Claim Missing Document
Check
Articles

Found 22 Documents
Search

DESCRIPTION OF USE OF PERSONAL LISTENING DEVICES (PLD) DURING ONLINE LEARNING DURING COVID-19 PANDEMIC Agustiawan Agustiawan
Health Safety Environment Vol 2, No 2 (2021): Health Safety Environment Journal (September 2021)
Publisher : Health Safety Environment Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (367.649 KB)

Abstract

Background: Unwise use of personal listening devices (PLD) when learning online during COVID-19 pandemic can increase risk of deafness in future. Methods: This cross sectional study involved 159 respondents (97 students and 62 lecturers) who then filled out a questionnaire regarding their knowledge and attitudes in using PLD. Mann-Whitney test was conducted to see the association between two variable. Results: A total of 51, 55, and 53 respondents respectively used earphones, headsets, and both. A total of 83.0% of respondents knew that they should not use PLD with a volume >60%, 81.1% of respondents knew that they should not use PLD >60 minutes, and as many as 70.4% knew that they should not clean their ears using cotton. bud. Respondents in this study generally never used PLD within >60 minutes (27.7%), rarely used PLD with volume >60% (35.2%), and always cleaned their ears with a cotton bud (48.4%). The bivariate test showed that there was no relationship between the respondent's knowledge of the duration of PLD use >60 minutes (p-value= 0.392) and the volume of PLD usage > 60% (p-value= 0.410), while for the respondent's knowledge in terms of "no ear cleaning". using a cotton bud” on the attitude of respondents not to clean their ears using a cotton bud was significant (pvalue = 0.034). Conclusions: This study shows that there are still many uses of PLD that are not in accordance with the rules of <60% and <60 minutes. Online learning has been carried out for three semesters, so efforts are needed to invite students and lecturers to use PLD wisely.
Dampak Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) Terhadap Loyalitas Pasien di Rumah Sakit: Sebuah Tinjauan Litelatur: The Impact of Hospital Health Promotion on Patient Loyalty in Hospital: A Literature Review Agustiawan
Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia (MPPKI) Vol. 5 No. 2: FEBRUARY 2022 - Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia (MPPKI)
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (752.659 KB) | DOI: 10.56338/mppki.v5i2.2046

Abstract

Pendahuluan: Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) merupakan konsep tata kelola rumah sakit yang menjalankan promosi kesehatan, sehingga berdampak pada pengembangan kualitas pelayanan RS. Artikel ini membahas mengenai penerapan PKRS yang dihubungkan dengan loyalitas pasien. Metode: Kami menganalisis jurnal berbahasa Indonesia atau Inggris, teks lengkap dan membahas mengenai promosi kesehatan serta loyalitas pasien dalam sepuluh tahun terakhir. Adapun database yang kami gunakan adalah Pubmed dan Google Schoolar. Hasil dan Pembahasan: Banyak tenaga kesehatan beranggapan bahwa promosi kesehatan selalu menjadi core business rumah sakit. Promosi kesehatan rumah sakit membuat RS tidak hanya menyediakan layanan medis dan keperawatan komprehensif yang berkualitas tinggi, tetapi juga mengembangkan identitas perusahaan, mengembangkan struktur dan budaya organisasi yang mempromosikan kesehatan, termasuk peran aktif dan partisipatif bagi pasien dan semua anggota staf, mengembangkan diri menjadi lingkungan fisik yang mempromosikan kesehatan, dan secara aktif bekerja sama dengan komunitasnya. Promosi kesehatan RS juga dikaitkan dengan harapan / ekspektasi pasien, mempengaruhi nilai yang dirasakan, dan meningkatkan kepuasan. Promosi kesehatan RS dinilai dapat meningkatkan citra RS dimata pasien. Persepsi nilai, citra RS yang baik dan kepuasan pasien berpengaruh terhadap loyalitas pasien. Kesimpulan: PKRS dapat berpengaruh positif terhadap loyalitas pasien.
Motivasi Pemuda Untuk Mengikuti Program Relawan Edukasi Kesehatan Di Media Sosial Agustiawan Agustiawan; Putri Lisdiyati; Sri Hajijah Purba
Jurnal Altifani Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 1 No. 3 (2021): Juli 2021 - Jurnal Altifani Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Publisher : Indonesian Scientific Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (315.356 KB) | DOI: 10.25008/altifani.v1i3.149

