Claim Missing Document
Check
Articles

Found 36 Documents
Search

Komposisi Tubuh dan Kesegaran Kardiovaskuler yang Diukur dengan Harvard Step Test dan 20m Shuttle Run Test pada Anak Obesitas Maria Mexitalia; MS Anam; Azusa Uemura; Taro Yamauchi
MEDIA MEDIKA INDONESIANA 2012:MMI VOLUME 46 ISSUE 1 YEAR 2012
Publisher : MEDIA MEDIKA INDONESIANA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (161.313 KB)

Abstract

Body composition and cardiovascular fitness measured by Harvard step test and 20m shuttle run test in obese childrenBackground: One of the impacts of obesity are physical and cardiovascular problems. Harvard step test and 20m shuttle run test can be used to measure cardiovascular fitness. Objective of this research is to determine the association between body composition with cardiovascular fitness in obese children measured by Harvard step test (HST) and 20m shuttle run test (SRT).Method: Cross sectional study was conducted to 31 students of Bernardus Elementary School Semarang in August 2010. Body composition (body mass index/BMI and fat percentage) was measured by Tanita BC545. Cardiovascular fitness was measured by HST and 20m SRT. During the step test Polar Vantage? Heart Rate (HR) monitor was attached to the subjects. Data were analyzed with Spearman correlation.Result: The average age was 10.7 (0.68) years. Only 17 children finished level III of Harvard test. The HR recovery never met the normal limit. There was no difference of physical fitness index (PFI) level I, II, and III (p=0.130) but the HR recovery decreased significantly (p=0.020). The mean of VO2max measured by 20m SRT was 20.5 (1.2) ml/kg/min, significantly lower compared with HST 24.2 (2.27) ml/kg/min. There were negative correlation between PFI and BMI (r=-0.381; p=0.034) and VO2max and BMI(r=-0.448; p=0.012).Conclusion: There are negative correlation between body mass index and cardiovascular fitness. However there are difference result of VO2max from Harvard step test comparing with 20m shuttle run test.Keywords: Harvard step test, 20m shuttle run test, physical fitness, obesityABSTRAKLatar belakang: Salah satu dampak obesitas adalah masalah fisik dan kardiovaskuler. Harvard step test (HST) dan 20m shuttle run test (SRT) merupakan tes yang digunakan untuk mengukur tingkat kesegaran kardiovaskuler. Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan komposisi tubuh dengan tingkat kesegaran kardiovaskuler pada anak obesitas menggunakan HST dan 20m SRT.Metode: Penelitian belah lintang dilakukan di SD Bernardus Semarang bulan Agustus 2010. Komposisi tubuh (indeks massa tubuh/ IMT) dan persentase lemak tubuh diukur dengan Tanita BC545. Dilakukan Harvard step test dan denyut jantung selama tes direkam menggunakan Polar Vantage Heart Rate (HR) monitor, serta dilakukan 20m SRT. Data dianalisis dengan uji korelasi Spearman.Hasil: Tiga puluh satu anak obesitas berumur 10,7(0,68) tahun mengikuti penelitian ini. Hanya 17 anak yang bisa menyelesaikan tes Harvard sampai tahap III. Didapatkan rerata HR saat istirahat lebih tinggi dibanding normal. Tidak didapatkan perbedaan physical fitness index (PFI) antara tes I, II, dan III (p=0,130) tetapi didapatkan penurunan HR recovery I, II, dan III yang bermakna (p=0,020). Rerata VO2max SRT 20,5(1,2) ml/kg/menit lebih rendah secara bermakna dibandingkan HST I yaitu 24,2(2,27) ml/kg/menit. Didapatkan hubungan terbalik antara PFI dengan IMT (r=-0,381, p=0,034) dan VO2max dengan IMT (r=-0,448, p=0,012).Simpulan: Didapatkan hubungan terbalik antara indeks massa tubuh dengan kesegaran kardiovaskuler pada anak obesitas, tetapi tidak didapatkan kesesuaian VO2max berdasarkan Harvard step test dan 20m shuttle run test.
Event Free Survival Enam Bulan Kejadian Tumor Cachexia Syndrome pada Anak dengan Keganasan Hesti Kartika Sari; Maria Mexitalia; Yetty M Nency
Sari Pediatri Vol 16, No 6 (2015)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp16.6.2015.397-402

