Claim Missing Document
Check
Articles

ANALISIS PERUBAHAN KEPADATAN DAN POLA LAHAN TERBANGUN MENGGUNAKAN INTERPRETASI HIBRIDA CITRA SENTINEL 2A (STUDI KASUS : KOTA UNGARAN) Dini Tiara; L.M Sabri; Abdi Sukmono
Jurnal Geodesi UNDIP Vol 11, No 1 (2022): Jurnal Geodesi Undip
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kota-kota besar di Indonesia seperti Medan, Jakarta, Surabaya, Semarang merupakan Kota yang terus berkembang karena adanya pembangunan seperti jalan tol, pemukiman, perkantoran dan jalan raya. Perkembangan kawasan urban di Kota-kota besar berdampak pada peningkatan pertumbuhan kota-kota kecil disekitarnya (wilayah perifer). Kabupaten Semarang sebagai wilayah perifer atau penyangga dari kota besar  yaitu Kota Semarang, berdampak pada berkembangnya Kota Ungaran dan meningkatnya perkembangan kepadatan lahan terbangun. Pengukuran kepadatan lahan terbangun dalam skala Kota jika dilakukan secara manual memerlukan waktu dan biaya yang besar, oleh karena itu pada penelitian ini menggunakan teknologi penginderaan jauh yaitu dengan teknik interpretasi hibrida menggunakan indeks NDBI (Normalized Difference Built-up Index) dan Urban Index. Interpretasi hibrida merupakan gabungan dari teknik interpretasi visual dan digital dalam menentukan area lahan terbangun menggunakan citra resolusi menengah yaitu Sentinel 2A yang tersedia secara gratis dan kontinyu. Hasil  interpretasi hibrida menggunakan NDBI lebih baik dibandingkan menggunakan urban index dengan overall accuracy sebesar 96.667 % untuk interpretasi hibrida menggunakan NDBI dan 90.00 % untuk interpretasi hibrida menggunakan urban index. Luas kepadatan lahan terbangun di Kota Ungaran Tahun 2016 adalah 1853.571 Ha berubah menjadi 1943.958 Ha pada tahun 2021. Perubahan kepadatan yang paling mendominasi adalah dari kepadatan sedang menjadi tinggi yaitu 602.901 Ha, dan pola lahan terbangun di Kota Ungaran pada tahun 2016 dan 2021 adalah clustered (mengelompok) dengan neraest neighbord ratio 0,7. 
ANALISIS PENGGUNAAN SALURAN VISIBEL UNTUK ESTIMASI KANDUNGAN KLOROFIL DAUN PADI DENGAN CITRA HYMAP (Studi Kasus : Kabupaten Karawang, Jawa Barat) Grivina Yuliantika; Andri Suprayogi; Abdi Sukmono
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (548.72 KB)

