Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

PENDAMPINGAN PADA KELOMPOK KARYAWAN HOTEL DALAM SERTIFIKASI CLEANLINESS, HEALTHY, SAFETY, AND ENVIRONMENT SUSTAINABILITY D.A.P.S. Masyeni; M. Indrawijaya; R. Kartika; A. Maheraditya; D. A. P. N. Widari
Buletin Udayana Mengabdi Vol 20 No 3 (2021): Buletin Udayana Mengabdi
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (503.087 KB) | DOI: 10.24843/BUM.2021.v20.i03.p06

Abstract

Untuk mendukung sektor pariwisata dan sektor perekonomian yang tidak kunjung pulih akibat pandemi COVID-19, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menggencarkan program CHSE (Cleanliness, Health, Safety, dan Environment Sustainability) melalui sertifikasi CHSE untuk semua usaha pariwisata. Dengan sertifikasi CHSE semua usaha pariwisata telah memiliki, menerapkan, hingga meningkatkan protokol kesehatan di usahanya masing-masing. Hal tersebut diharapkan memberikan rasa aman dan nyaman bagi wisatawan dan masyarakat karena semua usaha pariwisata telah memnuhi standar protokol kesehatan CHSE. Tujuan program kemitraan masyarakat ini bertujuan untuk membantu pemerintah dengan memberikan pendampingan bagi usaha pariwisata dalam mempersiapkan diri untuk sertifikasi CHSE. Kegiatan dimulai dengan sosialisasi program, focus group discussion, pelatihan dan dilanjutkan dengan pendampingan serta evaluasi kegiatan. Diharapkan mitra akan mampu mengikuti sertifikasi CHSE untuk membangun pariwisata sehat pada era new normal.
Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Proteinuria pada Pasien Diabetes Melitus di Puskesmas I dan IV Denpasar Selatan PUTU ARYA SURYANDITHA; NI MADE DHANISWARA PUTRI WIRAWAN; DEWA AYU PUTRI SRI MASYENI
HANG TUAH MEDICAL JOURNAL Vol 20 No 1 (2022): Hang Tuah Medical Journal
Publisher : Universitas Hang Tuah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30649/htmj.v20i1.331

Abstract

Diabetes Mellitus (DM) is a major health problem in the world. Various complications can arise due to uncontrolled blood sugar levels. One of the complications of DM involving the kidneys is diabetic nephropathy, which is characterized by the occurrence of proteinuria in DM patients. This study aims to determine the factors associated with the incidence of proteinuria in patients with diabetes mellitus at Puskesmas I and IV Denpasar Selatan. The design in this study is an analytical study with a cross sectional approach using primary data obtained from interviews and urinalysis examinations. The minimum sample size in this study was 106 people who met the inclusion and exclusion criteria. Data were analyzed using Chi Square test with a significance level of 5%. The number of respondents in this study were 106 respondents. The results of this study showed that as many as 33% of all DM patients had proteinuria. There is a significant relationship between the onset of DM and the incidence of proteinuria (p<0.05), so it can be interpreted that the longer the duration of experiencing DM, the incidence of proteinuria will increase, and vice versa. There was no significant relationship between age, gender, BMI, type of DM therapy, and fasting blood glucose levels with the incidence of proteinuria (p>0,05). Patients with diabetes onset more than 10 years tend to have proteinuria. DM patients are advised to do regular proteinuria checks if the onset of DM is more than 5 years.
Pemberdayaan Kelompok Ibu PKK di Desa Kerta Kecamatan Payangan Kabupaten Gianyar Bali Sebagai Pembantu Jumantik untuk Mencegah Infeksi Demam Berdarah Dengue DAP Sri Masyeni; AAG Indraningrat; PA Suryandhita; Agus Santosa
Community Service Journal (CSJ) Vol. 3 No. 2 (2021)
Publisher : Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat, Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1114.235 KB)

