagai wujud adanya perkembangan fisik suatu daerah secara horizontal. Lahan terbangun yang terus menerus berkembang namun tidak diiringi dengan peningkatan jumlah vegetasi penyerap CO2 mengakibatkan kondisi suhu di wilayah Kota Pekalongan meningkat dan terasa semakin panas. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar perubahan tingkat densifikasi bangunan dan suhu permukaan di Kota Pekalongan sehingga menyebabkan terjadinya fenomena Urban Heat Island (UHI). Pengindraan jauh memanfaatkan data citra Landsat 8 dapat mengidentifikasi besarnya perubahan densifikasi bangunan yang terjadi pada suatu daerah dengan menggunakan interpretasi hibrida. Interpretasi hibrida dilakukan dengan menggabungkan interpretasi visual dan digital dapat menonjolkan kenampakan kawasan lahan terbangun. Ekstraksi suhu permukaan diperoleh dengan algoritma Land Surface Temperature (LST). Fenomena UHI didapat dari hasil pengolahan LST yang diklasifikasikan dengan ambang batas. Perubahan densifikasi bangunan dikorelasikan dengan daerah terdampak UHI untuk mengetahui seberapa besar pengaruh perubahan densifikasi bangunan terhadap daerah terdampak fenomena UHI. Hasil penelitian menunjukkan pada tahun 2014 dan 2019 peningkatan densifikasi bangunan  sebesar 279,983 Ha dan peningkatan suhu permukaan sebesar 4,4℃ dari selisih nilai rerata suhu permukaan. Pengaruh kepadatan bangunan terhadap daerah terdampak fenomena UHI memiliki nilai korelasi sebesar 0,6735 yang menunjukkan tingkat hubungan kuat atau dapat dikatakan kepadatan bangunan mempengaruhi nilai UHI di Kota Pekalongan. Kata Kunci : Densifikasi Bangunan, Interpretasi hibrida, Lahan Terbangun, LST, UHI ABSTRACTPekalongan City is one of the cities that increase in population of 12,860 people from 2014 to 2019. The increase in population in Pekalongan City has an impact on the development of residential areas so that there is an expansion of built land which is marked by land use conversion. Land use conversion causes development of building densification as a form of horizontal physical development in an area. The developed land that continues to grow but is not accompanied by an increase in the amount of CO2-absorbing vegetation causes the temperature conditions in the Pekalongan City area to increase and feel increasingly hot.This research was conducted to find out how many the change in the level of building densification and surface temperature in the city of Pekalongan, causing the phenomenon of Urban Heat Island (UHI). Remote sensing methods using Landsat imagery can identify the magnitude of changes in building densification that occur in an area by using hybrid interpretation. Hybrid interpretation  by combining visual and digital interpretations can accentuate the appearance of the flight area. Surface temperature extraction is obtained by the Land Surface Temperature (LST) algorithm. UHI phenomenon is obtained from the processing of LST thresholding classification. Changes in building densification are correlated with areas affected by UHI to find out how much influence the changes in building densification on areas affected by UHI phenomena.The results showed an increase in building densification by 279,983 Ha and an increase in surface temperature by 4.4℃ from the difference in mean surface temperature in 2014 and 2019. The effect of building density on the area affected by the UHI phenomenon has a correlation value of 0.6735 which indicates the level of strong relationship or it can be said that building density affects the value of UHI in Pekalongan City. Keywords: Building Densification, Built-Up Area, Hybrid Interpretation, LST, UHI
ANALISIS KEKERINGAN PADA LAHAN PERTANIAN MENGGUNAKAN METODE NDDI DAN PERKA BNPB NOMOR 02 TAHUN 2012 (Studi Kasus : Kabupaten Kendal Tahun 2015) Fadli Rahman; Abdi Sukmono; Bambang Darmo Yuwono
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 6, Nomor 4, Tahun 2017
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (787.565 KB)

