Claim Missing Document
Check
Articles

MODEL ARSITEKTUR POHON FAMILI DIPTEROCARPACEAE DI KEBUN RAYA SAMBAS KABUPATEN SAMBAS Erlin, Erlin; Sisillia, Lolyta; Manurung, Togar Fernando
JURNAL HUTAN LESTARI Vol 11, No 3 (2023): JURNAL HUTAN LESTARI
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jhl.v11i3.62166

Abstract

Sambas Botanical Garden functions as a conservation area that has a fairly high diversity of plants with vegetation that is dominated by Dipterocarpaceae family. Research on architectural models of the Dipterocarpaceae family in the Sambas Botanical Garden needs to be carried out to obtain a database of the diversity of architectural models of the Dipterocarpaceae trees that grow in the Sambas Botanical Garden. It was also to provide complete data related to the architectural model which is expected to be used as a reference in the management of the Sambas Botanical Garden. The purpose of this study was to determine the architectural model of the Dipterocarpaceae family tree. The benefit of the research was to provide a source of information regarding the description of the architectural model of the Dipterocarpaceae family tree that grows in the Sambas Botanical Garden. This research was conducted using survey methods, data collection was carried out by roaming, namely by exploring every corner of the location in the Sambas Botanical Gardens. The results of this study found 5 architectural models of 28 species of trees in the Dipterocarpaceae family, namely the Roux model, Massart model, Scarrone model, Rauh model, and Attims model. The Roux model is the most common tree architectural model, with 14 species.Keywords: Dipterocarpaceae, Sambas Botanical Garden, Tree architecture.AbstrakKebun Raya Sambas difungsikan sebagai kawasan konservasi yang memiliki keanekaragaman tumbuhan yang cukup tinggi dengan vegetasi yang mendominasi yaitu dari famili Dipterocarpaceae. Penelitian tentang model arsitektur pohon famili Dipterocarpaceae di Kebun Raya Sambas perlu dilakukan untuk mendapatkan database keanekaragaman model arsitektur pohon famili Dipterocarpaceae yang tumbuh di Kebun Raya Sambas. Selain itu memberikan data secara lengkap terkait model arsitektur yang diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan dalam pengelolaan Kebun Raya Sambas. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan model arsitektur pohon famili Dipterocarpaceae. Manfaat penelitian yaitu dapat memberikan sumber informasi deskripsi model arsitektur pohon famili Dipterocarpaceae yang tumbuh di Kebun Raya Sambas. Penelitian ini menggunakan metode survey, pengumpulan data dilakukan dengan cara jelajah, yaitu dengan menjelajahi setiap sudut lokasi di Kebun Raya Sambas. Hasil penelitian ini ditemukan 5 model arsitektur dari 28 spesies pohon famili Dipterocarpaceae yaitu model Roux, model Massart, model Scarrone, model Rauh, dan model Attims. Model Roux merupakan model arsitektur pohon yang paling banyak dijumpai yaitu sebanyak 14 spesies.Kata kunci: Dipterocarpaceae, Kebun Raya Sambas, Arsitektur Pohon.
KAJIAN PEMANFAATAN JENIS-JENIS PANDANUS (PANDANACEAE) OLEH MASYARAKAT DESA NANGA KERUAP KABUPATEN MELAWI Sisillia, Lolyta; sabalaka, Sunsugos; Kartikawati, Siti Masitoh
JURNAL HUTAN LESTARI Vol 12, No 1 (2024): JURNAL HUTAN LESTARI
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jhl.v12i1.63721

