Claim Missing Document
Check
Articles

ANALISIS PENGARUH KOREKSI ATMOSFER TERHADAP DETEKSI LAND SURFACE TEMPERATURE MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT 8 DI KOTA SEMARANG Kalinda, Icha Oktaviana Putri; Sasmito, Bandi; Sukmono, Abdi
Jurnal Geodesi Undip Volume 7, Nomor 3, Tahun 2018
Publisher : Jurusan Teknik Geodesi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (930.764 KB)

Abstract

Atmosfer mampu mempengaruhi perjalanan gelombang elektromagnetik baik dari matahari ke objek maupun dari objek ke sensor yang menyebabkan adanya perbedaan pada nilai radian citra. Radian citra digunakan untuk pengolahan untuk mendapatkan nilai suhu permukaan tanah. Untuk band thermal level koreksi hanya pada konversi nilai piksel menjadi radian spektral. Radian ToA (Top of Atmosphere) merupakan radian yang tertangkap oleh sensor dan diperoleh dari kalibrasi radiometrik sedangkan radian BoA (Bottom of Atmosphere) dilakukan proses koreksi atmosfer. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kedua radian tersebut guna mengetahui pengaruh penggunaan koreksi atmosfer dalam deteksi nilai LST (Land Surface Temperature). Kota Semarang dipilih sebagai wilayah penelitian karena merupakan salah satu kota dengan fenomena Pula Bahang.Metode koreksi atmosfer untuk koreksi BoA yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode koreksi atmosfer menurut Coll dkk pada tahun 2010 dan metode Single-Channel (SC) menurut Jiménez-Muñoz dan Sobrino,untuk mendapatkan sebaran nilai LST. Membandingkan LST hasil pengolahan dari citra terkoreksi ToA serta BoA terhadap data LST in situ ,berupa data sampel LST dari hasil survei lapangan.Hasil uji hipotesis dan validasi menunjukkan bahwa koreksi atmosfer berpengaruh signifikan terhadap deteksi LST di Kota Semarang. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa penggunaan citra radian BoA (terkoreksi atmosfer) memiliki nilai deteksi LST lebih mendekati nilai LST in situ, dengan metode koreksi atmosfer terbaik adalah metode Single-Channel (SC) menurut Jiménez-Muñoz dan Sobrino. Hal ini diketahui dari nilai RMSE (Root Mean Squared Error) berturut-turut pada pengolahan 1 dan 2 untuk radian ToA yaitu 10,4◦C; 9,07◦C, radian BoA metode koreksi atmosfer Coll dkk berturut-turut yaitu 3,82◦C; 4,86◦C dan radian BoA metode SC berturut-turut yaitu 3,25◦C dan 4,50◦C. Hasil pengolahan 1 dan 2 LST metode SC diketahui bahwa sebaran nilai deteksi LST Kota Semarang didominasi oleh kelas suhu 30.1◦C-35◦C.
ANALISIS POLA SEBARAN AREA UPWELLING MENGGUNAKAN PARAMETER SUHU PERMUKAAN LAUT, KLOROFIL-A, ANGIN DAN ARUS SECARA TEMPORAL TAHUN 2003-2016 (Studi Kasus : Laut Banda) Putra, Ikhlas Ika; Sukmono, Abdi; Wijaya, Arwan Putra
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 6, Nomor 4, Tahun 2017
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (895.065 KB)

Abstract

ABSTRAKIndonesia merupakan salah satu negara yang memiliki wilayah laut terluas di dunia, dengan luas laut mencapai 5,8 juta km2 . Laut Indonesia memiliki banyak potensi dan sumber daya alam laut yang sangat beragam. Laut Banda merupakan salah satu perairan yang memiliki kekayaan tersebut yang memiliki muatan unsur hara yang melimpah. Sebaran unsur hara tersebut dapat diketahui dengan adanya fenomena upwelling di laut Banda. Salah satu cara untuk menganalisis upwelling tersebut menggunakan citra Aqua MODIS (klorofil-a dan suhu permukaan laut) sebagai parameter upwelling, citra Quickscatt untuk arah dan kecepatan angin, serta data permodelan Aviso untuk pola arus.Metode pengolahan pada penelitian ini menggunakan bahasa pemograman ENVI-IDL untuk mengolah data dari citra Aqua MODIS dan citra Quicscatt dari tahun 2003-2016, serta pengolahan untuk data arus menggunakan SeaDAS dari tahun 2010-2015. Hasil dari pengolahan tersebut nantinya akan didapatkan nilai sebaran dari klorofil-a, suhu permukaan laut, dan angin serta pola arah arus untuk mengidentifikasi upwelling dan kriteria upwelling yang terjadi setiap musim dalam 14 tahun maupun setiap tahunnya dari tahun 2003-2016. Kemudian dilakukan uji korelasi terhadap parameter klorofil-a, suhu permukaan laut, dan angin untuk mengetahui kekuatan hubungan parameter upwelling.Fenomena