Claim Missing Document
Check
Articles

Found 29 Documents
Search

Peran Panglima Laot Dalam Adaptasi Nelayan Tangkap Di Pulau Banyak Aceh Singkil Mursyidin, Mursyidin; Sopar, Sopar; Yulianda, Riki; Abdillah, Ligar; Sariyanti, Lilis; Samwil, Samwil
Jurnal Ilmiah Muqoddimah: Jurnal Ilmu Sosial, Politik dan Hummaniora Vol 9, No 1 (2025): Februari 2025
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/jim.v9i1.2025.242-249

Abstract

Penelitian ini menganalisis tentang bagaimana peran panglima laot dalam adaptasi nelayan tangkap di Pulau Banyak Kabupaten Aceh Singkil. Sedangkan tujuan penelitian adalah untuk menganalisis peran panglima laot di Pulau Banyak Kecamatan Pulau Banyak, Kabupaten Aceh Singkil. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, melalui pendekatan konstruktivis. Penelitian ini dilakukan di Pulau Banyak Kecamatan Pulau Banyak Kabupaten Aceh Singkil Provinsi Aceh. Pengumpulan data lapangan yang dibutuhkan peneliti gunakan metode wawancara mendalam atau indefth interview dan observasi lapangan secara partisipatif. Wawancara dilakukan terhadap Panglima laot dan juga nelayan yang bertempat tinggal di Pulau Banyak Kecamatan Pulau Banyak Kabupaten Aceh Singkil. Pengolahan dan analisa data menggunakan metode analisis deskriptif. Hasil penelitian menjelaskan bahwa panglima   laot   secara umum memiliki   peran   untuk   mengatur   segala   hal   yang berkaitan dengan pesisir dan kelautan di wilayah adatnya. Panglima Laot dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya mempunyai batas-batas wilayah kewenangan yang diatur melalui ketentuan adat laot yang termaktub dalam Qanun Aceh Nomor 10 tahun 2008 tentang Lembaga Adat. Peran panglima laot dalam adaftasi nelayan tangkap meliputi peran dalam menentukan waktu melaut, peran dalam menentukan alat tangkap yang digunakan, peran dalam menggunakan teknologi modern sebagai fasilitas melaut serta peran dalam kehidupan sosial masyarakat nelayan tangkap
Mewujudkan Sekolah Ramah Lingkungan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Kuala Kabupaten Nagan Raya Sopar, Sopar; Samwil, Samwil; Abdillah, Ligar; Yulianda, Riki; Maifizar, Arfriani; Lestari, Yeni Sri; Yana, Rahma Husna; Sariyanti, Lilis; Asra, Saiful
Mitra Abdimas: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol 5 No 1 (2025)
Publisher : Medan Resource Center

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.57251/mabdimas.v5i1.1662

Abstract

This article is titled Creating an Environmentally Friendly School for Students, particularly within the environment of SMA Negeri 1 Kuala, Nagan Raya Regency, Aceh Province. The purpose of this community service is to realize an environmentally friendly school for students, especially within the environment of SMA Negeri 1 Kuala, Nagan Raya Regency, Aceh Province.The approach method used in this community service is the Focus Group Discussion (FGD) through socialization with 21 (twenty-one) students from Class XI Science at SMA Negeri 1 Kuala, Nagan Raya Regency, Aceh Province. The planned activity is in the form of a socialization session, which will be followed by a question-and-answer session, discussions, and writing practices for the participants. At the beginning of the socialization, the team presented the material using a PowerPoint presentation for 20 minutes, followed by a Q&A session and discussion for 90 minutes, and concluded with a 10-minute summary. This community service aims to create an environmentally friendly school, particularly in environmental management, to support the Go Green School program. Students, educational staff, the school committee, teachers, and the principal play an active role in each stage of the activities, including classroom explanations, planning environmentally friendly school activities such as Go Green School, and implementing the LISA (Lihat Sampah Ambil — See Trash, Pick It Up) program. All participants felt that activities like this are important and requested continuous guidance in the future due to their many benefits. Environmental management, cleanliness, and greening activities within the Go Green School program, along with their practical implementation in schools, can provide insights to students to enhance their skills and behavior in implementing environmentally friendly schools. This includes social friendliness, physical environmental friendliness, Go Green School, and Adiwiyata schools.
KEUNEUNONG DAN ADAPTASI PETANI PADI DI GAMPONG UJONG DRIEN KABUPATEN ACEH BARAT Azahra, Rahfa; Humaira, Humaira; Jumaini, Jumaini; Juliana, Juliana; Wannira, Ayu; Sopar, Sopar
CENDEKIA: Jurnal Ilmu Pengetahuan Vol. 5 No. 3 (2025)
Publisher : Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51878/cendekia.v5i3.6182