Abstract

Demam berdarah dengue (DBD) yang terjadi akibat infeksi virus Dengue merupakan penyakit yang mewabah tiap tahunnya di Bali dan Indonesia pada umumnya. Upaya menekan laju DBD khususnya melalui eradikasi vektor pembawa virus yaitu nyamuk Aedes aegypti perlu terus dilakukan dengan melibatkan peran serta masyarakat secara langsung. Penyuluhan mengenai DBD terhadap kelompok ibu PKK di Desa Kerta, Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali telah dilaksanakan dengan hasil yang memuaskan. Metode yang digunakan adalah presentasi dan diskusi melalui tatap muka. Hasil penyuluhan menunjukkan peningkatan pemahaman ibu-ibu PKK terhadap DBD dan upaya pencegahannya. Sebagai tindak lanjut kegiatan pengabdian ini, tim pembantu Jumantik dari anggota PKK Desa Kerta, Kecamatan Payangan telah dibentuk. Tim ini diharapkan berperan aktif dalam memonitoring dan meminimalisir tempat berkembang biak jentik nyamuk Aedes aegypti, serta secara aktif mensosialisasikan pencegahan DBD di lingkungan tempat tinggal mereka.
Pemberdayaan Kelompok Petugas Kebersihan di Pasar Kreneng Denpasar Sebagai Kader Pencegahan Penularan Covid-19 Anak Agung Gede Indraningrat; Made Dharmesti Wijaya; Dewa Ayu Putri Sri Masyeni
Community Service Journal (CSJ) Vol. 2 No. 2 (2020)
Publisher : Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat, Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1000.747 KB)

Abstract

Merebaknya pandemi COVID-19 di awal tahun 2020 memerlukan aksi nyata dalam upaya pencegahannya di masyarakat. Pemerintah telah secara gencar menyosialisasikan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang meliputi: mencuci tangan memakai sabun, memakai masker apabila bepergian, mengikuti etika bersin dan batuk, menjaga asupan makanan bergizi dan melakukan aktivitas fisik yang cukup. Penerapan PHBS ini semakin tinggi urgensinya pada kelompok petugas kebersihan pasar mengingat tingginya intensitas paparan terhadap sampah dan berbagai macam kotoran yang dapat menularkan berbagai macam penyakit. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat (PKM) ini difokuskan untuk menyiapkan kader guna menyosialisasikan gerakan PHBS kepada kelompok petugas kebersihan di Pasar Kreneng Denpasar. Pemilihan lokasi dan topik pada PKM ini didasarkan atas masih kurangnya pemahaman akan PHBS di kalangan petugas kebersihan di pasar Kreneng. Kegiatan PKM ini terdiri dari sosialisasi, focus group discussion, pemaparan materi, pre-test dan post-test, yang diakhiri dengan evaluasi dan monitoring secara berkala selama 1 bulan. Hasil kegiatan menunjukkan kader telah memahami dan mempraktekkan konsep PHBS seperti mencuci tangan memakai sabun yang baik dan benar, memakai masker dengan baik dan benar, serta mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang. Selain itu pemahaman kader akan konsep PHBS secara signifikan telah ditunjukkan dengan peningkatan nilai post-test dibandingkan pre-test sebesar 40%. Kedepannya diharapkan kader petugas kebersihan dapat secara aktif menyosialisasikan gerakan PHBS pada petugas kebersihan lainnya dan warga di sekitar Pasar Kreneng Denpasar khususnya dalam upaya mencegah penularan COVID-19.
Pemberdayaan Karyawan Yayasan Rama Sesana Sebagai Kader Pencegahan Penularan Covid-19 di Pasar Badung, Bali Made Dharmesti Wijaya; Anak Agung Gede Indraningrat; Dewa Ayu Putri Sri Masyeni
Community Service Journal (CSJ) Vol. 2 No. 2 (2020)
Publisher : Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat, Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (938.115 KB)