Abstract

ABSTRAK Padi adalah tanaman pangan yang sangat penting dan bermanfaat bagi kehidupan masyarakat Indonesia. Komiditi penghasil padi terbesar adalah Kabupaten Karawang.Tanaman padi yang sehat adalah tanaman padi yang mempunyai jumlah klorofil lebih banyak dibandingkan tanaman padi yang tidak sehat. Pendeteksian kandungan klorofil secara cepat dan efisien dapat menggunakan metode penginderaan jauh. Beberapa metode dalam penginderaan jauh dapat digunakan untuk mendeteksi kandungan klorofil daun padi.Beberapa indeks vegetasi yang digunakan dalam penelitian adalah indeks vegetasi GLI (Green Leaf Index)  dan NGRDI (Normalized Green Red Difference Index). Metode indeks vegetasi GLI dan NGRDI merupakan indeks vegetasi yang sensitif terhadap kehijauan daun, sehingga baik dalam penentuan klorofil daun padi. Dimana pada penelitian ini dianalisa metode mana yang mempunyai model terbaik dalam mengestimasi kandungan klorofil daun padi. Dan diperoleh kesimpulan bahwa GLI mempunyai pemodelan lebih baik dibandingkan metode NGRDI. Nilai koefisien determinasi (R2) GLI sebesar 0,6454 dan model yang diperoleh yaitu y= -62,248x+ 41,459.Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa indeks vegetasi GLI optimal pada panjang gelombang 455,5 nm, 592,1 nm, dan 699,4 nm dan NGRDI optimal pada panjang gelombang 532,1 nm dan 623,2 nm. Saluran visibel efektif apabila dibandingkan dengan pemodelan data citra Hyperspectral dengan menggunakan 20 titik sampel yang membuktikan bahwa Green Leaf Index (GLI) mampu memberikan nilai RMSE cukup baik yaitu sebesar 0,593 SPAD (Soil Plant Analysis Development)unit dan koefisien determinasi (R2) 0,785. Resolusi spektral yang digunakan untuk mendeteksi klorofil daun padi adalah 455,5–885,3 nm. Sehingga citra HyMap mampu mendeteksi klorofil  tanaman daun padi pada skala 1:10.000 dengan resolusi spasial 4,2 meter. Kata Kunci : HyMap,, GLI, kandungan klorofil, NGRDI  ABSTRACT Rice is the most important crops that benefit the Indonesian people's lives. The commodities largest of rice prodution is Karawang regency. The healthy rice crop is rice plants that have more than the amount of chlorophyll unhealthy rive plants. Detection ofchlorophyll content quicklyand efficiently using remote sensing methods. Some methods in remote sensing can be used to detect the chlorophyll content of rice leaves.Some vegetation index used in the study are GLI vegetation index (Green Leaf Index) and NGRDI (Red Green Normalized Difference Index). GLI vegetation index and NGRDI vegetation index are sensitive to greenish leaf, so they are good to determine rice leaf chlorophyll. In this study, we analyze which method has the best model to estimate rice leaf chlorophyll content. And we conclude that GLI has a better model than the NGRDI method. The coefficient of GLI’s determination (R2) is 0,6454 and the regretion models is y= -62,248x + 41,459.The results of this study indicate that GLI is optimal at a wavelength of 455,5 nm, 592,1 nm, and 699,4 nm and NGRDI is optimal at wavelength 532,1 nm and 623,2 nm. Visible band index effective when compared with Hyperspectral modeling image data by using 20 sample points that proved that GLI is able to give a pretty good RMSE value which is equal to 0,593 SPAD (Soil Plant Analysis Development) units and the coefficient of determination (R2) of 0,785. Spectral resolution, that is used to detect the rice leaf chlorophyll, is 455,5 to 885,3 nm. So the HyMap image is able to detect rice leaf chlorophyll on a scale of 1: 10.000 with a spatial resolution of 4,2 meters.Key Words :HyMap,GLI, Chlorophyll Content, NGRDI   *) Penulis Penanggung JawabABSTRAK Padi adalah tanaman pangan yang sangat penting dan bermanfaat bagi kehidupan masyarakat Indonesia. Komiditi penghasil padi terbesar adalah Kabupaten Karawang.Tanaman padi yang sehat adalah tanaman padi yang mempunyai jumlah klorofil lebih banyak dibandingkan tanaman padi yang tidak sehat. Pendeteksian kandungan klorofil secara cepat dan efisien dapat menggunakan metode penginderaan jauh. Beberapa metode dalam penginderaan jauh dapat digunakan untuk mendeteksi kandungan klorofil daun padi.Beberapa indeks vegetasi yang digunakan dalam penelitian adalah indeks vegetasi GLI (Green Leaf Index)  dan NGRDI (Normalized Green Red Difference Index). Metode indeks vegetasi GLI dan NGRDI merupakan indeks vegetasi yang sensitif terhadap kehijauan daun, sehingga baik dalam penentuan klorofil daun padi. Dimana pada penelitian ini dianalisa metode mana yang mempunyai model terbaik dalam mengestimasi kandungan klorofil daun padi. Dan diperoleh kesimpulan bahwa GLI mempunyai pemodelan lebih baik dibandingkan metode NGRDI. Nilai koefisien determinasi (R2) GLI sebesar 0,6454 dan model yang diperoleh yaitu y= -62,248x+ 41,459.Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa indeks vegetasi GLI optimal pada panjang gelombang 455,5 nm, 592,1 nm, dan 699,4 nm dan NGRDI optimal pada panjang gelombang 532,1 nm dan 623,2 nm. Saluran visibel efektif apabila dibandingkan dengan pemodelan data citra Hyperspectral dengan menggunakan 20 titik sampel yang membuktikan bahwa Green Leaf Index (GLI) mampu memberikan nilai RMSE cukup baik yaitu sebesar 0,593 SPAD (Soil Plant Analysis Development)unit dan koefisien determinasi (R2) 0,785. Resolusi spektral yang digunakan untuk mendeteksi klorofil daun padi adalah 455,5–885,3 nm. Sehingga citra HyMap mampu mendeteksi klorofil  tanaman daun padi pada skala 1:10.000 dengan resolusi spasial 4,2 meter. Kata Kunci : HyMap,, GLI, kandungan klorofil, NGRDI  ABSTRACT Rice is the most important crops that benefit the Indonesian people's lives. The commodities largest of rice prodution is Karawang regency. The healthy rice crop is rice plants that have more than the amount of chlorophyll unhealthy rive plants. Detection ofchlorophyll content quicklyand efficiently using remote sensing methods. Some methods in remote sensing can be used to detect the chlorophyll content of rice leaves.Some vegetation index used in the study are GLI vegetation index (Green Leaf Index) and NGRDI (Red Green Normalized Difference Index). GLI vegetation index and NGRDI vegetation index are sensitive to greenish leaf, so they are good to determine rice leaf chlorophyll. In this study, we analyze which method has the best model to estimate rice leaf chlorophyll content. And we conclude that GLI has a better model than the NGRDI method. The coefficient of GLI’s determination (R2) is 0,6454 and the regretion models is y= -62,248x + 41,459.The results of this study indicate that GLI is optimal at a wavelength of 455,5 nm, 592,1 nm, and 699,4 nm and NGRDI is optimal at wavelength 532,1 nm and 623,2 nm. Visible band index effective when compared with Hyperspectral modeling image data by using 20 sample points that proved that GLI is able to give a pretty good RMSE value which is equal to 0,593 SPAD (Soil Plant Analysis Development) units and the coefficient of determination (R2) of 0,785. Spectral resolution, that is used to detect the rice leaf chlorophyll, is 455,5 to 885,3 nm. So the HyMap image is able to detect rice leaf chlorophyll on a scale of 1: 10.000 with a spatial resolution of 4,2 meters.Key Words :HyMap,GLI, Chlorophyll Content, NGRDI   *) Penulis Penanggung Jawab
ANALISIS PENGARUH KOREKSI ATMOSFER TERHADAP ESTIMASI KANDUNGAN KLOROFIL-A MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT 8 Lilik Kristianingsih; Arwan Putra Wijaya; Abdi Sukmono
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (850.747 KB)

