Para karyawan wanita pada saat menjalani karir sebagai seorang karyawan yang telah menikah dituntut untuk dapat berperan sebagai istri, serta ibu yang mengasuh dan merawat keluarganya. Work family conflict terjadi ketika terjadi konflik peran antara peran di dalam keluarga dan peran di dalam organisasi. Work family conflict yang dialami oleh karyawan wanita akan mempengaruhi kondisi psikologis karyawan dan berpengaruh secara tidak langsung pada kinerja karyawan. Work family conflict akan mempengaruhi tinggi rendahnya kinerja dari seorang karyawan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara work family conflict dengan kinerja karyawan wanita swalayan Laris Ambarawa. Subjek pada penelitian ini adalah karyawan wanita yang telah menikah di swalayan Laris Ambarawa dengan menggunakan teknik sampel jenuh dengan subjek sebanyak 31 karyawan. Pengumpulan data untuk variabel kinerja menggunakan skala yang disusun oleh Koopmans (2013) yang terdiri dari 47 item dan variabel Work Family Conflict  menggunakan alat ukur yang disusun oleh Carlson, Kacmar, dan Williams (2000), yang terdiri dari 18 item. Analisis data menggunakan uji korelasi product moment dari Pearson. hasil yang diperoleh dari perhitungan tersebut adalah r = -0.605 dengan signifikansi sebesar 0,000 (p<0.05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara work family conflict dengan kinerja karyawan wanita swalayan Laris Ambarawa. Semakin tinggi work family conflict maka semakin rendah kinerja dan sebaliknya semakin tinggi kinerja maka semakin rendah work family conflict.