Claim Missing Document
Check
Articles

¬PENGARUH PROSES HEAT TREATMENT TEMPERING TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN NILAI KEKERASAN PADA SAMBUNGAN LAS THERMITE BAJA UIC-54 Ian Wiharja; Gunawan Dwi Haryadi; Yusuf Umardani; Agus Tri Hardjuno
JURNAL TEKNIK MESIN Vol 2, No 4 (2014): VOLUME 2, NOMOR 4, OKTOBER 2014
Publisher : Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1122.064 KB)

Abstract

Metode penyambungan menggunakan las thermite adalah metode penyambungan yang selalu digunakan, khususnya pada instalasi kereta api. Akan tetapi proses pengelasan yang tidak sesuai akan menjadikan material menjadi getas akibat pemanasan dan pendinginan yang tidak terkontrol. Hal tersebut dapat menimbulkan material mengalami keretakan pada sambungan las dan hal tersebut dapat membahayakan bagi penggunanya. Oleh karena itu diperlukan proses post weld heat treatment (PWHT) yang bertujuan untuk mengembalikan struktur material tersebut.Dengan dilakukannya post weld heat treatment – tempering ini bertujuan untuk memperbaiki struktur butiran akibat adanya tegangan sisa setelah terjadinya pengelasan thermite. Material yang digunakan dalam penelitian ini sendiri adalah baja UIC-54 yang merupakan high carbon steel (0.82%C).PWHT-Tempering dilakukan pada baja UIC-54 dengan variasi temperatur pemanasan 4250C, 4750C, 5250C, dan 5750C, dengan waktu penahanan 60 menit yang dilanjutkan dengan pendinginan ruangan. Setelah dilakukan proses tempering, didapat nilai kekerasan yang relatif turun, sebagai akibat pemanasan ulang yang diharapkan mampu menurunkan kegetasannya tetapi masih memiliki nilai kekerasan yang tinggi sesuai dengan standar yang berlaku
ANALISIS STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIS HASIL LAS TITIK DAN BRAZING UNTUK INDUSTRI RUMAHAN Deivandra Ginanjar Bhakti; Gunawan Dwi Haryadi; Yusuf Umardani
JURNAL TEKNIK MESIN Vol 1, No 2 (2013): VOLUME 1, NOMOR 2, APRIL 2013
Publisher : Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1016.063 KB)

Abstract

In the welding process there are several factors that determine the success of welding. The alteration of microstructure of joined metals are expected to change the structure of the material into more dense to make connections become stronger. In this study, the material used is ferrous steel plate with a maximum thickness of 1mm. In order to know the results, It required to use some variation of a parameter such as pressing time and plate thickness used for metal welding process. The process used home brazing welding machine, the connections are welded and welding receive local heat and during the process the temperature is constantly changing so that the temperature distribution is uneven. As a result of this stretch then analyzed the results of the micro structure of the welding process using brazing home welding machine. After analysis of the microstructure was done then analyze the mechanical properties of the weld joint, all this analysis needs to be done in order to ascertain the connection is really strong welds and brazing machine can be used for home-scale cottage industry.  The results of this study indicate that nugget on hardness Vickers test has a value higher than of the base metal which is 172.78 for 8.6 A current and welding time 20 second 191.58 for 6 A current and welding time of 10 second, and the value of base metals 165.7 so percentage obtained with increasing force to the current value of 8.6 A is 7.1 % and for the current 6 A 25.8 %
PENGARUH HEAT TREATMENT T6 PADA ALUMINIUM ALLOY 6061-O DAN PENGELASAN TRANSVERSAL TUNGSTEN INERT GAS TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO Andrea Tri Wibowo; Gunawan Dwi Haryadi; Yusuf Umardani
JURNAL TEKNIK MESIN Vol 2, No 4 (2014): VOLUME 2, NOMOR 4, OKTOBER 2014
Publisher : Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (976.726 KB)