Abstract

ABSTRAK Kekeringan merupakan salah satu kejadian yang sering terjadi pada belahan bumi dengan iklim monsoon tropis yang sangat sensitif terhadap anomali iklim El-Nino Southern Oscillation (ENSO) dan dapat memberikan dampak negatif salah satunya kekeringan lahan pertanian. Kabupaten Kendal merupakan salah satu daerah di Indonesia yang terkena dampak anomali iklim ENSO tersebut. Ancaman kekeringan akibat pengaruh iklim memang tidak dapat dihindari, tetapi dapat diminimalkan dampaknya jika pemantauan kekeringan di suatu daerah dapat diketahui.Salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan aplikasi dari pengindraan jauh. Aplikasi penginderaan jauh tersebut menggunakan algoritma Normalized Difference Drought Index (NDDI). NDDI merupakan rasio antara Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) dan Normalized Difference Water Index (NDWI) untuk mengkaji sebaran dan luasan kekeringan pertanian Kabupaten Kendal tahun 2015. Selain itu, identifikasi daerah kekeringan pertanian juga dilakukan dengan menggunakan Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (Perka BNPB) Nomor 02 Tahun 2012 tentang pedoman umum pengkajian risiko bencana.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kekeringan pertanian menggunakan metode NDDI terjadi pada bulan Juli 2015 dengan luas kekeringan normal 6980,362 ha, kekeringan ringan sebesar 13364,155 ha, kekeringan sedang 682,847 ha dan kekeringan berat 281,81 ha. Sedangkan ancaman kekeringan pertanian berdasarkan Perka BNPB diperoleh ancaman ringan sebesar 10818,737 ha, ancaman sedang 9757,974 ha dan ancaman tinggi 1078,97 ha. Berdasarkan hasil validasi diperoleh tingkat akurasi metode NDDI sebesar 82% dan Perka BNPB sebesar 70%. Jadi, dapat disimpulkan bahwa metode NDDI lebih akurat daripada Perka BNPB dalam mengidentifikasi kekeringan lahan pertanian di Kabupaten Kendal tahun 2015.
IDENTIFIKASI PERUBAHAN KERAPATAN HUTAN DENGAN METODE FOREST CANOPY DENSITY MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT 8 TAHUN 2013, 2015 DAN 2018 (STUDI KASUS : TAMAN NASIONAL GUNUNG MERBABU, JAWA TENGAH) Welman Manuel Sitorus; Abdi Sukmono; Nurhadi Bashit
Jurnal Geodesi UNDIP Vol 8, No 1 (2019)
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (929.539 KB)

Abstract

Hutan adalah suatu tempat yang mempunyai berbagai macam jenis tumbuh-tumbuhan yang lebat diantaranya adalah pohon, rumput, semak, jamur, paku-pakuan dan sebagainya yang menempati daerah sangat luas. Hutan memiliki fungsi sebagai paru-paru dunia dan sistem penyangga kehidupan sehingga kelestariannya harus dijaga dan dipertahankan dengan pembangunan hutan yang tepat. Kawasan hutan yang terdapat pada Taman Nasional Gunung Merbabu memiliki luas 5.820,49 Ha sehingga perlunya pemantauan terhadap kondisi hutan. Pemantauan kondisi hutan dapat menggunakan pengindraan jauh. Penelitian ini menggunakan teknologi pengindraan jauh dikarenakan memberikan solusi untuk pemantauan hutan dalam skala luas. Metode yang digunakan adalah metode Forest Canopy Density (FCD). Metode FCD merupakan metode yang cukup baik untuk memantau perubahan kerapatan hutan dikarenakan menggunakan 4 indeks yang berkaitan dengan indeks tutupan vegetasi hutan yaitu Advanced Vegetation Index (AVI), Bare Soil Index (BI), Shadow Index (SI) dan Thermal Index (TI). Metode FCD memberikan hasil akurasi yang baik dalam pemantauan kerapatan hutan sehingga dapat dimanfaatkan dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan data citra satelit Landsat 8 dengan daerah Taman Nasional Gunung Merbabu sebagai studi kasusnya. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan adanya perubahan kerapatan hutan pada tahun 2013, 2015 dan 2018. Pada tahun 2013 hingga  tahun 2015 kerapatan rendah mengalami penurunan sebesar 251,09 Ha, kerapatan sedang mengalami penurunan sebesar 801,5 Ha dan kerapatan tinggi mengalami peningkatan sebesar 1.089,72 Ha. Pada tahun 2015 hingga tahun 2018 kerapatan rendah mengalami penurunan sebesar 43,2 Ha, kerapatan sedang mengalami penurunan sebesar 237,51 Ha dan kerapatan tinggi mengalami peningkatan sebesar 280,71 Ha.
ANALISIS KOMBINASI CITRA SENTINEL-1A DAN CITRA SENTINEL-2A UNTUK KLASIFIKASI TUTUPAN LAHAN (STUDI KASUS: KABUPATEN DEMAK, JAWA TENGAH) Dini Ramanda Putri; Abdi Sukmono; Bambang Sudarsono
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 7, Nomor 2, Tahun 2018
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1291.156 KB)

