Claim Missing Document
Check
Articles

KARAKTERISASI MATERIAL BALL MILL PADA PROSES PEMBUATAN SEMEN DENGAN METODA PENGUJIAN KEKERASAN, MIKROGRAFI DAN KEAUSAN Umardani, Yusuf; Bukhori, Misbah
ROTASI Volume 9, Nomor 4, Oktober 2007
Publisher : Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (189.085 KB) | DOI: 10.14710/rotasi.9.4.32-35

Abstract

Seiring adanya perkembangan teknologi, efesiensi waktu dan biaya dalam industri semen harus ditekan seminimal mungkin, salah satunya dengan cara meneliti karakteristik dari ball mill yang digunakan dalam proses penghancuran bahan baku sebelum dihasilkan semen, yang pada akhirnya dapat dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mencari alternatif material pengganti dari ball mill yang mempunyai karakteristik yang lebih baik. Oleh karena itu perlu dievaluasi karakteristik dari ball mill tersebut melalui pengujian kekerasan, metalografi dan keausan. Keausan merupakan fenomena yang sering terjadi akibat adanya tumbukan antar ball mill tersebut, yaitu lepasnya material dari permukaan ball mill, yang dapat dipengaruhi oleh faktor pembebanan, panjang lintasan dan sifat dari material tersebut. Hal ini dapat mempengaruhi berkurangnya momentum tumbukan, yang pada akhirnya akan mengakibatkan bertambahnya waktu yang diperlukan pada proses tersebut. Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa kekerasan dari material ball mill besarnya berkisar antara 80,75 – 83,58 HRA., struktur mikro yang terbentuk dari ball mill tersebut didominasi adanya karbida krom (Cr23C3) yang menyebabkan meningkatnya kekerasan, kekuatan, titik lelah dan elastisitas dari ball mill tersebut dan semakin tinggi pembebanan, maka semakin tinggi ketahanan ausnya.
PENGARUH WAKTU AUSTEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO AUSTEMPERED DUCTILE IRON PADUAN 0,5% Cu + 0,3% Mo DAN 0,5% Cu + 0,6 % Mo Umardani, Yusuf
ROTASI Volume 12, Nomor 2, April 2010
Publisher : Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (328.498 KB) | DOI: 10.14710/rotasi.12.2.14-17

Abstract

Austempered ductile iron (ADI) memiliki sifat-sifat yang menarik seperti kekuatan tinggi yang dikombinasikan dengan keuletan dan ketangguhan yang baik Penambahan unsur tembaga (Cu) dan molibdenum (Mo) diharapkan dapat meningkatkan sifat mekanisnya.Penelitian dimulai dari proses pengecoran besi cor nodular dengan penambahan unsur Cu dan Mo dengan prosentase yang telah ditentukan. Penambahan dalam penelitian ini adalah 0,5% Cu + 0,3% Mo dan 0,5% Cu + 0,6 % Mo. Struktur mikro dan sifat mekanis ADI tersebut diteliti setelah mengalami proses austempering dengan variasi waktu penahanan 1 jam, 2 jam dan 4 jam. Pengujian metalografi digunakan untuk mengetahui struktur mikronya, disertai dengan uji kekerasan Rockwell dan pengujian kekuatan tarik untuk mengetahui sifat mekanisnya.Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan unsur Cu dan Mo dengan prosentase tertentu pada besi cor nodular akan meningkatkan sifat mekanisnya. Selain itu proses perlakuan panas austempering juga akan meningkatkan sifat mekanisnya, hal ini disebabkan karena terbentuknya struktur bainite yang akan meningkatkan kekuatan besi cor nodular dan adanya retained austenite yang akan menyebabkan material tersebut mempunyai sifat ulet.
PEMANFAATAN ABU VULKANIK GUNUNG KELUD SEBAGAI BAHAN ADITIF DALAM PEMBUATAN CETAKAN PENGECORAN LOGAM Umardani, Yusuf
ROTASI Vol 17, No 1 (2015): VOLUME 17, NOMOR 1, JANUARI 2015
Publisher : Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (331.962 KB) | DOI: 10.14710/rotasi.17.1.52-56

