Claim Missing Document
Check
Articles

Found 34 Documents
Search

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting pada Balita Asweros Umbu Zogara; Maria Goreti Pantaleon
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Vol 9 No 02 (2020): Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat
Publisher : UIMA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33221/jikm.v9i02.505

Abstract

Masa balita merupakan periode yang sangat penting bagi kelangsungan hidup ke depannya. Oleh karena itu, perlu diperhatikan kondisi kesehatan, termasuk status gizi balita. Masalah stunting memiliki dampak yang besar bagi masa depan balita. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara faktor orangtua dan kejadian stunting pada balita di Desa Kairane dan Desa Fatukanutu. Penelitian dilaksanakan di Desa Kairane dan Desa Fatukanutu, Kecamatan Amabi Oefeto, Kabupaten Kupang pada bulan September sampai Desember 2019. Desain studi cross sectional digunakan dalam penelitian ini. Sampel penelitian berjumlah 176 balita dan data dianalisis menggunakan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan faktor orang tua yang berhubungan dengan kejadian stunting adalah pendidikan ayah (Pvalue=0,035) dan ibu (Pvalue=0,031), jumlah anggota keluarga (Pvalue=0,008), dan pengetahuan gizi ibu (Pvalue=0,002). Sedangkan pekerjaan ayah (Pvalue= 0,233) dan pekerjaan ibu (Pvalue= 0,895) tidak berhubungan dengan kejadian stunting. Asupan zat gizi yang berhubungan dengan kejadian stunting, yaitu asupan protein (Pvalue=0,002) dan lemak (Pvalue=0,017). Sedangkan asupan karbohidrat tidak berhubungan dengan kejadian stunting (Pvalue=0,687). Perlu dilakukan intervensi gizi untuk memperbaiki status stunting pada balita, antara lain peningkatan pengetahuan gizi ibu dan asupan makanan yang bergizi.
Kolaborasi Sektoral Dalam Penyuluhan Pencegahan Stunting Di Gereja Talitakumi Desa Raknamo Kabupaten Kupang Ngambut, Karolus; Wanti, Wanti; Bare Telan, Albina; Resi, Erika Maria; Pua Upa, Muhammad Satria Mandala; Irfan, Irfan; Theodolfi, Ragu; Pantaleon, Maria Goreti; Rogaleli, Yuanita Clara Luhi; Variani, Ratih; Kristina, Ragu Harming; Sila, Oktofianus
Idea Pengabdian Masyarakat Vol. 5 No. 02 (2025)
Publisher : PT.Mantaya Idea Batara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53690/ipm.v5i02.404