Abstract

ABSTRAKIndonesia merupakan salah satu negara yang telah memanfaatkan perkembangan teknologi citra satelit untuk memudahkan pengambilan keputusan dalam bidang pemetaan. Namun, dikarenakan letak Indonesia yang berada pada daerah dengan iklim tropis dan kondisi cuaca yang seringkali tertutup awan dan kabut, hal ini dapat menghilangkan informasi penting dari obyek di balik area yang tertutup oleh awan tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini akan mencoba melakukan kombinasi citra radar dengan citra optis. Kedua citra ini digunakan untuk saling melengkapi kelebihan dan kekurangan yang dimiliki.Pelaksanaan kombinasi kedua citra ini, menggunakan metode teknik fusi citra transformasi PCA, IHS dan Brovey untuk menggabungkan citra Sentinel-1A GRDH product dengan citra Sentinel-2A komposit band 432 serta mencoba melakukan kombinasi nilai indeks (NDVI, NDBI dan NDWI). Hasil dari pengolahan data kombinasi tersebut selanjutnya dilakukan pengklasifikasian tutupan lahan menggunakan metode supervised classification.Berdasarkan penelitian serta kajian yang telah dilakukan pada kedua citra tersebut, hasil proses fusi citra antara Sentinel-1A dengan Sentinel-2A dari metode PCA, Brovey dan IHS memiliki tampilan visual yang terlihat dari segi pewarnaan, mengadopsi warna dari citra Sentinel-2A, tetapi dengan perentangan kontras yang berbeda, sedangkan dari segi kualitas piksel terintegrasi oleh citra Sentinel-1A. Pada daerah perbukitan, hasil fusi citra memperlihatkan adanya kenampakan relief yang tidak terlihat pada citra Sentinel-2A, sehingga sangat tepat untuk menganalisis morfologi dan struktur geologi suatu kawasan di area perbukitan atau pegunungan. Citra baru yang dihasilkan dari ketiga metode tersebut memiliki keunggulan yang lebih terlihat pada wilayah yang mengandung vegetasi rapat atau lebat, pemukiman serta perairan dan menguntungkan jika digunakan untuk melihat bentuk serta lekukan sungai. Sedangkan pada kombinasi nilai indeks dapat digunakan untuk menganalisis obyek sawah, hutan rawa, hutan, perairan dan lahan terbangun.
ANALISA PERUBAHAN TINGKAT BAHAYA EROSI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) KALI SERANG PERIODE TAHUN 2014-2016 TREVY AUSTIN RAJAGUKGUK; Abdi Sukmono; Nurhadi Bashit
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 7, Nomor 4, Tahun 2018
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (599.823 KB)