Abstract

ABSTRAK Atmosfer mampu mempengaruhi perjalanan gelombang elektromagnetik dari matahari ke objek dan dari objek ke sensor yang menyebabkan adanya perbedaan pada nilai reflektan citra. Reflektan terdapat dua macam, yaitu reflektan ToA (Top of Atmosphere) dan reflektan BoA (Bottom of Atmosphere). Reflektan ToA adalah reflektan yang tertangkap oleh sensor sedangkan reflektan BoA adalah reflektan pada objek yang telah terkoreksi atmosfer. Reflektan ToA dihasilkan dari proses kalibrasi radiometrik dan reflektan BoA dihasilkan dari proses koreksi atmosfer. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kedua reflektan tersebut guna mengetahui pengaruh penggunaan koreksi atmosfer dalam studi kasus klorofil-a. Perairan Kecamatan Wedung dipilih sebagai wilayah penelitian karena merupakan salah satu kecamatan terluas di Kabupaten Demak.Penelitian ini, menggunakan metode koreksi atmosfer DOS (Dark Object Substraction), FLAASH (Fast Line of sight Atmospheric Analysis of Spectral Hypercubes) dan 6SV (Second Simulation of a Satellite Signal in the Solar Spectrum). Membandingkan antara reflektan ToA dan BoA dalam perhitungan klorofil-a menggunakan algoritma Wouthuyzen, Wibowo, Pentury serta Much Jisin dan Lestari Laksmi.Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa penggunaan citra reflektan BoA (terkoreksi atmosfer) memiliki hasil model yang lebih baik dari citra reflektan ToA. Hal ini diketahui dari nilai koefisien determinasi berturut-turut untuk reflektan ToA yaitu 0,2292; 0,4562; 0, 2292 dan 0,2252, reflektan BoA metode koreksi atmosfer DOS berturut-turut yaitu 0,5251; 0,5575; 0,5251 dan 0,6939, reflektan BoA metode koreksi atmosfer FLAASH berturut-turut yaitu 0,6168; 0,5041; 0,6168 dan 0,614 serta reflektan BoA metode koreksi atmosfer 6SV berturut-turut yaitu 0,6436; 0,4033; 0,6436 dan 0,6365. Hasil uji hipotesis dan validasi menunjukkan bahwa koreksi atmosfer berpengaruh signifikan terhadap perhitungan klorofil-a di perairan Kecamatan Wedung kecuali pada algoritma Wibowo. Kata Kunci : Algoritma Klorofil-a, Koefisien Determinasi, Koreksi Atmosfer, Reflektan ABSTRACTAtmosphere can influence the passage of the electromagnetical wave from the sun to the object and from the object to the sensor that makes the difference on the image reflectance. There are two kinds of reflectance; which are ToA (Top of Atmosphere) reflectance and BoA (Bottom of Atmosphere) reflectance. ToA reflectance is the reflectance captured by the sensor. BoA reflectance is the reflectance of the object corrected by the atmosphere. ToA reflectance is produced by radiometrical calibration while BoA reflectance is made of atmospheric correction process. This research studies aims to compare those to reflectances to investigate the impact of atmospheric correction usage on chlorophyll-a case study. The waters of Wedung district is chosen as the research field because it is the largest area in Demak regency.This study used DOS (Dark Object Substraction), FLAASH (Fast Line of sight Atmospheric Analysis of Spectral Hypercubes), and 6SV (Second Simullation of a Satellite Signal in the Solar Spectrum) correction method. To compare between ToA and BoA reflectance in the calculation of chlorophyll-a, the writer used the algorithms of Wouthuyzen, Wibowo, Pentury, Much Jisin and also Lestari Laksmi.The result shown is that the usage of BoA image reflectance (atmospherically corrected) had a better model result than ToA image reflectance. This is indicated from the consecutive determination coefficient values of ToA reflectance which are 0,2292; 0,4562; 0,2292; 0,2252. Meanwhile the consecutive coefficient values of BoA reflectance by DOS correction method are 0,5251; 0,5575; 0,5251 and 0,6939; FLAASH correction method are 0,6168, 0,5041, 0,6168 and 0,614; 6SV method are 0,6436; 0,4033; 0,6436 and 0,6365. The result of hypothesis and validation test is that atmospheric correction significantly influences on the calculation of chlorophyll-a in Wedung district except using Wibowo algorithm.Keywords: Atmospheric Correction, Chlorophyll-a Algorithm, Determination Coefficient, Reflectance *) Penuli, PenanggungJawab   
PEMBUATAN PETA ZONA NILAI EKONOMI KAWASAN MENGGUNAKAN TCM (TRAVEL COST METHOD) DAN CVM (CONTINGENT VALUATION METHOD) MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS KAWASAN CAGAR ALAM GOA KREO DAN WADUK JATIBARANG Nurhandini Maghda Maghda; s Subiyanto; Abdi Sukmono
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1010.085 KB)

