Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

Dinamika Peran Pacalang Dalam Menunjang Aktivitas Kepariwisataan di Desa Adat Tuban-Kuta Wesna Astara, I Wayan; Mardika, I Made
WICAKSANA: Jurnal Lingkungan dan Pembangunan Vol 1, No 1: 2017
Publisher : WICAKSANA: Jurnal Lingkungan dan Pembangunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The dynamics of the Pecalang’s role in the Traditional Village of Tuban has experienced multifunctional roles after the splendor of the tourism activities happened in the village. As a tourism area that is supported by Ngurah Rai International Airport and heterogeneous and multicultural population, this traditional village requires an arrangement of the socialreligious institution of Pecalang, the Village Security Forces that are in synergy with the Civil Defense (Hansip). The problems that arose in this research were 1). How the form of the Pecalang in supporting the tourism activities in the traditional village of Tuban was?; 2). How the implications of the Pecalang’s involvement in supporting the tourism activities in the village was? The method of approach with the type of the qualitative research, that is, the analysis of field data collection with consideration of the nature and scope of the research problems is in the characteristic of multidisciplinary. Based on the results of the research, it can be described that the multifunctional role of the Pecalang is empirically in synergy with the Security Forces of the traditional village (Hansip). The Pecalang and the Security Forces of the village altogether form a single integrated post to maintain the security, tranquility, and the orderliness at the traditional village of Tuban. The role of the Pecalang in the tourism of a pluralistic community is at the beginning in the domain of “religion,” custom, and culture, then flows to the domain of “state”/security and to the social-economic function of tourism activities. In the real juridical, the formation of Pecalang and the Security Forces of the village was just written in the village role “Penyacah” when the traditional village followed village a contest of traditional villages in the level of Badung Regency in 2016. At that time, there was a mistake to put the role of the Security Forces of the village and the Pecalang. The role of the village Security Forces and the Pecalang should be not in the role of “Penyacah, but in the role of “Nyeje” or “Ngele”/ the released role. Key word: Pecalang, multifunction, tourism , village role
DILEMA LEMBAGA PERADILAN TRADISIONAL DI BALI (STUDI KASUS KERTA DESA TUBAN) Mardika, I Made; Astara, I Wayan Wesna
WICAKSANA: Jurnal Lingkungan dan Pembangunan Vol 2, No 2 (2018)
Publisher : WICAKSANA: Jurnal Lingkungan dan Pembangunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dinamika pariwisata global mengharuskan Bali mengambil dua pilihan kebijakan sekaligus. Disamping turut dalam pusaran budaya modernisasi global, sekaligus dituntut adanya penguatan terhadap adat dan tradisi sebagai ciri identitas kebudayaan Bali. Kecendrungan ini melanda Tuban sebagai salah satu destinasi wisata Bali. Akibat perkembangan pariwisata telah merubah tatanan masyarakat Tuban dari desa tradisional menjadi desa global. Desa Adat Tuban dihadapkan oleh sejumlah persoalan yang kompleks seperti masalah perceraian, penduduk pendatang (krama tamyu), pengangkatan anak (memeras sentana), pelaksanaan upacara agama, dan pengelolaan asset desa adat. Untuk menanggulangi permasalahan tersebut Desa Adat Tuban membentuk Kerta Desa, yakni semacam lembaga peradilan di tingkat desa adat. Akan tetapi, lembaga ini belum bisa berperan optimal karena tidak didukung oleh sarana prasarana yang memadai, dan ketentuan tertulis yang mengatur wewenang, fungsi serta tugasnya. Selain itu, krama desa belum mengerti dan memahami keberadaan lembaga peradilan desa ini. Memperhatikan fenomena tersebut, dipandang perlu dilakukan action research. Program ini bertujuan memberdayakan Kerta Desa dengan target khusus mengoptimalkan peran Kerta Desa melalui penyusunan draf perarem, fasilitasi pengadaan sarana prasarana, dan sosialisasi Kerta Desa kepada krama adat Tuban. Objek Sasaran atau yang menjadi mitra kerja sama difokuskan kepada pengurus Kerta Desa dan tokoh masyarakat Desa Adat Tuban. Metode pendekatan yang diterapkan adalah legal drafting, FGD, dan ceramah. Pelaksanaan kaji tindak menghasilkan tiga hal, yaitu: (1) tersusunnya draf perarem yang mengatur tugas pokok dan fungsi Kerta Desa, (2) tersedianya kantor/ruangan kerja Kerta Desa yang dilengkapi dengan ATK, (3) tersosialilasinya kerta Desa melalui ceramah kepada tokoh masyarakat dan pemasangan papan nama. Keyword: Pemberdayaan, Kerta Desa, Perarem
THE DECONSTRUCTION OF THE MASS CULTURAL INDUSTRIAL POWER RELATION OF THE WOODEN STATUE ARTISANS AT KEMENUH VILLAGE, SUKAWATI, BALI Mardika, I Made
E-Journal of Cultural Studies Volume 10, Number 3, August 2017
Publisher : Cultural Studies Doctorate Program, Postgraduate Program of Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (524.155 KB) | DOI: 10.24843/cs.2017.v10.i03.p04