Abstract

DAS Kali Serang merupakan salah satu DAS yang cukup mendominasi di Pulau Jawa.DAS Kali Serang terletak di antara DAS Progo dan DAS Bogowonto yang tepatnya berada di Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah lstirnewa Yogyakarta. DAS Kali Serang juga merupakan DAS yang mengairi salah satu waduk terbesar di Jawa Tengah yaitu Waduk Kedung Ombo. Waduk Kedung Ombo menampung air dari dua sungai utama yaitu Kali Serang dan Kali Uter yang memiliki luasan area DAS seluas 57.744,04 ha yang terdiri dari empat sub DAS. Namun seiring berjalannya waktu, Waduk Kedung Ombo mengalami penurunan kualitas air dikarenakan permasalahan kondisi waduk dan permasalahan kawasan di sekitarnyayang menyebabkan terjadinya sedimentasi pada sungai dan waduk yang berasal dari erosi tanah yang berpengaruh terhadap besaran potensi erosi terutama pada daerah sabuk hijau di kawasan Waduk Kedung Ombo.Besaran potensi erosi tersebut diketahui dengan melakukan suatu prediksi erosi dengan berbagai metode kuantitatif salah satunya dengan menggunakan metode empiris USLE (Universal Soil Loss Equation).Hasil penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perkembangan erosi di Daerah Aliran Sungai Kali Serang yang khususnya bermuara ke Waduk Kedung Ombo.Hasil penelitian inimenunjukkan kelas tingkat bahaya erosi di Daerah Aliran Sungai Kali Serang pada Waduk Kedung Ombo yang paling besar adalah  kelas 15-60 ton/ha/tahun dengan luas pada tahun 2014 sebesar 20.368,786 ha dan 2016 sebesar 23.320,163 ha. Perubahan tingkat bahaya erosi pada DAS Kali Serang yang signifikan di area sub DAS Karangboyo dan sub DAS Laban yang berpengaruh terhadap endapan Total Suspended Solid (TSS) di Waduk Kedung Ombo.
Co-Authors Aditya Hafidh Baktiar Aji, Sentanu Alfian Galih Utama, Alfian Galih Alfreud, Carl Dylan Andri Suprayogi Anggi Karismawati Ardiansyah Ardiansyah Ardyan Satria Pratama Ardyan Satria Putra Pratama Arfina Kusuma Putra Arief Laila Nugraha Ariella Arima Aniendra Arsyad Nur Ariwahid Arwan Putra Wijaya Aryatama, Muhammad Ghani Avi Yudhanto Aziz Anjar Santoso Bambang Darmo Yuwono Bambang Darmo Yuwono Bambang Sudarsono Bandi Sasmito Bashit, Nurhadi Bashit, Nurhadi BASKORO AGUM GUMELAR Baskoro Agum Gumelar Bella Riskyta Arinda Benning Hafidah Kadina Besar Tirto Husodo Cartenz Noviantri Handayani Chandra Satria Ajie Wicaksono Dedigun Bintang Fajeri Demi Stevany Dewi Previansari Dewinta Heriza Dhuha Ginanjar Bayuaji DIKA NUZUL RACHMAWATI Dini Ramanda Putri Dini Tiara Dita Rizki Amliana Dyah Wijaningsih Ertha Silalahi Fadli Rahman Fadli Rahman, Fadli Fajriah Lita Pamungkasari Faradina Sekar Melati Farhan Ardianzaf Putra Farouki Dinda Rassarandi Farras Nabilah Fatimah Putri Utami Fauzi Janu Amarrohman, Fauzi Janu Firman Hadi Fitra S Pandia Franstein Kevin J.B Gabriel Yedaya Immanuel Ryadi Galuh Puteri Saraswati Ghinaa Rahda Kurnila Gilang Diva Pradana Grivina Yuliantika Hadi, Firman Hana Sugiastu Firdaus Hana Sugiastu Firdaus Hana Sugiastu Firdaus Hana Sugiastu Firdaus, Hana Sugiastu Haniah Haniah IFAN ADI PRATAMA Ikhtifari, Muh. Nurshauma Ilmawan Muhammad Hida Indah Prasasti Innong Pratikina Akbaruddin Jamilah, Mutiara Jiyah Jiyah Jolangga Agung Budiman Kalinda, Icha Oktaviana Putri Kurnia Wisnu Aziz Kusuma, Hafiizh Mega Laode M Sabri Lia Novianti Ni’amah Lilik Kristianingsih Lingga Hascarya Prabandaru LM Sabri LM Sabri LM Sabri Maharani, Hanindya Zahra MIRTA INDRIASTUTI Moehammad Awaluddin Muhammad Adnan Yusuf, Muhammad Adnan Muhammad Fathan Muhammad Ibnu Munadi Nainggolan, Yohana Christie Nandia Meitayusni Nabila Naufal Farras Naufal Ilyas Abdul Hakim Nella Wakhidatus Nida Shabrina Nilasari, Monica Novitasari Novitasari Nugra Putra Pembayun Nur Itsnaini Nurfika Maulina Larasati Nurhadi Bashit Nurhadi Bashit Nurhandini Maghda Maghda Prajamandana, Andyan Putra Prambudhianto Putro Pamungkas Putra, Ikhlas Ika Putri, Novita Qoaruddin Qomaruddin Rajagukguk, Trevi Austin RAJAGUKGUK, TREVY AUSTIN Rampu, Jelly Resky Kelana Ridwan Aminullah Rihadatul Aisy Risqi Fadly Robby Rista Omega Septiofani Riyadi, Elnatan Vieno s Subiyanto Salma, Channana Nadiya Sawitri Subiyanto Sendi Akhmad Al Mukmin Septiyana, Diah Setyo Adhi Nugroho SILALAHI, ERTHA Sinabutar, Julio Jeremia Sindy Pariamanda Siska Wahyu Andini Siti Rahayuningsih Sondang Artania Sidauruk Supriadi Sanjaya Purba Suwirdah Pebriyanah Tisnasuci, Ilya Dewanti Trevi Austin Rajagukguk TREVY AUSTIN RAJAGUKGUK Trevy Austin Rajagukguk Tristianti, Nova Veri Pramesto Vidya Velisa Taufik Wakhidatus, Nella Welman Manuel Sitorus Widayanti, Eko Yudo Prasetyo Yudo Prasetyo