Abstract

ABSTRAKKota Semarang adalah salah satu kota di Indonesia yang  mempunyai  banyak  tempat  wisata  yang  menarik  untuk  di  kunjungi. Goa Kreo dan Waduk Jatibarang adalah salah satu tempat wisata yang ada di Kota Semarang yang selain mempunyai potensi akan keindahannya juga berfungsi sebagai pengendali banjir. Berdasarkan  hal  tersebut  maka  diperlukan  suatu  peta  Zona  Nilai  Ekonomi Kawasan  (ZNEK)  pada  lokasi ini untuk  mengetahui  nilai  ekonomi  dan  manfaat berdasarkan  keinginan  untuk  membayar  (willingness  to  pay:  WTP)  wisatawan  dan  masyarakat  yang memperoleh manfaat dari kawasan tersebut.Metode penarikan responden yang digunakan dalam penelitian tugas akhir ini adalah non probability sampling dengan teknik sampling insidental yaitu untuk responden yang secara kebetulan ditemui dilokasi wawancara. Dalam survei lapangan dibutuhkan 50 sampel TCM (Travel Cost Method) untuk menghitung nilai guna langsung (DUV) dan 85 sampel CVM (Contingent Valuation Method) untuk menghitung nilai keberadaan (EV). Metode pengolahan data yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda dan perhitungan WTP menggunakan perangkat lunak Maple 17. Pada perangkat lunak SPSS 16 di lakukan uji statistik dan uji asumsi klasik. Uji statistik berupa uji validitas dan reabilitas, sedangkan untuk uji asumsi klasik berupa uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi.Dalam penelitian tugas akhir ini hasil uji statistik untuk data CVM di katakan valid dan reliabel sedangkann untuk uji asumsi klasik dikatakan berdistribusi normal, tidak memiliki gejala multikolinearitas, tidak memiliki gejala heteroskedastisitas dan tidak ada autokorelasi. Hasil akhir penelitian ini berupa peta Zona Nilai Ekonomi Kawasan yang memiliki surplus konsumen sebesar Rp 525.113, nilai WTP sebesar Rp 31.045 untuk CVM dan  nilai WTP sebesar Rp 31.673 untuk CVM Khusus sehingga diperoleh nilai ekonomi total Goa Kreo dan Waduk Jatibarang sebesar Rp 70.730.162.600 (nilai surplus konsumen per individu dikalikan dengan jumlah pengunjung tahun 2015).Kata kunci : Travel Cost Method, Contingent Valuation Method, Zona Nilai Ekonomi Kawasan, Regresi Linear Berganda, Maple 17. ABSTRACTSemarang is a city in Indonesia which has a lot of interesting tourism place to be visited.Kreo Cave and Jatibarang Reservoir are some of tourism places in Semarang which does not only have potential in their beauty, but also have the function to control flood. Based on this thing, region economic value zone map (ZNEK) for this location is needed to to find out the economic value and benefit based on (willingness to pay :WTP) the tourists and people who get profit from that region.The respondent withdrawal method used in this final project is non probability sampling with incidental sampling technique which is for the respondents who are accidentally met at the location. In a field survey takes 50 samples TCM (Travel Cost Method) to calculate the direct use value (DUV) and 85 samples of CVM (Contingent Valuation Method) to calculate the value of existence (EV). The data processing method is multiple linear regression analysis and calculated using Maple 17 software. Statistic and classic assumption tests are done in SPSS 16 software. The statistic tests are validity and reliability tests, while classic assumption tests are normality test, multicolinearity test, heteroscedasticity test and autocorrelation test.In this final project research, the result of statistic test for CVM data is valid and reliable, while classic assumption test is distributed normally, no indication of multicollinearity, no indication of heteroscedasticity nor autocorrelation. The final result of this research is region economic value zone map which had consumer surplus of Rp 525.113 , WTP value of Rp 31.045 for CVM and WTP value of Rp 31.673 for special CVM , so that it was obtained that the total economic value of Kreo Cave and Jatibarang Reservoir was Rp 70.730.162.600 (consumer surplus value per individual multiplied by number of visitors on 2015). Keywords : Travel Cost Method, Contingent Valuation Method, Zone Economic Value Zone, Multiple Linear Regression, Maple 17.*)  Penulis, Penanggung Jawab 
ANALISIS PENGARUH BUDIDAYA KERAMBA JARING APUNG (KJA) DAN TUTUPAN LAHAN TERHADAP TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) DI PERAIRAN WADUK JATILUHUR MENGGUNAKAN METODE PENGINDERAAN JAUH Nugra Putra Pembayun; Sawitri Subiyanto; Abdi Sukmono
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKWaduk Jatiluhur sebagai sumber baku air minum untuk daerah Jawa Barat dan DKI Jakarta dikhawatirkan telah mengalami penurunan kualitas air. Perubahan tutupan lahan sekitar area waduk Jatiluhur serta peningkatan jumlah budidaya keramba jaring apung di indikasi menjadi penyebab penurunan kualitas air di waduk Jatiluhur Kabupaten Purwakarta. Salah satu parameter fisik kualitas air adalah Total Suspended Solid, sementara itu peningkatan TSS mengindikasikan penurunan kualitas air. Banyak metode untuk melakukan studi mengenai kualitas fisik air, salah satunya dengan menggunakan kombinasi metode perhitungan algoritma TSS pada citra satelit.Pada penelitian ini analisis menggunakan citra satelit Landsat 5 dan 8 secara multitemporal pada tahun 2000, 2004, 2007, 2013 dan 2015. Untuk melakukan pendugaan TSS di waduk Jatiluhur menggunakan algoritma TSS dari Syarif Budhiman, Parwati serta Woerd dan Pasterkamp yang kemudian dibandingkan dengan uji regresi sederhana dengan kadar TSS di lapangan. Untuk analisis klasifikasi tutupan lahan dan identifikasi Keramba Jaring Apung (KJA) menggunakan metode klasifikasi terbimbing secara multitemporal. Klasifikasi tutupan lahan terbagi menjadi 6 kelas yaitu perairan, pemukiman, vegetasi, hutan, sawah dan lahan kosong.Hasil uji algoritma menghasilkan algoritma TSS dari Syarif Budhiman menghasilkan TSS penduga dengan nilai error yang paling kecil dengan nilai koefisien regresi sebesar 81% dan RMSe sebesar 3.31 mg/l dari data validasi lapangan. Pemodelan TSS pada citra landsat secara multitemporal menghasilkan kadar TSS pada kurun waktu tahun 2000-2015 meningkat. Hasil analisis pengaruh perubahan tutupan lahan dan kegiatan keramba jaring apung terhadap kadar TSS dengan regresi linier berganda menunjukan indikasi kuat pengaruh perubahan tutupan lahan dan KJA terhadap kenaikan TSS dengan koefisien determinasi 98% dan persentase faktor pengaruh perubahan pemukiman sebesar 70%, KJA 14%, vegetasi 11%, dan sawah 3% terhadap kadar TSS waduk.Kata kunci: KJA, Klasifikasi Terbimbing, Total Suspended Solid, Tutupan Lahan, WadukABSTRACTJatiluhur reservoir as the main source of drinking water for West Java and Jakarta region is feared to have a water quality degradation. The changes of land cover area around, as well as the increasing number of fish cages are indicated as the causes of water quality degradation in Jatiluhur Reservoir. One of the physical parameters of water quality is Total Suspended Solid (TSS), while the increasing number of TSS indicates the water quality degradation. There  are some methods to analyse the physical quality of water, one of them is using TSS algorithms calculation.Analysis in this study used Landsat 5 and 8 satellite imagery multitemporal in 2000,2004,2007,2013 and 2015. The determination of TSS in Jatiluhur used TSS algorithms of Syarif Budiman, Parwati, Woerd and Parterkamp which were then compared by simple regression test with TSS levels insitu. Analysis for the land cover classification and fish cages identification used supervised classification method multitemporal. The land cover  classification was divided into six classes, namely water, settlement, vegetation, forest, rice field, and bare land.The algorithm test of Syarif Budiman resulted TSS estimator with smallest error value  which contained 81% regression coeficient and 3,31 mg/l RMSe from the field validation data. The TSS modelling of landsat image multitemporal showed the increasing of TSS level in 2000 to 2015. Analysis result of the effect of land cover area and floating fish cages activities change on TSS level with multiple linear regression showed a strong indication on the increasing number of TSS level with 98% determitation coeficient and presentation of the effect of changing in settlement area was 70%, KJA was 14%, vegetation area was 11% and rice field was 3% to TSS level in Jatiluhur Reservoir.Keywords: Land use, Net Fish Cages, Reservoir, Supervised Classification, Total Suspended Solid *) Penulis, penanggungjawab
ANALISIS PERUBAHAN LUAS LAHAN SAWAH DI KABUPATEN KENDAL MENGGUNAKAN CITRA RESOLUSI TINGGI ( Studi Kasus: Kec. Kaliwungu, Kec. Brangsong, dan Kec. Kota Kendal ) Rista Omega Septiofani; Sawitri Subiyanto; Abdi Sukmono
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (856.516 KB)