Abstract

Kerelawanan merupakan salah satu bentuk keterlibatan masyarakat yang dapat memberikan manfaat kesehatan fisik dan mental bagi relawan serta hasil yang positif bagi masyarakat. Artikel ini bertujuan untuk melihat motivasi pemuda dalam mengikuti program Hep Edu Ranger (HER) di masa pandemi COVID-19. Penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriftif. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Penelitian dilakukan pada 25-30 Oktober 2020. Responden dalam penelitian ini adalah Peserta Program Hep Edu Ranger (HER) yang berjumlah 214 dari 350 orang (61%). Tidak ada kriteria inklusi dan eklusi dari penelitian ini. Data diolah menggunakan aplikasi Microsoft Excel dan SPSS. Peserta program HER paling banyak berasal dari Pulau Jawa, rumpun ilmu kesehatan, dan pekerjaan mahasiswa. Motivasi dari mereka pada umumnya adalah mendapatkan pengetahuan kesehatan. Media sosial instagram merupakan media sosial yang paling banyak menjadi sumber informasi mereka mengenai program HER. Motivasi pemuda dalam mengikuti kegiatan kerelawanan seperti Hep Edu Ranger adalah mendapatkan pengetahuan kesehatan yang bermanfaat bagi dirinya.
Hiperglikemia Reaktif pada Kasus Traumatic Brain Injury (TBI) Agustiawan -; M. Jailani Al-Fajri
Cermin Dunia Kedokteran Vol 48, No 7 (2021): Infeksi - [Covid - 19]
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55175/cdk.v48i7.1463

Abstract

Trauma kepala merupakan penyebab utama kematian pada dewasa. Kerusakan akibat traumatic brain injury (TBI) dibagi menjadi dua jenis, yaitu cedera otak primer dan sekunder. Hiperglikemia setelah trauma kepala merupakan komplikasi sekunder yang berhubungan dengan hasil klinis buruk dan peningkatan mortalitas disebabkan respons stres, inflamasi, diabetes, disfungsi hipofisis atau hipotalamus, operasi, dan anestesi. Hiperglikemi pada kondisi ini harus dikontrol karena meningkatkan risiko outcome buruk dan kematian.Traumatic brain injury (TBI) is the main cause of death in adults. Damage due TBI is divided into two types, primary and secondary brain injury. Hyperglycemia after head trauma is a secondary complication associated with poor clinical outcomes and increased mortality due to stress response, inflammation, diabetes, pituitary or hypothalamic dysfunction, surgery, and anesthesia. Hyperglycemia in this condition must be controlled because it increases the risk of adverse outcomes and death. 
GAMBARAN FAKTOR DAN KIAT BERHENTI MEROKOK BERDASARKAN PENGALAMAN MANTAN PEROKOK AKTIF Agustiawan Agustiawan; Sri Hajijah; Juwita Desry
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 5 No. 1 (2021): April 2021
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v5i1.1623

Abstract

Introduction: Smoking activity or behavior is one of the serious problems that can cause dangerous diseases. Methods: This qualitative study conducted in-depth interviews with three samples that we had selected based on inclusion and exclusion criteria. The inclusion criteria for the sample of this study were moderate and heavy smokers (Brinkman Index >200) and had quit smoking in the last two years. The exclusion criteria of this study were tiral smoker (trial smoker) and having comorbidities that generally make a person stop smoking due to their disease conditions. Interviews were conducted in a structured manner throughout March through the social media voice note chat application. Results: Three respondents in this study started smoking because they joined friends and quit smoking because of the increase in cigarette prices and received family support to quit smoking. Conclusion: The main principle in quitting smoking is to strengthen your intention and fill your daily life with positive activities, be it work or worship. Efforts to quit smoking are not instantaneous, so it needs support and assistance from people around someone who is about to quit smoking.
Hiperglikemia Reaktif pada Kasus Traumatic Brain Injury (TBI) Agustiawan; M. Jailani Al-Fajri
Cermin Dunia Kedokteran Vol 48 No 7 (2021): Infeksi
Publisher : PT Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55175/cdk.v48i7.104