upwelling yang terjadi di laut Banda terjadi pada musim timur, dimana puncak tertinggi terjadi pada bulan Agustus. Kandungan klorofil-a pada bulan ini mencapai 0,446 mg/ 15m3">  seiring dengan meningkatnya kecepatan angin mencapai 6,626 m/s dan suhu permukaan laut menurun sampai nilai 26,818 15℃">  dan fenomena upwelling di laut Banda ini terjadi setiap tahun dengan pola yang sama. Fenomena upwelling yang terjadi di laut Banda dapat diketahui dengan adanya arus eddy di sekitar area tempat terjadinya fenomena ini. Berdasarkan hasil uji korelasi diketahui parameter upwelling klorofil-a, suhu permukaan laut, dan angin memiliki hubungan yang kuat dengan nilai korelasi klorofil-a dengan suhu permukaan laut sebesar -0,993 dan klorofil-a dengan angin sebesar 0,951
ANALISIS KONTRIBUTOR DOMINAN TERHADAP FENOMENA URBAN HEAT ISLAND (UHI) DI KOTA MEDAN Nainggolan, Yohana Christie; Sasmito, Bandi; Sukmono, Abdi
Jurnal Geodesi Undip Volume 9, Nomor 1, Tahun 2020
Publisher : Jurusan Teknik Geodesi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (701.946 KB)

Abstract

ABSTRAKPerkembangan suatu kota dalam berbagai aspek akan meningkatkan produktifitas kota tersebut. Namun perkembangan tersebut menimbulkan konsekuensi  seperti meningkatnya laju pertumbuhan lahan terbangun, angka kepadatan penduduk, urbanisasi, kemacetan, ketidaknyamanan dan sebagainya. Faktor-faktor konsekuensi tersebut juga akan memicu terjadinya fenomena Urban Heat Island (UHI) atau pemanasan pulau perkotaan. Oleh karena itu, penelitian ini akan membahas seberapa  besar nilai pengaruh setiap faktor  dalam memicu fenomena UHI. Penelitian ini berfokus pada faktor ruang terbangun (RTB), kerapatan vegetasi, kepadatan penduduk serta keberadaan kawasan industri. Penelitian dilakukan secara multitemporal, yaitu tahun 2009, 2014 dan 2019 menggunakan citra Landsat 5 dan Landsat 8. Pemilihan citra berdasarkan kemiripan waktu  akuisisi citra dan kesamaan musim di lapangan. Pengolahan  ruang terbangun dilakukan dengan klasifikasi supervised dan kerapatan vegetasi dengan algoritma NDVI. Penelitian juga akan menghasilkan nilai suhu permukaan di tiap tahun.  Hasil pengamatan citra Landsat tahun 2009 hingga 2019 menunjukkan bahwa hampir semua faktor berkembang secara fluktuatif, begitu juga dengan suhu permukaan (Land Surface Temperature). Pada tahun 2009 LST rata-rata  adalah 24,96oC, tahun 2014 LST rata-rata meningkat menjadi 33,32oC dan mengalami penurunan menjadi 30,18oC di tahun 2019. Adapun UHI sangat erat kaitannya dengan LST, dan berdasarkan hasil uji regresi faktor yang memiliki kontribusi paling dominan terhadap UHI adalah RTB dengan kontribusi sebesar 68,83%. Kata Kunci : Citra Satelit Landsat, NDVI, Ruang Terbangun, Suhu Permukaan, Urban heat island ABSTRACTThe development of a city in various aspects will increase the productivity of the city. However, these developments have consequences such as increased growth rates of built space, population density, urbanization, congestion, discomfort and other. These consequences factors will also trigger the phenomenon of Urban Heat Island (UHI) or urban island warming. Therefore, this study will discuss how the value influence each factor in triggering the UHI phenomenon. This research focuses on the built space, vegetation density, population density and industrial estates. The research was conducted multitemporally in 2009, 2014 and 2019 using Landsat 5 and Landsat 8 imagery. Image selection based on the similarity of image acquisition time and seasonality in the field. The processing of built space is done by supervised classification and vegetation density using the NDVI algorithm. The research will also produce surface temperature values each year. Observation of Landsat imagery from 2009 to 2019 shows that almost of all factors develop fluently, as well as surface temperature (Land Surface Temperature). In 2009 the average LST was 24,96oC, in 2014 the average LST increased to 33,3 oC and decreased to 30,18oC in 2019. UHI phenomenon is very closely related to the LST, and based on the results of the regression test the factor that have the most dominant contribution to UHI is built space with a contribution of 68,83%.