Abstract

ABSTRAKMenipisnya tanah pertanian akibat konversi (alih fungsi) lahan merupakan salah satu faktor penyebab keterpurukan sektor pertanian di Indonesia. Penyempitan lahan persawahan tidak hanya berdampak pada penurunan produksi padi tapi juga pada penghasilan masyarakat Indonesia yang bermata pencaharian sebagai petani. Kabupaten Kendal merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang menjadi sentra penghasil padi dan memiliki luas lahan sawah yang cukup luas, namun adanya konversi perubahan lahan sawah yang terjadi di Kabupaten ini sangat tinggi. Akibatnya, lahan sawah yang terdapat dikawasan tersebut contohnya Kecamatan Kaliwungu, Kecamatan Brangsong, dan Kecamatan Kota Kendal mengalami konversi atau perubahan penggunaan lahan.Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah teknik penginderaan jauh dan sistem informasi geografis dengan cara digitasi on screen. Citra yang digunakan adalah Citra Quickbird tahun 2010 dan Citra WorldView-2 tahun 2014. Setelah melakukan proses digitasi kemudian didapatkan luasan daerah yang terkonversi, lalu dianalisis menggunakan metode analisis tetangga terdekat untuk mengetahui pola persebaran lahan sawah dan pola daerah klasifikasi penggunaan lahan lainnya. Analisis sosial ekonomi digunakan untuk mengetahui dampak konversi lahan terhadap para petani.Berdasarkan pengolahan data dan hasil analisis didapatkan perubahan luas lahan sawah di Kecamatan Kaliwungu, Kecamatan Brangsong dan Kecamatan Kota Kendal pada tahun 2010 sampai tahun 2014 sebesar 54,753 Ha. Pola persebaran luasan sawah tiap kecamatan pada tahun 2010 dan tahun 2014 adalah acak, sedangkan pola perubahan luas pada tiap kecamatan adalah mengelompok. Dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan dengan adanya konversi lahan sawah adalah semakin berkurangnya lahan sawah berpengaruh negatif terhadap nilai pendapatan petani, dimana usaha berproduksi padi di sawah tidak memberikan masukan yang mencukupi bagi kehidupan sehari hari petani, sehingga hal tersebut mendorong petani unuk menjual lahan sawahnya untuk beralih ke usaha lain.Kata Kunci : Sawah, Perubahan Lahan, Citra Quickbird, Citra WorldView-2ABSTRACTThe depletion of landagriculture due to the land conversion is one of the factors causing the deterioration of agricultural sector in Indonesia.The constriction of paddy fields is not only affected onthe decrease of rice production but also the income of Indonesian people who are farmers.Kendal is one of regencies in Central Java being rice production centers and has a quite spacious paddy field, but the conversion of paddy field in this county is really high. It might caused by several factors, including the increase of population and construction activities.As a result, for instance the paddy field which located in the area of the District Kaliwungu, District Brangsong and District Kendal get conversion or change of land use.The method that used in this research is the technique of remote sensing and geographic information system by digitize on screen. The image used is QuickBird Satellite Images 2010 and the WorldView-2 Satellite Images in 2014.After doing digitization process then obtained the extents of converted area, afterward analyzed using the nearest neighbor analysis method to determine the distribution pattern of paddy field and other patternof land use classification area. Socio-economic analysis is used to find out the impact of land conversion against the farmers.Based on the result of analyzing and data processing, it has been found a change of paddy field area in District Kaliwungu, District Brangsong and District Kendal in 2010 untill 2014 amounted 54,753 Ha.The pattern distribution of paddy field each district in 2010 and 2014 are random, while the the pattern of changing area in each district is clustered. Social economic impacts posed by the existence of conversion of paddy fields was reduced the negative effect wetland of farmer income, where rice production in rice's efforts do not provide sufficient input for life day farmers, so it encourages farmers to sell land it to move on to other business.  Keywords: Field, Change of Land, QuickBird Satellite Images, WorldView-2 Satellite Images *) Penulis, PenanggungjawabABSTRAKMenipisnya tanah pertanian akibat konversi (alih fungsi) lahan merupakan salah satu faktor penyebab keterpurukan sektor pertanian di Indonesia. Penyempitan lahan persawahan tidak hanya berdampak pada penurunan produksi padi tapi juga pada penghasilan masyarakat Indonesia yang bermata pencaharian sebagai petani. Kabupaten Kendal merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang menjadi sentra penghasil padi dan memiliki luas lahan sawah yang cukup luas, namun adanya konversi perubahan lahan sawah yang terjadi di Kabupaten ini sangat tinggi. Akibatnya, lahan sawah yang terdapat dikawasan tersebut contohnya Kecamatan Kaliwungu, Kecamatan Brangsong, dan Kecamatan Kota Kendal mengalami konversi atau perubahan penggunaan lahan.Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah teknik penginderaan jauh dan sistem informasi geografis dengan cara digitasi on screen. Citra yang digunakan adalah Citra Quickbird tahun 2010 dan Citra WorldView-2 tahun 2014. Setelah melakukan proses digitasi kemudian didapatkan luasan daerah yang terkonversi, lalu dianalisis menggunakan metode analisis tetangga terdekat untuk mengetahui pola persebaran lahan sawah dan pola daerah klasifikasi penggunaan lahan lainnya. Analisis sosial ekonomi digunakan untuk mengetahui dampak konversi lahan terhadap para petani.Berdasarkan pengolahan data dan hasil analisis didapatkan perubahan luas lahan sawah di Kecamatan Kaliwungu, Kecamatan Brangsong dan Kecamatan Kota Kendal pada tahun 2010 sampai tahun 2014 sebesar 54,753 Ha. Pola persebaran luasan sawah tiap kecamatan pada tahun 2010 dan tahun 2014 adalah acak, sedangkan pola perubahan luas pada tiap kecamatan adalah mengelompok. Dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan dengan adanya konversi lahan sawah adalah semakin berkurangnya lahan sawah berpengaruh negatif terhadap nilai pendapatan petani, dimana usaha berproduksi padi di sawah tidak memberikan masukan yang mencukupi bagi kehidupan sehari hari petani, sehingga hal tersebut mendorong petani unuk menjual lahan sawahnya untuk beralih ke usaha lain.Kata Kunci : Sawah, Perubahan Lahan, Citra Quickbird, Citra WorldView-2ABSTRACTThe depletion of landagriculture due to the land conversion is one of the factors causing the deterioration of agricultural sector in Indonesia.The constriction of paddy fields is not only affected onthe decrease of rice production but also the income of Indonesian people who are farmers.Kendal is one of regencies in Central Java being rice production centers and has a quite spacious paddy field, but the conversion of paddy field in this county is really high. It might caused by several factors, including the increase of population and construction activities.As a result, for instance the paddy field which located in the area of the District Kaliwungu, District Brangsong and District Kendal get conversion or change of land use.The method that used in this research is the technique of remote sensing and geographic information system by digitize on screen. The image used is QuickBird Satellite Images 2010 and the WorldView-2 Satellite Images in 2014.After doing digitization process then obtained the extents of converted area, afterward analyzed using the nearest neighbor analysis method to determine the distribution pattern of paddy field and other patternof land use classification area. Socio-economic analysis is used to find out the impact of land conversion against the farmers.Based on the result of analyzing and data processing, it has been found a change of paddy field area in District Kaliwungu, District Brangsong and District Kendal in 2010 untill 2014 amounted 54,753 Ha.The pattern distribution of paddy field each district in 2010 and 2014 are random, while the the pattern of changing area in each district is clustered. Social economic impacts posed by the existence of conversion of paddy fields was reduced the negative effect wetland of farmer income, where rice production in rice's efforts do not provide sufficient input for life day farmers, so it encourages farmers to sell land it to move on to other business.*) Penulis, Penanggungjawab Keywords: Field, Change of 
WEBGIS PENENTUAN JALUR HOTEL TERDEKAT DARI KAWASAN PARIWISATA DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA DIJKSTRA (Studi Kasus : Kota Semarang) Gilang Diva Pradana; Andri Suprayogi; Abdi Sukmono
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 7, Nomor 2, Tahun 2018
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (954.177 KB)