Abstract

: Isu kesehatan masyarakat termasuk isu stunting sangat kompleks, dimana diperlukan strategi kolaborasi dalam penyelesaiannya. Untuk meningkatkan kompetensi masyarakat dalam pencegahan dan penanganan stunting perlu adanya pendekatan sectoral dan berbasis program untuk menyelesaikan masalah kesehatan masyarakat. Berbagai factor pendorong kolaborasi dalam penanganan isu stunting meliputi pengalaman kolaborasi sebelumnya, factor komunikasi dan factor kepemimpinan organisasi. Untuk itu pada kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilakukan edukasi kepada masyarakat dengan melibatkan lintas sector dan lintas profesi dengan latar belakang kompetensi dan pengalaman kolaborasi yang berbeda namun disatukan untuk tujuan sama yaitu peningkatan pengetahuan dan pemahaman masyarakat dalam tindakan pencegahan stunting. Kegiatan dilakukan di Gereja Talitakumi Desa Raknamo Kabupaten Kupang dengan sasaran 97 kepala keluarga dan 20 balita dengan gizi kurang. Disarankan para pimpinan organisasi pada berbagai level, baik organisasi publik dan organisasi swasta, institusi Pendidikan dan lain lain perlu memiliki perspektif kolaborasi dalam menyelesaikan masalah kesehatan masyarakat., perlu membangun komunikasi yang efektif antara para pihak yang terlibat dalam kolaborasi.
PENGARUH SUBTITUSI TEPUNG KACANG HIJAU DAN TEPUNG PISANG KEPOK TERHADAP UJI ORGANOLEPTIK, KANDUNGAN GIZI DAN DAYA SIMPAN CUP CAKE Meirina Loaloka; Asweros Umbu Zogara; Maria Helena Dua Nita; Maria Goreti Pantaleon
Kupang Journal of Food and Nutrition Research Vol. 3 No. 1 (2022): Kupang Journal of Food and Nutrition Research
Publisher : Poltekkes Kemenkes Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penyakit KEP (Kekurangan Energi Protein) merupakan salah satu penyakit gangguan gizi yang mendapat prioritas utama untuk ditangani di indonesia maupun dinegara yang sedang berkembang. Penanggulangan KEP yang pertama harus ditanggulangi ialah gejala – gejala penyakit infeksi yang akut seperti kejang – kejang, dehidrasi dan diare. Cupcake merupakan salah satu makanan selingan atau kudapan yang populer diindonesia. kacang – kacangan merupakan salah satu sumber protein nabati yang baik untuk dikonsumsi. salah satu dari jenis kacang – kacangan tersebut adalah kacang hijau. pisang yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisang kepok kuning. pisang kepok termasuk dalam pisang platinum atau pisang olahan. Cup cake mulai populer setelah masyarakat indonesia mengenal peradaban diluar. Ragam cupcake sudah banyak yang beredar dipasar, namun untuk inovasi produk belum banyak dilakukan, inovasi produk cupcake pernah di lakukan dengan subtitusi tepung kacang merah dan tepung terigu oleh nigrum. Tujuan Khusus penelitian ini Pengaruh subtitusi Tepung Kacang Hijau dan Tepung Pisang Kepok terhadap Uji Organoleptik, Kandungan Gizi dan Daya Simpan cup cake. Metode Penelitian : Jenis penelitian yang digunakan adalah experimen, menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Hasil Penelitian cupcake subtitusi tepung kacang hijau dan tepung pisang kepok berpengaruh terhadap sifat organoleptik cupcake meliputi tekstur, warna, aroma dan rasa. cupcake yang di subtitusi dengan tepung kacang hijau 30 % dan tepung pisang kepok 20 % memiliki kandungan zat gizi yakni karbohidrat 0,214 %, protein 0,60 %, serat 0,340 %  dan 0,214 % karbohidrat. Terjadi penuranan umur simpan cupcake terutama kadar air, kadar mineral, kadar lemak dan kadar serat.
PEMBERDAYAAN KADER POSYANDU DALAM PENGEMBANGAN PANGAN LOKAL BERBASIS KELOR DI KOTA KUPANG Meirina Sulastri Loaloka; Asweros Umbu Zogara; Anak Agung Ayu Mirah Adi; Maria Goreti Pantaleon
Joong-Ki : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 1 No. 3: September 2022
Publisher : CV. Ulil Albab Corp

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56799/joongki.v1i3.849

Abstract

Kelor (Moringa oleifera) merupakan salah satu pangan lokal yang memiliki kandungan yang gizi yang tinggi. Daun kelor kaya akan beta karoten, vitamin C, vitamin E, polifenol, dan sumber antioksidan alami yang baik. Akan tetapi tanaman kelor masih kurang dimanfaatkan secara maksimal sebagai bahan pangan. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengajarkan kader posyandu dan ibu balita tentang olahan kelor, yaitu kroket kelor, cendol kelor dan bolu kelor. Sasaran kegiatan ini adalah kader dan ibu balita di Posyandu Kamboja II, Kelurahan Sikumana, Kota Kupang. Kegiatan ini dilaksanakan dalam 2 metode, yaitu ceramah dan demo/praktik. Hasil kegiatan ini adalah seluruh peserta paham tentang pembuatan makanan berbasis kelor dan mampu menghasilkan keuntungan dari penjualan produk tersebut. Kegiatan ini diharapkan dapat membuat ibu balita memiliki variasi makanan yang diberikan kepada balita dan juga produk ini dapat dijual untuk meningkatkan ekonomi keluarga.
Edukasi Gizi Dalam Rangka Pencegahan Anemia Pada Remaja Putri di Kota Kupang Maria Goreti Pantaleon; Maria Helena Dua Nita; Christine R. Nenotek
Joong-Ki : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 2 No. 1: Januari 2023
Publisher : CV. Ulil Albab Corp

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56799/joongki.v2i1.1247

Abstract

Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk mencegah masalah-masalah gizi dan Kesehatan pada remaja, melalui pemberian edukasi gizi untuk meningkatkan pengetahuan remaja putri, agar terjadi peningkatan pengetahuan dan perubahan perilaku remaja. Metode yang digunakan saat kegiatan yaitu melalui diskusi, ceramah, tanya jawab serta pendekatan personal. Proses penyampaian informasi menggunakan media LCD, laptop, alat peraga. Target yang ingin dicapai dari kegiatan ini adalah meningkatkan pengetahuan remaja mengenai masalah gizi dan kesehatan, mengubah perilaku konsumsi remaja putri yang mengalami anemia, serta membentuk kader-kader yang akan menjadi sumber informasi bagi remaja lainnya.
Hubungan Pola Asuh Orang Tua dan Pemberian MPASI Dengan Konsumsi Sayur dan Buah pada Balita Zogara, Asweros Umbu; Pantaleon, Maria Goreti
Pontianak Nutrition Journal (PNJ) Vol 6, No 2 (2023): September 2023
Publisher : Poltekkes Kemenkes Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30602/pnj.v6i2.1205