STUDI CLOUD MASKING MENGGUNAKAN BAND QUALITY ASSESSMENT, FUNCTION OF MASK DAN MULTI-TEMPORAL CLOUD MASKING PADA CITRA LANDSAT 8 Sinabutar, Julio Jeremia; Sasmito, Bandi; Sukmono, Abdi
Jurnal Geodesi Undip Volume 9, Nomor 3, Tahun 2020
Publisher : Jurusan Teknik Geodesi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (354.97 KB)

Abstract

ABSTRAKSalah satu masalah yang paling sering timbul dalam pengolahan citra pasif adalah awan dan bayangan awan. Awan dan bayangannya menjadi kendala utama dalam pengolahan citra pasif karena awan akan menutupi area yang berada dibawahnya dan bayangan awan akan mempengaruhi dari kualitas citra itu sendiri. Citra Landsat 8 adalah salah satu citra pasif yang paling sering digunakan untuk observasi sumber daya alam. Citra Landsat 8 pasti mengandung tutupan awan karena termasuk salah satu citra pasif. Awan dan bayangan pada citra Landsat 8 perlu dilakukan proses cloud masking. Cloud masking adalah proses pendeteksian awan dan bayangannya yang pada tahap selanjutnya akan dilakukan masking. Beberapa algoritma yang digunakan dalam cloud masking pada citra Landsat 8 antara lain band QA (Quality Assessment), Fmask (Function of Mask) dan MCM (Multi-Temporal Cloud Masking). Penelitian ini melakukan perbandingan ketiga metode tersebut pada citra dengan luasan awan < 10% (10 Agustus 2019), 10% < awan < 20% (9 Juli 2019) dan 20% < awan < 30% (27 September 2019) untuk menentukan akurasi awan dan bayangannya setiap metode pada setiap citra yang dipakai. Hasil pada penelitian ini adalah akurasi awan dan bayangannya pada citra dengan awan < 10% dengan metode Band QA, Fmask dan MCM berturut – turut adalah 98%, 98,67% dan 99,33% dan untuk bayangannya berturut – turut adalah 92%, 91% dan 60%. Hasil akurasi awan dan bayangannya pada citra dengan 10% < awan < 20% dengan metode Band QA, Fmask dan MCM berturut – turut adalah 92,67%, 90% dan 100% dan untuk bayangannya berturut – turut adalah 92%, 81% dan 65%. Hasil akurasi awan dan bayangannya pada citra dengan 20% < awan < 30% dengan metode Band QA, Fmask dan MCM berturut – turut adalah 78,67%, 95,33% dan 100% dan untuk bayangannya berturut – turut adalah 60%, 62% dan 59%. Kata Kunci : Band QA, Cloud Masking, Fmask, Landsat 8, Multi-Temporal Cloud Masking ABSTRACTOne of the most common problems in passive image processing is clouds and cloud shadow. Clouds and shadows become the main obstacle in passive image processing because the cloud will cover the area underneath and cloud shadow will affect the quality of the image itself. Landsat 8 Imagery is one of the most commonly used passive images for natural resource observation. Landsat 8 imagery must contain cloud cover because it is one of the passive images. Clouds and shadows in the Landsat 8 image need to be done the cloud masking process. Cloud Masking is a cloud and the shadow detection process which will be masked at a later stage. Some algorithms used in cloud masking on Landsat 8 images include QA (Quality Assessment) band, Fmask (Function of Mask) and MCM (Multi-Temporal Cloud Masking). This study compares these three methods to images with cloud cover <10% (10th August 2019), 10% <cloud <20% (9th July 2019) and 20% <cloud <30% (27th September 2019) to determine cloud accuracy and the shadow of each method in each image used. The results in this study are the accuracy of clouds and shadows on images with clouds <10% with the band QA, Fmask and MCM methods respectively are 98%, 98.67% and 99.33% and for shadows respectively are 92%, 91% and 60%. The results of the accuracy of clouds and shadows on the image with 10% <cloud <20% with the band QA, Fmask and MCM methods are 92.67%, 90% and 100% and for the shadows respectively are 92%, 81% and 65%. The results of the cloud and shadow accuracy in the image with 20% <cloud <30% with the Band QA, Fmask and MCM methods are 78.67%, 95.33% and 100% and for the shadows respectively are 60%, 62 % and 59%.
ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DAERAH ALIRAN SUNGAI BODRI TERHADAP DEBIT PUNCAK MENGGUNAKAN METODE SOIL CONSERVATION SERVICE (SCS) Tisnasuci, Ilya Dewanti; Sukmono, Abdi; Hadi, firman
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 10, Nomor 1, Tahun 2021
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKPertambahan penduduk yang terus melaju pesat seiring dengan berjalannya waktu mengakibatkan suatu daerah semakin berkembang. Perkembangan ini mengakibatkan kebutuhan lahan untuk industri dan kebutuhan perumahan meningkat pesat sehingga mengakibatkan berkurangnya persediaan lahan, air dan sumber daya lainnya. Perubahan tutupan lahan yang terjadi di suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai akibat dari perkembangan kota merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi air larian, di mana perubahan besar air larian ini mempengaruhi besarnya debit puncak. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Fercher (2017) mengenai pemodelan dampak perubahan penggunaan lahan terhadap debit puncak di Lembah Urseren Pegunungan Alpen Swiss berkurangnya tutupan lahan vegetasi dapat menyebabkan meningkatnya debit puncak. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh perubahan tutupan lahan terhadap perubahan debit puncak di DAS Bodri. DAS Bodri merupakan DAS Prioritas berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan RI No. 328/Menhut-II/2009 Tentang Penetapan DAS Prioritas. Metode yang digunakan adalah klasifikasi supervised untuk klasifikasi tutupan lahan dan overlay untuk pengetahui perubahan tutupan lahan yang terjadi dan metode Soil Conservation Services (SCS) untuk mengetahui besar debit puncak dengan mempertimbangkan parameter tutupan lahan, jenis tanah, curah hujan, dan kemiringan lahan. Regresi linier sederhana untuk mengetahui pengaruh perubahan lahan terhadap perubahan debit puncak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan lahan paling besar terjadi pada tutupan lahan hutan yaitu berkurang sebesar 38,039 km2 dan tutupan lahan kelas lahan terbuka meningkat sebesar 28.442 km2. Perubahan debit puncak pada tahun 2016 dan 2020 sebesar 19,4m3/s. Pengaruh perubahan lahan terhadap perubahan debit puncak yaitu 54,9% sehingga dapat disimpulkan bahwa perubahan tutupan lahan berpengaruh terhadap perubahan debit puncak. Kata Kunci: DAS Bodri, Tutupan Lahan, Debit Puncak, Supervised, Soil Conservation Services (SCS). ABSTRACTThe population growth that goes rapidly over the time causing a growing area. This population development resulted in increase the need for land that used for industry and housing needs. It resulting in reduced supplies of land, water and other resources. Changes in land cover that occur in a watershed that caused by urban development are one of the factors that affect to the run-off water, where changes in the size of runoff water can affect the amount of peak discharge. Based on research conducted by Fercher (2017) on modeling the impact of land use change on peak discharge in the Urseren Valley of the Swiss Alps, reduced vegetation land cover can cause an increase in peak discharge. This research was conducted to determine the effect of land cover changes on peak discharge canges in the Bodri watershed. The Bodri Watershed is one of the priority watersheds based on the Keputusan Menteri Kehutanan RI No. 328 / Menhut-II / 2009 concerning Determination of Priority Watershed..The method used is supervised classification for land cover classification and overlay to determine land cover changes and the Soil Conservation Services (SCS) method to determine the size of the peak discharge by considering some  parameters like land cover, soil type, rainfall, and land slope. Simple linear regression to determine the effect of land cover changes on peak discharge changes. The results showed that the largest land cover change occurred in forest land cover, which was reduced by 38.039 km2 and land cover for open land classes increased by 28,442 km2. The change in peak discharge in 2016 and 2020 was 19.4 m3/s. The effect of land cover changes in peak discharge is 54.9%, so it can be concluded that changes in land cover affect in peak discharge changes.
PEMETAAN PARAMETER SUHU PERMUKAAN LAUT DAN OKSIGEN TERLARUT DI PERAIRAN PULAU KARIMUNJAWA KABUPATEN JEPARA MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT-8 Ikhtifari, Muh. Nurshauma; Prasetyo, Yudo; Sukmono, Abdi
Jurnal Geodesi Undip Volume 9, Nomor 4, Tahun 2020
Publisher : Jurusan Teknik Geodesi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Kepulauan Karimunjawa Kabupaten Jepara memiliki wilayah yang sebagian besar terdiri dari laut dengan potensi sumber daya laut yang tinggi seperti sumber daya ikan karang, budidaya karamba jaring apung (KJA) ikan kerapu, usaha rumput laut dan potensi sumber daya lainnya. Pada pengelolaan budidaya keramba jaring apung, rumput laut dan lainnya perlu diperhatikan beberapa parameter yang mempengaruhi kualitas air laut seperti suhu permukaan laut dan oksigen terlarut. Suhu permukaan air laut dan oksigen terlarut mempunyai peranan penting sebagai penentu kualitas perairan, suhu permukaan air laut dan oksigen terlarut merupakan faktor yang sangat penting bagi kehidupan organisme di lautan.Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengolahan suhu permukaan laut pada musim peralihan 2 yang diambil pada tanggal 13 November 2018 didapatkan nilai bahwa sebaran suhu permukaan laut pada suhu 27,5 - 28,0 (oC) dengan luas 0,003 km2, suhu 28,0 - 28,5 (oC) dengan luas 6,072 km2, suhu 28,5 – 29,0 (oC) dengan luas 1,210 km2, suhu 29,0 – 29,5 (oC) dengan luas 1,582 km2, suhu 29,5 – 30,0 (oC) dengan luas 2,413 km2. Sedangkan musim Timur yang diambil pada tanggal 25 Agustus 2018 didapatkan nilai bahwa sebaran suhu 26,0 – 26,5 (oC) dengan luas 0,043 km2, suhu 26,5 – 27,0 dengan luas 11,237 km2. Oksigen terlarut dari penelitian ini pada musim peralihan 2 yang diambil pada tanggal 13 November 2018 didapatkan nilai sebaran 11,5 – 12 (mg/l) dengan luas 11,280 km2. Sedangkan musim Timur yang diambil pada tanggal 25 Agustus 2018 menunjukkan bahwa oksigen terlarut mempunyai sebaran 11,0 – 11,5 (mg/l) dengan luas 0,025 km2, oksigen terlarut 11,5 – 12,0 (mg/l) dengan luas 11,255 km2.Kata Kunci : Citra Landsat-8, Oksigen terlaut, Pulau Karimunjawa, Suhu permukaan lautABSTRACTKarimunjawa Islands, Jepara Regency has an area that mostly consists of seas with high potential marine resources such as reef fish resources, grouper floating net cage cultivation, seaweed business and other potential resources. In the cultivation of floating net cages, seaweed and others, several parameters that affect seawater quality need to be considered, such as sea surface temperature and dissolved oxygen. Sea surface temperature and dissolved oxygen have an important role in determining water quality, sea surface temperature and dissolved oxygen are very important factors for the life of organisms in the oceans.The results of this study indicate that the processing of sea surface temperature in the transition season 2 taken on November 13, 2018 obtained values that the distribution of sea surface temperature at temperatures 27.5 - 28.0 (oC) with area 0.003 km2, temperature 28.0 - 28.5 (oC) with area 6.072 km2, temperature 28.5 - 29.0 (oC) with area 1.210 km2, temperature 29.0 - 29.5 (oC) with area 1.582 km2, temperature of 29.5 - 30.0 (oC) with area 2.413 km2. While the East season taken on August 25, 2018, the value of temperature distribution is 26.0 - 26.5 (oC) with area 0.043 km2, temperature 26.5 - 27.0 with area 11.237 km2. Dissolved oxygen from this study in the transition season 2 taken on November 13, 2018 obtained a distribution value of 11.5 - 12 (mg / l) with area 11.280 km2. While the East season taken on August 25, 2018 shows that dissolved oxygen has a distribution of 11.0 - 11.5 (mg / l) with area 0.025 km2, dissolved oxygen 11.5 - 12.0 (mg / l) with area 11.255 km2.Keywords : Dissolved oxygen, Karimunjawa Island, Landsat-8 imageries, Sea surface temperature.