Abstract

Ujong Drien village, located in the Meureubo District, Aceh Barat Regency, is one of the farming communities that still maintains the local wisdom system in farming practices. Keuneunong, as a traditional calendar system of the Acehnese people, has been a generational guide for farmers in determining the ideal time for agricultural activities, particularly rice planting. This research aims to analyze the implementation of the keuneunong system as local wisdom in the adaptation of rice farmers in Ujong Drien village to face the challenges of climate change and agricultural modernization. This study uses a qualitative approach to understand the keuneunong practices and farmers' adaptation strategies. Data is collected through in-depth interviews with senior farmers, field observations of farming practices, and documentation of traditional knowledge still being practiced. The keuneunong system in Ujong Drien village shows unique characteristics as a nature observation-based calendar that includes 12 keuneunong (periods). Each keunenuong has specific indicators in the form of natural signs, animal behavior, and weather patterns that serve as guidelines for farmers in determining agricultural activities. Farmers' adaptation to climate change is carried out by integrating traditional keuneunong knowledge with modern weather information, adjusting rice varieties that are resilient to environmental stress, and modifying planting patterns according to changing climate conditions. ABSTRAKDesa Ujong Drien yang terletak di Kecamatan Meureubo, Kabupaten Aceh Barat, merupakan salah satu komunitas pertanian yang masih mempertahankan sistem kearifan lokal dalam praktik bercocok tanam. Keuneunong sebagai sistem penanggalan tradisional masyarakat Aceh, telah menjadi panduan turun-temurun bagi petani dalam menentukan waktu ideal untuk kegiatan pertanian, khususnya penanaman padi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi sistem keuneunong sebagai kearifan lokal dalam adaptasi petani padi di Desa Ujong Drien menghadapi tantangan perubahan iklim dan modernisasi pertanian. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif  untuk memahami praktik keuneunong dan strategi adaptasi petani. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam dengan petani senior, observasi lapangan terhadap praktik pertanian, dan dokumentasi pengetahuan tradisional yang masih dipraktikkan. Sistem keuneunong di Desa Ujong Drien menunjukkan karakteristik unik sebagai kalender berbasis pengamatan alam yang meliputi 12 keunong (periode). Setiap keuneunong memiliki indikator spesifik berupa tanda-tanda alam, perilaku binatang, dan pola cuaca yang menjadi pedoman petani dalam menentukan aktivitas pertanian. Adaptasi petani terhadap perubahan iklim dilakukan dengan mengintegrasikan pengetahuan keuneunong tradisional dengan informasi cuaca modern, penyesuaian varietas padi yang tahan terhadap cekaman lingkungan, dan modifikasi pola tanam sesuai dengan kondisi iklim yang berubah.
Sosialisasi Mencegah Hoax Menjelang Pilkada 2024 Kepada Pemilih Pemula di Madrasah Aliyah Zainatul Ulum Aceh Barat Hidayat, Amri Wahid; Sopar, Sopar; Abdillah, Ligar; Yulianda, Riki; Asra, Saiful; Maifizar, Afriani
Jurnal Pengabdian Masyarakat: Darma Bakti Teuku Umar Vol 7, No 1 (2025): Januari-Juni
Publisher : Universitas Teuku Umar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35308/baktiku.v7i1.11857