Abstract

Erupsi gunung berapi selalu mengeluarkan Abu vulkanik yang dikeluarkan dari perut bumi, seperti letusan gunung Kelud pada awal tahun 2014 ini yang mengeluarkan ratusan juta m2 abu Vulkanik. Abu vulkanik salah satu unsur yang terkandung didalamnya adalah lempung/bentonit. Bentonit dalam proses pengecoran logam dimanfaatkan sebagai bahan aditif untuk mengikat antar butiran pasir sehingga pasir bisa dibentuk sebagai bahan cetakan. Kekuatan ikatan antar butiran diuji melalui kuat tekan, mampu bentuk dan kuat geser dari pasir tersebut. Metode penelitian ini dengan cara membuat spesimen dari pasir yang dicampur dengan abu vulkanik 5%, 10 % dan 15%. Kemudian dilihat kekuatan tekan, kekuatan geser dan mampu bentuk serta mampu alir udara atau permeabilitasnya. Pasir cetak dengan tambahan abu vulkanik 15% mempunyai kekuatan tekan sebesar 22,8 kg/mm dan kekuatan geser sebesar 17,7 kg/mm
PENGARUH WAKTU AUSTEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO AUSTEMPERED DUCTILE IRON PADUAN 0,5% Cu + 0,3% Mo DAN 0,5% Cu + 0,6 % Mo Umardani, Yusuf
ROTASI Volume 10, Nomor 2, April 2008
Publisher : Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5417.881 KB) | DOI: 10.14710/rotasi.10.2.32-35

Abstract

Austempered ductile iron (ADI) memiliki sifat-sifat yang menarik seperti kekuatan tinggi yang dikombinasikan dengan keuletan dan ketangguhan yang baik Penambahan unsur tembaga (Cu) dan molibdenum (Mo) diharapkan dapat meningkatkan sifat mekanisnya. Penelitian dimulai dari proses pengecoran besi cor nodular dengan penambahan unsur Cu dan Mo dengan prosentase yang telah ditentukan. Penambahan dalam penelitian ini adalah 0,5% Cu + 0,3% Mo dan 0,5% Cu + 0,6 % Mo. Struktur mikro dan sifat mekanis ADI tersebut diteliti setelah mengalami proses austempering dengan variasi waktu penahanan 1 jam, 2 jam dan 4 jam. Pengujian metalografi digunakan untuk mengetahui struktur mikronya, disertai dengan uji kekerasan Rockwell dan pengujian kekuatan tarik untuk mengetahui sifat mekanisnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan unsur Cu dan Mo dengan prosentase tertentu pada besi cor nodular akan meningkatkan sifat mekanisnya. Selain itu proses perlakuan panas austempering juga akan meningkatkan sifat mekanisnya, hal ini disebabkan karena terbentuknya struktur bainite yang akan meningkatkan kekuatan besi cor nodular dan adanya retained austenite yang akan menyebabkan material tersebut mempunyai sifat ulet.
Terbentuknya White Layer pada Proses Milling Austempered Ductile Iron (ADI) Rusnaldy, Rusnaldy; Umardani, Yusuf
ROTASI Vol 22, No 3 (2020): VOLUME 22, NOMOR 3, JULI 2020
Publisher : Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/rotasi.22.3.180-187