Abstract

Konsumsi sayur dan buah memberikan banyak manfaat bagi balita. Tetapi kebanyakan balita tidak mencapai konsumsi yang cukup dalam sehari. Hal ini dipengaruhi oleh pola asuh karena orang tua masih mengatur makanan yang dikonsumsi balita. Faktor lainnya adalah umur pemberian MPASI dan umur pengenalan sayur dan buah. Balita seharusnya mendapatkan makanan pada umur 6 bulan dan sebaiknya segera dikenalkan dengan sayur dan buah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara pola asuh, umur pemberian MPASI, dan umur pengenalan sayur dan buah dengan konsumsi sayur dan buah pada balita. Penelitian ini dilaksanakan di Kota Kupang pada bulan Maret sampai Juni 2023. Sampel dalam penelitian ini adalah balita berumur 24-59 bulan berjumlah 366 orang. Data penelitian dianalisis menggunakan uji korelasi pearson. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara prompting and encouragement to eat (p-value=0,001), control over eating (p-value=0,023), umur pemberian MPASI (p-value=0,033), dan umur pengenalan sayur (p-value=0,041) dengan konsumsi sayur pada balita. Pola asuh emotional feeding (p-value=0,035), prompting and encouragement to eat dan control over eating (p-value=0,041), umur pemberian MPASI (p-value=0,000) dan umur pengenalan buah (p-value=0,029) berhubungan dengan konsumsi buah pada balita. Orang tua sebaiknya memilih pola asuh yang mendukung konsumsi sayur dan buah pada balita
Peningkatan Remaja Sadar Gizi Melalui Edukasi dan Pemberian PMT Berbasis Pangan Lokal Dalam Rangka Pencegahan Stunting di Kabupaten Kupang Pantaleon, Maria Goreti; Demu, Yohanes Don Bosko; Nur, Astuti; Zogara, Asweros Umbu; da Costa, Santa L. D.
BERNAS: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 6 No. 2 (2025)
Publisher : Universitas Majalengka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31949/jb.v6i2.13022

Abstract

Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Remaja mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat meliputi perubahan pada struktur tubuh, fisiologis, psikologis dan fungsi sosial sehingga membutuhkan asupan gizi yang memadai. Gizi yang tidak memadai dimasa remaja dapat menyebabkan berbagai macam penyakit kronis. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2018, diketahui bahwa prevalensi status gizi anak pendek dan pendek pada remaja usia 13 – 15 tahun sebesar 25,75%, dan pada remaja usia 16 – 18 tahun sebesar 26,9%. Prevalensi status gizi kurus dan sangat kurus pada remaja sebesar 16,8%, dan prevalensi obesitas sebesar 29,5%. Selain masalah status gizi, masalah anemia pada remaja putri juga cukup tinggi yaitu sebanyak 32%. Kegiatan pengabdian masyarakat dilaksanakan di SMP Negeri 4 Taebenu Kelurahan Oeltuah Kecamatan Taebenu Kabupaten Kupang, dengan jumlah sasaran sebanyak 30 peserta. Kegiatan yang dilakukan antara lain edukasi gizi seimbang dan anemia dengan metode ceramah dengan alat bantu berupa poster dan leaflet, pengukuran status gizi, dan pemberian pangan lokal berupa kacang hijau. Hasil dari kegiatan pengabdian masyarakat yaitu terjadi peningkatan pengetahuan remaja tentang gizi seimbang dan anemia.
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Picky Eating pada Balita Usia 24-59 Bulan Zogara, Asweros Umbu; Pantaleon, Maria Goreti; Loaloka, Meirina Sulastri; Adi, Anak Agung Ayu Mirah; da Costa, Santa Luciana Diaz Vera
Ghidza: Jurnal Gizi dan Kesehatan Vol 9 No 1 (2025): June
Publisher : Universitas Tadulako