ANALISIS PEMANFAATAN SATELLITE DERIVED BATHYMETRY CITRA SENTINEL-2A DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA LYZENGA DAN STUMPF (STUDI KASUS : PERAIRAN PELABUHAN MALAHAYATI, PROVINSI ACEH) Aji, Sentanu; Sukmono, Abdi; Amarrohman, Fauzi Janu
Jurnal Geodesi Undip Volume 10, Nomor 1, Tahun 2021
Publisher : Jurusan Teknik Geodesi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKIndonesia memiliki wilayah perairan yang sangat luas yang tentunya membutuhkan suatu manajemen dan pengambilan keputusan yang tepat agar dapat dimanfaatkan secara maksimal dan tepat yang dapat mendukung kemajuan Negara. Untuk mendukung hal tersebut, ketersediaan data batimetri yang merupakan data spasial kelautan pada Indonesia sangat dibutuhkan. Survei batimetri dengan menggunakan echosounder merupakan metode yang dapat menghasilkan data batimetri dengan kualitas yang baik, akan tetapi membutuhkan waktu yang lama dan biaya operasional yang sangat besar. Satellite derived bathymetry adalah salah satu metode alternatif yang sedang dikembangkan untuk mendapatkan data batimetri dengan menggunakan sumber data yaitu citra satelit optis. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hasil dari pemetaan batimetri dengan menggunakan metode satellite derived bathymetry. Penelitian ini menggunakan sumber data yaitu citra Sentinel-2A yang merupakan citra satelit optis dengan ketelitian spasial 10 meter. Pengolahan satellite derived bathymetry pada penelitian ini menggunakan algoritma Lyzenga dan Stumpf yang merupakan algoritma yang efektif digunakan dalam metode ini. Kedua algoritma tersebut dapat memetakan kedalaman laut dengan baik hingga kedalaman 20 meter. Metode algoritma Lyzenga menggunakan regresi multilinier dalam pengolahannya dan menghasilkan nilai R2 sebesar 0,923. Ketelitian pemetaan kedalaman laut yang didapatkan dari algoritma Lyzenga yaitu 1,888 meter. Sedangkan algoritma Stumpf menggunakan regresi linier dalam pengolahannya dan nilai R2 yang dihasilkan sebesar 0,882. Algoritma Stumpf memiliki ketelitian pemetaan kedalaman laut sebesar 2,019 meter.Kata Kunci: Satellite Derived Bathymetry, Sentinel-2A, Lyzenga, Stumpf. ABSTRACTIndonesia has a very large water area which of course requires a decision to be made that can be utilized optimally and accurately which can support the progress of the State. To support this, bathymetry data which is marine spatial data in Indonesia is needed. A bathymetric survey using echosounder is a method that can produce bathymetric data with good quality, but requires a long time and a very large operational cost. Satellite derived bathymetry is an alternative method that is being developed to obtain bathymetry data using a data source, namely optical satellite imagery. This study aims to analyze the results of bathymetry mapping using the bathymetric derived satellite method. This study uses source data, namely Sentinel-2A imagery which is an optical satellite image with a spatial accuracy of 10 meters. The bathymetry derived satellite processing in this study uses the Lyzenga and Stumpf algorithms which are the effective algorithms used in this method. Both algorithms can map the depth of the ocean well to a depth of 20 meters. The Lyzenga algorithm method uses multilinier regression in its processing and produces an R2 value of 0.923. The accuracy of the ocean depth obtained from the Lyzenga algorithm is 1.888 meters. While the Stumpf algorithm uses linear regression in its processing and the resulting R2 value is 0.882. The Stumpf algorithm has a depth mapping accuracy of 2.019 meters.