Abstract

This study aims to examine the types of pandanus (Pandanceae) used by the community and the form/pattern of pandanus utilization by the people of Nanga Keruap Village, Menukung District, Melawi Regency. Based on the results of the study, it was found that there were four types of pandanus plants, namely fragrant pandanus (Pandanus amaryllifolius Roxb), kajang/perupuk (Pandanus aristatus Martelli), ries/ririh (Pandanus Sp.1) and soli/kesopuk (Pandanus Sp.2). The highest Use Value (UV) was from the kajang plant (Pandanus aristatus Martelli) with a value of 1. The highest Informant Consensus Factor (ICF) was found in the user group as housing materials, food ingredients, dyes, and traditional rituals, with an average value of 1. The highest Fidelity Level (FL) was found in soil plants with a value of 100%. Leaves are the most widely used part of the pandanus plant. The pattern of using pandanus plants tends to be personal consumption. Each type of pandanus is taken and processed into a product by the community as an individual need, not for sale. Pandanus plants are obtained from the wild (kajang, ririh, and soli) and cultivated plants (fragrant pandan).Keywords: Pandanaceae, pandanus, plants, utilization, Nanga Keruap Village.AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengkaji jenis-jenis pandanus (Pandanaceae) yang dimanfaatkan masyarakat serta mengkaji bentuk/pola pemanfaatan pandanus oleh masyarakat Desa Nanga Keruap Kecamatan Menukung Kabupaten Melawi. Penelitian ini dilakukan dengan metode Snowball sampling dan purposive sampling. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan sebanyak 4 jenis tumbuhan pandanus yaitu pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb), kajang/perupuk (Pandanus aristatus Martelli), ries/ririh (Pandanus Sp.1) dan soli/kesopuk (Pandanus Sp.2). Use Value (UV) tertinggi yaitu dari jenis tumbuhan kajang (Pandanus aristatus Martelli) dengan nilai 1. Informant Consensus Factor (ICF) tertinggi terdapat pada kelompok pemanfaatan sebagai bahan perumahan, bahan makanan, pewarna, dan ritual adat dengan rata-rata nilai 1. Fidelity Level (FL) tertinggi terdapat pada tumbuhan soli dengan nilai 100%. Daun merupakan bagian tumbuhan pandanus yang paling banyak dimanfaatkan. Pola pemanfaatan tumbuhan pandanus cenderung bersifat konsumsi pribadi dimana setiap jenis pandanus yang diambil dan diolah menjadi sebuah produk oleh masyarakat sebagai kebutuhan pribadi tidak untuk dijual. Tumbuhan pandanus diperoleh dari tumbuhan liar (kajang, ririh, dan soli) dan budidaya (pandan wangi).Kata kunci: Desa Nanga Keruap, pandanaceae, pandanus, pemanfaatan, tumbuhan.
Eksplorasi jenis bambu penghasil bigar dan karakteristik bigar bambu dari Desa Suruh Tembawang Kabupaten Sanggau Sisillia, Lolyta; Eny, Julia; Yanti, Hikma
ULIN: Jurnal Hutan Tropis Vol 8, No 2 (2024)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32522/ujht.v8i2.15514

Abstract

Bigar merupakan zat silika berbentuk kristal yang terdapat pada rongga ruas bambu dari jenis bambu tertentu. Tujuan penelitian yaitu untuk mengidentifikasi jenis-jenis bambu penghasil bigar dan menjelaskan karakteristik fisik bigar bambu dari Desa Suruh Tembawang Kecamatan Entikong Kabupaten Sanggau. Penelitian menggunakan metode survei eksplorasi, dengan mendatangi lokasi tempat tumbuh bambu dan mendata bambu-bambu yang menghasilkan bigar melalui bantuan informasi masyarakat pencari bigar. Identitas bambu penghasil bigar diperoleh melalui identifikasi dengan mengamati ciri-ciri morfologi bambu. Karakteristik fisik bigar dengan cara pengamatan langsung di rongga batang bambu dan di tempat pengumpulan bigar. Teridentifikasi bambu penghasil bigar adalah Schizostachyum brachycladum Kurz. dan Gigantochloa apus (Schult.f) Kurz. Ciri-ciri khusus batang bambu sebagai tanda bahwa terdapat keberadaan bigar dalam rongga ruas bambu yaitu dengan adanya perubahan pada kondisi batang bambu dan warna kulit pada ruas batang bambu. Karakteristik bigar bambu di Desa Suruh Tembawang memiliki tekstur yang padat dan berwarna putih kusam. Karakteristik fisik bigar asal Desa Suruh Tembawang sudah sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan oleh Badan Karantina Pertanian, yaitu kualitas bigar kelas A, B, dan C.
IDENTIFICATION OF BAMBOO TYPES (Bambusoideae) IN PONTIANAK CITY Sisillia, Lolyta; Destiana, Destiana; Reza, Aswan; Lesi Kajamid, Elisia; Tedi Perdana, Fransisko; Rosula Rinto, Stepanus
Jurnal Belantara Vol 8 No 1 (2025)
Publisher : Forestry Study Program University Of Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jbl.v8i1.1060