Abstract

Latar belakang. Jumlah kasus kanker pada anak dengan komplikasi tumor cachexia syndrome (TCS) terusmeningkat. Penyebab TCS bersifat multifaktorial, yaitu asupan makanan yang kurang, malabsorbsi, dansitokin oleh tumor. Pengelolaan pasien anak dengan keganasan di rumah sakit tidak hanya dari terapi antikanker tetapi juga nutrisi. Nilai event free survival (EFS) terhadap kejadian TCS merupakan salah satuindikator keberhasilan pengelolaan kanker di rumah sakit.Tujuan. Menentukan EFS 6 bulan terhadap kejadian TCS pada pasien anak dengan keganasan.Metode. Desain kohort retrospektif berdasarkan catatan medik pasien anak dengan keganasan yang dirawatdi RSUP Dr. Kariadi Semarang pada bulan Januari 2007 - Desember 2012. Kriteria inklusi adalah pasienusia 0-14 tahun, dengan diagnosis keganasan baik tumor padat maupun hematologi, dan tidak mengalamikakeksia pada saat diagnosis ditegakkan. Dilakukan pengamatan secara klinis dan laboratoris tiap bulanselama 6 bulan untuk menentukan terjadinya TCS. Analisis statistik menggunakan uji Kaplan Meier.Hasil. Didapatkan 83 subjek dengan keganasan, rerata umur pada kelompok tumor padat 61,2 (SD48,37) bulan, dan keganasan hematologi 79,9 (SD 48,37) bulan p=0,032. Empatbelas dari 40 (35%) anaktumor padat dan 10 dari 43(23,3%) anak dengan keganasan hematologi mengalami TCS. Kejadian TCSdidapatkan mulai pengamatan bulan kedua. Rerata terjadi TCS pada tumor padat 4,4 bulan dan padakeganasan hematologi 4,9 bulan. Event free survival 6 bulan kejadian TCS pada tumor padat 65% dankeganasan hematologi 76,7%, p= 0,207.Kesimpulan. Event free survival 6 bulan kejadian TCS pada pasien tumor padat lebih rendah daripadakeganasan hematologi, tetapi tidak berbeda secara statistik
Kadar Kortisol Serum sebagai Indikator Prognosis Sepsis pada Anak Leny Zabidi; M. Supriatna; Maria Mexitalia
Sari Pediatri Vol 17, No 2 (2015)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp17.2.2015.101-6

Abstract

Latar belakang. Salah satu respon utama terhadap stres adalah aktivasi aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal, diketahui denganpeningkatkan produksi kortisol.Tujuan. Membuktikan kadar kortisol dapat digunakan sebagai prediktor luaran sepsis.Metode. Penelitian prospektif, dilakukan di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Sepsis didiagnosis menurut Konsensus Konfrensi Sepsispada Anak tahun 2005, dikelompokkan sebagai luaran perbaikan dan perburukan. Kortisol serum dianalisis dengan metode ELISA.Uji Mann-Whitney U digunakan untuk menganalisis perbedaan kadar kortisol pada luaran sepsis anak. Kadar kortisol dianalisislebih lanjut menggunakan ROC dan ditentukan titik potong yang optimal.Hasil. Sejumlah 30 anak dengan diagnosis sepsis diikutsertakan dalam penelitian. Kadar kortisol serum subyek berkisar 64,62 – 836,15ng/mL, menunjukkan peningkatan (normal 24 – 229) ng/mL. Median kadar kortisol pada luaran perbaikan 187,05 (64,62-509,08)ng/mL dan pada luaran perburukan 740,91 (299,45-836,15) ng/mL. Terdapat perbedaan bermakna kadar kortisol serum pada luaranperbaikan dan luaran perburukan (p<0,001). Luas area di bawah kurva ROC 0,958, dengan titik potong kadar kortisol 323 ng/mL,RR 48,0 (IK95%:4,304–535,256; p<0,001)Kesimpulan. Kadar serum kortisol lebih dari 323 ng/mL merupakan prediktor luaran perburukan pada sepsis anak.
Asupan Zat Besi Berhubungan dengan Perkembangan Anak Stunting Usia 6 - 36 Bulan di Semarang Maria Martiani; Ani Margawati; Maria Mexitalia; Farid Agung Rahmadi; Etika Ratna Noer; Ahmad Syauqy
Sari Pediatri Vol 23, No 2 (2021)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp23.2.2021.95-102