Abstract

Aluminium 6061-T6 mempunyai keunggulan seperti kekuatan tarik relatif tinggi, sifat mampu bentuk (formability) baik, tahan korosi dan merupakan logam ringan. Kelemahan Al 6061-T6 adalah sifat mampu las (weldability) relatif rendah dan sambungan las rentan terhadap kegagalan (failure). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan sifat mekanik dan struktur mikro dari Alumunium Alloy 6061-O pada arah pengelasan transversal dengan las tungsten inert gas (TIG) yang di-post weld heat treatment (PWHT) ataupun yang tidak di PWHT. Pengujian yang digunakan menggunakan perlakuan panas T6 dengan temperatur solution 520oC dan di quenching air dingin, kemudian artificial aging dengan temperatur 180oC dan variasi waktu selama 8 jam, 18 jam, dan 24 jam. Dari hasil pengujian yang dilakukan, material yang di-PWHT selama 18 jam mengalami peningkatan kekuatan dengan nilai tegangan luluh sebesar 118% (247.84MPa), nilai tegangan max sebesar 159% (304.42MPa) dan memiliki nilai regangan yang menurun sebesar 50% yaitu menjadi 9.8%. Nilai kekerasan mengalami peningkatan setelah di-PWHT. PWHT selama 18 jam memiliki nilai kekerasan tertinggi pada daerah heat affected zone (HAZ) yaitu sebesar 97% (129.9Hv). Dari perubahan struktur mikro terlihat adanya perbedaan struktur butir, material tanpa PWHT memiliki ukuran butir yang lebih besar dibanding material yang di-PWHT dan pada PWHT 18jam memiliki ukuran butir yang lebih kecil dari pada PWHT 24jam, namun lebih besar daripada 8jam dan lebih tersebar merata ke seluruh bagian akibat pengaruh panas las dan perlakuan post welding heat treatment.
PHYSICAL CHARACTERIZATION OF ALUMINA (Al2O3) BASED REFRACTORY APPLIED ON INDUCTION FURNACE LINING Ronald Sabtendra; Sri Nugroho; Yusuf Umardani
JURNAL TEKNIK MESIN Vol 1, No 4 (2013): VOLUME 1, NOMOR 4, OKTOBER 2013
Publisher : Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (991.568 KB)

Abstract

The broad variety of pyro-processing applications across industry demands great diversity in the supply of refractory materials. In fact, many of these materials have been developed specifically to meet the service conditions of a particular process. The characteristic properties of each refractory class are a function of both their raw materials base and the methods used to manufacture the refractory products. This study aims to characterize alumina (Al2O3) based refractory materials applied on induction furnace lining based on its physical properties such as: the shape and grain size; chemical composition; and density of the specimens which sintered at various temperature. From the X-ray Diffraction Test compared with specification data from the manufacturer, the main composition of the base refractory material used in this study is alumina (Al2O3) with a low amount (less than 10%) of magnesia (MgO) and silica (SiO2). Alumina refractory material consists of coarse grains (with its size larger than 0,85mm) and fine grains (size is equal to 0,15mm or smaller). Grains shape of the  aggregates are mostly angular with its sharp edges. Values of density at temperature 1100C, 10000C, 13000C, 15000C in sequence are 2,92 g/cm3; 2,66 g/cm3;  2,80 g/cm3; 2,98 g/cm3. Density of the refractory will increase as the increase of sintering temperature.
PENGARUH VARIASI KONTUR SISIPAN DI MEDIAL ARCH TERHADAP PENGURANGAN DERAJAT FLAT FOOT Daniel Sijabat; Dwi Basuki Wibowo; Yusuf Umardani
JURNAL TEKNIK MESIN Vol 10, No 2 (2022): VOLUME 10, NOMOR 2, APRIL 2022
Publisher : Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Salah satu organ tubuh manusia yang memiliki peran penting untuk beraktifitas adalah Telapak Kaki. Orang dengan telapak kaki yang sehat pastinya akan lebih seimbang untuk menopang beban tubuhnya. Ada beberapa tipe telapak kaki manusia yang dibagi menjadi tiga, diantaranya telapak kaki normal, telapak kaki high arch (pes cavus) dan flat foot (low arch atau pes planus). Telapak kaki dinyatakan high arch apabila AI ≤ 0.21, normal apabila 0.26 ≥ AI > 0.21 dan flat foot apabila AI > 0.26. Kondisi flat foot dapat membuat seseorang mudah lelah saat berjalan atau berlari, karena kemampuan penyerapan beban kejutnya menurun. Apabila kondisi tersebut diperparah oleh jaringan otot telapak kaki yang lemah, dampak lainnya membuat penderita akan mengalami nyeri pada tumit dan menimbulkan benjolan pada pangkal luar jempol kaki (bunion). Flat foot menjadi penelitian dalam tugas akhir ini dengan mengevaluasi dari hasil pemindaian 2D dan pemindaian 3D. Hasil pemindaian 2D menjadi acuan untuk proses perancangan sisipan di area medial arch dalam upaya mengurangi derajat flatfoot. Dalam proses perancangan nantinya akan menggunakan software Solidworks dan proses manufaktur dengan cara cetak 3D. Setelah hasil perancangan selesai, kemudian akan didistribusikan kepada dua subjek untuk mengevaluasi dampak dari sisipan. Berdasakan hasil evaluasi penggunaan sisipan, pemakaian sisipan terbukti efektif dalam mengurangi derajat flat foot.
PENGARUH PROSES HEAT TREATMENT ANNEALING TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN NILAI KEKERASAN PADA SAMBUNGAN LAS THERMITE BAJA NP-42 Huda Fathu Rohman; Gunawan Dwi Haryadi; Yusuf Umardani; Agus Tri Hardjuno
JURNAL TEKNIK MESIN Vol 2, No 3 (2014): VOLUME 2, NOMOR 3, JULI 2014
Publisher : Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1191.149 KB)

