Ria Azizah Tri Nuraini
Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Published : 48 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Daya Serap Mangrove Rhizophora sp. Terhadap Logam Berat Timbal (Pb) Di Perairan Mangrove Park, Pekalongan Endang Supriyantini; Ria Azizah Tri Nuraini; Cintya Pramesthi Dewi
Jurnal Kelautan Tropis Vol 20, No 1 (2017): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (491.48 KB) | DOI: 10.14710/jkt.v20i1.1349

Abstract

Human activities in the Mangrove Park waters, Pekalongan area can  be increasing the present of heavy metal in acuatiq environmental and aquatic organisms. The purpose of this research is (1) to know the heavy metal content of Pb in water, sediment, root and mangrove leaves Rhizophora sp; (2) to know the level of Pb heavy metal pollution in Mangrove Park area; (3) Bioconcentration factor (BCF) on root and Rhizophora sp.This research was conducted in November 2015 and January 2016. The materials used in this study are water samples, sediments, roots, and leaves Rhizophora sp. The method of determining the location of research stations based on Purposive Sampling Method. Analyze heavy metal Pb using AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry) at the Laboratory of Center for Industrial Pollution Prevention Technology (BBTPPI). The results showed that in Mangrove Park waters, Pekalongan has not polluted Pb metal since it has not exceeded the determined threshold limit. The content of Pb in sediment is still below the specified quality standard of 12.06-14.77 mg / kg (November 2015) and 10.65-13.26 mg / kg (January 2016). The content of Pb at the root is 0.25-0.32 mg / kg (November 2015) and 0.15-0.47 mg / kg (January 2016). The content of Pb metal on leaves is 0.17-0.22 mg / kg (November 2015) and 0.17-0.59 mg / kg (January 2016). Based on the bioconcentration factor, the ability of Rhizophora sp. In accumulating Pb metals is low.  Kegiatan manusia di kawasan Perairan Mangrove Park, Pekalongan dapat meningkatkan kehadiran logam berat di lingkungan perairan dan organisme air. Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui kandungan logam berat Pb dalam air, sedimen, akar dan daun mangrove Rhizophora sp. di kawasan Mangrove Park Pekalongan;(2) mengetahui tingkat pencemaran logam berat Pb di kawasan Mangrove Park Pekalongan; (3) Mengetahui Biokonsentrasi Faktor (BCF) pada akar dan daun Rhizophora sp. Penelitian dilakukan pada bulan November 2015 dan Januari 2016. Materi yang digunakan untuk penelitian adalah sampel air, sedimen, akar, dan daun Rhizophora sp. Metode penentuan lokasi penelitian berdasarkan Purposive Sampling Method. Analisis logam berat Pb menggunakan AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry) di Laboratorium Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri (BBTPPI). Hasil penelitian menunjukkan di perairan Mangrove Park, Pekalongan belum tercemar logam Pb karena belum melebihi batas ambang yang ditentukan. Kandungan Pb dalam sedimen masih dibawah baku mutu yang ditentukan yaitu 12.06-14.77 mg/kg (November 2015) dan 10.65-13.26 mg/kg (Januari 2016). Kandungan Pb pada akar sebesar 0.25-0.32 mg/kg (November 2015) dan 0.15-0.47 mg/kg (Januari 2016). Kandungan logam Pb pada daun 0.17-0.22 mg/kg (November 2015) dan 0.17-0.59 mg/kg (Januari 2016). Berdasarkan factor biokonsentrasi, kemampuan Rhizophora sp. dalam mengakumulasi logam Pb tergolong rendah.  
Morfometri Dan Pertumbuhan Scylla serrata (Filum: Arthropoda, Famili: Portunidae) Di Desa Panikel, Segara Anakan, Cilacap Widianingsih Widianingsih; Ria Azizah Tri Nuraini; Retno Hartati; Sri Redjeki; Ita Riniatsih; Cantika Elistyowati Andanar; Hadi Endrawati; Robertus Triaji Mahendrajaya
Jurnal Kelautan Tropis Vol 22, No 1 (2019): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (200.707 KB) | DOI: 10.14710/jkt.v22i1.4207