Abstract

ABSTRAKKebutuhan akan lokasi penginapan saat sedang bermain di daerah pariwisata sangatlah penting bagi para wisatawan, tidak semua wisatawan menggunakan jasa travel untuk pergi ke sebuah daerah pariwisata, banyak juga yang kesulitan mencari hotel untuk mereka menginap terutama hotel yang dekat dengan daerah pariwisata yang mereka kunjungi, seperti pada Kota Semarang yang merupakan ibu kota Jawa Tengah yang memiliki beragam obyek wisata yang disuguhkan mulai dari obyek wisata alam seperti pantai atau goa, maupun obyek wisata buatan seperti puri maerokoco, tentu saja ini membuat banyak wisatawan yang ingin berkunjung ke Kota Semarang .Dengan menggunakan fungsi Pgrouting yang ada pada PostGIS terutama pada penerapan algoritma dijkstra dengan data jalan yang sudah di buat mulai dari penambahan kolom data yang dibutuhkan oleh Pgrouting seperti kolom source, target, cost dan reverse cost maka dapat dibuat sebuah sistem pencarian rute yang telah terintegrasi dengan Geoserver sebagai perantara interaksi antara halaman interface peta Openlayer dengan PostgreSQL.Hasil Penelitian ini adalah sebuah web yang memiliki beberapa interface pengenalan Kota Semarang dan halaman peta yang memiliki fungsi untuk mencari hotel terdekat berdasarkan jumlah hotel yang diingin serta fungsi pencarian rute dengan algoritma dijkstra, setelah web dibuat lalu dilakukan beberapa uji yaitu uji tampilan browser dengan hasil seluruh browser dan perangkat yang digunakan dapat membuka tampilan web dengan baik, uji validitas dengan hasil perbedaan dengan uji lapangan yaitu untuk jarak 148 m dan waktu sebanyak 72 detik dan untuk uji usability dilakukan dengan menyebar quisioner  dengan hasil akhir kenyamanan sebanyak 81%, kemudahan sebanyak 76%, pemahaman fitur 75%, kebermanfaatan 77% dan kebutuhan akan aplikasi ini 78%.
ANALISIS HUBUNGAN CURAH HUJAN DAN PARAMETER SISTEM PERINGKAT BAHAYA KEBAKARAN (SPBK) DENGAN KEJADIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN UNTUK MENENTUKAN NILAI AMBANG BATAS KEBAKARAN Nur Itsnaini; Bandi Sasmito; Abdi Sukmono; Indah Prasasti
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (569.693 KB)