Abstract

COVID-19 merupakan pandemi yang tengah mengancam kesehatan dan keselamatan global. Di tengah kebijakan social distancing yang dihimbau pemerintah, terdapat beberapa lapisan masyarakat yang tidak mendapatkan privilage ini, salah satunya adalah para pedagang pasar tradisional. Pasar menjadi salah satu tempat yang berisiko tinggi terhadap penularan COVID-19 karena interaksi antarmanusia yang tidak bisa dihindari dalam kegiatan transaksi. Salah satu pasar tradisional terbesar di Bali yaitu Pasar Badung, mengalami masalah serupa dimana para pedagang harus tetap berjualan untuk menyambung hidup. Yayasan Rama Sesana sebagai mitra dalam kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) ini, telah berusaha melakukan upaya untuk membantu pencegahan penularan penyakit ini dengan membagikan leaflet mengenai COVID-19 kepada para pedagang dan menyarankan pentingnya cuci tangan. Namun, karena akses air yang cukup jauh dari kios pedagang, penggunaan hand sanitizer dirasa akan sangat membantu. Sayangnya, kelangkaan produk hand sanitizer di masyarakat, serta harganya yang melambung tinggi membuat mitra kesulitan dalam menjalankan programnya dalam upaya menurunkan tingkat penularan COVID-19. Oleh karena itu, kegiatan PKM ini difokuskan untuk melatih karyawan Yayasan Rama Sesana mengenai cara pembuatan hand sanitizer yang sesuai standar WHO dengan teknik aseptik. Metode yang digunakan adalah melakukan focus group discussion, penyuluhan dan pemutaran video mengenai pencegahan penularan COVID-19, serta pelatihan pembuatan hand sanitizer kepada mitra. Pendampingan dilakukan secara berkelanjutan, serta telah dilakukan pula monitoring dan evaluasi kegiatan.
Identifikasi Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus Pada Kejadian Luar Biasa Infeksi Chikungunya Di Bali : Vektor Infeksi Virus Chikungunya SRI MASYENI; LUH VIDYA KENCANA S. ROBIN; ERLY SINTYA
HANG TUAH MEDICAL JOURNAL Vol 20 No 2 (2023): Hang Tuah Medical Journal
Publisher : Universitas Hang Tuah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30649/htmj.v20i2.450

Abstract

Chikungunya is a re-emerging disease that occurs due to the bites of Aedes sp-infected Chikungunya virus (CHIKV). Chikungunya infection is a serious issue with high fever for 3 - 5 days as the indication and until now there is no Chikungunya vaccine. This is a descriptive study with a cross-sectional approach. The research samples were mosquitoes captured on 2 sampling points conducted in Peregae hamlet, Mengwi, and Buana Desa village, Padangsambian sub-district in December 2021. The aim of this study was to identify the Aedes aegypti and Aedes albopictus mosquitoes as vectors of CHIKV infection in areas with an increasing number of CHIKV outbreak cases in Bali. The sampling technique was performed using total sampling utilizing a light trap installed in the room from the afternoon until the morning. The total number of mosquitoes captured in the two locations was 101, consisting of 46 non-Aedes sp (45.5%) and, 55 Aedes sp (53.9%). Captured Aedes sp mosquitoes consisted of 2 species, that is 6 Ae. albopictus (5.9%) and 49 Ae. aegypti (48.5%). Ae. aegypti mosquitoes were more commonly found as a vector for CHIKV infection in Peregae hamlet, Mengwi village, and Buana Desa hamlet, Padangsambian sub-district
Characteristics of the Health Problems Among International Travelers Visiting International Hospital in Bali Putu Indah Budi Apsari; Putu Arya Suryanditha; Ni Wayan Widhidewi; Dewa Ayu Putri Sri Masyeni
WMJ (Warmadewa Medical Journal) Vol 8 No 1 (2023): May 2023
Publisher : Warmadewa University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22225/wmj.8.1.5869.23-26