Abstract

Mud crab is one of fishery commodities which is important in Indonesia . The high demand for mud crabs needs to be balanced with the right management strategy,  so that the population will not extinction.  Penikel Village, Cilacap is one of the fishing villages which catch mud crabs because of the high demand in the big cities such as Jakarta, Bandung and Bali.  The purpose of this study is  to determine the population and growth patterns of mud crabs in the Panikel Village, Kampung Laut District, Cilacap. The location of the study was determined by purposive sampling. Wadong and bubu are fishing tools to catch mud crabs. Sampling 67 mud crabs was carried out  on Juni 2016, after that, measurement of length, carapace width and total weight were carried out. Regression analysis between carapace width and total weight and condition factors were carried out to determine growth patterns. Based on the research, the average value of the S. serrata   length was 63.94±11.31 mm while the female one was 70.29±14.57 mm. The average value of carapace width is 92.28±15.51 mm (male) while for female sex was 98.71±18.38 mm. The average weight of S. serrata male crabs was 190.31±118.43 mm, while those of female sex were 210.77±120.93 mm. Furthermore, based on the analysis of the relationship between the length of weight found negative allomatric growth pattern with the value of the condition factor included in the low category both for male sex 0.73-1.93 and for female sex 0.59-1.66.  The low condition factor shows that the condition of Segara Anakan waters especially Penikel Village does not support the growth of mud crabs (S. serrata). Kepiting bakau (Scylla serrata) merupakan salah satu komoditas perikanan yang terpenting di Indonesia.  Besarnya permintaan  kepiting bakau yang tinggi perlu diimbangi dengan strategi pengelolaan yang tepat agar populasi tidak punah. Desa Penikel, Cilacap merupakan satu desa nelayan yang banyak menangkap kepiting bakau karena tingginya permintaan di kota besar seperti Jakarta, Bandung dan Bali. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui populasi dan pola pertumbuhan kepiting bakau di Desa Panikel, Kecamatan Kampung Laut, Cilacap. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive sampling. Wadong dan bubu merupakan alat tangkap untuk menangkap kepiting bakau. Pengambilan sampel kepiting sebanyak 67 individu  dilakukan pada bulan Juni 2016, setelah itu dilakukan pengukuran panjang, lebar karapas serta berat total. Analisa regresi kurva antara lebar karapas dan berat total serta  faktor kondisi dilakukan untuk mengetahui pola  pertumbuhan. Berdasarkan penelitian diperoleh nilai rata-rata panjang kepiting bakau S. serrta jantan adalah 63.94±11.31 mm sedang untuk yang betina adalah 70,29±14.57 mm. Nilai rata-rata lebar karapas adalah 92.28±15.51 mm (jantan) sedang untuk jenis kelamin betina adalah 98.71±18.38 mm. Rata-rata berat kepiting jantan S. serrata adalah 190.31±118.43 mm, sedangkan yang jenis kelamin betina adalah 210.77±120.93 mm. Selanjutnya berdasarkan analisa hubungan panjang berat ditemukan pola pertumbuhan allomatrik negatif dengan nilai factor kondisi termasuk dalam katagori rendah baik untuk jenis kelamin jantan 0,73–1,93 maupun untuk kelamin betina 0,59–1,66.  Rendahnya factor kondisi menunjukkan bahwa kondisi perairan Segara Anakan khususnya Desa Penikel tidak menunjang bagi petumbuhan kepiting bakau (S. serrata).
Analisis Kandungan Logam Berat Kromium (Cr) Pada Air, Sedimen Dan Kerang Hijau (Perna viridis) Di Perairan Trimulyo Semarang Ria Azizah Tri Nuraini; Hadi Endrawati; Ivan Riza Maulana
Jurnal Kelautan Tropis Vol 20, No 1 (2017): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (368.054 KB) | DOI: 10.14710/jkt.v20i1.1104

Abstract

Metal pollution becomes a problem that is very threatening to marine ecosystems. This is because heavy metals difficult be destroyed and will accumulate in the water. This study aims to determine the content of chromium (Cr) in Water, Sediment and green mussels (Perna viridis) and know the maximum limit weekly consumption and the feasibility of the Green Shellfish consumption. Samples were taken in January 2016 for Trimulyo waters. Research using descriptive methods. Sampling was done by purposive sampling method. Heavy metal content analysis using AAS. MTI Value (Maximum Tolerable Intact) is calculated by the formula MWI / Ct to determine the value of the maximum limit of consumption of green mussels per week. The results showed the content of chromium (Cr) in water in Trimulyo waters of <0.003 mg / L, the content of chromium (Cr) in the sediments ranged from 20.49 to 45.78 mg / kg. The content of heavy metals Chromium (Cr) in Green Mussels ranged from <0.01 to 0.20 mg / kg. Maximum weight intake of green mussels are safe for consumption of water Trimulyo per week for women with an average body weight of 45 kg for metal Chromium (Cr) is 13.27 ± 4.78 kg per week. As for males with an average weight of 60 kg of 17.68 ± 6.37 kg per week. According to the Minister of Environment Decree 51 of 2004 Trimulyo water conditions have not categorized the heavy metal contaminated Chromium (Cr). The content of heavy metals chromium (Cr) in the sediments are well below the standards set by NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) of 1999. As for the heavy metal content of chromium (Cr) in the Green Mussel showed that the clams in these waters has not been contaminated by heavy metals Chromium (Cr) according to the quality standard by the Food adulteration (metallic Contamination) Hong Kong in 1997. Pencemaran logam menjadi suatu masalah yang sangat mengancam bagi ekosistem laut. Hal ini diduga karena logam berat susah hancur dan akan terakumulasi di perairan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan Kromium (Cr) dalam Air, Sedimen dan Kerang Hijau (Perna viridis) serta mengetahui batas maksimum konsumsi mingguan dan tingkat kelayakan konsumsi Kerang Hijau. Sampel diambil pada Bulan Januari 2016 di perairan Trimulyo. Penelitian menggunakan metode deskriptif. Pengambilan sampel dilakukan secara Purposive Sampling Method. Analisis kandungan logam berat menggunakan AAS. Nilai MTI (Maximum Tolerable Intact) dihitung dengan rumus MWI/Ct untuk mengetahui nilai batas maksimum konsumsi Kerang Hijau per minggu. Hasil penelitian menunjukkan kandungan Kromium (Cr) dalam air di perairan Trimulyo sebesar <0,003 mg/L, kandungan Kromium (Cr) pada sedimen berkisar antara 20,49 – 45,78 mg/kg. Kandungan logam berat Kromium (Cr) pada Kerang Hijau berkisar antara <0,01 – 0,20 mg/kg. Berat Maksimal asupan Kerang Hijau yang aman dikonsumsi dari perairan Trimulyo per minggu untuk wanita dengan berat badan rata-rata 45 kg untuk logam Kromium (Cr) adalah 13,27±4,78 kg per minggu. Sedangkan untuk laki-laki dengan berat badan rata-rata 60 kg sebesar 17,68±6,37 kg per minggu. Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.51 Tahun 2004 kondisi perairan Trimulyo dikategorikan belum tercemar logam berat Kromium (Cr). Kandungan logam berat Kromium (Cr) pada sedimen berada di bawah baku mutu yang ditetapkan oleh NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) Tahun 1999. Sedangkan untuk kandungan logam berat Kromium (Cr) pada Kerang Hijau menunjukkan bahwa kerang di perairan tersebut belum tercemar oleh logam berat Kromium (Cr) sesuai dengan baku mutu oleh Food Adulteration (Metalic Contamination) Hong Kong Tahun 1997.  
Pemberdayaan Masyarakat terhadap Ekowisata Mangrove di Mangunharjo, Kecamatan Tugu, Kota Semarang Ahmad Ziddan Dhiya Ulhaq; Rudhi Pribadi; Ria Azizah Tri Nuraini
Journal of Marine Research Vol 11, No 2 (2022): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v11i2.33852