Abstract

Trauma kepala merupakan penyebab utama kematian pada dewasa. Kerusakan akibat traumatic brain injury (TBI) dibagi menjadi dua jenis, yaitu cedera otak primer dan sekunder. Hiperglikemia setelah trauma kepala merupakan komplikasi sekunder yang berhubungan dengan hasil klinis buruk dan peningkatan mortalitas disebabkan respons stres, inflamasi, diabetes, disfungsi hipofisis atau hipotalamus, operasi, dan anestesi. Hiperglikemi pada kondisi ini harus dikontrol karena meningkatkan risiko outcome buruk dan kematian. Traumatic brain injury (TBI) is the main cause of death in adults. Damage due TBI is divided into two types, primary and secondary brain injury. Hyperglycemia after head trauma is a secondary complication associated with poor clinical outcomes and increased mortality due to stress response, inflammation, diabetes, pituitary or hypothalamic dysfunction, surgery, and anesthesia. Hyperglycemia in this condition must be controlled because it increases the risk of adverse outcomes and death.
HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN PASIEN DENGAN KEGIATAN EDUKASI KESEHATAN DAN PELAYANAN DI RUMAH SAKIT ISLAM IBNU SINA PEKANBARU Agustiawan; Fitriani, Arifah Devi; Nyorong, Mappeaty
Majalah Kesehatan Vol. 11 No. 2 (2024): Majalah Kesehatan
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/majalahkesehatan.2024.011.02.4

Abstract

Promosi kesehatan di rumah sakit (RS) diyakini semakin penting karena adanya peningkatan kejadian penyakit kronis di seluruh dunia yang membutuhkan kepatuhan terhadap pengobatan. Penelitian sebelumnya  menunjukkan bahwa kepuasan pasien dapat meningkat melalui penerapan edukasi kesehatan yang dapat memenuhi harapan pasien. Melihat pentingnya kegiatan promosi kesehatan di RS maka ingin diketahui hubungan antara kepuasan pasien terhadap kegiatan edukasi kesehatan dengan kepuasan pasien terhadap pelayanan RS. Penelitian potong lintang telah dilakukan di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Pekanbaru pada bulan Juni sampai Agustus 2022. Sebanyak 98 responden dilibatkan dalam penelitian ini. Analisis data menggunakan uji Chi square, dengan p < 0,05 dianggap signifikan berdasarkan uji statistik. Penelitian ini diikuti oleh 98 pasien. Rerata nilai kepuasan berdasarkan kuesioner adalah 23,29±4,25, dengan  sebanyak 64,3% pasien puas terhadap pelayanan RS. Rerata skor kepuasan pasien terhadap kegiatan edukasi kesehatan dalam penelitian ini adalah 22,62±4,58. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan edukasi kesehatan di RSI Ibnu Sina Pekanbaru sesuai dengan yang pasien harapkan. Sebanyak 51,0% dalam penelitian ini menilai bahwa kegiatan edukasi kesehatan di RSI Ibnu Sina sesuai harapan. Hubungan antara kepuasan pasien terhadap pelayanan secara umum berbanding lurus dengan harapan pasien terhadap kegiatan edukasi kesehatan, di mana hubungan signifikan berdasarkan uji statistik (p = 0,000). Kesimpulan penelitian adalah terdapat hubungan antara kepuasan pasien terhadap kegiatan edukasi kesehatan dengan kepuasan pasien terhadap pelayanan di RSI Ibnu Sina Pekanbaru.
PERBANDINGAN KADAR GULA DARAH PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT TERHADAP TINGKAT KEPARAHAN STROKE Agustiawan, Agustiawan; Nurhayati, Nurhayati; Tanjung, Asril
Healthy Tadulako Journal (Jurnal Kesehatan Tadulako) Vol. 10 No. 3 (2024)
Publisher : Universitas Tadulako