Abstract

ABSTRAKKebakaran adalah salah satu penyebab terjadinya degradasi hutan dan lahan di Indonesia. Dampak dan kerugian dari kebakaran tersebut menunjukkan perlunya suatu upaya pencegahan. Sistem Peringkat Bahaya Kebakaran (SPBK) atau Fire Danger Rating System(FDRS) adalah suatu sistem informasi peringatan dini kebakaran hutan dan lahan.SPBK memberikan masukan terhadap keputusan yang berkaitan dengan pengelolaan kebakaran hutan dan lahan menggunakan indeks cuaca kebakaran atau Fire Weather Index(FWI) sebagai parameternya. Parameter tersebut berupa data iklim antara lain data suhu, kelembaban relatif, kecepatan angin dan curah hujan.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan curah hujan dan parameter SPBKyaitu FFMC, DC dan FWI terhadap kejadian kebakaran dan untuk mendapatkan nilai ambang batas curah hujan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah melakukan ekstraksi dan perhitungan akumulasi nilai curah hujan dan rerata parameter SPBK dengan titik kejadian kebakaran sebagai pusat grid. Penetapan nilai ambang batas curah hujan terbagi menjadi 4 periode waktu yaitu nilai ambang batas curah hujan 7 hari, 30 hari, 60 hari dan 90 hari sebelum kebakaran. Nilai ambang batas tersebut diuji dengan melakukan pembuatan wilayah potensi terhadap bencana kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Sumatera Selatan.Hasil penelitian didapatkan bahwa parameter curah hujan dan parameter SPBK memiliki korelasi dengan kejadian kebakaran. Kemudian penetapan nilai ambang batas curah hujan terhadap kejadian kebakaran dengan mengambil tingkat kepercayaan minimal 80% didapatkan rentang sebagai berikut: nilai curah hujan 7 hari sebelum kejadian kebakaran sebesar 0,000 mm -47,501 mm; 30 hari sebelum kejadian kebakaran sebesar 0,000 mm -63,335 mm; 60 hari sebelum kejadian kebakaran sebesar 0,022 mm -409,001 mm dan 90 hari sebelum kejadian kebakaran sebesar 0,0822 mm -538,381 mm.Berdasarkan nilai ambang tersebut didapatkan sebaran wilayah potensi kebakaran hutan dan lahan Provinsi Sumatera Selatan tiap periode waktu.Kata Kunci: Curah Hujan, Kebakaran, Nilai Ambang Batas, Parameter SPBK  ABSTRACTFire is one of the causesof land and forest degradation in Indonesia. The impacts and the losses caused by the fire need for a prevention actions. Fire Danger Rating System (FDRS) is an early warning system for forest and land fire. Fire Danger Rating System give aninput to determine the decision for the management of forest and land fire using Fire Weather Index (FWI) as the parameter. That contains climate data such as temperature, relative humidity, wind speed, andprecipitation.The aim of this research to find out the relation between precipitation and FDRS parameters which are FFMC, DC and FWI towards the forest fires and to get the precipitation threshold value towards the forest fires and land incident. The method used in this research to perform the extraction and calculation of accumulated precipitation, and mean value SPBK parameters with fire spot as the center of point grid. Determination of the precipitation threshold values were divided into four periods which are the precipitationthreshold value7 days, 30 days, 60 days and 90 days before the fire. The threshold values were tested by implementing them on forest and land fire potential areas in South Sumatra province.The research resultshows that precipitation parameters and FDRS parameters have a correlation with the incident of fire. Then, the result of the determination of threshold of precipitation values towards the fire incident by taking the least confidence level of 80% are: values of precipitation 7 days prior to the occurrence of the fire is 0,000 mm - 47,501 mm; 30 days prior to the occurrence of the fire is 0,000 mm -63,335 mm; 60 days prior to the occurrence of the fire is 0,022 mm -409,001 mm and 90 days prior to the occurrence of the fire is 0,822 mm -538,381 mm. The threshold values are then used to determine areas forest and land fire potential in South Sumatra Province each period of time.Keywords: Precipitation, Fire, Threshold, FDRS Parameters
ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN VEGETASI TERHADAP SUHU PERMUKAAN DI WILAYAH KABUPATEN SEMARANG MENGGUNAKAN METODE PENGINDERAAN JAUH Setyo Adhi Nugroho; Arwan Putra Wijaya; Abdi Sukmono
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1499.461 KB)

Abstract

ABSTRAK Kabupaten Semarang adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang mana dalam pertumbuhan penduduk Kabupaten Semarang mengalami peningkatan tiap tahun seiring peningkatan pertumbuhan penduduk akan  mempengaruhi perubahan penggunaan lahan serta menurunnya ruang terbuka hijau dan yang paling penting mempengaruhi perubahan suhu permukaan di Kabupaten Semarang. Semakin berkurangnya ruang terbuka hijau untuk di wilayah perkotaan berpengaruh pada suhu permukaan di wilayah perkotaan, yang mana suhu berpengaruh besar terhadap kelangsungan hidup makhluk hidup tidak terkecuali manusia. Dengan menggunankan metode penginderaan jauh ini dapat digunakan untuk menghitung perubahan luasan indeks vegetasi dan  suhu permukaan di Kabupaten Semarang pada tahun 1997, 2002, 2013 dan 2015Pada penelitian ini, analisis menggunakan citra satelit Landsat 5 tahun 1997, Landsat 7 tahun 2002, landsat 8 tahun 2013 dan 2015 serta menggunakan citra DEM SRTM untuk mengetahui suhu berdasarkan data ketinggian. Nilai suhu permukaan didapat dari pengolahan band termal citra satelit Landsat yang kemudian dikorelasikan dengan perubahan vegetasi menggunakan metode raster correlation.Hasil penelitian menunjukkan pada tahun 1997 dan 2002 kelas suhu permukaan yang mendominasi adalah kelas 29°C-31°C, namun kelas tersebut semakin berkurang pada tahun 2013, kelas yang mendominasi pada tahun 2013 kelas 32°C-34°C, Sedangkan hasil suhu menggunakan citra DEM SRTM kelas yang mendominasi adalah kelas 23°C-25°C. Hasil uji menggunakan metode raster correlation antara perubahan vegetasi terhadap suhu permukaan didapatkan nilai korelasi sebesar 46% antara tahun 2002 dengan 2013. Kata Kunci: Penginderaan Jauh, Suhu Permukaan, Vegetasi, DEM SRTM.  ABSTRACT                        Semarang district is a district in Central Java province in which the district's population growth has increased each year semarang  with the increase in population growth would affect land-use change and declining green open spaces and most importantly affects the surface temperature changes in the district of Semarang. Decreasing availability of green open space for urban effect on surface temperature in urban areas , where the temperature greatly affect the survival of living beings humans are no exception.Using remote sensing methods can be used to calculate changes in the area of vegetation index and surface temperature in Semarang district in 1997, 2002, 2013 and 2015.                    In this study, analysis using Landsat 5 satellite images of 1997, Landsat 7 satellite images of 2002, Landsat 8 satellite images of 2013 and 2015 as well as using DEM SRTM image to determine the temperature based on elevation data. Surface temperature values obtained from processing the thermal band of Landsat satellite images were then correlated with changes in vegetation using raster correlation.                    Results showed in 1997 and 2002 class surface temperature is dominated class of 29 ° C-31 ° C, but the class is on the wane in 2013, the dominant class in year 2013 class of 32 ° C-34 ° C, while the results of the temperature using DEM SRTM image of the dominant class is the class of 23 ° C-25 ° C. The test results using method raster correlation between changes in vegetation on the surface temperature obtained correlation value by 46% between 2002 to 2013. Key Words: Remote Sensing , Surface temperature , vegetation , DEM SRTM.*) Penulis, Penanggungjawab
IDENTIFIKASI POTENSI AIR TANAH BERBASIS PENGINDRAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (STUDI KASUS : KABUPATEN KENDAL) IFAN ADI PRATAMA; Abdi Sukmono; Hana Sugiastu Firdaus
Jurnal Geodesi UNDIP Volume 7, Nomor 4, Tahun 2018
Publisher : Departement Teknik Geodesi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1371.096 KB)