Abstract

Bali is one of the most popular tourist destinations in Indonesia. As one of the islands in a tropical country, Bali has its own risk of disease transmission. The increasing number and pattern of international travelers can affect morbidity and mortality. Research on disease problems among international travelers in travel destination countries is rarely reported. This study examines health problems concerning foreign tourists visiting hospitals in Bali. This cross-sectional study used total sampling on all medical records of international travelers visiting an international hospital in Bali. A total of 999 medical records were analyzed in this study. The mean age of the patients was 35.55 years. Most patients were female (53.9%) and used travel insurance (55.3%). Most health problems are complaints in the gastrointestinal system (22.3%). The primary health problem is the gastrointestinal system. Most patients use insurance to finance their health. Keywords: Health Problems, Travelers, Infectious and Non-Infectious
DETEKSI SEROKONVERSI DENGAN RAPID ANTIBODY TEST PASKA VAKSINASI COVID-19 Dewa Ayu Putri Sri Masyeni Masyeni; SP Permana Lestari; IG Rai Tirta; Ratna Kartika; Ananda Maheraditya
Surabaya Biomedical Journal Vol 1 No 2 (2022): Januari
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Hang Tuah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30649/sbj.v1i2.24

Abstract

Imunisasi COVID-19 bertujuan untuk untuk membangun herd immunity dengan cepat guna mengurangi penyebaran serta jumlah kasus COVID-19. Tujuan penelitian saat ini adalah untuk mengevaluasi serokonversi setelah vaksinasi COVID-19. Studi cross-sectional prospektif dilakukan di Bali pada mahasiswa kedokteran yang menerima vaksin COVID-19 (CoronaVac), suatu inactivated vaccine. Mahasiswa telah dilakukan pemeriksaan serial dengan test cepat antibodi COVID-19 setiap 2 minggu sekali dalam rangka pembelajaran mahasiswa selama menjalani masa kepaniteraan. Serokonversi diperiksa dengan menggunakan tes antibodi cepat yang dimulai dua minggu setelah imunisasi dan dilanjutkan setiap dua minggu selama 12 minggu berikutnya. Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis data hasil penelitian ini. Kriteria inklusi adalah mahasiswa dengan hasil uji test cepat antibodi COVID-19 negatif sebelum dilakukan vaksinasi COVID-19. Sebanyak 106 siswa yang serial seronegatif COVID-19 sebelum vaksinasi secara prospektif dipantau menggunakan tes antibodi cepat. Rata-rata usia sampel adalah 22,9 tahun (23). Mayoritas peserta adalah laki-laki, terhitung 33,01 persen dari total. Serokonversi mulai terdeteksi pada minggu ke 8 dari jadwal pemantauan, dengan tingkat setinggi 1,9 persen, 7,5 persen pada minggu 18, dan 41,5 persen pada minggu 12 dan 13. Nyeri di tempat suntikan (12,3%), kelemahan (23,3%), dan demam (7%) adalah efek samping yang paling umum ditemukan di antara para peserta. Kesimpulan penelitian adalah tes cepat antibodi COVID-19 dapat mendeteksi serokonversi paska vaksinasi COVID-19 dengan deteksi yang sedikit terlambat dibandingkan dengan pemeriksaan antibodi metode lain
PERBEDAAN KARAKTERISTIK PASIEN SUSPEK NEGATIF COVID-19 DAN TERKONFIRMASI POSITIF COVID-19 DI RSUD SANJIWANI TAHUN 2020 Dewa Ayu Putri Sri Masyeni Masyeni
Surabaya Biomedical Journal Vol 1 No 3 (2022): Mei
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Hang Tuah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30649/sbj.v1i3.32