Abstract

Pariwisata berkelanjutan atau ekowisata salah satu industri yang sangat aktif dan menjadi garda depan pembangunan ekonomi suatu negara. Salah satu ekosistem yang berada di wilayah pesisir yang dijadikan sebagai obyek ekowisata adalah ekosistem mangrove. Adanya ekowisata mangrove terdapat fungsi atau manfaat bagi masyarakat pesisir, baik segi ekonomi, ekologi dan sosiologi. Kawasan Mangrove di Mangunharjo, Kecamatan Tugu, Kota Semarang berpotensi dijadikannya Kawasan ekowisata yang bisa membantu kegiatan masyarakat dalam sehari-hari. Melihat pengelolaan dan pemahaman masyarakat terhadap potensi ekowisata mangrove di Mangunharjo, Kecamatan Tugu, Kota Semarang akan membantu Kawasan ekosistem mangrove masih terjaga dan terkelola dengan baik. Berbagai manfaat akan didapatkan oleh potensi ekowisata mangrove dengan adanya faktor pengelolaan dan pemahaman dari masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pemahaman masyarakat mengenai pengembangan potensi ekowisata mangrove dan mengetahui bentuk-bentuk kegiatan berbasis konservasi yang ada sebegai bentuk pemahaman masyarakat dalam potensi ekowisata di Mangunharjo, Kecamatan Tugu, Kota Semarang. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif kualitatif dengan analisis SWOT sebagai analisis lanjutan yang dilakukan pengambilan sampel dengan metode purposive sampling dilakukan di bulan November-Desember 2021 di Mangunharjo, Kecamatan Tugu, Kota Semarang. Berdasarkan hasil penelitian kombinasi eksternal dan internal menempati kuadran I (memberikan strategi khusus dari kekuatan dan peluang), mendapatkan berbagai tanggapan dari masyarakat dengan hasil tersendiri. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa masyarakat Mangunharjo, Kecamatan Tugu, Kota Semarang merespon secara sangat positif dan telah memahami mengenai transformasi ekosistem mangrove dijadikan sebagai ekowisata mangrove sebesar 90% adanya pendampingan lebih dari pihak terkait. Masyrakat Mangunharjo telah memiliki beberapa kegiatan sebagai tindakan konservasi dengan peluang yang ada.A Sustainable tourism or ecotourism is one of the most active industries and is at the forefront of the country's economic development. One of the ecosystems of coastal areas used as objects of ecotourism is the ecosystem of mangroves. The existence of mangrove ecotourism has a function or benefit to coastal communities both in terms of economics, ecology, and sociology. The mangrove area in Mangunharjo, Tugu District, Semarang City can be used as an ecotourism area that can help people in daily activities. Observing the management and community understanding of the potential of mangrove ecotourism in Mangunharjo, Tugu District, Semarang City will help maintain and manage the mangrove ecosystem in good condition. Various benefits will be derived from the potential of ecotourism in the mangroves, taking into account management factors and understanding from the community. The purpose of this study was to determine the community's understanding of the development of mangrove ecotourism potential and to find out the existing forms of conservation activities as a form of community understanding of the potential of ecotourism in Mangunharjo, Tugu District, Semarang City. The method used in this study is descriptive qualitative with SWOT analysis as a follow-up analysis. The sample was taken using a purposeful sampling method, which was conducted in November-December 2021 in Mangunharjo, Tugu District, Semarang city. According to the results of the study, the combination of external and internal occupies Quadrant I (providing for a special strategy of strengths and opportunities), receiving various responses from the community with its results. Based on the results of the analysis, it can be concluded that the people of Mangunharjo, Tugu District, Semarang City reacted very positively and understood about the transformation of mangrove ecosystems into mangrove ecotourism by 90% with more assistance from stakeholders. The Mangunharjo community has carried out several activities as a conservation measure with available capacity.
Identifikasi Dan Kepadatan Mikroplastik Di Sekitar Muara Sungai Banjir Kanal Barat Dan Banjir Kanal Timur, Kota Semarang, Jawa Tengah Rana Hadi Shafani; Ria Azizah Tri Nuraini; Hadi Endrawati
Journal of Marine Research Vol 11, No 2 (2022): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v11i2.31885