Abstract

Pontianak City is one of the major cities in West Kalimantan and has high biodiversity, one is the bamboo plant which has important ecological and economic values. This study aims to identify bamboo and determine the distribution of bamboo in the East Pontianak sub-district. The methods used in this study include field surveys and sample collection in various locations in Pontianak City, as well as morphological and taxonomic identification in the laboratory Results Distribution and Identification of Bamboo Species (Bambusoideae) In East Pontianak District there are three bamboo genera namely Schizostachyum, Bambusa and Thyrsostachys with five types of bamboo with a total of 137 growing points or clumps, including, Schizostachyum brachycladum var "yellow" 6 clumps, Bambusa vulgaris var. Vulgaris 23 clumps, Bambusa vulgaris var. sriata 15 clumps, Thyrsostachys siamensis Gamble 72 clumps, and Bambusa multiplex 21 clumps. The types of bamboo that grow in the East Pontianak area grow at an altitude of 1.35 - 2.1m above sea level with an air humidity of 83 - 91%, soil pH of 4.9 - 6.2%, and temperature of 28 - 32°C.
PEMANFAATAN ROTAN SEBAGAI BAHAN BAKU KERAJINAN OLEH MASYARAKAT DESA BENUA KRIO, KABUPATEN KETAPANG Setyawati, Dina; MS, Albertus; Sisillia, Lolyta
JURNAL HUTAN LESTARI Vol 12, No 2 (2024): JURNAL HUTAN LESTARI
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jhl.v12i2.49615