Abstract

First-time voters play a crucial role in the electoral and regional election (Pilkada) processes and represent one of the most vulnerable groups to the influence of misinformation, which often proliferates during election periods. Their high exposure to social media significantly increases the likelihood of encountering and spreading hoaxes. Therefore, it is essential to enhance their understanding and awareness to prevent them from becoming both targets and agents of misinformation. As part of a community engagement initiative ahead of the 2024 regional elections, lecturers from Teuku Umar University conducted a political education program aimed at senior high school students—who largely comprise first-time voters. This outreach focused on raising awareness about the dangers of hoaxes and how to avoid their spread. The primary objective of this initiative was to increase first-time voters' awareness of the importance of verifying information before accepting or disseminating it. In addition, it sought to provide knowledge on how to identify hoaxes and recognize credible information sources. The method employed was participatory socialization, involving presentations on hoaxes, video screenings illustrating their dangers and impacts, and interactive Q&A sessions between facilitators and student participants. This activity successfully enhanced participants’ understanding and encouraged them to actively seek accurate information, thereby reducing the risk of being misled by false narratives
Peran Panglima Laot Dalam Adaptasi Nelayan Tangkap Di Pulau Banyak Aceh Singkil Mursyidin, Mursyidin; Sopar, Sopar; Yulianda, Riki; Abdillah, Ligar; Sariyanti, Lilis; Samwil, Samwil
Jurnal Ilmiah Muqoddimah: Jurnal Ilmu Sosial, Politik dan Hummaniora Vol 9, No 1 (2025): Februari 2025
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/jim.v9i1.2025.242-249

Abstract

Penelitian ini menganalisis tentang bagaimana peran panglima laot dalam adaptasi nelayan tangkap di Pulau Banyak Kabupaten Aceh Singkil. Sedangkan tujuan penelitian adalah untuk menganalisis peran panglima laot di Pulau Banyak Kecamatan Pulau Banyak, Kabupaten Aceh Singkil. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, melalui pendekatan konstruktivis. Penelitian ini dilakukan di Pulau Banyak Kecamatan Pulau Banyak Kabupaten Aceh Singkil Provinsi Aceh. Pengumpulan data lapangan yang dibutuhkan peneliti gunakan metode wawancara mendalam atau indefth interview dan observasi lapangan secara partisipatif. Wawancara dilakukan terhadap Panglima laot dan juga nelayan yang bertempat tinggal di Pulau Banyak Kecamatan Pulau Banyak Kabupaten Aceh Singkil. Pengolahan dan analisa data menggunakan metode analisis deskriptif. Hasil penelitian menjelaskan bahwa panglima   laot   secara umum memiliki   peran   untuk   mengatur   segala   hal   yang berkaitan dengan pesisir dan kelautan di wilayah adatnya. Panglima Laot dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya mempunyai batas-batas wilayah kewenangan yang diatur melalui ketentuan adat laot yang termaktub dalam Qanun Aceh Nomor 10 tahun 2008 tentang Lembaga Adat. Peran panglima laot dalam adaftasi nelayan tangkap meliputi peran dalam menentukan waktu melaut, peran dalam menentukan alat tangkap yang digunakan, peran dalam menggunakan teknologi modern sebagai fasilitas melaut serta peran dalam kehidupan sosial masyarakat nelayan tangkap
Home Industry sebagai Sarana Pemberdayaan Perempuan di Pulau Sabang Abdillah, Ligar; Sopar, Sopar; Tjoetra, Afrizal; Maifizar, Arfriani
Jurnal Ilmiah Muqoddimah: Jurnal Ilmu Sosial, Politik dan Hummaniora Vol 8, No 1 (2024): Februari 2024
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/jim.v8i1.2024.223-231

Abstract

Gender inequality in the work environment is still a problem faced by various countries. This research aims to describe home industry as a means of empowering women to achieve gender equality and women's economic welfare. This research also aims to find common ground between local culture and women's empowerment and identify forms of government support. The benefit of this research is to voice gender equality in accessing economic resources and realizing economic prosperity for women. This research also contributes academically to enriching references for women's empowerment to achieve gender and economic equality. This study is supported by descriptive qualitative methods with data collection techniques through observation and in-depth interviews. The results of this research show that the home industry is very much in line with efforts to empower women to increase access to economic resources and minimize gender inequality. The female workers involved in home industry practices have contributed to fulfilling the family's living needs. Women's empowerment through the AG cake production house is supported by local culture which can show tolerance between religious communities. Even though the owner of the AG cake is a Christian, the production process uses methods and ingredients that do not conflict with the Islamic values of Sabang residents. Granting permits to produce AG cakes is a form of government support that provides legal protection for women's empowerment. This research needs to be continued with research that is able to integrate home industry, women's empowerment, and ecotourism to become a holistic study.
MODAL SOSIAL MASYARAKAT PETANI KOPI DI KABUPATEN ACEH TENGAH Saputra, Akmal; Sopar, Sopar; Ainun, Nur; Hasanah, Uswatun
Jurnal Sosiologi USK (Media Pemikiran & Aplikasi) Vol 17, No 2 (2023)
Publisher : Sociology Department Of Syiah Kuala University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/jsu.v17i2.34143