Abstract

Mikroplastik merupakan partikel plastik berukuran mikro (<5 mm). Mikroplastik membutuhkan waktu yang lama untuk terdegradasi sehingga sulit dihilangkan di perairan.Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis perbandingan  kepadatan dan jenis mikroplastik di perairan muara Banjir Kanal Barat dan Banjir Kanal Timur, Semarang. Pengambilan sampel air laut dilaksanakan pada bulan April dan Mei 2021 di 3 titik yang berbeda di setiap stasiun dengan  menggunakan plankton net. Pengamatan mikroplastik dilakukan di Laboratorium Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universiats Diponegoro. Hasil penelitian menemukan bentuk mikroplastik dalam sampel air laut adalah fiber, fragment, film, dan pellets. Warna mikroplastik yang ditemukan adalah hitam, biru, merah, cokelat, kuning, tranparant, dan hijau. Hasil Uji FT-IR jenis polimer mikroplastik yang ditemukan adalah Nylon, Nitrile, PVC,  PET, dan  PC. Kepadatan mikroplastik paling tinggi terdapat di perairan muara Banjir Kanal Timur sebesar 179,09 Partikel/m3 dengan kepadatan total bentuk fiber (37,80 partikel/m3), bentuk fragment (34,14 Partikel/m3), bentuk film (18,29 Partikel/m3), dan bentuk pellets (85,85 Partikel/m3). Kepadatan  mikroplastik di perairan muara Banjir Kanal Barat yaitu sebesar 79,51 Partikel/m3 dengan kepadatan total bentuk fiber (20,73 partikel/ m3), bentuk fragment  (28,09 Partikel/m3), bentuk film (5,36 Partikel/m3), dan bentuk pellets (25,12 Partikel/m3). Hasil independent t – test menunjukkan p(0,169) > 0,05 bahwa kepadatan mikroplastik di perairan muara Banjir Kanal Barat dan Banjir Kanal Timur tidak berbeda nyataMicroplastics are micro-sized plastic particles (<5 mm). Microplastics take a long time to degrade making them difficult to remove in the water. The purpose of this study is to analyze the comparison of abundance and type of microplastics in the estuary of the Banjir Kanal Barat and Banjir Kanal Timur, Semarang. Sampling was conducted in April and May 2021 at 3 different points at each station using net plankton. Microplastic observations were conducted in the Laboratory of the Faculty of Fisheries and Marine Sciences, Universiats Diponegoro. The results found the types of microplastics in seawater samples are fiber, fragments, film, and pellets. The microplastic colors found are black, blue, red, brown, yellow, tranparant, and green. FT-IR test results of microplastic polymers found are Nylon, Nitrile, PVC, PET, and PC. The highest microplastic abundance is found in the estuary of the Banjir Kanal Timur of 179.09 Particles/m3 with a total abundance of fiber types (37.80 particles/m3), fragment types (34.14 Particles/m3), film types (18.29 Particles/m3), and pellets types (85.85 Particles/m3). The abundance of microplastics in the estuary of the Banjir Kanal Barat is 79.51 Particles /m3 with a total abundance of fiber types (20.73 particles / m3), fragment types (28.09 Particles / m3), film types (5.36 Particles / m3), and pellets types (25.12 Particles / m3). The results of independent t-test show p(0,169) > 0.05 that the abundance of microplastics in the estuary of the Banjir Kanal Barat and Banjir Kanal Timur is no different
Logam Berat Timbal (Pb) Pada Air, Sedimen, dan Kerang Darah (Anadara Granosa) di Muara Sungai Loji dan Perairan Pantai Sekitarnya, Kota Pekalongan Rahma Nur Kharisma; Bambang Yulianto; Ria Azizah Tri Nuraini
Journal of Marine Research Vol 12, No 2 (2023): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v12i2.36375