Abstract

Latar belakang. Salah satu masalah gizi pada anak yaitu stunting (pendek). Salah satu faktor penyebab stunting yakni asupan zat gizi. Salah satu akibat stunting dapat mempengaruhi perkembangan anak. Ibu berperan penting pada asupan gizi serta perkembangan anak. Skrining pada usia dini berperan dalam mengetahui ada tidaknya gangguan perkembangan pada anak stunting.Tujuan. Mengetahui hubungan asupan gizi dengan perkembangan anak stunting usia 6—36 bulan di wilayah Semarang SelatanMetode. Desain penelitian cross sectional yang dilaksanakan di 8 puskesmas di wilayah Semarang Selatan. Data diperoleh dengan cara interview kuesioner serta pemeriksaan perkembangan dilaksanakan dengan instrumen Capute Scales pada bulan September - November 2020. Analisis multivariat regresi linier digunakan untuk mengetahui hubungan perkembangan dengan variabel dengan mengontrol variabel luar (usia, jenis kelamin, status stunting) Hasil. Subjek berjumlah 71 anak stunting. Subjek memiliki asupan energi (63,1%) dan zat besi (66,2%) yang rendah. Terdapat 33,8% anak stunting mengalami suspek gangguan perkembangan, 9,9% gangguan komunikasi dan 11,3% suspek disabilitas intelektual. Uji multivariat regresi linier menunjukkan bahwa asupan zat besi berhubungan positif dengan perkembangan anak stunting (p 0,05).Kesimpulan. Terdapat hubungan signifikan antara asupan zat besi dengan perkembangan anak stunting.
Pengaruh Intervensi Konseling Feeding Rules dan Stimulasi Terhadap Status Gizi dan Perkembangan Anak di Posyandu Kabupaten Jayapura Darwati Darwati; Maria Mexitalia; Soemedi Hadiyanto; Fitri Hartanto; S.A. Nugraheni
Sari Pediatri Vol 15, No 6 (2014)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (258.78 KB) | DOI: 10.14238/sp15.6.2014.377-84

Abstract

Latar belakang. Kesulitan makan dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan gagal tumbuh dan keterlambatan perkembangan anak.Tujuan. Mengkaji dampak intervensi (konseling gizi dengan metode feeding rules dan stimulasi) terhadap status gizi dan perkembangan anak di Posyandu Kabupaten Jayapura.Metode. Penelitian quasi experiment pre post test group dilakukan pada anak usia 6-24 bulan dengan kesulitan makan, di 6 Posyandu Kecamatan Sentani Kabupaten Jayapura. Konseling dengan metode feeding rules dan stimulasi dengan SDIDTK (Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang) selama 4 bulan (Agustus-Desember 2012), diberikan oleh kader Posyandu terlatih kepada ibu /pengasuh dan anaknya. Status gizi setelah intervensi diukur berdasarkan skor WAZ (Weight for Age z-score), HAZ (Height for Age z-score), dan WHZ (Weight for Height z-score) sedangkan perkembangan diukur dengan data skor KPSP (kuesioner pra skrining perkembangan) diuji dengan menggunakan uji t berpasangan dan uji Wilcoxon.Hasil. Subyek berjumlah 119 anak (58,8% laki-laki), 83,2% di antaranya mengalami kesulitan makan kategori inappropriate feeding practice. Peningkatan bermakna skor WAZ -0,59 (SB 0,93) menjadi -0,45 (SB 0,66) (p=0,010), HAZ -0,59 (SB 1,01) menjadi -0,49 (SB 0,83) (p=0,021), dan WHZ -0,38 (SB 0,94) menjadi -0,28 (SB 0,77) (p=0,014), dan skor KPSP dari 8,76 (SB 1,00) menjadi 9,11 (SB 0,72) (p=0,002) antara sebelum dan sesudah intervensi.Kesimpulan. Terdapat peningkatan secara bermakna status gizi dan perkembangan pada anak dengan kesulitan makan usia 6-24 bulan setelah diberikan konseling gizi dengan metode feeding rules dan stimulasi SDIDTK selama 4 bulan di Posyandu.
Hubungan Fungsi Tiroid dengan Energy Expenditure pada Remaja Maria Mexitalia; Isfandiyar Fahmi; Rudy- susanto; Taro Yamauchi
Sari Pediatri Vol 12, No 5 (2011)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (75.829 KB) | DOI: 10.14238/sp12.5.2011.323-7