Abstract

It is important to deconstruct the development of the mass wooden statue industry at Kemenuh, Sukawati District, Gianyar, Bali. The reason is that the artisans are presumed to have been marginalized by capital strength. This present study is intended to answer the ideology which has inspired the mass wooden statue industry, the power practice performed by the agencies, and its implication on the life of the artisans. The study used the approach of cultural studies and the critical social theories. The data were analyzed qualitatively. The result of the study shows that, first, the ideology which has inspired the artisans to develop the mass wooden statue industry is the ‘great’ capitalistic ideology which is mixed with the Balinese ideology, causing the synthetic and pluralistic ideology to be formed. Second, the hierarchical and symmetrical power practice performed by the agencies. The capital owners, distributors and consumers dominate and exploit the artisans. Third, the mass cultural industry has economically, socially and culturally affected the life of the artisans. However, their economy has been better but they are getting marginalized; their gender equality is getting stronger but their traditional social structure is getting instable; and their art creativity has improved but the connotation of their mass culture is getting lower.
EKSISTENSI HUKUM ADAT DALAM MENJAGA KEHARMONISAN MASYARAKAT BALI (Penerapan Pararem di Desa Pakraman Jumpai, Kecamatan Klungkung, Kabupaten Klungkung) Mardika, I Made
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha Vol 1, No 2 (2013): Mei
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jpku.v1i2.406

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan (1) Untuk mengetahui hal-hal apa saja yang melatarbelakangi Warga Desa Pakraman Jumpai membuat pararem, (2) Untuk mengetahui efektivitas penerapan pararem di Desa Pakraman Jumpai.Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif berbentuk deskriptif. Lokasi penelitian dilakukan di Desa Pakraman Jumpai. Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dalam menentukan subyek penelitian. Adapun subyek dalam penelitian ini adalah Prajuru Desa Pakraman Jumpai dan Masyarakat Desa Pakraman Jumpai. Metode pengumpulan data menggunakan metode observasi, metode pencatatan dokumen, metode wawancara sebagai metode yang utama, dan metode kuisioner sebagai data komplementer, sedangkan dalam mengolah data dilakukan secara kualitatif.Hasil penelitian menunjukkan, (1) Warga Desa Pakraman Jumpai membuat pararem dilatarbelakangi karena sering terjadi tindakan kekerasan, keonaran, perkelahian, serta konflik yang dilakukan oleh warga Desa Pakraman Jumpai. Tidak jarang konflik yang terjadi meluas menjadi konflik adat yang melibatkan desa pakraman dan atau banjar adat. Sebagai rekasi dari peristiwa tersebut, maka dalam Paruman/Rapat Desa Pakraman Jumpai pada tanggal 2 November 2007 disepakati dan disahkan pararem yang mengatur masalah kekerasan, perkelahian, konflik dan perilaku menyimpang lainnya. (2) Penerapan pararem di Desa Pakraman Jumpai sudah efektif. Hal ini dapat dilihat dari substansi pararem yang sudah disesuaikan dengan perubahan masyarakat saat ini, sehingga dapat menyentuh kehidupan masyarakat. Dilihat dari penegakkannya, para Prajuru Desa Pakraman Jumpai yang dibantu Pecalang sudah menjalankannya dengan bijak dan adil. Kemudian dilihat dari dukungan masyarakatnya, kesedaran akan pararem ini telah dijalankan dan dipatuhi dengan baik oleh masyarakat. Indikasi yang membuktikannya adalah intensitas kekerasan, perkelahian, konflik dan perilaku menyimpang lainnya yang signifikan berkurang.Kata Kunci : Konflik, Efektivitas Pararem
EKSISTENSI HUKUM ADAT DALAM MENJAGA KEHARMONISAN MASYARAKAT BALI (Penerapan Pararem di Desa Pakraman Jumpai, Kecamatan Klungkung, Kabupaten Klungkung) I Made Mardika
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha Vol. 1 No. 2 (2013): Mei
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jpku.v1i2.406