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22487/htj.v10i3.1258

Abstract

Pendahuluan: Stroke merupakan salah satu penyebab utama kematian dan disabilitas di dunia. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa hiperglikemia saat masuk IGD merupakan prediktor signifikan dari hasil fungsional jangka pendek yang buruk pada stroke iskemik akut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kadar gula darah sewaktu terhadap defisit neurologis berdasarkan NIHSS saat masuk IGD. Metode: Penelitian retrospektif melihat kadar gula darah pasien dengan stroke akut terhadap NIHSS saat masuk Instalasi Gawat Darurat (IGD). Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dumai dan melibatkan 40 subjek penelitian. Uji korelasi dilakukan untuk melihat signfikansi dan korelasi antara kedua variabel, dimana p-value <0,05 dinyatakan sebagai signifkan berdasarkan uji statistik. Hasil: Rerata kadar gula darah pasien dalam penelitian ini adalah 195,1 ± 72,6 dan NIHSS adalah 16,7 ± 5,3. Penelitian ini menunjukkan terdapat korelasi yang cukup kuat dengan hubungan yang signifikan antara kadar gula darah sewaktu saat pasien masuk ke IGD terhadap NIHSS (r= 0,32, p= 0,44), tetapi korelasinya lemah dan memiliki hubungan yang tidak signifikan terhadap outcome (r= 0,08, p= 0,59). Kesimpulan: Terdapat hubungan antara KGDS terhadap NIHSS, tetapi tidak terhadap outcome.
Pilihan Media Promosi Kesehatan Berdasarkan Kategori Generasi di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Pekanbaru Imron, Agustiawan
SEHATMAS: Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat Vol. 1 No. 4 (2022): Oktober 2022
Publisher : Yayasan Literasi Sains Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55123/sehatmas.v1i4.834

Abstract

Health promotion is an effort to spread health information or messages to all levels of society. Achieving health promotion goals generally requires media or tools so that health promotion can be more effective and efficient. The delivery and media of health promotion must be adapted to the characteristics of the target to be achieved. This article discusses the choice of health promotion media by generation category at Ibnu Sina Islamic Hospital Pekanbaru. This study involved 200 patients seeking treatment at the Outpatient Polyclinic from October 1 to 5, 2021. Patients were asked to fill out a questionnaire on Googleform, then the results of the questionnaire were analyzed using the Chi Square or Fisher Exact test, where p < 0.05 was considered significant. This study was dominated by Generation Y (44.0%), college education (54.5%) and male gender (53.5%). Respondents of this study generally chose Instagram as an online health promotion media (61.0%), while leaflets were the media of choice for offline health promotion media (37.5%). Fisher's exact test for the difference between Generasi and health promotion media both online and offline was significant based on statistical tests (p-value = 0.000). There is a difference between the age generation and the choice of health promotion media.
Kematian Akibat Prolonged Hipoksia pada Status Epileptikus Agustiawan Imron; Feby Purnama
SEHATMAS: Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat Vol. 3 No. 2 (2024): April 2024
Publisher : Yayasan Literasi Sains Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55123/sehatmas.v3i2.3181

Abstract

Status epilepticus (SE) is a condition that results from the failure of the mechanisms responsible for seizure cessation or from the initiation of mechanisms, leading to prolonged seizures. This is a condition that can have long-term effects (especially if the duration is >30 minutes) such as death, injury, and changes in neuronal tissue depending on the type and duration of the seizure. The human brain consumes a very disproportionate amount of energy given its relatively small size, thus requiring a system capable of balancing cellular oxygen metabolism and brain blood flow control in order to maintain brain oxygen levels. Seizures have been shown to cause changes in oxygen levels beyond the normoxic range, which increases the likelihood that seizure-induced changes in brain pO2 may affect brain function during and after seizures. Decreased oxygenation is common during epileptic seizures. This has been seen on digital pulse oximetry (which measures oxygenation of either the fingers or toes) in the 25-33% saturation range when they have seizures. Such hypoxemia is more common in seizures that are generalized (ie begin as or become generalized tonic-clonic seizures) and/or prolonged.