Abstract

Latar belakang. Hormon tiroid adalah hormon yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid yang berfungsi untukmensintesis hormon tiroksin (T4) dan 3,5,3 triodotironine (T3). Tiroid diatur oleh thyroid stimulatinghormone (TSH), glikoprotein yang diproduksi dan disekresi kelenjar hipofisis anterior. Dilaporkan bahwahormon TSH meningkat pada obesitas, sedangkan FT3 dan FT4 masih menjadi perdebatan.Tujuan. Mengetahui hubungan fungsi tiroid dengan energy expenditure pada remaja obesitas dan normal.Metode. Penelitian dilakukan pada anak SMP usia 12-13 tahun di Semarang pada tahun 2008 denganmetode potong lintang. Semua subyek diperiksa komposisi tubuh (indeks masa tubuh / IMT dan persentaselemak tubuh) dengan menggunakan Tanita BC 545, total energy expenditure (TEE) dengan akselerometer danresting energy expenditure (REE) dihitung berdasarkan rumus WHO. Data dianalisis menggunakan tes t tidakberpasangan dan uji korelasi Spearman.Hasil. Subyek penelitian 75 remaja (37 obesitas dan 38 normal), dengan rerata umur 13,2 tahun. FT4 danTSHs remaja laki-laki obesitas lebih tinggi dibanding subyek normal. Terdapat korelasi negatif (r=-0,29)antara FT3 dengan persentase lemak tubuh, korelasi positif antara TSHs dengan IMT (r=0,30) dan persentaselemak tubuh (r=0,34). Tidak didapatkan korelasi antara hormon tiroid dengan REE, tetapi FT3 berkorelasinegatif dengan TEE (r=–0,29), dan TSHs berkorelasi positif dengan TEE (r=0,25).Kesimpulan. Didapatkan korelasi positif antara TSHs dengan komposisi tubuh dan TSHs dengan TEE.Kadar TSHs pada laki-laki obesitas lebih tinggi dibanding normal walaupun hasilnya tidak signifikan secarastatistik.
The Correlations between Cord Blood Leptin and Leptin Level at Six Months with Infant Growth Ika Rara Rosita; Agustini Utari; Maria Mexitalia
Journal of Biomedicine and Translational Research Vol 7, No 2 (2021): August 2021
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jbtr.v7i2.11821

Abstract

Background: Leptin plays an important role in regulating body weight, metabolism, and reproductive functions. Leptin affects metabolism by reducing nutrient intake and increasing energy expenditure which eventually also plays a role in infant growth.Objective: This study aims to determine the relationship between leptin levels and infant growth age 0-6 months.Methods: A prospective cohort study was done for six months on 38 infants, age 0-6 months, from breastfeeding mothers with normal pregnancies. The samples were taken twice, firstly when the infant was born using an umbilical cord blood sample, and secondly at the age of six months, using a vein blood sample. Serum leptin levels were measured using the ELISA method. Infant growth was assessed using WHO 2005’s z-scores.Results: A total of 50 babies were included in the study, 38 of them had been studied completely. Significant correlations were found between the mean of the umbilical cord and six months of age leptin levels (p <0.001), between delta leptin with WHZ and delta leptin with WAZ at six months of age (p = 0.002 and p = 0.003, respectively), and between leptin levels with WHZ (p<0.001) and leptin levels with WAZ (p = 0.004) at six months of age. Leptin levels at the age of six months are lower than umbilical cord blood leptin. Conclusion: The greater decrease of leptin level in the first six months is associated with better infant growth.
Effect of maternal health education on physical activity and body mass index of overweight children Miratul Haya; Maria Mexitalia; Ani Margawati
Paediatrica Indonesiana Vol 56 No 2 (2016): March 2016
Publisher : Indonesian Pediatric Society