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22487/ghidza.v9i1.1879

Abstract

Picky eating pada balita usia 24-59 bulan dapat mengakibatkan masalah gizi. Hal ini dikarenakan balita akan memilih-milih atau bahkan menolak makanan sehingga asupan zat gizi tidak terpenuhi. Banyak penyebab munculnya masalah picky eating pada balita, antara lain umur balita, jumlah kelahiran, pemberian ASI, dan pendidikan ibu. Tujuan utama dari penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku picky eating pada balita. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Sampel penelitian, yaitu balita usia 24-59 bulan berjumlah 366 orang yang dipilih menggunakan teknik accidental sampling. Variabel bebas yang diteliti, yaitu jenis kelamin, Pendidikan orang tua, jumlah balita dalam rumah, riwayat ASI eksklusif, inisiasi menyusui dini, berat badan lahir, dan riwayat sakit dalam 6 bulan terakhir, sedangkan variabel terikat adalah perilaku picky eating. Analisis data yang digunakan adalah chi square. Variabel yang berhubungan dengan perilaku picky eating pada balita, yaitu ASI eksklusif (p value = 0,000), BBLR (p value = 0,008), dan riwayat sakit (p value = 0,001). Variabel-variabel yang tidak berhubungan dengan perilaku picky eating pada balita, yaitu jenis kelamin (p value = 0,918), pendidikan ayah (p value = 0,398), pendidikan ibu (p value = 0,054), jumlah balita (p value = 0,752), dan IMD (p value = 0,122). Variabel yang berhubungan dengan perilaku picky eating pada balita, yaitu pemberian ASI eksklusif, BBLR, dan riwayat sakit. Para ibu sebaiknya memberikan makanan yang bervariasi agar balita tidak bosan dengan bentuk dan rasa makanan sehari-hari.
DAYA TERIMA BISKUIT “JATISAR” BAGI BALITA STUNTING Maria F Vinsensia D P Kewa Niron; Maria Goreti Pantaleon; Jane Austen Peni; Regina Maria Boro; Agustina Setia; Anak Agung Ayu Mirah Adi
Journal of Innovation Research and Knowledge Vol. 5 No. 1: Juni 2025
Publisher : Bajang Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Biscuits are a type of food made from wheat flour combined with other ingredients through a heating and molding process. This widely recognized food is often used as a medium for fortification, allowing additional nutrients to be consumed by more people. One of the high-protein food ingredients is sardines. Besides sardines, titi corn can also be used as a protein source because it contains a relatively high amount of protein. This study aimed to determine the acceptability and nutritional content of biscuits substituted with titi corn flour and sardine flour. The study employed a Completely Randomized Design (CRD) consisting of original (control) biscuits and formulated biscuits. The results indicated that the selected formulated biscuit was formula A1 (45% titi corn flour and 5% sardine flour). The best formula of titi corn flour and sardine flour biscuits can be consumed as a snack, especially by toddlers, with a serving size of three 15-gram pieces per snack time to help meet their nutritional needs, making it an effective additional nutrient source in combating stunting
Hubungan asupan energi dan zat gizi serta pengetahuan dengan status gizi pada remaja di Kota Kupang Pantaleon, Maria Goreti; Petrika, Yanuarti; Zogara, Asweros Umbu; Desi, Desi; Niron, Maria
Jurnal SAGO Gizi dan Kesehatan Vol 6, No 2 (2025): Agustus
Publisher : Poltekkes Kemenkes Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30867/gikes.v6i2.2388

Abstract

Background: Nutritional status in adolescents is a crucial factor affecting the quality of future generations. Various nutritional issues among adolescents, such as inadequate nutrient intake, anemia, and obesity, remain significant challenges in Kupang City.Objective: This study aims to analyze the relationship between energy intake, nutrient intake, and nutritional knowledge with the nutritional status of adolescents in Kupang City.Methods: This study was conducted at SMA Negeri 2, SMA Negeri 6, and SMA Negeri 7 in Kupang City using a cross-sectional approach involving 345 students. The sampling technique used was consecutive sampling. Nutritional intake data were collected through interviews using a food recall questionnaire, while nutritional status was assessed through weight and height measurements, which were then analyzed using the WHO Anthro application. Adolescent nutritional knowledge was assessed through a self-administered questionnaire. All data were processed using SPSS software and analyzed using the chi-square test.Results: The majority of respondents had good nutritional status (70,1%). Bivariate analysis showed a significant association between intake of carbohydrate (p=0,000), protein (p=0,016), energy (p=0,000), and fat (p=0,000), with nutritional status. However, the relationship between nutrition knowledge and nutritional status did not show statistical significance (p=0,917).Conclusion: There is a significant relationship between carbohydrate, protein, energy, and fat intake with adolescents' nutritional status, whereas nutritional knowledge does not have a direct impact.