Abstract

The use of rattan as a raw material for handicrafts has been a long-standing tradition in Benua Krio, Hulu Sungai District, Ketapang Regency. This study aims to document the various species of rattan utilized as raw materials for handicrafts, the products, and describe their processing techniques. The respondents in this study were rattan artisans from Benua Krio Village, totaling 30 participants. The selection of respondents was carried out using the snowball sampling method. Data analysis revealed that 10 species of rattan are utilized, classified into three genera: Calamus, Korthalsia, and Daemonorops.The Calamus genus includes Calamus caesius Blume, C. manan Miq, C. optimus Beccari, C. inops Becc, and C. trachycoleus. The Korthalsia genus comprises Korthalsia echinometra Beccari and K. rigida Blum). The Daemonorops genus includes Daemonorops geniculata (Griff) Mart, D. didymophylla Bec), and D. melanochaetes B). The rattan processing follows several stages: harvesting, initial cleaning, drying and preservation, secondary cleaning, and product manufacturing The study identified 15 types of handicrafts produced in Benua Krio Village, including timpak, ragak, bakul, piring, kampik, ronjong, entaban, tengkalang, takin, takin dara, capan, ayak padi, klasah/tikar, pemangkong tilam, and tangguk.Keywords: Benua Krio Village, Handicraft, Rattan, Utilization,AbstrakPemanfaatan rotan sebagai bahan baku kerajinan di Desa Benua Krio sudah menjadi tradisi masyarakat. di Desa Benua Krio, Kecamatan Hulu Sungai, Kabupaten Ketapang. Penelitian ini bertujuan untuk mendokumentasikan berbagai jenis rotan yang digunakan sebagai bahan baku kerajinan, produk yang dihasilkan, serta mendeskripsikan teknik pengolahannya. Responden dalam penelitian ini adalah pengrajin rotan dari Desa Benua Krio, dengan total 30 peserta. Pemilihan responden dilakukan menggunakan metode snowball sampling. Hasil penelitian mendapatkan terdapat 10 jenis rotan yang dimanfaatkan, yang diklasifikasikan ke dalam tiga genus, yaitu Calamus, Korthalsia, dan Daemonorops. Genus Calamus mencakup Calamus caesius Blume, C. manan Miq), C. optimus Beccari), C. inops Becc, dan C. trachycoleus. Genus Korthalsia terdiri dari Korthalsia echinometra Beccari dan K. rigida Blume. Genus Daemonorops mencakup Daemonorops geniculata (Griff) Mart, D. didymophylla Becc, dan D. melanochaetes BI. Proses pengolahan rotan dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu pemanenan, pembersihan tahap pertama, pengeringan dan pengawetan, pembersihan tahap kedua, serta pembuatan produk. Penelitian ini mengidentifikasi 15 jenis kerajinan yang diproduksi di Desa Benua Krio, antara lain timpak, ragak, bakul, piring, kampik, ronjong, entaban, tengkalang, takin, takin dara, capan, ayak padi, klasah/tikar, pemangkong tilam, dan tangguk.Kata Kunci: Desa Benua Krio, Kerajinan, Rotan, Pemanfaatan
KAJIAN ETNOZOOLOGI MASYARAKAT DAYAK BAKATI DI DESA BENGKILU KECAMATAN TUJUH BELAS KABUPATEN BENGKAYANG hero, paulinus; Sisillia, Lolyta; Yusro, Fathul
Tengkawang : Jurnal Ilmu Kehutanan Vol 15, No 1 (2025): TENGKAWANG : JURNAL ILMU KEHUTANAN
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jt.v15i1.84587

Abstract

Forests have various types of animals that can be used by humans to meet their daily needs. a type of animal that is used as a source of food by humans that can produce energy as a source of protein, vitamins, fats and minerals. This study aims to analyze the use of animals by the Bakati Dayak community in Kampung Bengkilu. The research was carried out in Bengkilu Village, Tujuh Belas District, Bengkayang Regency. Data collection was carried out using a survey method with a purposive sampling technique using the Slovin formula. Data analysis used qualitative descriptive analysis. Based on the results of the study, there were 50 types of animals belonging to 36 families that were used. These uses were divided into 7 categories, namely traditional rituals, mysticism, medicine, hunting, food, artistic value and trade. Based on the class level, 9 classes of animals were obtained. The highest use value (UV) was the roaming chicken (Gallus domesticus) with a value of (0.91). The highest FL value (100) was gecko, lizard, in the lizard food category, nasi kareo, tengkuyung and catfish. Keywords: Dayak Bakati, Ethnozoology, Utilization. Abstrak Hutan memiliki beragam jenis hewan yang bisa dimanfaatkan oleh manusia untuk mencukupi kebutuhan hidup. jenis hewan yang dimanfaatkan sebagai sumber makanan oleh manusia yang dapat menghasilkan energi sebagai sumber protein, vitamin, lemak, dan mineral. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis pemanfaatan hewan oleh masyarakat Dayak Bakati di Desa Bengkilu. Penelitian dilakukan di Desa Bengkilu Kecamatan Tujuh Belas Kabupaten Bengkayang. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode survei dengan teknik pengambilan sampel secara Purposive Sampling menggunakan Rumus Slovin. Analisis data menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian terdapat 50 jenis hewan yang termasuk dalam 36 famili yang dimanfaatkan. Pemanfaatan ini terbagi menjadi 7 kategori yaitu ritual adat, mistis, pengobatan, berburu, bahan pangan, nilai seni, dan perdagangan. Berdasarkan tingkat kelas diperoleh 9 kelas hewan. Hasil nilai pemanfaatan (UV) tertinggi yaitu ayam kampung (Gallus domesticus) dengan nilai (0,91). Nilai FL tertinggi (100) yaitu hewan tokek, cicak, pada kategori bahan pangan berupa hewan biawak, kareo padi, tengkuyung dan ikan lele. Kata Kunci : Dayak Bakati, Etnozoologi, Pemanfaatan.
Karakteristik Batang Bambusa Vulgaris Schrad dan Thyrsostachys siamensis Gamble Dari Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Sisillia, Lolyta; Marwanto, Marwanto; Diba, Farah; Nainggolan, Rizky Mangiring Tua; Angraeni, Enita
ULIN: Jurnal Hutan Tropis Vol 9, No 1 (2025)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32522/ujht.v9i1.15516