Abstract

Pengelasan logam dengan menggunakan metode las thermite banyak digunakan, seperti pada rail crane, maupun perbaikan instalasi jalur rel kereta api. Beberapa masalah dalam pengelasan adalah terjadinya tegangan sisa dan kekerasan yang berlebih sehingga dapat menurunkan ketangguhan las. Salah satu cara mengurangi permasalahan ini adalah dengan  metode Post Weld Heat Treatment (PWHT) annealing. Post Weld Heat Treatment (PWHT) annealing memiliki beberapa fungsi yaitu mengurangi tegangan sisa, meningkatkan keuletan, menurunkan ketidak homogenan stuktur dan memperbaiki ketangguhan daerah logam las dan HAZ. PWHT Annealing dilakukan pada baja NP-42 dengan menvariasi temperatur pemanasan 7800C, 8000C, 8200C, dan 8400C. Dengan waktu penahanan 60 menit dari proses PWHT Annealing serta didinginkan dalam furnace. Hasil penelitian ini adalah diperoleh struktur ferrite dan pearlit pada semua spesimen, namun perbedaan yang signifikan adalah perbedaan ukuran grain size pada masing-masing temperatur annealing. Untuk nilai kekerasan antara 171,7 VHN – 259,1VHN, hal ini didukung  dengan foto mikro pada daerah disetiap temperatur
PENGARUH POST WELD HEAT TREATMENT (PWHT) – TEMPERING PADA SAMBUNGAN MEDIUM CARBON STEEL NP-42 DENGAN LAS THERMIT TERHADAP NILAI KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO Korna Ariesta; Gunawan Dwi Haryadi; Yusuf Umardani
JURNAL TEKNIK MESIN Vol 2, No 2 (2014): VOLUME 2, NOMOR 2, APRIL 2014
Publisher : Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1018.366 KB)

Abstract

Material baja high carbon merupakan material yang diaplikasikan pada suatu sistem yang memerlukan nilai kekerasan dan ketangguhan yang tinggi. Pada sarana transportasi kereta api, tentunya diperlukan rel baja yang sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan agar kenyamanan serta keselamatan penumpang selalu terjamin.Salah satu faktor yang harus diperhatikan pada rangkaian baja rel kereta api adalah pada sambungan las. Proses pengelasan yang tidak sesuai akan menyebabkan material menjadi getas akibat pemanasan dan pendinginan yang tidak terkontrol. Hal ini dapat menimbulkan retak pada sambungan tersebut yang dapat membahayakan bagi pengguna kereta api. Oleh sebab itu, diperlukan perlakuan proses Post Weld Heat Treatment (PWHT) untuk mengembalikan kondisi struktur material tersebut. Dalam penelitian post weld heat treatment – tempering ini bertujuan untuk memperbaiki struktur butir akibat adanya tegangan sisa saat pengelasan thermit, selain itu untuk meningkatkan nilai kekerasannya. Baja rel yang digunakan adalah baja NP-42 yang merupakan medium-carbon steel  (0,56%C). Setelah dilakukan proses tempering, didapat nilai kekerasan yang relatif turun, sebagai akibat pemanasan ulang yang diharapkan mampu menurunkan kegetasannya tetapi masih memiliki nilai kekerasan yang tinggi sesuai dengan standar yang berlaku.
PENGARUH POST WELD HEAT TREATMENT (PWHT) T6 PADA ALUMINIUM ALLOY 6061-O DAN PENGELASAN LONGITUDINAL TUNGSTEN INERT GAS TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO Agy Randhiko; Gunawan Dwi Haryadi; Yusuf Umardani
JURNAL TEKNIK MESIN Vol 2, No 3 (2014): VOLUME 2, NOMOR 3, JULI 2014
Publisher : Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (707.435 KB)