ANALISIS TINGKAT PERMUKIMAN KUMUH MENGGUNAKAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION SEMIPARAMETRIC (GWRS) (Studi Kasus: Kota Bogor, Jawa Barat) Prajamandana, Andyan Putra; Sukmono, Abdi; Firdaus, Hana Sugiastu
Jurnal Geodesi UNDIP Vol 10, No 3 (2021): Jurnal Geodesi Undip
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kota Bogor merupakan salah satu kota perifer di kawasan metropolitan Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi) yang dijadikan tujuan migrasi oleh pendatang. Salah satu akibat dari adanya migrasi adalah meningkatnya kepadatan penduduk dan permukiman padat di Kota Bogor. Wawancara dengan Tim KOTAKU (Kota Tanpa Kumuh) menyatakan bahwa munculnya permukiman tidak layak huni dan padatnya permukiman di pinggiran sungai menjadi penyebab munculnya permukiman kumuh di Kota Bogor. Terbitnya Peraturan Daerah (Perda) Kota Bogor No. 4 Tahun 2017 Tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh menunjukkan bahwa permukiman kumuh telah menjadi masalah yang serius untuk diatasi oleh pemerintah Kota Bogor. Penelitian yang dilakukan menggunakan 20 parameter permukiman kumuh sesuai Perda sebagai variabel bebas terhadap variabel terikatnya, yaitu skor permukiman kumuh. Klasifikasi permukiman kumuh menggunakan metode skoring terhadap 19 parameter permukiman kumuh sesuai Perda dan satu parameter lainnya digunakan hanya untuk metode GWR (Geographically Weighted Regression) dan GWRS (Geographically Weighted Regression Semiparametric). Metode GWR dan GWRS keduanya digunakan untuk menganalisis heterogenitas spasial menggunakan seluruh parameter permukiman kumuh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model GWRS memiliki dua klasifikasi tingkat permukiman kumuh, yaitu Tidak Kumuh dan Kumuh Ringan. Model GWRS menunjukkan bahwa terdapat tiga kelurahan yang masuk klasifikasi Tidak Kumuh, yaitu Kelurahan Kedunghalang, Kelurahan Tanah Sareal, dan Kelurahan Kebonpedes. Kelurahan dengan skor permukiman kumuh tertinggi adalah Kelurahan Bubulak dengan skor 42,21449 dan termasuk dalam klasifikasi Kumuh Ringan. Model GWRS memiliki enam parameter yang berpengaruh Signifikan, yaitu Cakupan pelayanan jalan lingkungan (X4), Prasarana dan sarana persampahan tidak sesuai dengan persyaratan teknis (X15), Sistem pengelolaan persampahan yang tidak sesuai standar teknis (X16), Tidak terpeliharanya sarana dan prasarana pengelolaan persampahan (X17), Ketidaktersediaan sarana proteksi kebakaran (X19), dan Kependudukan (X20). Parameter Prasarana dan sarana persampahan tidak sesuai dengan persyaratan teknis (X15) dan Ketidaktersediaan sarana proteksi kebakaran (X19) bahkan berpengaruh Signifikan di seluruh kelurahan Kota Bogor. Hasil validasi pada model menunjukkan persentase kebenaran klasifikasi permukiman kumuh adalah 92,857%.
ANALISIS PENGARUH ANGIN MONSUN TERHADAP PERUBAHAN CURAH HUJAN DENGAN PENGINDERAAN JAUH (STUDI KASUS: PROVINSI JAWA TENGAH) Fitra S Pandia; Bandi Sasmito; Abdi Sukmono
Jurnal Geodesi UNDIP Vol 8, No 1 (2019)
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (758.146 KB)

Abstract

Indonesia merupakan negara yang berperan besar terhadap kontribusi curah hujan di dunia, yaitu sebesar 50 gr/cm2. Sebagai negara maritim, variabilitas curah hujan di Indonesia sangat dipengaruhi oleh aktivitas angin monsun. Aktivitas angin monsun yang mempengaruhi di wilayah Indonesia termasuk Provinsi Jawa Tengah adalah angin monsun barat (Asia) dan angin monsun timur (Australia). Angin monsun Asia mempengaruhi variabilitas curah hujan pada saat musim hujan dan angin monsun Australia berpengaruh terhadap variabilitas curah hujan pada saat musim kemarau. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh angin monsun terhadap variabilitas curah hujan di Provinsi Jawa Tengah. Data yang digunakan ialah angin zonal NCEPReanalysis pada level ketinggian 850 milibar hourly dan curah hujan TRMM hourly dari tahun 1998 – 2017. Metode pengolahan data penelitian menggunakan bahasa pemrograman untuk mendapatkan indeks monsun Asia,  indeks monsun Australia, angin zonal dan curah hujan di Provinsi Jawa Tengah. Indeks monsun yang digunakan untuk melihat variabilitas angin zonal dan curah hujan ialah Western North Pasific Monsoon Index (WNPMI) dan Australian Monsoon Index (AUSMI). Hasil penelitian yang diperoleh berupa peta sebaran angin zonal dan curah hujan untuk melihat pengaruh dari angin monsun berdasarkan indeks WNPMI dan AUSMI. Kecepatan angin zonal pada saat normal rata-rata sebesar -5,211 m/s (musim hujan) dan +4,682 (musim kemarau). Pada saat WNPMI – AUSMI Kuat mengakibatkan kenaikan sebesar 0,410 m/s dan 0,515 m/s, sedangkan pada saat WNPMI – AUSMI Lemah mengakibatkan penurunan sebesar 0,443 m/s dan 0,724 m/s. Intensitas curah hujan pada saat keadaan normal sebesar 98,208 mm/hr (musim hujan) dan 32,831 mm/hr (musim kemarau). Pada saat WNPMI Kuat – Lemah dan AUSMI Lemah mengakibatkan kenaikan sebesar 5,944 mm/hr, 7,548 mm/hr dan 14,310 mm/hr, sedangkan pada saat AUSMI Kuat mengakibatkan penurunan sebesar 2,214 mm/hr. Korelasi antara angin zonal dan curah hujan pada saat normal, WNPMI – AUSMI Kuat – Lemah sebesar -0,902, -0,836, -0,955, -0,941 dan -0,956. Berdasarkan koefisien korelasi menunjukkan bahwa adanya pengaruh angin zonal dan curah hujan yang sangat kuat dimana setiap kenaikan kecepatan angin zonal mengakibatkan penurunan curah hujan dan penurunan kecepatan angin zonal mengakibatkan kenaikan curah hujan.
