Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : 2-TRIK: TUNAS-TUNAS RISET KESEHATAN

Personal Hygiene sebagai Faktor Risiko Terjadinya Infeksi Soil Transmitted Helminths (STH) pada Warga Tunagrahita Paramitha, Silvia Mega; Suliati, Suliati; Puspitasari, Ayu
2-TRIK: TUNAS-TUNAS RISET KESEHATAN Vol 14, No 2 (2024): April-Juni 2024
Publisher : FORUM ILMIAH KESEHATAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33846/2trik14205

Abstract

Soil-transmitted helminth infection is an intestinal infection that can occur at any age, especially in people with poor personal hygiene. This condition, related to a lack of awareness of personal hygiene, is still common among people with mental retardation. The purpose of this study was to analyze the correlation between personal hygiene and the incidence of soil-transmitted helminth infection in people with intellectual disabilities. This study used a cross-sectional design involving a sample of 30 people with intellectual disabilities. Data collection was conducted through stool specimen examination, interviews, and observation. Statistical data analysis was performed using the Chi-square test and Spearman correlation test. The results showed a p-value of 0.000 and an r-value of 0.693, indicating a significant and strong positive correlation. The conclusion of this study confirms that personal hygiene problems are a risk factor for soil-transmitted helminth infection in people with intellectual disabilities.Keywords: soil-transmitted helminth infection; personal hygiene; stool examinationABSTRAK Infeksi soil transmitted helminths merupakan infeksi usus yang dapat terjadi pada semua usia terutama pada masyarakat dengan kondisi personal hygiene yang buruk. Kondisi terkait kurangnya kesadaran pribadi dalam menjaga personal hygiene ini masih banyak dijumpai pada warga yang mengalami keterbelakangan mental. Tujuan penelitian ini adalah mengenalisis korelasi antara personal hygiene dengan kejadian infeksi soil transmitted helminths pada warga tunagrahita. Rancangan penelitian ini adalah cross-sectional yang melibatkan sampel yaitu 30 warga tunagrahita. Pengumpulan data dilakukan melalui pemeriksaan spesimen tinja, wawancara, dan observasi. Analisis data secara statistik dilakukan menggunakan uji Chi-square dan uji korelasi Spearman. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai p adalah 0,000 dan nilai r adalah 0,693< sehingga dimaknai bahwa ada korelasi positif yang signifikan dan kuat. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu menegaskan bahwa masalah personal hygiene merupakan faktor risiko kejadian infeksi soil transmitted helminths pada warga tunagrahita.Kata kunci: infeksi soil transmitted helminth; personal hygiene; pemeriksaan tinja 
Gen Exfoliatif A (EtA) Staphylococcus aureus Pada Isolat Luka Pasien Diabetes Mellitus Suliati, Suliati; Sasongkowati, Retno; Endarini, Lully Hanni; Anggraini, Anita Dwi
2-TRIK: TUNAS-TUNAS RISET KESEHATAN Vol 12, No 2 (2022): Mei 2022
Publisher : FORUM ILMIAH KESEHATAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33846/2trik12204