Abstract

: Kota Pekalongan merupakan sentra industri batik yang besar di Indonesia. Kegiatan industri batik di Pekalongan menjadi salah satu penghasil limbah cair sisa pewarna batik yang mengandung logam berat yang mencemari lingkungan perairan sungai-sungai. Penelitian kandungan logam Pb pada aliran dan muara Sungai Loji dan Perairan Pantai Pekalongan dilakukan pada Februari-Maret 2022. Sampel air, sedimen, dan kerang darah (Anadara granosa) dianalisis menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom (AAS) di Laboratorium Departemen Teknik Lingkungan, Universitas Diponegoro, Semarang. Lokasi penelitian dibagi menjadi 5 stasiun yang mewakili daerah terdampak limbah pewarna batik, yaitu pada aliran sungai, Tempat Pelelangan Ikan, muara sungai, perairan laut dangkal, dan perairan laut dalam. Hasil penelitian menunjukkan kandungan logam berat timbal (Pb) pada air berkisar antara 0,06-0,70 mg/l, pada sedimen berkisar antara 23,23-157,07 mg/kg, dan dalam jaringan lunak kerang darah berkisar antara 25,65-46,25 mg/kg. Faktor biokonsentrasi logam berat Pb pada kerang darah terhadap air berkisar antara 41,51-366,43. Batas aman konsumsi kerang darah yang dipanen dari Perairan Pantai Pekalongan berkisar antara 0,032-0,058 kg/minggu. Disimpulkan bahwa logam berat Pb pada air, sedimen, dan kerang darah (Anadara granosa) pada Muara Sungai Loji dan Perairan Sekitarnya, Kota Pekalongan termasuk dalam kategori telah tercemar karena telah melebihi batas baku mutu yang telah ditetapkan.  Pekalongan City is a large batik industry center in Indonesia. The batik industry activity in Pekalongan is one of the producers of liquid waste from batik dye residue, which contains heavy metals that pollute the aquatic environment. The study of Pb metal content in the flow and estuary of the Loji River and Pekalongan Coastal Waters was carried out in February-March 2022. Water, sediment, and samples of Anadara granosa were analyzed using Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS) at the Laboratory of the Department of Environmental Engineering, Diponegoro University, Semarang. The research location is divided into five stations representing areas affected by batik dye waste: river flows, Fish Auction Places, river estuaries, shallow sea waters, and deepsea waters. The results showed that the heavy metal content of lead (Pb) in the water ranged from 0.06-0.70 ppm; in the sediment, it ranged from 23.23-157.07 ppm; and in the soft tissue of blood mussels, it ranged from 25.65-46.25 ppm. The bioconcentration factor of heavy metal Pb in blood clams to water ranged from 41.514-366.428. The safe limit for consumption of blood clams in Pekalongan waters ranges from 0.032-0.058 kg/week. It is concluded that the heavy metal Pb in water, sediment, and blood mussels (Anadara granosa) at the Loji River Estuary and the surrounding waters, Pekalongan City is in the polluted category because it has exceeded the quality standard limit that has been set.
The Composition of Portunus pelagicus on the Fishing Ground Area of Danasari Waters, Pemalang Regency Sri Redjeki; Ria Azizah Tri Nuraini; Hadi Endrawati
Jurnal Kelautan Tropis Vol 26, No 2 (2023): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/potensi.%Y.18825

Abstract

Blue swimming crab (Portunus pelagicus) is one of the most economically valuable marine products in Indonesia. The crabs productivity was generally still dependent on the population in the wild. Danasari Village is one of the main crab producers in Pemalang Regency. The daily fishing crab activities by fisherman direct an impact on decreasing of the natural crabs resources. This study determined the crabs composition in the fishing ground where usually spotted by the Danasari crab fisherman. This research obtained the information of a composition of female and male crabs, carapace width distribution, growth characterized, and the egg-berried female number. This study conducted on May to July 2022. The result in this research was a male crabs were dominated than females. The carapace width was generally amount 92-112 mm, while the growth characteristic of blue swimming crabs was negative allometric. The female crab gonad maturity was dominated by 2nd level gonad maturity, while the egg-berried female crabs were found 21 crabs totaled from 14 spot fishing grounds. Based on the carapace width distribution, there are a lot of blue swimming crab with undersized in shallow-depth fishing sites, while the crab size mostly above 100 mm already found at each spot in this research. The highest egg-berried female percentage was found at spot 7th and 13rd, where the female crabs at 7th spot were bigger carapace than at 13rd spot areas. These results indicated that crab resources in Danasari Waters and surround area were indicated potentially overfished, proven with undersized berried-female crabs. The management efforts will conduct an environmentally friendly fishing gear, regarding the policy of ministry regulating as to keep crab resources sustainable. In addition, scheduling rules for fishing activities can also be tested to be applied.