Abstract

Machining processes cause a white layer at the surface of a work piece. A white layer is a featureless layer that typically forms on machined steel surfaces and appears white when observed under an optical microscope after standard metallographic preparation. A white layer is known to be a function of the cutting conditions and its thickness ranges from a few microns to a few tens of microns. A white layer is generally a hard phase and leads to the surface becoming brittle causing crack permeation and product failure. This layer has been reported in a wide range of materials, from mild steels to nickel-based super alloys. This paper reports on an investigation of white layer formation for a range of cutting speeds, feeds and depth of cut  in milling of Austempered Ductile Iron (ADI). To produce ADI, ductile irons  were first austenitized in furnace at 900oC for 1 hour and then they were quenched in salt bath at 375oC for 1 hour.  The machined specimens were analysed using a optical microscope with software Lumenera Infinity 1 to measure the thickness of white layer dan a micro hardness tester. The present results reveal that white layers were formed on the machined surfaces of ADI. The machined surface showed an increase in hardness with respect to the bulk material. The effects of cutting speeds, feeds and depth of cut on thickness and micro hardness of  white layers are reported in this paper.
OPTIMALISASI BESARNYA SUDUT POTONG PAHAT PADA PROSES ROUGHING AISI 1040 MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA . Paryanto; . Rusnaldy; Yusuf Umardani; Norman Iskandar
Prosiding SNST Fakultas Teknik Vol 1, No 1 (2010): PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 1 2010
Publisher : Prosiding SNST Fakultas Teknik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Proses pemesinan dengan gaya pemotongan yang kecil akan menurunkan pemakaian daya listrik, meningkatkan kualitas produk dan menurunkan laju keausan pahat. Salah satu cara yang dilakukan untuk menurunkan gaya pemotongan adalah dengan mengoptimasi besarnya sudut potong pahat. Selama proses roughing gaya pemotongan relatif tinggi, dan umumnya menggunakan sudut potong pahat negatif. Pada makalah ini dibahas pengaruh besarnya sudut potong pahat negatif pada proses bubut tehadap gaya pemotongan, dengan tujuan untuk mengetahui besarnya sudut potong pahat yang paling optimal. Metode penelitian dilakukan dengan pemodelan menggunakan sofware Finite Element Method (FEM) dan material yang digunakan adalah baja AISI 1040. Simulasi dilakukan pada sudut potong -15° sampai 0°. Hasil dari simulasi kemudian dibandingkan dengan hasil empirik berdasarkan pendekatan dari Kienzle dan hasil eksperimental oleh Günay, M., dkk (2005). Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa gaya pemotongan akan menurun sebanding dengan pergerakan sudut potong pahat dari -15⁰ sampai 0⁰, sedangkan perbedaan hasil simulasi FEM dengan hasil empirik adalah 12,94% dan dengan hasil eksperimen adalah 16,10%. Kata kunci: sudut potong pahat, gaya pemotongan, FEM, roughing, bubut.
PERBAIKAN SIFAT MEKANIS BESI COR KELABU DENGAN PENAMBAHAN UNSUR CROM DAN TEMBAGA Agus Suprihanto; Yusuf Umardani; Dwi Basuki Wibowo
Media Mesin: Majalah Teknik Mesin Vol 6, No 1 (2005)
Publisher : Program Studi Teknik Mesin, Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/mesin.v6i1.3146

Abstract

Sifat mekanis besi cor kelabu dipengaruhi oleh laju pendinginan, tebal coran,perlakuan panas, perlakuan saat cairan dan penambahan unsur paduan.Beberapa penggunaan material ini membutuhkan kekuatan yang tinggi. Untukmemperbaiki kekuatannya dapat dilakukan dengan penambahan unsur paduanyang bersifat penggalak karbida seperti Cr dan Cu.Dalam penelitian ini pengaruh penambahan Cr dan Cu pada sifat mekanis besicor kelagu telah diteliti. Material dasar FC20 yang ditambah dengan Cr Cr0,23 %, 0, 32% dan 0,47% serta Cu antara 0,6% to 0,7% telah diuji. Pengujianmetalografi dan tarik telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahanCr dan Cu terhadap sifat mekanis besi cor kelabu.Hasil pengujian tarik terlihat terdapat peningkatan kekuatan tarik sebesar 20%yaitu dari 191MPa menjadi 232MPa. Meskipun demikian hasil metalografimenunjukkan bahwa kesemua spesimen uji memiliki struktur mikro matrik perlitdengan grafit serpih tipe VII, distribusi A dan berukuran 3-5.
PENGARUH AUSTEMPERING TERHADAP BENTUK DAN UKURAN GRAFIT SERTA SIFAT TRIBOLOGIS BESI COR KELABU UNTUK KOMPONEN REM KERETA API Yusuf Umardani; Agrie F Mizan
JURNAL TEKNIK MESIN Vol 3, No 3 (2015): VOLUME 3, NOMOR 3, JULI 2015
Publisher : Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1017.46 KB)