ANALISIS PERUBAHAN KUALITAS PERAIRAN DANAU RAWA PENING PERIODE 2013, 2015 DAN 2017 DENGAN MENGGUNAKAN DATA CITRA LANDSAT 8 MULTITEMPORAL Dewinta Heriza; Abdi Sukmono; Nurhadi Bashit
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 7, Nomor 1, Tahun 2018
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (822.766 KB)

Abstract

ABSTRAKDanau Rawa Pening adalah danau yang yang terletak di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah yang di kelilingi oleh Kecamatan Ambarawa, Bawen, Tuntang dan Banyubiru. Salah satu faktor penyebab permasalahan pada danau Rawa Pening adalah tingkat kualitas perairan sehingga menyebabkan pendangkalan, penyusutan luas, persebaran vegetasi air (eceng gondok) serta tekanan sedimentasi. Parameter fisik yang digunakan untuk menilai kualitas air adalah dengan menggunakan konsentrasi Total Suspended Solid (TSS), luas sebaran vegetasi air dan kecerahan. Penelitian ini menggunakan algoritma terpilih yang didapatkan dari uji regresi pendugaan algoritma dengan data validasi lapangan. Pendugaaan algortima menggunakan algortima dari Syarif Budhiman, Parwati, dan Nurahida Laila, sedangkan pendugaan tingkat kecerahan dilakukan dengan menggunakan algoritma Doxaran. Analisis klasifikasi tutupan lahan dilakukan dengan menggunakan metode klasifikasi terbimbing secara multitemporal. Algoritma TSS terpilih yang diperoleh dari hasil pengujian algoritma adalah algortima Parwati dimana memiliki nilai koefisien korelasi sebesar 0,825 dengan koefisien determinasi sebesar 68%. Kualitas perairan danau Rawa Pening mengalami perubahan pada tingkat TSS, kecerahan dan luas sebaran vegetasi air. Persentase kualitas fisik perairan danau Rawa Pening pada tahun 2013 pada kondisi tercemar berat sebesar 1,2 %, pada tahun 2015 sebesar 0% dan pada tahun 2017 sebesar 0,1 %. Status trofik danau Rawa Pening termasuk dalam golongan rusak hipertrofik. Persentase kecerahan pada danau Rawa Pening pada kondisi hipertrofik dengan transparasi 0-0,5 m pada tahun 2013 adalah sebesar 35,3%, tahun 2015 sebesar 0,07% dan pada tahun 2017 sebesar 46,56%. Kualitas perairan danau Rawa Pening berdasarkan luas sebaran vegetasi air mengalami kenaikan dikarenakan penurunan jumlah kenaikan persentase vegetasi air sebesar 31,28% dari persentase vegetasi air pada tahun 2013 sebesar 51,6%.Kata Kunci          : Danau Rawa Pening, Kecerahan, Total Suspended Solid, Vegetasi air ABSTRACTRawa Pening Lake is a lake located in Semarang regency, Central Java surrounded by Ambarawa, Bawen, Tuntang and Banyubiru Districts. One of the factors causing problems in Rawa Pening lake is water quality level causing siltation, wide shrinkage, water vegetation spread (water hyacinth) and sedimentation pressure. Physical parameters used to assess the quality of water is to use the concentration of Total Suspended Solid (TSS), the extent of the spread of water vegetation and water brightness. This research uses the selected algorithm obtained from regression test of algorithm estimation with field validation data. Estimation of algortima using algortima from Syarif Budhiman, Parwati, and Nurahida Laili, while the prediction of brightness level is done by using Doxaran algorithm. The analysis of land cover classification is done by using multitemporal guided classification method. Selected TSS algorithm obtained from algorithm test result is Parwati algortima which has correlation coefficient value of 0.825 with determination coefficient of 68%. The quality of the waters of Rawa Pening lake has changed at TSS level, brightness and wide distribution of water