Kajian Komposisi Ukuran Rajungan Betina (Portunus pelagicus) di Fishing Ground Perairan Pemalang Ria Azizah Tri Nuraini; Sri Redjeki; Hadi Endrawati; M. Amanun Tharieq
Buletin Oseanografi Marina Vol 12, No 3 (2023): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/buloma.v12i3.51276

Abstract

Rajungan betina memiliki peranan penting dalam keberlanjutan stok sumber daya rajungan di alam. Maraknya rajungan betina yang masih ditangkap oleh nelayan menjadi salah satu ancaman besar terhadap keberlanjutan sumber daya rajungan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui komposisi rajungan betina berdasarkan kelas lebar karapas, hubungan lebar karapas dan berat tubuh, komposisi tingkat kematangan gonad (TKG), nilai fekunditas dan persentase egg berried female (EBF) pada 20 titik area fishing ground yang dilaksanakan selama bulan Mei – Agustus 2022 di perairan Pemalang. Pengambilan sampel dan penentuan titik fishing ground dilakukan secara purposive sampling dengan menyesuaikan area penangkapan nelayan rajungan Desa Danasari, Pemalang. Distribusi ukuran lebar karapas rajungan menunjukkan modus kelas lebar karapas pada 101 – 110 mm, dimana kondisi tersebut tergolong kurang baik mengingat ukuran minimum rajungan yang boleh ditangkap adalah >100 mm. Hubungan lebar karapas dan berat tubuh menunjukkan pertumbuhan rajungan betina bersifat allometrik negatif, yang berarti pertambahan lebar karapas lebih cepat dibandingkan pertambahan berat tubuh. Komposisi TKG rajungan betina didominasi pada kondisi kematangan tingkat 2 (TKG 2) dengan persentase 78%. Nilai fekunditas rajungan betina bertelur dengan rata-rata pada kisaran 301.202±131.949 butir telur. Nilai EBF tertinggi ditemukan pada titik 12 dengan persentase 1,09% dengan rajungan betina bertelur sebanyak 7 ekor. Keberadaan rajungan betina di perairan menjadi salah satu faktor kunci keberlanjutan sumber daya rajungan, sehingga diharapkan dapat dijadikan acuan dalam penentuan area perlindungan dan kawasan potensial reproduksi rajungan di perairan Pemalang dan perairan lainnya. Female blue swimming crabs have an important role in the sustainability of crab populations of natural resources. The large number of female crabs that are still caught by fishermen is one of the major threats to the sustainability of crab resources. The purpose of this study was to determine the composition of female crab based on carapace width class, carapace width and body weight relationship, composition of gonad maturity level (TKG), fecundity value and percentage of egg berried female (EBF) at 20 spots of fishing ground area during May - August 2022 in Pemalang waters. Sampling and selection of fishing ground points were carried out by purposive sampling by adjusting the fishing area of crab fishermen in Danasari Village, Pemalang Regency. The distribution of carapace width size of crab showed the mode of carapace width class at 101 - 110 mm, where the condition is not quite good considering the minimum size of crab that can be caught is >100 mm. The relationship between carapace width and body weight shows that the growth of female crabs is negative allometric, which means that the increase in carapace width is faster than the increase in body weight. The TKG composition of female crabs is dominated by the condition of 2nd maturity level (TKG 2) with a percentage of 78%. The fecundity value of egg laying female crabs with an average in the range of 301,202±131,949 eggs. The highest EBF value was found at spot 12 with a percentage of 1,09%, with the number of egg berried female crabs are 7 individuals. The presence of female crabs in the waters is one of the key factors for the sustainability of crab resources, so it is expected to be used as a reference in determining protection and potential reproduction areas of blue swimming crabs in Pemalang waters and other waters.
Komposisi Hasil Tangkapan Utama Rajungan dan Tangkapan Samping Nelayan Desa Danasari, Pemalang Hadi Endrawati; Sri Redjeki; Ria Azizah Tri Nuraini; M. Amanun Tharieq
Jurnal Kelautan Tropis Vol 26, No 3 (2023): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkt.v26i3.20141