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan (1) Untuk mengetahui hal-hal apa saja yang melatarbelakangi Warga Desa Pakraman Jumpai membuat pararem, (2) Untuk mengetahui efektivitas penerapan pararem di Desa Pakraman Jumpai.Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif berbentuk deskriptif. Lokasi penelitian dilakukan di Desa Pakraman Jumpai. Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dalam menentukan subyek penelitian. Adapun subyek dalam penelitian ini adalah Prajuru Desa Pakraman Jumpai dan Masyarakat Desa Pakraman Jumpai. Metode pengumpulan data menggunakan metode observasi, metode pencatatan dokumen, metode wawancara sebagai metode yang utama, dan metode kuisioner sebagai data komplementer, sedangkan dalam mengolah data dilakukan secara kualitatif.Hasil penelitian menunjukkan, (1) Warga Desa Pakraman Jumpai membuat pararem dilatarbelakangi karena sering terjadi tindakan kekerasan, keonaran, perkelahian, serta konflik yang dilakukan oleh warga Desa Pakraman Jumpai. Tidak jarang konflik yang terjadi meluas menjadi konflik adat yang melibatkan desa pakraman dan atau banjar adat. Sebagai rekasi dari peristiwa tersebut, maka dalam Paruman/Rapat Desa Pakraman Jumpai pada tanggal 2 November 2007 disepakati dan disahkan pararem yang mengatur masalah kekerasan, perkelahian, konflik dan perilaku menyimpang lainnya. (2) Penerapan pararem di Desa Pakraman Jumpai sudah efektif. Hal ini dapat dilihat dari substansi pararem yang sudah disesuaikan dengan perubahan masyarakat saat ini, sehingga dapat menyentuh kehidupan masyarakat. Dilihat dari penegakkannya, para Prajuru Desa Pakraman Jumpai yang dibantu Pecalang sudah menjalankannya dengan bijak dan adil. Kemudian dilihat dari dukungan masyarakatnya, kesedaran akan pararem ini telah dijalankan dan dipatuhi dengan baik oleh masyarakat. Indikasi yang membuktikannya adalah intensitas kekerasan, perkelahian, konflik dan perilaku menyimpang lainnya yang signifikan berkurang.Kata Kunci : Konflik, Efektivitas Pararem
Dinamika Peran Pacalang Dalam Menunjang Aktivitas Kepariwisataan di Desa Adat Tuban-Kuta I Wayan Wesna Astara; I Made Mardika
WICAKSANA: Jurnal Lingkungan dan Pembangunan Vol. 1 No. 1: 2017
Publisher : Lembaga Penelitian, Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22225/wicaksana.1.1.2017.53-71

Abstract

The dynamics of the Pecalang’s role in the Traditional Village of Tuban has experienced multifunctional roles after the splendor of the tourism activities happened in the village. As a tourism area that is supported by Ngurah Rai International Airport and heterogeneous and multicultural population, this traditional village requires an arrangement of the socialreligious institution of Pecalang, the Village Security Forces that are in synergy with the Civil Defense (Hansip). The problems that arose in this research were 1). How the form of the Pecalang in supporting the tourism activities in the traditional village of Tuban was?; 2). How the implications of the Pecalang’s involvement in supporting the tourism activities in the village was? The method of approach with the type of the qualitative research, that is, the analysis of field data collection with consideration of the nature and scope of the research problems is in the characteristic of multidisciplinary. Based on the results of the research, it can be described that the multifunctional role of the Pecalang is empirically in synergy with the Security Forces of the traditional village (Hansip). The Pecalang and the Security Forces of the village altogether form a single integrated post to maintain the security, tranquility, and the orderliness at the traditional village of Tuban. The role of the Pecalang in the tourism of a pluralistic community is at the beginning in the domain of “religion,” custom, and culture, then flows to the domain of “state”/security and to the social-economic function of tourism activities. In the real juridical, the formation of Pecalang and the Security Forces of the village was just written in the village role “Penyacah” when the traditional village followed village a contest of traditional villages in the level of Badung Regency in 2016. At that time, there was a mistake to put the role of the Security Forces of the village and the Pecalang. The role of the village Security Forces and the Pecalang should be not in the role of “Penyacah, but in the role of “Nyeje” or “Ngele”/ the released role. Key word: Pecalang, multifunction, tourism , village role
Pemberdayaan Pecalang Desa Adat Sumerta dalam Penanggulangan Covid-19 I Made Mardika; Ida Bagus Udayana Putra; A.A.G Oka Wisnumurti
Postgraduated Community Service Journal Vol. 1 No. 2 (2020)
Publisher : Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (725.753 KB) | DOI: 10.22225/pcsj.1.2.2020.37-42