vegetation. The percentage of physical quality of the waters of Rawa Pening in 2013 in the condition of heavy polluted by 1.2% in 2015 by 0% and in the year 2017 of 0.1%. Trophic status of Rawa Pening lake is included in hypertrophic fault class. The percentage of brightness in Rawa Penig in hypertrophic conditions with transparency 0-5 m in 2013 was 35.3%, by 2015 by 0.07% and by 2017 by 46.56%. The quality of the Rawa Pening waters watershed based on the widespread distribution of water vegetation increased due to the decrease in the percentage of water vegetation percentage increase by 31.28% of the percentage of water vegetation in 2013 by 51.6%Keywords: Brightness, Rawa Pening Lake, Total Suspended Solid, Water Vegetation
Co-Authors Aditya Hafidh Baktiar Aji, Sentanu Alfian Galih Utama, Alfian Galih Alfreud, Carl Dylan Andri Suprayogi Anggi Karismawati Ardiansyah Ardiansyah Ardyan Satria Pratama Ardyan Satria Putra Pratama Arfina Kusuma Putra Arief Laila Nugraha Ariella Arima Aniendra Arsyad Nur Ariwahid Arwan Putra Wijaya Aryatama, Muhammad Ghani Avi Yudhanto Aziz Anjar Santoso Bambang Darmo Yuwono Bambang Darmo Yuwono Bambang Sudarsono Bandi Sasmito Bashit, Nurhadi Bashit, Nurhadi BASKORO AGUM GUMELAR Baskoro Agum Gumelar Bella Riskyta Arinda Benning Hafidah Kadina Besar Tirto Husodo Cartenz Noviantri Handayani Chandra Satria Ajie Wicaksono Dedigun Bintang Fajeri Demi Stevany Dewi Previansari Dewinta Heriza Dhuha Ginanjar Bayuaji DIKA NUZUL RACHMAWATI Dini Ramanda Putri Dini Tiara Dita Rizki Amliana Dyah Wijaningsih Ertha Silalahi Fadli Rahman Fadli Rahman, Fadli Fajriah Lita Pamungkasari Faradina Sekar Melati Farhan Ardianzaf Putra Farouki Dinda Rassarandi Farras Nabilah Fatimah Putri Utami Fauzi Janu Amarrohman, Fauzi Janu Firman Hadi Fitra S Pandia Franstein Kevin J.B Gabriel Yedaya Immanuel Ryadi Galuh Puteri Saraswati Ghinaa Rahda Kurnila Gilang Diva Pradana Grivina Yuliantika Hadi, Firman Hana Sugiastu Firdaus Hana Sugiastu Firdaus Hana Sugiastu Firdaus Hana Sugiastu Firdaus, Hana Sugiastu Haniah Haniah IFAN ADI PRATAMA Ikhtifari, Muh. Nurshauma Ilmawan Muhammad Hida Indah Prasasti Innong Pratikina Akbaruddin Jamilah, Mutiara Jiyah Jiyah Jolangga Agung Budiman Kalinda, Icha Oktaviana Putri Kurnia Wisnu Aziz Kusuma, Hafiizh Mega Laode M Sabri Lia Novianti Ni’amah Lilik Kristianingsih Lingga Hascarya Prabandaru LM Sabri LM Sabri LM Sabri Maharani, Hanindya Zahra MIRTA INDRIASTUTI Moehammad Awaluddin Muhammad Adnan Yusuf, Muhammad Adnan Muhammad Fathan Muhammad Ibnu Munadi Nainggolan, Yohana Christie Nandia Meitayusni Nabila Naufal Farras Naufal Ilyas Abdul Hakim Nella Wakhidatus Nida Shabrina Nilasari, Monica Novitasari Novitasari Nugra Putra Pembayun Nur Itsnaini Nurfika Maulina Larasati Nurhadi Bashit Nurhadi Bashit Nurhandini Maghda Maghda Prajamandana, Andyan Putra Prambudhianto Putro Pamungkas Putra, Ikhlas Ika Putri, Novita Qoaruddin Qomaruddin Rajagukguk, Trevi Austin RAJAGUKGUK, TREVY AUSTIN Rampu, Jelly Resky Kelana Ridwan Aminullah Rihadatul Aisy Risqi Fadly Robby Rista Omega Septiofani Riyadi, Elnatan Vieno s Subiyanto Salma, Channana Nadiya Sawitri Subiyanto Sendi Akhmad Al Mukmin Septiyana, Diah Setyo Adhi Nugroho SILALAHI, ERTHA Sinabutar, Julio Jeremia Sindy Pariamanda Siska Wahyu Andini Siti Rahayuningsih Sondang Artania Sidauruk Supriadi Sanjaya Purba Suwirdah Pebriyanah Tisnasuci, Ilya Dewanti Trevi Austin Rajagukguk Trevy Austin Rajagukguk TREVY AUSTIN RAJAGUKGUK Tristianti, Nova Veri Pramesto Vidya Velisa Taufik Wakhidatus, Nella Welman Manuel Sitorus Widayanti, Eko Yudo Prasetyo Yudo Prasetyo