Abstract

Diabetes mellitus is a degenerative disease that has many complications, one of which is diabetic ulcers. People with diabetes mellitus who have open wounds will be more susceptible to infection because an increase in blood sugar can make the wound a nutrient and a place for bacterial growth. One of the bacteria that causes infection in open wounds is Staphylococcus aureus. Toxins released by Staphylococcus aureus can cause Staphylococcal Scaled Skin (SSS). This quantitative descriptive study was conducted at the Diabetes Wound Specialist House, involving patients with diabetes mellitus at the Diabetes Wound Specialist Hospital. Bacterial culture from patient wound swabs was carried out at the Microbiology Laboratory, Poltekkes Kemenkes Surabaya; while the detection of the Staphylococcus aureus EtA gene was carried out at the ITD (Institute of Tropical Diseases) Laboratory. Data were analyzed descriptively. The PCR results showed that from 30 samples of diabetes mellitus wound swabs, 2 samples were found positive for the presence of Staphylococcus aureus bacteria.Keywords: Exfoliative A gene; Staphylococcus aureus; diabetes mellitus  ABSTRAK Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang punya banyak diikuti dengan komplikasi, salah satu di antaranya adalah ulkus diabetik. Penderita diabetes melitus yang memiliki luka terbuka akan lebih rentan mengalami infeksi karena adanya kenaikan gula darah dapat menjadikan luka tersebut menjadi nutrisi dan tempat pertumbuhan bakteri. Salah satu bakteri yang menyebabkan infeksi pada luka terbuka adalah Staphylococcus aureus. Toksin yang dikeluarkan oleh Staphylococcus aureus dapat menyebabkan Staphylococcal Scaled Skin (SSS). Penelitian deskriptif kuantitatif ini dilaksanakan di Rumah Spesialis Luka Diabetes, dengan melibatkan pasien diabetes mellitus di Rumat Spesialis Luka Diabetes. Kultur bakteri dari usap luka pasien dilakukan di Laboratotium Mikrobiologi, Poltekkes Kemenkes Surabaya; sedangkan deteksi gen EtA bakteri Staphylococcus aureus dilakukan di Laboratorium ITD (Institute of Tropical Diseases). Data dianalisis secara deskriptif. Hasil PCR menunjukkan bahwa dari 30 sampel usap luka diabetes melitus, telah ditemukan 2 sampel positif adanya bakteri Staphyococcus aureus.Kata kunci: gen Exfoliatif A; Staphylococcus aureus; diabetes mellitus
Media Alternatif Agar Jagung untuk Identifikasi Candida albicans Junaedi, Winda Rachmawati; Suliati, Suliati; Mutiarawati, Diah Titik; Endarini, Lully Hanni
2-TRIK: TUNAS-TUNAS RISET KESEHATAN Vol 14, No 3 (2024): Juli-September 2024
Publisher : FORUM ILMIAH KESEHATAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33846/2trik14304

Abstract

Fungal culture media is the gold standard for diagnosing candidiasis. Generally, the media used are ready-to-use preparations, as an alternative medium for the identification of Candida albicans. The carbohydrate content in the form of starch contained in the mixed corn agar media provides a source of nutrition for growth and development. The addition of Tween 80 to the mixed corn agar media under oxygen-deficient culture conditions (caused by the inoculum with a cover glass) creates an unfavorable environment and stimulates the formation of chlamydospores (a microscopic characteristic of Candida albicans). The purpose of this study was to determine the sensitivity of mixed corn agar media as an alternative medium for the identification of Candida albicans. Examination of the macroscopic characteristics of Candida albicans was carried out by inoculating a Candida albicans suspension on mixed corn agar media and cornmeal media (control). The study was conducted from December 2019 to June 2020 at the Clinical Microbiology Laboratory, Surabaya Center for Health Laboratory. Based on the results of the examination and data analysis using the Kruskal-Wallis test, the p-value was 0.368. Therefore, there were no differences in the macroscopic characteristics of Candida albicans on the three media: mixed corn agar, mixed rice agar, and cornmeal (positive control). Therefore, it can be concluded that mixed corn agar and mixed rice agar are sensitive alternative media for the identification of Candida albicans.Keywords: Candida albicans; mixed corn agar; cornmeal; macroscopic characteristicsABSTRAK Media dalam pemeriksaan kultur jamur merupakan baku emas untuk penegakan diagnosa kandidiasis. Pada umumnya media yang digunakan sudah dalam bentuk sediaan siap pakai, sebagai media alternatif untuk identifikasi Candida albicans. Kandungan karbohidrat berupa zat pati yang terdapat pada media agar jagung racikan menjadi sumber nutrisi untuk tumbuh dan berkembang. Penambahan tween 80 pada media agar jagung racikan dengan kondisi kultur kekurangan oksigen (disebabkan inoculum dengan kaca penutup) menciptakan lingkungan yang kurang baik dan merangsang pembentukan klamidospora (karakteristik mikroskopis Candida albicans). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sensitivitas media agar jagung racikan sebagai media alternatif untuk identifikasi Candida albicans. Pemeriksaan karakteristik makroskopis Candida albicans dilakukan dengan cara menginokulasikan suspensi Candida albicans pada media agar jagung racikan, dan media cornmeal (kontrol). Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2019 sampai  Juni 2020 di Laboratorium Mikrobiologi Klinik, Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya. Berdasarkan hasil pemeriksaan dan analisis data dengan uji Kruskal Wallis diketahui bahwa nilai p adalah 0,368. Dengan demikian, tidak ada perbedaan karakteristik makroskopis Candida albicans pada ketiga media yaitu agar jagung racikan, media agar beras racikan dan media cornmeal (kontrol positif). Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa media agar jagung racikan dan media agar beras racikan dapat dikatakan sensitif sebagai media alternatif untuk identifikasi Candida albicans.Kata kunci: Candida albicans; media agar jagung racikan; media cornmeal; karakteristik makroskopis