Abstract

Pandemi COVID-19 kini telah menjadi masalah di seluruh belahan dunia. Karakteristik kasus COVID-19 harus diketahui dengan jelas untuk penanganan yang efektif sehingga luaran pasien lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan karakteristik pasien suspek negatif COVID-19 dan terkonfirmasi positif COVID-19 di RSUD Sanjiwani Gianyar pada tahun 2020. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross-sectional pada rekam medik pasien yang dirawat dengan gejala infeksi saluran nafas. Data dianalisis dengan uji Chi-Square digunakan untuk data variabel nominal, uji paired t-test digunakan untuk variabel numerik yang terdistribusi normal sedangkan Mann-Whitney digunakan untuk variabel numerik yang terdistribusi tidak normal. Hasil penelitan ini terdapat 101 (67,3%) pasien suspek tidak terkonfirmasi COVID-19 dan 49 (32,7%) pasien terkonfirmasi positif COVID-19. Hasil analisis bivariat menunjukan tidak ada perbedaan yang bermakna antara variabel jenis kelamin, gambaran klinik, penyakit komorbid, hasil laboratorium darah lengkap, rasio NLR, derajat, hasil foto rontgen dada, lama rawat dan luaran (p>0,05), sedangkan terdapat perbedaan bermakna antara variabel usia pasien pasien suspek negatif COVID-19 dan pasien terkonfirmasi positif COVID-19 dan (p<0.05). Kesimpulan: manifestasi klinis tidak dapat membedakan pasien COVID-19 atau non-COVID, sehingga pemeriksaan baku standar mutlak dibutuhkan dalam menegakkan diagnosis COVID-19.
Biofilm Formation in Staphylococcus aureus and Coagulase-Negative Staphylococcus Marta Setiabudy; Dewa Ayu Putri Sri Masyeni; Anak Agung Gede Indraningrat; Kadek Suryawan; I Ketut Agus Indra Adhiputra; Muhammad Amirul bin Abdul Rahman
Folia Medica Indonesiana Vol. 59 No. 3 (2023): September
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/fmi.v59i3.44598

Abstract

Highlights: 1. The significance of Staphylococcus aureus and coagulase-negative Staphylococcus, which are more likely to infectimmunocompromised patients, needed to be researched in greater depth.2. Coagulase-negative Staphylococcus was found to form significantly more biofilm than Staphylococcus aureus.3. Wound care and changing medical devices in immunocompromised patients on a regular basis may provide benefitsto prevent biofilm formation by Staphylococcus spp.   Abstract Staphylococcus spp. are typically commensal microorganisms that can exist in the human body without causing illness. However, these bacteria have virulence factors, e.g., biofilm formation, that are important to note. Because biofilms shield bacteria from opsonophagocytosis and antimicrobial agents, they can cause persistent or chronic infections. Once they form biofilms, both Staphylococcus aureus and coagulase-negative Staphylococcus (CoNS) can potentially cause incurable infections. This study aimed to compare biofilm formation in Staphylococcus aureus and coagulase-negative Staphylococcus as a guide for the prevention and management of infection, which will maintain and improve the good health of the general population. This was an analytic research with a cross-sectional design. The study began by collecting the samples, identifying the species, and testing the biofilm production with a microtiter plate, which was then analyzed with an enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). Data analysis was conducted using IBM SPSS Statistics for Windows, version 25.0 (IBM Corp., Armonk, N.Y., USA). Comparison tests were conducted using an independent t-test. A value of p<0.05 was used as the cut-off that indicated significance. The total samples were 36 clinical isolates, consisting of 18 Staphylococcus aureus and 18 coagulase-negative Staphylococcus. The specimens consisted of 20 blood samples (55.6%) and 7 wound swabs (19.4%). The biofilm test on the samples showed that 83.3% of the samples produced biofilms. The data revealed that the isolates formed biofilms, with 14 isolates (38.9%) in the strong category, 10 isolates (27.8%) in the moderate category, and each of 6 isolates (16.7%) in the weak and non-existent categories. Both Staphylococcus spp. appeared to have biofilm-forming activity, but coagulase-negative Staphylococcus appeared to be significantly more dominant (p=0.008). Strong biofilm was produced by 61.1% of coagulase-negative Staphylococcus isolates. In conclusion, coagulase-negative Staphylococcus formed a stronger biofilm than Staphylococcus aureus. Its presence as an infection-causing bacteria, particularly in immunocompromised patients, should not be underestimated.