Abstract

Di indonesia sendiri komponen rem kereta logam masih diproduksi secara industri rumahan. Bahan baku yang digunakan adalah dengan memanfaatkan logam bekas. Dengan memanfaatkan logam bekas biaya produksi menjadi rendah. Namun disamping biaya produksi rendah.bahan baku barang bekas dapat menyebabkan mutu rem yang diproduksi menjadi rendah dikarenakan adanya unsur paduan pada logam barang bekas. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan mutu blok rem kereta api yang adadengan cara meningkatkan kekerasan serta meningkatkan ketahanan aus abrasif gesek pada roda kereta api. Untuk meningkatkan daya tahan rem kereta maka dapat dilakukan proses perlakuan panas. Sehingga produk rem dari bahan besi cor dapat ditingkatkan nilai ketangguhanya. Proses penelitian ini adalah dengan melakukan proses perlakuan panas Austemper terhadap spesimen besi cor untuk rem kereta untuk meningkatkan ketangguhanya terhadap beban gesek maupun tekan. Proses Austemper sendiri yaitu memanaskan spesimen gray iron hingga temperature austenite 900oC menggunakan furnance chamber  dengan frekuensi menengah dengan waktu 120 menit. Untuk kemudian dilakukan proses perlakuan Austemper yaitu dicelup pada salthbath dengan  larutan garam KNO3  dengan variasi penahanan temperatur pada temperature 375 oC dengan variasi  penahanan  waktu yang berbeda, Yaitu 30, 60, dan 60 menit. Sehingga dihasilkan peningkatan kekerasan sesuai dengan lama penahanan waktu penahanan Austemper.
PENGARUH VARIASI KETINGGIAN HAK SEPATU TERHADAP PENGURANGAN TEKANAN DI TELAPAK KAKI BELAKANG Azhar Azzyumardi Pasha; Dwi Basuki Wibowo; Yusuf Umardani
JURNAL TEKNIK MESIN Vol 10, No 2 (2022): VOLUME 10, NOMOR 2, APRIL 2022
Publisher : Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sepatu hak tinggi adalah jenis sepatu dimana tinggi bagian tumit sepatu lebih tinggi dari pada bagian jari kaki. Salah satu ketidaknyamanan ketika memakai sepatu hak tinggi adalah gaya benturan yang dihasilkan pada saat tumit menghentak landasan (heel strike), benturan tersebut tidak hanya berdampak pada telapak kaki (plantar) namun merambat ke seluruh area kaki hingga tulang belakang. Proses tekanan pada plantar dapat di pindai dengan sistem pemindaian (scanning). Untuk mengetahui perubahan distribusi beban di telapak kaki pada berbagai variasi ketinggian hak sepatu dapat dilakukan dengan cara memasang 9 sensor Force Sensing Resistor (FSR 400 produk Interlink Electronics) pada mika berbentuk mengikuti pola alas sepatu bagian depan (metatarsal) dan belakang (heel) lalu diletakkan di atas permukaan alas sepatu hak tinggi. Pengujian dilakukan terhadap 4 subjek dengan berdiri di atas wedges yang terpasang sensor dan memiliki varisai ketinggian hak yaitu 2 cm, 4 cm dan 6 cm.  Penurunan tekanan terbesar terdapat di area heel pada subjek 4 ketika dilakukan pengujian di variasi ketinggan hak 6 cm pada sensor 1 sebesar 262.09 Pa dan kenaikan tekanan terbesar terdapat di area metatarsal pada subjek 4 di variasi ketinggian hak 6 cm pada sensor 6 sebesar 100.19 Pa. Hasil distribusi tekanan tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik fungsi dari kaki manusia.
PENGARUH PROSES NORMALIZING TERHADAP NILAI KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO PADA SAMBUNGAN LAS THERMITE SIMILLAR BAJA UIC-54 (Union Internasionale des Chemins de fer -54) Adityo Ristyanto; Gunawan Dwi Haryadi; Yusuf Umardani
JURNAL TEKNIK MESIN Vol 2, No 2 (2014): VOLUME 2, NOMOR 2, APRIL 2014
Publisher : Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (957.863 KB)