Abstract

Penggunaan aluminium paduan di dunia industri pada saat ini terus berkembang pesat karena aluminium memiliki sifat mekanik yang baik, seperti tahan korosi, bobot yang ringan, kekuatan dan kekerasan yang tinggi, serta mampu di daur ulang. Pengelasan merupakan salah satu penyebab terjadinya kegagalan pada sebagian besar komponen di dunia industri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kekuatan tarik, kekerasan dan struktur mikro dari Aluminium Alloy 6061-O dengan arah pengelasan tungsten inert gas (TIG) longitudinal yang di-post weld heat treatment (PWHT) ataupun yang tidak di PWHT, kemudian menyimpulkan hasil perubahan sifat mekanik dari material uji. Penelitian ini menggunakan perlakuan panas T6 dengan temperatur solution 520oC dan quenching air dingin, kemudian artificial aging dengan temperatur 175oC dan variasi waktu selama 8 jam, 18 jam, dan 24 jam. Hasil dari penelitian ini menunjukkan kekuatan tarik material mengalami peningkatan setelah di-PWHT dengan kekuatan tarik tertinggi yaitu PWHT 24 jam sebesar 389.492 MPa, ini lebih besar dari material PWHT 18 jam yaitu 378.021 MPa dan PWHT 8 Jam yaitu 365.294 MPa. Adanya penurunan regangan pada material yang telah di-PWHT 8 jam, 18 jam, dan 24 jam masing-masing sebesar 5.9%, 2.4%, dan 3.2%. Nilai kekerasan mengalami peningkatan setelah di-PWHT. PWHT selama 8 jam memiliki nilai kekerasan tertinggi pada daerah heat affected zone (HAZ) yaitu sebesar 109.7 Hv. Sedangkan material pengelasan tanpa PWHT dan PWHT 8 jam dan 24 jam masing-masing hanya memiliki nilai kekerasan tertinggi 81.4 Hv, 100.2 Hv, dan 104.7 Hv. Dari gambar struktur mikro terlihat adanya perbedaan struktur butir, material tanpa PWHT memiliki ukuran butir yang lebih besar dibanding material yang di-PWHT. Mg2Si banyak terbentuk pada material yang telah di-PWHT. PWHT T6 sangat berpengaruh terhadap sifat mekanik dari material pengelasan Al 6061-O. Proses PWHT meningkatkan kekuatan tarik dan nilai kekerasan, tetapi menurunkan sifat elastis dari material. Material PWHT 8 jam memiliki sifat mampu bentuk yang paling baik, sedangkan kekuatan material tertinggi yaitu PWHT selama 24 jam.
Karakterisasi Dan Perlakuan Awal Serat Pelepah Salak Seno Darmanto; Sarwoko Sarwoko; Eko Julianto Sasono; Yusuf Umardani; Sriyana Sriyana
Jurnal Rekayasa Mesin Vol 13, No 1 (2018): Volume 13, Nomor 1, April 2018
Publisher : Jurusan Teknik Mesin - Politeknik Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (341.063 KB) | DOI: 10.32497/rm.v13i1.1107

Abstract

Karakterisasi dan perlakuan serat pelepah salak sebagai serat komposit dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas serat pelepah (terutama batang) salak menjadi serat yang kualitasnya setara dengan serat sintetis dan serat nonorganik seperti asbestos dan fiberglas. Alur penelitian serat pelepah salak dilakukan dengan menentukan karakteristik fisik, metode pembuatan serat bundle, perlakuan (fisik dan kimia), uji kekuatan tarik serat bundle dan analisis. Penentuan karakteristik fisik pelepah salak dilakukan dengan pengamatan dan pengukuran secara langsung terhadap jumlah pelepah dan dimensi. Selanjutnya pembuatan serat bundle pelepah salak dilakukan dengan seleksi pelepah salak, pencucian, pengeringan, penguaraian dan penyikatan. Perlakuan pelepah salak dimulai dari pelepah salak dalam bentuk lembaran batang pelepah hingga menjadi serat bundle. Diawali pencucian, perendaman dan pengeringan, perlakuan fisik difokuskan pada pengukusan (steaming). Analogi perlakuan fisik, perlakuan kimia juga dilakukan dengan pencucian, perendaman dan pengeringan terkondisi dengan larutan alkali. Dan hasil pengujian menunjukkan bahwa kekuatan tarik serat bundle pelepah salak dapat mencapai 114 MPa, 66 MPa dan 189 MPa masing-masing untuk serat bundle tanpa perlakuan, serat bundle dengan perlakuan alkali 5% dan serat bundle dengan perlakuan kombinasi yakni alkali 5% yang dilanjutkan dengan pengukusan pada tekanan 5 Bar.
Perancangan dan Pembuatan Propeller Perahu Nelayan Dengan Metode Investment Casting Pola Lilin dan Cetakan Pasir Andhika Krismaintya Putera; Agus Suprihanto; Yusuf Umardani
JMPM (Jurnal Material dan Proses Manufaktur) Vol 5, No 2 (2021): December
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/jmpm.v5i2.11774