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (304.376 KB) | DOI: 10.14238/pi56.2.2016.73-8

Abstract

Background The percentage of overweight children in Bengkulu (16.4%) is higher than the national percentage (11.9%). High energy intake and low physical activity are two factors that cause overweight.Objective To assess the impact of maternal health education on changes in maternal behavior, as well as energy intake, physical activity level, and body mass index (BMI) z-scores in overweight children aged 3-6 years.Methods This study was a quasi-experiment with non-randomized, pre-post test control group, conducted in Bengkulu, Indonesia from January to April 2014. Subjects consisted of 48 mothers with overweight children, who were selected purposively and divided into 2 groups (treatment and control). Subjects’ parents kept records of their children’s food intake and daily activity. These records were used to measure energy intake and physical activity. Health education in the treatment group was conducted 6 times in 12 weeks, while the control group received health education only once at the beginning of the study.Results In the treatment group, the child physical activity level [0.04 (SD 0.01)] increased, while the % RDA for energy [-3.4 (SD 13.26)%] and BMI z-score [-0.57 (SD 0.26)] decreased. Significant differences were observed between the treatment and control groups in terms of maternal attitude, and children’s % RDA for energy, physical activity level, and BMI z-score after intervention (P <0.05).Conclusion Health education for mothers effects a positive change in maternal attitude, as well as increased physical activity level, decreased energy consumption relative to their need, and BMI z-score in overweight children.
Aspartate aminotransferase-platelet ratio index and body mass index in children with fatty liver Ninung Kusumawati; Maria Mexitalia; Suci Romadhona
Paediatrica Indonesiana Vol 52 No 3 (2012): May 2012
Publisher : Indonesian Pediatric Society

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (102.914 KB) | DOI: 10.14238/pi52.3.2012.181-4

Abstract

Background Obesity in children is becoming a global epidemic.Nonô€€·alcoholic fatty liver disease (NAFLD) is a highly prevalentand potentially serious complication of childhood obesity. Theearly identification of fibrosis is important in children v.ith NAFLDin order to prevent the development of liver disease in adulthood.One nonô€€·invasive procedure to predict liver fibrosis is the aspartateaminotransferase (AST)ô€€·platelet ratio index (APRI).Objective The purpose of our study was to assess a correlationbetween APRI and body mass index (BMI) in obese childrenwith fatty liver.Methods A crossô€€·sectional study was conducted from August toSeptember 2007. Subjects were obese children from one juniorhigh school in Semarang. Complete blood count, transaminaseenzyme measurement, and abdominal ultrasound (USG) wereperformed on each subject. Only subjects with bright liver onUSG underwent APRI analysis. Spearman's correlation was usedfor statistical analysis.Results Of 3 7 obese children, 19 children had bright liver on USG.Their mean APRI was 0.16 (SD 0.119). Only one obese subject(1137) with bright liver had an APRI > 0.5. APRI was significantlycorrelated to alanine amino transferase (ALT) levels (r = 0.62),but not significantly correlated to weight and BMI.Conclusion There was no correlation between APRI and BMI.Only lout of 37 obese children with fatty liver had APRI levelsindicating the presence of liver fibrosis. [Paediatr Indones.2012;52:181-4].
Insulin-like growth factor-1 and growth in infants 0-6 months of age Bob Kevin Pardede; Agustini Utari; Maria Mexitalia
Paediatrica Indonesiana Vol 61 No 2 (2021): March 2021
Publisher : Indonesian Pediatric Society