Abstract

Air tanah merupakan bagian air di alam yang terdapat di bawah permukaan tanah. Jumlah air tanah yang tersimpan di bumi memiliki jumlah yangtidak lebih dari 1%. Pemanfaatan air tanah oleh masyarakat semakin berkembang di berbagai sektor. Kabupaten Kendal merupakan salah satu daerah di Indonesia yang terkena dampak kekurangan air tanah. Pemetaan air tanah perlu dilakukan untuk mengetahui potensi air tanah di suatu daerah sebagai tindakan awal dalam upaya identifikasi dan pencarian sumber air demi memenuhi kebutuhan masyarakat.Identifikasi potensi air tanah di Kabupaten Kendal dalam penelitian ini menggunakan data Pengindraan Jauh dan Sistem Informasi Geografis. Aplikasi Pengindraan Jauh digunakan untuk mengidentifikasi indeks vegetasi  menggunakan algoritma Normalized Difference Vegetation Index (NDVI). Aplikasi Sistem Informasi Geografis dilakukan untuk mengidentifikasi potensi air tanah melalui tumpang tindih dengan metode kuantitatif berjenjang terhadap parameter indeks vegetasi, kelerengan, jenis tanah, jenis batuan, curah hujan dan penggunaan lahan sehingga didapat sebaran potensi akuifer serta tumpang tindih sebaran potensi akuifer terhadap parameter cekungan air tanah.Hasil dalam penelitian ini, didapatkan bahwa potensi air tanah di Kabupaten Kendal terdiri dari beberapa kelas potensi air tanah yaitu tidak berpotensi, rendah, sedang, dan tinggi. Potensi air tanah di Kabupaten Kendal didominasi oleh potensi air tanah sedang seluas 48.506,330 Ha, tidak berpotensi seluas 35.635,907 Ha, potensi air tanah tinggi seluas 15.443,343 Ha, dan potensi air tanah rendah seluas 1.152,785 Ha. Berdasarkan validasi menggunakan 41 data lapangan diperoleh 34 data sesuai dan 7 data tidak sesuai sehingga diperoleh tingkat akurasi sebesar 82,93%.
Co-Authors Aditya Hafidh Baktiar Aji, Sentanu Alfian Galih Utama, Alfian Galih Alfreud, Carl Dylan Andri Suprayogi Anggi Karismawati Ardiansyah Ardiansyah Ardyan Satria Pratama Ardyan Satria Putra Pratama Arfina Kusuma Putra Arief Laila Nugraha Ariella Arima Aniendra Arsyad Nur Ariwahid Arwan Putra Wijaya Aryatama, Muhammad Ghani Avi Yudhanto Aziz Anjar Santoso Bambang Darmo Yuwono Bambang Darmo Yuwono Bambang Sudarsono Bandi Sasmito Bashit, Nurhadi Bashit, Nurhadi BASKORO AGUM GUMELAR Baskoro Agum Gumelar Bella Riskyta Arinda Benning Hafidah Kadina Besar Tirto Husodo Cartenz Noviantri Handayani Chandra Satria Ajie Wicaksono Dedigun Bintang Fajeri Demi Stevany Dewi Previansari Dewinta Heriza Dhuha Ginanjar Bayuaji DIKA NUZUL RACHMAWATI Dini Ramanda Putri Dini Tiara Dita Rizki Amliana Dyah Wijaningsih Ertha Silalahi Fadli Rahman Fadli Rahman, Fadli Fajriah Lita Pamungkasari Faradina Sekar Melati Farhan Ardianzaf Putra Farouki Dinda Rassarandi Farras Nabilah Fatimah Putri Utami Fauzi Janu Amarrohman, Fauzi Janu Firman Hadi Fitra S Pandia Franstein Kevin J.B Gabriel Yedaya Immanuel Ryadi Galuh Puteri Saraswati Ghinaa Rahda Kurnila Gilang Diva Pradana Grivina Yuliantika Hadi, Firman Hana Sugiastu Firdaus Hana Sugiastu Firdaus Hana Sugiastu Firdaus Hana Sugiastu Firdaus, Hana Sugiastu Haniah Haniah IFAN ADI PRATAMA Ikhtifari, Muh. Nurshauma Ilmawan Muhammad Hida Indah Prasasti Innong Pratikina Akbaruddin Jamilah, Mutiara Jiyah Jiyah Jolangga Agung Budiman Kalinda, Icha Oktaviana Putri Kurnia Wisnu Aziz Kusuma, Hafiizh Mega Laode M Sabri Lia Novianti Ni’amah Lilik Kristianingsih Lingga Hascarya Prabandaru LM Sabri LM Sabri LM Sabri Maharani, Hanindya Zahra MIRTA INDRIASTUTI Moehammad Awaluddin Muhammad Adnan Yusuf, Muhammad Adnan Muhammad Fathan Muhammad Ibnu Munadi Nainggolan, Yohana Christie Nandia Meitayusni Nabila Naufal Farras Naufal Ilyas Abdul Hakim Nella Wakhidatus Nida Shabrina Nilasari, Monica Novitasari Novitasari Nugra Putra Pembayun Nur Itsnaini Nurfika Maulina Larasati Nurhadi Bashit Nurhadi Bashit Nurhandini Maghda Maghda Prajamandana, Andyan Putra Prambudhianto Putro Pamungkas Putra, Ikhlas Ika Putri, Novita Qoaruddin Qomaruddin Rajagukguk, Trevi Austin RAJAGUKGUK, TREVY AUSTIN Rampu, Jelly Resky Kelana Ridwan Aminullah Rihadatul Aisy Risqi Fadly Robby Rista Omega Septiofani Riyadi, Elnatan Vieno s Subiyanto Salma, Channana Nadiya Sawitri Subiyanto Sendi Akhmad Al Mukmin Septiyana, Diah Setyo Adhi Nugroho SILALAHI, ERTHA Sinabutar, Julio Jeremia Sindy Pariamanda Siska Wahyu Andini Siti Rahayuningsih Sondang Artania Sidauruk Supriadi Sanjaya Purba Suwirdah Pebriyanah Tisnasuci, Ilya Dewanti Trevi Austin Rajagukguk TREVY AUSTIN RAJAGUKGUK Trevy Austin Rajagukguk Tristianti, Nova Veri Pramesto Vidya Velisa Taufik Wakhidatus, Nella Welman Manuel Sitorus Widayanti, Eko Yudo Prasetyo Yudo Prasetyo