Abstract

Propeller atau baling-baling adalah salah satu bagian yang penting dalam perahu nelayan. Geometri propeller yang rumit membuat proses permesinan sulit untuk dilakukan dan memerlukan banyak biaya. Tujuan penelitian Tugas Akhir ini adalah membuat propeller perahu nelayan dengan metode investment casting untuk mengurangi proses permesinan dan mendapatkan geometri produk yang akurat. Selain itu menganalisa geometri, kerataan dan cacat yang mungkin terjadi pada produk akhir pengecoran. Pemodelan dilakukan pada jenis propeller perahu nelayan yang sudah ditentukan. Cetakan master die propeller dibuat menggunakan material silicone rubber RTV 497. Cetakan investment casting yang digunakan berbahan pasir silika mesh 10 -30 dan mesh 80-100, gypsum, serta alumina. Pola lilin yang digunakan berbahan lilin parafin. Cetakan investment casting dilakukan proses sintering pada suhu 250°C selama 30 menit. Material pengecoran yang digunakan adalah aluminium paduan Al-Si yang dileburkan pada suhu 770°C. Hasil penelitian menunjukkan pada produk pengecoran ditemukan penyusutan sebesar 2.95 – 8.08 % dengan menggunakan alat ukur vernier caliper dan 2.83 – 8.34 % dengan pengukuran 3D Scan. Pada pengukuran kerataan permukaan daun propeller ditemukan perbedaan tingkat kerataan permukaan daun propeller disebabkan karena propeller coran mengalami penyusutan dan cacat kekasaran erosi. Hasil identifikasi cacat pengecoran menunjukkan pada pemeriksaan visual ditemukan cacat ekor tikus, sirip, lubang jarum, membengkak, penetrasi logam, salah alir dan kekasaran erosi. Sedangkan pada pemeriksaan dengan cairan dye penetrant ditemukan cacat rongga penyusutan dan udara.
Co-Authors Adi Kurniawan Yusim Adi Nugroho Adi Nugroho Adityo Ristyanto Agrie F Mizan Agus Suprihanto Agus Suprihanto Agus Suprihanto Agus Tri Hardjuno Agy Randhiko Alfitra Bin’arya Putratama Amadeus Bagas Maruli Jarwanto Andhika Krismaintya Putera Andrea Tri Wibowo Azhar Azzyumardi Pasha Basyith, Mohammad Rizqi Abdul Bayu Sasmita Bernard, Jovian Bona Frans Willy Simamora Catur Pramono Daniel Sijabat Deivandra Ginanjar Bhakti Didik Ariwibowo Djoeli Satrijo Dwi Basuki Wibowo Dwi Basuki Wibowo Eko Julianto Sasono Febri Firmansyah Gilbert Fedrick Purba Glenn Natanael Samudera Grandy Yustisio Rizaldi Ginting Gunawan Dwi Haryadi Hartono Hartono Herriza, Rigo Muhammad Huda Fathu Rohman Ian Aditama Putra Ian Wiharja Juan Pratama Anandika Khairul Ayat Khoiri Rozi Khoiri Rozi Korna Ariesta Kusumaharja, Rezka Dwima Lie, Calvin M Faldy Syafar M Rafly Rafiqi Malik Sanjaya Matheus Agung Putra Yoga Mhd. Brian Awiruddin Misbah Bukhori Mohammad Nur Kholis Majid Mohd Ridwan Muhammad Ainus Sholikhin Muhammad Fajrur Rochmat Muhammad Fakhri Aji Pratomo Muhammad Farras Farshal Muhammad Iqbal Nofa Karsa Mustadzanah Norman Iskandar Ojo Kurdi Parven, Parven Paryanto Prasetia, Zakaria Frani Pratomo, Muhammad Fakhri Aji Putra, Diva Tsamara Rafikhul Fatah Ronald Sabtendra Rusnaldy Rusnaldy Saputra, Anggar Aji Sarwoko Sarwoko Satriyo Adhi Nugroho Seno Darmanto Seno Darmanto Seno Darmanto Sri Nugroho Sri Nugroho Sri Nugroho Sriyana Sriyana Sulistyo Sulistyo Sulistyo Sulistyo Sutan to Ulya Ramdhani Fikri Yuniarto Yuniarto, Yuniarto Yurianto Yurianto