Abstract

Sumerta Traditional Village, located 4 KM east of the center of Denpasar City, seeks to participate in accelerating the handling of the Covid-19 Pandemic in its area. In accordance with the policy of the Governor of Bali, at the village / kelurahan level a Mutual Cooperation Task Force was formed based on the customary village. Through the Collaborative Task Force at the customary village level, Pecalang is at the forefront of preventing and overcoming the Covid-19 outbreak. All Sumerta Traditional Village pecalang are the main force in handling the Covid-19 pandemic. Even so, pecalang people do not know carefully the role that must be played in tackling and preventing the corona virus outbreak. In carrying out this humanitarian task, the pecalang must be supported by adequate facilities and infrastructure. In addition, basic necessities in the form of healthy food must also be available while they are carrying out their duties. Taking into account this phenomenon it is deemed necessary to do community service (PKM) to pecalang in Sumerta Traditional Village. This PKM targets community groups, especially the pecalang in Sumerta Traditional Village. Given that the pecalang is an organ of a traditional village, the PKM partner is Bendesa, the Sumerta Traditional Village. The problems faced by partners are: (1) the unknown role that pecalang can play in overcoming and preventing the covid-19 outbreak (2) lack of available facilities and infrastructure in carrying out epidemic prevention and control tasks, and (3) assistance for basic necessities obtained pecalang is not sufficient. This PKM aims to solve the problems faced by partners, namely counseling / mentoring the role of pecalang in tackling Covid-19, meeting the availability of materials for the prevention of the Covid-19 Pandemic in the form of masks and hand sanitizers, and providing basic food assistance to all pecalang in Sumerta Traditional Village. Thus this PKM uses two approaches, namely the method of mentoring / counseling, and service assistance to the pecalang. The two solutions offered are expected to increase the role of the pecalang in handling the Covid-19 pandemic, the availability of facilities for prevention / overcoming the outbreak and partners to obtain basic necessities for their household needs.
Pengembangan Desa Adat Gelgel sebagai Wisata Spiritual I Made Mardika; Agus Kurniawan; Ni Komang Arini Satyawati; A. A. Ayu Dewi Larantika
Postgraduated Community Service Journal Vol. 3 No. 1 (2022)
Publisher : Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22225/pcsj.3.1.2022.1-6

Abstract

Community Service on the development of the Gelgel Traditional Village as Spiritual Tourism aims to empower the community in realizing the Gelgel Traditional Village as a Spiritual Tourism Destination Area. The service partner is the Bendesa Adat Gelgel with the target audience of the Gelgel Traditional Village ‘krama’ community groups. The selection of Gelgel Traditional Village as the location of service because Gelgel has the potential to be developed into a spiritual tourism model, in accordance with the development direction of the Klungkung Regency government, and has become a guided village for the Postgraduate Program of Warmadewa University. This second year of service is programmed on the arrangement of temples and packaging of spiritual DTW icon designs as well as the preparation of Human Resources for spiritual tourism managers. The three focus partner problems that were solved were: (1) there was no physical form of "icon" information (nameplate, candi bentar building) to mark the Gelgel Traditional Village as the center of the Swecapura palace and the kawitan center complex for various clans/soroh in Bali, (2) the arrangement of the potential of cultural heritage that can be packaged into a Spiritual tourism attraction has not been carried out, (3) the human resources of Pekraman Village are not yet skilled in utilizing and managing the potential of Spiritual Tourism they have. The solutions offered are: (1) Assistance in drafting the 'icon' design for the Royal Swecarapura Center and Kawitan centers throughout Bali to support Gelgel Village as a Spiritual DTW, (2) FGD in structuring and packaging Spiritual Tourism, (3) Assistance in heritage management temple culture by Gelgel Traditional Village as a collaborative Spiritual Tourism. The outputs produced are articles in national journals with ISSN, activity videos, publications in print/online media, increased competitiveness, increased application of science and technology, and improved values in society. Additional benefits are in the form of IPR posters that are registered as copyrights.
Peningkatan Kemampuan Berbahasa Inggris dan Pelestarian Budaya Lokal oleh Generasi Muda di Desa Wisata Penglipuran Bangli I Wayan Budiarta; I Nyoman Kardana; Alma Cita Calimbo; I Wayan Wesna Astara; I Made Mardika
Linguistic Community Services Journal Vol. 4 No. 1 (2023): Linguistic Community Service Journal
Publisher : Warmadewa Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55637/licosjournal.4.1.6435.16-23