Abstract

Penelitian sifat kimia dan sifat fisik batang bambu merupakan salah satu upaya untuk lebih memahami karakteristik dan kualitas bambu yang tumbuh di Kota Pontianak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sifat fisik dan sifat kimia bambu Bambusa vulgaris dan Thyrsostachys siamensis yang tumbuh di Kota Pontianak. Analisis data menggunakan rancangan acak lengkap faktorial 3x2 yaitu bagian batang (pangkal,tengah dan ujung) dan jenis bambu (B.vulgaris dan T.siamensis) dengan ulangan tiga kali. Penetapan kadar holoselulosa mengacu pada metode Browning (1967), penetapan kadar ekstraktif larut alcohol-benzena mengacu pada TAPPI 204 om-88, dan penetapan kadar lignin klason mengacu pada TAPPI T 222 om-88 (TAPPI 2002b). Pengajian sifat fisik bambu mengacu pada standar ISO 13061-3 yang telah dimodifikasi. Sifat kimia Bambusa vulgaris dan Thyrsostachys siamensis bervariasi berdasarkan perbedaan posisi batang. Tidak ada interaksi yang signifikan antara bagian batang bambu dan jenis bambu terhadap sifat kimia bambu  pada selang kepercayaan 95%. Sifat fisik Bambusa vulgaris dan Thyrsostachy siamensis bervariasi berdasarkan perbedaan posisi batang bagian pangkal,tengah dan ujung. Nilai kadar air, kerapatan dan penyusutan tertinggi ada pada bagian pangkal bambu. Berdasarkan analisis statistik, kadar air, kerapatan dan penyusutan bambu memiliki perbedaan yang signifikan pada selang kepercayaan 95%
Edukasi Partisipatif Tentang Hasil Hutan Bukan Kayu Bagi Masyarakat Sebagai Upaya Untuk Melestarikan Hutan Kalimantan Lolyta Sisillia; Tri Widiastuti; Emi Roslinda; Kristina Meirito Gultom; Erma Sari
Jurnal Pengabdian UNDIKMA Vol. 5 No. 2 (2024): May
Publisher : LPPM Universitas Pendidikan Mandalika (UNDIKMA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33394/jpu.v5i2.10492

Abstract

This community service aims to increase community knowledge around Special Purpose Forest Areas (KHDTK) regarding non-timber forest products (HHBK) and increase community awareness and participation in maintaining and utilizing forest products sustainably. The method of implementing this service used participatory-based education. Evaluation of activities used questionnaire instruments and pretest-posttest analysis. To determine the effectiveness of using the service method, use the normalized gain score and the N-Gain effectiveness interpretation category. The results of this service showed that educational activities about HHBK for the community around the KHDTK area of Tanjungpura University, which were carried out in Simpang Kasturi Village were quite effective. The knowledge of the Simpang Kasturi Village community about HHBK increased by 61.4% after educational activities were carried out. People were increasingly aware of the importance of protecting and preserving forests, especially forest areas in Simpang Kasturi Village.