Abstract

Salah satu penerapan metode pengelasan saat ini adalah pengelasan thermite yang merupakan pengembangan dari proses pengelasan yang umum dilakukan. Penerapannya terutama dalam bidang yang besar seperti rail crane, rel kereta api, gear yang besar, atau patahan pada komponen-komponen peralatan yang ukurannnya besar, ataupun perbaikan instalasi rel kereta api. Namun di Indonesia sendiri masih jarang digunakan. Pengelasan thermite adalah reaksi eksotermik antara alumunium dan besi oksida yang menghasilkan baja lebur yang kemudian dituangkan ke dalam suatu cetakan yang akan di-las. Dari pengujian yang telah dilakukan diketahui bahwa adanya penyetaraan nilai kekerasan dari base metal, HAZ (Heat Affected Zone), dan weld metal yang disebakan adanya pengaruh post weld heat treatment normalizing. Nilai kekerasan tertinggi pada daerah base metal terletak pada temperatur 850 ˚C, kekerasan tertinggi pada daerah HAZ (Heat Affected Zone) terletak pada temperatur 850˚C, dan kekerasan tertinggi pada daerah weld metal terletak pada temperatur 775 ˚C. Hasil pengelasan dari kedua sisi bahan baja UIC-54 (Union Internasionale des Chemins de fer-54) menghasilkan tiga daerah utama yaitu daerah logam dasar, daerah terpengaruh panas HAZ (Heat Affected Zone), dan daerah logam las. Dalam proses pengelasan thermite, bagian sambungan yang di las menerima panas pengelasan setempat dan selama proses berjalan suhunya terus berubah sehingga distribusi menjadi tidak merata. Karena panas tersebut, maka pada bagian terjadi pengembangan thermal, sedangkan bagian yang dingin tidak berubah sehingga terbentuk penghalang pengembangan yang menyebabkan terjadinya peregangan. Akibat peregangan ini akan timbul tegangan tetap yang disebut tegangan sisa.
Co-Authors Adi Kurniawan Yusim Adi Nugroho Adi Nugroho Adityo Ristyanto Agrie F Mizan Agus Suprihanto Agus Suprihanto Agus Suprihanto Agus Tri Hardjuno Agy Randhiko Alfitra Bin’arya Putratama Amadeus Bagas Maruli Jarwanto Andhika Krismaintya Putera Andrea Tri Wibowo Azhar Azzyumardi Pasha Basyith, Mohammad Rizqi Abdul Bayu Sasmita Bernard, Jovian Bona Frans Willy Simamora Catur Pramono Daniel Sijabat Deivandra Ginanjar Bhakti Didik Ariwibowo Djoeli Satrijo Dwi Basuki Wibowo Dwi Basuki Wibowo Eko Julianto Sasono Febri Firmansyah Gilbert Fedrick Purba Glenn Natanael Samudera Grandy Yustisio Rizaldi Ginting Gunawan Dwi Haryadi Hartono Hartono Herriza, Rigo Muhammad Huda Fathu Rohman Ian Aditama Putra Ian Wiharja Juan Pratama Anandika Khairul Ayat Khoiri Rozi Khoiri Rozi Korna Ariesta Kusumaharja, Rezka Dwima Lie, Calvin M Faldy Syafar M Rafly Rafiqi Malik Sanjaya Matheus Agung Putra Yoga Mhd. Brian Awiruddin Misbah Bukhori Mohammad Nur Kholis Majid Mohd Ridwan Muhammad Ainus Sholikhin Muhammad Fajrur Rochmat Muhammad Fakhri Aji Pratomo Muhammad Farras Farshal Muhammad Iqbal Nofa Karsa Mustadzanah Norman Iskandar Ojo Kurdi Parven, Parven Paryanto Prasetia, Zakaria Frani Pratomo, Muhammad Fakhri Aji Putra, Diva Tsamara Rafikhul Fatah Ronald Sabtendra Rusnaldy Rusnaldy Saputra, Anggar Aji Sarwoko Sarwoko Satriyo Adhi Nugroho Seno Darmanto Seno Darmanto Seno Darmanto Sri Nugroho Sri Nugroho Sri Nugroho Sriyana Sriyana Sulistyo Sulistyo Sulistyo Sulistyo Sutan to Ulya Ramdhani Fikri Yuniarto Yuniarto, Yuniarto Yurianto Yurianto