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/pi61.2.2021.89-93

Abstract

Background During infancy, growth is affected by many factors, including hormones. Insulin-like growth factor-1 (IGF-1) is a hormone with an important role in regulating somatic growth and organ development. Objective To analyze for possible correlations between IGF-1 levels and infant growth from 0-6 months of age. Methods A prospective study was conducted on 38 infants from birth to 6 months of age. Inclusion criteria were full-term newborns with normal birth weight and singleton birth. Serum IGF-1 was measured twice, from umbilical cord blood at birth and at 6 months of age. Anthropometric measurements were made every three months. Paired T-test was used to analyze mean IGF-1 among time points, and Pearson’s correlation test was used to analyze IGF-1 levels and growth. Results Mean IGF-1 level decreased from birth to 6 months of age (89.6 ng/mL vs. 48.3 ng/mL, respectively; P<0.001). Delta IGF-1 had positive significant correlations with delta weight at 3 months (r=0.347; P=0.033) and 6 months (r=0.386; P=0.017), as well as delta head circumference at 3 months (r= 0.356; P=0.028) and 6 months (r=0.357; P=0.028). However, there were significant negative correlations between umbilical cord IGF-1 with delta body weight (r= −0.459; P=0.004) and delta length at 6 months (r= −0.414; P=0.010). Conclusions. There iss a decrease in IGF-1 levels at the first 6 months of life. Umbilical cord IGF-1 level has negative correlations with the weight and length increment at the age of 6 months.
Co-Authors Abdul Hakam Adhimah, Ayu Fauziyyah Adriyan Pramono Agustini Utari Ahmad Syauqy Alamsyah, Dedi Alamsyah, Dedi Ali Rosidi Alifiani Hikmah Putranti Ani Margawati Anindita Soetadji Annastasia Ediati Any Setyarini, Any Avionita Latuihamallo Aya Yoshimura Ayu Diana Meilantika Azusa Uemura Bagoes Widjanarko Bambang Hariyana Bandawati, Bandawati Bob Kevin Pardede Darwati Darwati Diana Nur Afifah, Diana Nur Dwi Pudjonarko Edi Dharmana Ekowati, Liana Endrinikapoulos, Ariana Erna Mirani Etika Ratna Noer Faiza, Arif Farid Agung Rahmadi, Farid Agung Fitri Hartanto Hapsari, Widawati Hardhono Susanto Hariyana, Bambang Hendriani Sellina Henry Setyawan Susanto Henry Setyawan Susanto Herman Kristanto Hesti Kartika Sari Ihat Hatimah Ika Rara Rosita Irawan Saputra, Gatot Isfandiyar Fahmi JC Susanto Julian Dewantiningrum Julian Dewantiningrum Jumianti Lestari Thamrin Kamilah Budhi Kamilah Budhi Rahardjani, Kamilah Budhi Kristiana Haryanti, Kristiana Kusuma Dewi, Anna Mailasari Latifah Rachmawati Leny Zabidi M. Supriatna M. Zen Rahfiludin Magdalena Sidhartani, Magdalena Maria Bramanwidyantari Maria Fatima Dete Dellu, Maria Fatima Dete Maria Martiani Martha Irene Kartasurya Mateus Sakundarno Mateus Sakundarno Mateus Sakundarno Adi, Mateus Sakundarno Miratul Haya MMDEAH Hapsari Mohamad Supriatna Mohammad Syarofil Anam Mohammad Syarofil Anam, Mohammad Syarofil Mohammad Zen Rahfiludin MS Anam Muflihatul Muniroh Muyassaroh Muyassaroh Neni Susilaningsih Ninung Kusumawati Ninung Rose Diana Kusumawati Noor Pramono Nurdiana Nurdiana Nurkukuh Nurkukuh Nurkukuh, Nurkukuh Nuryanto Nuryanto Nyoman Suci Widyastiti Panunggal, Damianus Galih Perdani, Putri Pratiwi, Juwita Pusaka, Semerdanta Rina Pratiwi Robi Andoyo Romadhona, Suci Rudy- susanto S.A. Nugraheni Saputra, Epriyan Sarjadi Sarjadi Sellina, Hendriani Soejoenoes, Ariawan Soemedi Hadiyanto Suci Romadhona Sudrajat, Agus Suhartono, Suhartono Suharyo Hadisaputro Suharyo Hadisaputro Susilawati, Martvera SyarofilAnam, Moh. T Mirza Iskandar Taro Yamauchi Taro Yamauchi Taro Yamauchi Taro Yamauchi Thamrin, Jumianti Lestari Wijaya, I Made Ananta Wistiani Wistiani Yetty M Nency Yoshimura, Aya Yudo Murti Mupangati Yulia Wahyuni Yusrina Istanti