Abstract

Crab fishing activities using various fishing gears have the potential to catch other types of biota as known as bycatch. This type of bycatch is generally still used either for sale or for personal consumption, but some are re-released again. This research aims to determine the composition of the main catch and bycatch obtained by crab fishermen from Danasari Village, Pemalang. The research was carried out from July to August 2022. The data collection method was purposive sampling by going out to sea with fishermen to crab fishing grounds. The composition of the main catch and bycatch obtained at crab fishing locations consists of 1 type of main catch and 21 types of bycatch. The composition of the blue swimming crab is dominated by male crabs with a ratio of 1:0.7, with a mode of carapace width that is larger than female crabs, namely 107-115 mm. The proportion of bycatch obtained was only 25.73% from the total catch, with the useable bycatch amount more than the discarded bycatch. The ecological index shows that the value of species diversity and evenness is in the medium category with a value of 2.114 and 0.6944, while the dominance value is in the low category with a value of 0.1703. Useable bycatches that are commonly found are Orastoquilla oratoria, Scylla sp., and Babylonia spirata. The percentage of main catch is higher than bycatch, which indicates that fishing activities are still environmentally friendly, but the use of bycatch needs to be increased. It is hoped that data on the composition of bycatch types from Danasari Village fishermen can provide information on the potential of marine products other than crab, or could be said to be another alternative as a catch target to reduce exploitation of blue swimming crab resources. Aktivitas penangkapan perikanan rajungan dengan berbagai alat tangkap memiliki potensi terdapat jenis tangkapan biota lain atau disebut sebagai tangkapan samping. Jenis tangkapan samping (bycatch) umumnya tetap dimanfaatkan baik untuk dijual maupun sebagai konsumsi pribadi, namun ada juga yang dilepas kembali. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi tangkapan utama dan tangkapan samping yang didapatkan oleh nelayan rajungan dari Desa Danasari, Pemalang. Penelitian dilaksanakan selama bulan Juli sampai dengan Agustus 2022. Metode pengambilan data secara purposive sampling, yaitu ikut pergi melaut dengan nelayan ke lokasi penangkapan rajungan. Komposisi jenis tangkapan utama dan tangkapan samping yang didapatkan di lokasi penangkapan rajungan terdiri atas 1 jenis tangkapan utama dan 21 jenis tangkapan samping. Komposisi tangkapan utama rajungan didominasi oleh rajungan jantan dengan rasio 1:0,7, dengan modus ukuran lebar karapas yang lebih besar dibanding rajungan betina yaitu 107-115 mm. Proporsi tangkapan samping yang didapatkan hanya sebesar 25,73% dari total tangkapan keseluruhan, dengan jumlah tangkapan samping bernilai ekonomi lebih banyak dibandingan yang terbuang. Indeks ekologi menunjukkan nilai keanekaragaman dan keseragaman jenis termasuk kategori sedang dengan nilai 2,114 dan 0,6944, sedangkan nilai dominansi termasuk kategori rendah dengan nilai 0,1703. Tangkapan samping bernilai ekonomi (useable bycatch) yang umum ditemukan yaitu Orastoquilla oratoria, Scylla sp., dan Babylonia spirata. Persentase hasil tangkapan utama lebih tinggi dibandingkan tangkapan samping yang mengindikasikan aktivitas perikanan yang masih ramah lingkungan, namun pemanfaatan bycatch perlu untuk ditingkatkan. Data komposisi jenis tangkapan samping dari nelayan Desa Danasari diharapkan dapat menjadi informasi potensi hasil laut selain rajungan, atau bisa dikatakan sebagai alternatif lain sebagai target tangkapan untuk mengurangi eksploitasi sumberdaya rajungan. Crab fishing activities using various fishing gears have the potential to catch other types of biota as known as bycatch. Thistype of bycatch is generally still used either for sale or for personal consumption, but some are re-released again. This researchaims to determine the composition of the main catch and bycatch obtained by crab fishermen from Danasari Village,Pemalang. The research was carried out from July to August 2022. The data collection method was purposive sampling bygoing out to sea with fishermen to crab fishing grounds. The composition of the main catch and bycatch obtained at crabfishing locations consists of 1 type of main catch and 21 types of bycatch. The composition of the blue swimming crab isdominated by male crabs with a ratio of 1:0.7, with a mode of carapace width that is larger than female crabs, namely 107115mm.Theproportionofbycatchobtainedwasonly25.73%fromthetotalcatch,withtheuseablebycatchamountmorethanthediscardedbycatch.Theecologicalindexshowsthatthevalueofspeciesdiversityandevennessisinthemediumcategorywithavalueof2.114and0.6944,whilethedominancevalueisinthelowcategorywithavalueof0.1703.UseablebycatchesthatarecommonlyfoundareOrastoquillaoratoria,Scyllasp.,andBabyloniaspirata.Thepercentageofmaincatchishigherthanbycatch,whichindicatesthatfishingactivitiesarestillenvironmentallyfriendly,buttheuseofbycatchneedstobeincreased.ItishopedthatdataonthecompositionofbycatchtypesfromDanasariVillagefishermencanprovideinformationonthepotentialofmarineproductsotherthancrab,orcouldbesaidtobeanotheralternativeasacatchtargettoreduceexploitationofblueswimmingcrabresources.Keywords:Non-targetSpecies,Diversity,Evenness,Dominance,Discard Abstrak Aktivitas penangkapan perikanan rajungan dengan berbagai alat tangkap memiliki potensi terdapat jenis tangkapan biotalain atau disebut sebagai tangkapan samping. Jenis tangkapan samping (bycatch) umumnya tetap dimanfaatkan baikuntuk dijual maupun sebagai konsumsi pribadi, namun ada juga yang dilepas kembali. Penelitian ini bertujuan untukmengetahui komposisi tangkapan utama dan tangkapan samping yang didapatkan oleh nelayan rajungan dari DesaDanasari, Pemalang. Penelitian dilaksanakan selama bulan Juli sampai dengan Agustus 2022. Metode pengambilan datasecara purposive sampling, yaitu ikut pergi melaut dengan nelayan ke lokasi penangkapan rajungan. Komposisi jenistangkapan utama dan tangkapan samping yang didapatkan di lokasi penangkapan rajungan terdiri atas 1 jenis tangkapanutama dan 21 jenis tangkapan samping. Komposisi tangkapan utama rajungan didominasi oleh rajungan jantan denganrasio 1:0,7, dengan modus ukuran lebar karapas yang lebih besar dibanding rajungan betina yaitu 107-115 mm. Proporsitangkapan samping yang didapatkan hanya sebesar 25,73% dari total tangkapan keseluruhan, dengan jumlah tangkapansamping bernilai ekonomi lebih banyak dibandingan yang terbuang. Indeks ekologi menunjukkan nilai keanekaragamandan keseragaman jenis termasuk kategori sedang dengan nilai 2,114 dan 0,6944, sedangkan nilai dominansi termasukkategori rendah dengan nilai 0,1703. Tangkapan samping bernilai ekonomi (useable bycatch) yang umum ditemukan yaituOrastoquilla oratoria, Scylla sp., dan Babylonia spirata. Persentase hasil tangkapan utama lebih tinggi dibandingkantangkapan samping yang mengindikasikan aktivitas perikanan yang masih ramah lingkungan, namun pemanfaatan bycatchperlu untuk ditingkatkan. Data komposisi jenis tangkapan samping dari nelayan Desa Danasari diharapkan dapat menjadiinformasi potensi hasil laut selain rajungan, atau bisa dikatakan sebagai alternatif lain sebagai target tangkapan untukmengurangi eksploitasi sumberdaya rajungan. 
Struktur Komunitas Gastropoda pada Ekosistem Mangrove Mangunharjo, Kota Semarang Ashari, Adi; Pribadi, Rudhi; Nuraini, Ria Azizah Tri
Journal of Marine Research Vol 13, No 1 (2024): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v13i1.35257