Abstract

PKM ini berjudul “Peningkatan Kemampua bahasa Inggris dan Kecintaan terhadap Budya Lokal di Desa Wisata Penglipurn”. Mitra kegiatan PKM ini adalah Generasi Muda di Desa Wisata Penglipuran Adapun permasalahan yang dihadapi oleh mitra yang pertama adalah adanya perbedaan kemampuan bahasa inggris pemandu lokal pemula yang dalam hal ini merpakan generasi muda dengan kemampuan berbahsa Inggris para senior mereka. Permasalahan kedua adalah generasi muda Desa Wisata Penglipuran memiliki tingkat resiko yang lebih tinggi terkontaminasi budaya luar (asing) yang dibawa oleh para wisatawan baik wisatawan manca negara maupun wisatawan domestik. Materi pelatihan bahasa Ingrgisnyang akan diberikan adalah terkait dengan English Function. Materi ini merupakan materi yang sangat dibutuhkan karena sangat sering digunakan oleh pemandu wisata dalam berkomunikasi dengan wisatawan. Dalam pelatihan ini metode pengajaran yang diaplikasikan adalah Metode Communicative Language Teaching (CLT). Metode pembelajaran ini merupakan metode yang terbukti efektif dalam bidang pengajaran bahasa sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Sementara itu penyuluhan akan pentingnya pemertahanan dan pelestarian budaya lokal difokuskan pada upaya pemberina pemahaman kepada generasi muda akan pentinganya mempertahankan dan melstarikan budaya lokal. Materi penyuluhan yang diberikan kepada generasi muda dalam rangka peningkatan kecintaan terhadap budaya lokal meliputi pemahaman tentang pentingnya budaya lokal, jenis jenis budaya lokal, bentuk-bentuk ancaman terhadap budaya lokal, sikap terhadap budaya luar (asing), kiat kiat menumbuhkan kecintaan terhadap budaya lokal, dan cara-cara dalam pemertahanan dan pelestarian budaya local. Hasil dari penelitian ini sudah terdapat perubahan khususnya dalam hal peningkatan kemampuan berbahasa Inggris. Hal ini disebabkan karena pemateri pelatihan bahasa Inggris secara langsung memberikan koreksi atau perbaikan atas penggunaan bahasa Inggris mereka sehingga mereka mengetahui letak kesalahaan mereka dan pemateri pelatihan bahasa Inggris memberikan masukan sehinhga mereka dapat memperbaikinya saat itu juga ehinbga perbaikannnya dapat dilihat secara langsung pada saat pelatihan.
Penelitian Bahasa Inggris dengan Metode Intensive dan Extensive Reading kepada Siswa SMA Negeri 1 Penebel I Ketut Subagia; I Made Astu Mahayana; I Made Mardika; Ida Ayu Ulan Antika Putri; Ni Luh Putri Jelitayanti
Linguistic Community Services Journal Vol. 5 No. 1 (2024)
Publisher : Warmadewa Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55637/licosjournal.5.1.7955.10-13

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas pelatihan bahasa Inggris dengan metode Intensive Reading yang diselenggarakan oleh Tim PKM Fakultas Sastra Universitas Warmadewa kepada 30 siswa di SMA N 1 Penebel, Tabanan. Metode Intensive dan Extensive Reading dipilih sebagai fokus peningkatan pemahaman dan penguasaan kosakata bahasa Inggris. Pelatihan tiga minggu ini menghasilkan peningkatan yang signifikan dalam kemampuan membaca dan memahami teks bahasa Inggris pada siswa.Sampel siswa terlibat dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI dengan karakteristik khusus yang melibatkan tingkat kemampuan bahasa Inggris yang beragam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelatihan dengan metode Intensive dan Extensive Reading secara efektif meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca dan memahami teks bahasa Inggris di tingkat SMA.