Abstract

Central Aceh is an area that has the potential of coffee farming in Aceh. This research provides an important overview of local values and social capital in coffee farming communities in Central Aceh District. The research explains how the coffee farming community can continue to survive from the colonial era to post-peace, the survival of coffee farmers in Central Aceh Regency is not just understood for economic gain alone, but there are local values carried by the coffee farming community in Central Aceh Regency. This research uses qualitative methods by using data collection techniques through observation, in-depth interviews, documentation and also FGDs. Observations were conducted to observe the activities of coffee farmers in Central Aceh Regency, especially how farming communities build networks between farmers, how norms are built by coffee farmers. Then, in-depth interviews were conducted by interview some informants: coffee farmers and Reje. In addition, documentation can be in the form of data from the local government related to coffee plantations. Furthermore, FGDs were also conducted to find important information about social capital. Based on the results of the research data analysis, it can be found that the social capital of coffee farming communities in Central Aceh Regency can be classified into three, namely: first: trust; second: social norms which include gotong royong, religion, knowledge, participation and tolerance; and third: social networks which include Reje Atu Lintang Forum, Sarah Opat Institution, Reje Genap Mupakat (RGM), Keujruen Blang, Pengulu Uteun, Assistance Workers and BUMK. An interesting finding is that social capital is present in a multicultural society so that it has a good impact on the sustainability of coffee plantations in Central Aceh District.
Adaptasi Nelayan Terhadap Perubahan Budaya Tangkap Ikan di Gampong Ujong Drien Murni, Vidya; Malawati, Malawati; Suci, Tari Setia; Tanzilla, Ulan Alwia; Sopar, Sopar
EDU SOCIATA ( JURNAL PENDIDIKAN SOSIOLOGI ) Vol 8 No 1 (2025): Edu Sociata : Jurnal Pendidikan Sosiologi
Publisher : EDU SOCIATA ( JURNAL PENDIDIKAN SOSIOLOGI )

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33627/es.v8i1.3439

Abstract

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya nelayan digampong Ujong Drien dalam beradaptasi dengan budaya tangkap ikan yang baru. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif. Kegiatan ini dilakukan dengan melakukan survei langsung ke tempat perhentian nelayan tradisional. Identifikasi ini dilakukan dengan cara tanya jawab kepada para nelayan serta melihat langsung kondisi yang ada di lapangan. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Budaya Meulaot sudah menjadi hal yang diwariskan secara turun temurun di Gampong Ujong Drien. Melaot adalah salah satu adat budaya Masyarakat Aceh yang sudah ada sejak abad ke-17 di masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Para nelayan memanfaatkan laut untuk mata pencahariannya.
Akulturasi Adat Meukawen Masyarakat Gampong Ujong Drien Kabupaten Aceh Bara Setiawan, Abdi; Fauzi, Mohd.; Sumiati, Sumiati; Azizah, Zahara; Zurayda, Zurayda; Sopar, Sopar
EDU SOCIATA ( JURNAL PENDIDIKAN SOSIOLOGI ) Vol 8 No 1 (2025): Edu Sociata : Jurnal Pendidikan Sosiologi
Publisher : EDU SOCIATA ( JURNAL PENDIDIKAN SOSIOLOGI )

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33627/es.v8i1.3465

Abstract

Penelitian ini mengkaji adat perkawinan adat masyarakat Gampong Ujong Drien di Aceh Barat yang kaya akan nilai-nilai budaya dan agama. Tujuan utamanya adalah untuk memahami makna simbolik, tahapan upacara, dan bentuk-bentuk akulturasi budaya yang terkandung dalam praktik perkawinan masyarakat setempat. Pendekatan yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan metode pengumpulan data berupa wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun aspek-aspek eksternal seperti busana pengantin dan tata rias pengantin telah mengalami perubahan, namun hakikat adat istiadat tetap utuh dan sangat berpadu dengan nilai-nilai Islam. Upacara perkawinan adat tersebut diwariskan secara turun-temurun dan didukung secara aktif oleh tokoh masyarakat dan tokoh agama setempat. Akulturasi budaya yang terjadi bersifat harmonis, tidak menghilangkan unsur adat istiadat, tetapi justru memperkaya makna perkawinan sebagai ikatan suci. Oleh karena itu, melestarikan adat istiadat tersebut penting untuk menjaga identitas budaya dan warisan spiritual masyarakat.