Abstract

Mangunharjo merupakan sebuah Kelurahan di Kota Semarang yang mempunyai ekosistem mangrove, akan tetapi semakin hari luas ekosistem mangrove di Mangunharjo semakin menurun karena alih fungsi lahan. Hal ini dapat menurunkan produktifitas perairan yang secara tidak langsung mempengaruhi biota di dalamnya termasuk gastropoda. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui struktur komunitas gastropoda di ekosistem mangrove Mangunharjo dengan indikator komposisi spesies, kelimpahan, keanekaragaman, keseragaman dan dominasi. Pengambilan data dilakukan pada bulan November-Desember 2021 pada 3 stasiun. Penentuan stasiun menggunakan metode purposive sampling dimana Stasiun 1 berada di area tambak dengan spesies mangrove Rhizophora apiculata, Stasiun 2 di muara suangai dengan sepesies mengrove Rhizophora mucronata dan Stasiun 3 di pesisir pantai dengan spesies mangrove Avicennia marina. Data yang diambil berupa sampel dan parameter perairan (suhu, salinitas, pH, substrat). Sampel diambil menggunakan transek 10m x 10m dengan sub plot 1m x 1m sebanyak 5 yang diletakkan secara diagonal. Hasil penelitian menunjukan ditemukan 11 spesies dari 5 famili yaitu famili Potamididae 5 spesies, Ellobiidae 2 spesies, Neritidae 2 spesies, Helicarionidae 1 spesies dan Littorinidae 1 spesies. Kelimpahan tertinggi terdapat pada Stasiun 1 sebesar 3.445 ind/25m2 dan terendah di Stasiun 3 sebesar 1.730 ind/25m2. Indeks keanekaragaman Stasiun 1 dan 3 dikategorikan keanekaragaman sedang, keanekaragaman di Stasiun 2 kategori keanekaragaman rendah. Indeks keseragaman pada ketiga stasiun dikategorikan rendah. Stasiun 2 terdapat dominasi sedangkan Stasiun 1 dan 3 tidak terdapat dominasi.  Mangunharjo is a sub-district in Semarang City which has a mangrove ecosystem, but the area of the mangrove ecosystem in Mangunharjo is decreasing day by day due to land conversion. This can reduce water productivity which indirectly affects the biota in it, including gastropods. This study was conducted to determine the structure of the gastropod community in the mangrove ecosystem of Mangunharjo with indicators of species composition, abundance, diversity, uniformity and dominance. Data collection was carried out in November-December 2021 at 3 stations. Determination of stations using purposive sampling method where Station 1 is in the pond area with the mangrove species Rhizophora apiculata, Station 2 in the mouth of the river with the mangrove species Rhizophora mucronata and Station 3 on the coast with the mangrove species Avicennia marina. The data taken in the form of samples and water parameters (temperature, salinity, pH, substrate). Samples were taken using a 10m x 10m transect with 5 1m x 1m sub plots placed diagonally. The results showed that 11 species from 5 families were found, namely the family Potamididae 5 species, Ellobiidae 2 species, Neritidae 2 species, Helicarionidae 1 species and Littorinidae 1 species. The highest abundance is at Station 1 of 3,445 ind/25m2 and the lowest is at Station 3 of 1,730 ind/25m2. The diversity index of Stations 1 and 3 is categorized as moderate diversity, diversity at Station 2 is categorized as low diversity. The uniformity index at the three stations is categorized as low. Station 2 has dominance while Stations 1 and 3 have no dominance.
Co-Authors Ahmad Ziddan Dhiya Ulhaq Ali Djunaedi Ali Djunaedi AMANDA, REGINA Ananta, Clarence Daffa Anindya Putri Fadmawati Arrico Fathur Yudha Bramasta Arum Rosita Dewi Ashari, Adi Aufa Rifqi Widiardja Bambang Yulianto Bambang Yulianto Betta Rianda Bramasta, Arrico Fathur Yudha Cantika Elistyowati Andanar Chrisna Adhi Suryono Cintya Pramesthi Dewi Clarence Daffa Ananta Delianis Pringgenies Dewi, Melati Sukma Diah Permata Wijayanti Diah Permata Wijayanti Dian Kharisma Dimas Panji Budi Prasetyo Drajati, Fathia Eko Wardana Parsaulian Tampubolon Endang Supriyantini Endang Supriyantini Erik Wijaya Kusuma Fatimah, Hanaf Firdaus, Shabriel Auliya Fita Mirawati Fitriyani, Naily Gurning, Lestari Febriant Pitaloka Hadi Endrawati Hadi Endrawati Hasibuan, Zhulian Hikmah Hayati, Amaliya Tsiqotul Henrian Rizki Pradana Hilda Yuli Hermayanti Hilda Yuli Hermayanti, Hilda Yuli Ibnu Pratikto Ita Riniatsih Ita Widowati Ivan Riza Maulana Ken Suwartimah Khoerunnisa, Rizka Nabila Khozin Khozin Kirana, Nadia Astrid Kusuma, Erik Wijaya Lestari Febriant Pitaloka Gurning M. Amanun Tharieq Maryuli Dyah Cahyani Maryuli Dyah Cahyani Muhammad Helmi Muhammad Juli Hendra Putra Muhammad Ridwan Muhammad Ridwan Naily Fitriyani Nico Prasetyo Nugrahanto Nico Prasetyo Nugrahanto Nirwani Soenardjo Nirwani Soenardjo Pradana, Henrian Rizki Pratiwi, Wukir Berliana Putra, Muhammad Juli Hendra R. Sapto Hendri Boedi Soesatyo Rahma Nur Kharisma Rana Hadi Shafani Regina Amanda Retno Hartati Retno Kusumastuti Rianda, Betta Robertus Triaji Mahendrajaya Rohmaniyah, Lailatur Rudhi Pribadi Sarah Nabilla Sibero, Mada Triandala Siti Aminah Siti Aminah Sri Redjeki Sri Redjeki Sri Sedjati Subagiyo Subagiyo Subagiyo Subagiyo Sunaryo Sunaryo Sunaryo Sunaryo Suryono Suryono Tampubolon, Eko Wardana Parsaulian Ulfah Nurjanah, Ulfah Vicencius Hendra Adhari Victoria Ratna Widiyanti Widianingsih Widianingsih Widianingsih Widianingsih Widiardja, Aufa Rifqi Widiyanti, Victoria Ratna Wilis Ari Setyati Wukir Berliana Pratiwi Zhulian Hikmah Hasibuan