Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : ISM (Intisari Sains Medis) : Jurnal Kedokteran

Faktor penyebab infertilitas pasien program IVF (In Vitro Fertilization) di Klinik Graha Tunjung RSUP Sanglah Ni Wayan Ariati Trisna Dewi; Anom Suardika; Ryan Saktika Mulyana
Intisari Sains Medis Vol. 10 No. 3 (2019): (Available online: 1 December 2019)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (216.71 KB) | DOI: 10.15562/ism.v10i3.421

Abstract

Latar Belakang: Infertilitas adalah tidak mampu untuk hamil sesudah 12 bulan atau lebih tanpa menggunakan kontrasepsi dan bersifat primer dimana pasangan yang gagal untuk mendapatkan kehamilan untuk meneruskan keturunan. Infertilitas dapat disebabkan oleh faktor perempuan, laki-laki maupun keduanya. Sekitar 50-80 juta pasangan mengalami infertilitas di dunia, infertilitas di negara berkembang terjadi lebih tinggi yaitu sekitar 30%, di bandingkan negara maju hanya 5-8%.Metode: Penelitian ini merupakan suatu penelitian deskriptif cross sectional, Sumber data berasal dari data sekunder yaitu rekam medis pasien yang mengalami infertilitas di klinik graha tunjung RSUP Sanglah periode Januari 2016 -Desember 2017. Pengambilan data di ambil dengan metode Total Sampling. Distribusi variabel penelitian yaitu pada perempuan dengan faktor tuba, uterus dan ovarium sedangkan pada laki-laki yaitu faktor sperma.Hasil: Kejadian infertilitas di RSUP Sanglah Denpasar periode Januari 2016 -Desember 2017 sebanyak 38 kasus. Pada perempuan yaitu faktor satu tuba non-paten sebanyak 4 kasus (25,0%), dan responden dengan kedua tuba non-paten sejumlah 12 kasus (75,0%). Kasus denghan kelainan Faktor ovarium, yaitu Endometrioma sebanyak 2 kasus (12,5%). Tidak didapatkan kasus dengan kelainan faktor Uterus pada Perempuan. Infertilitas pada laki-laki berdasarkan faktor sperma: oligozoospermia 1 kasus (5,6%), Asthenozoospermia 2 kasus (11,1%), Teratozoospermia 1 kasus (5,6%), Oligo Astheno Teratozoospermia 11 kasus (61,1%) dan Azoospermia 3 kasus (16,7%).Simpulan: Faktor penyebbab infertilitas pada perempuan yang paling tinggi adalah kelainan pada tuba yaitu, kedua tuba non patten. Sedangkann penyebab infertilitas paling tinggi pada laki-laki yaitu kelainan pada sperma Oligo Astheno Teratozoospermia.Introduction: Infertility is the inability to get pregnant after 12 months or more without using contraception and is primary where the couple fails to get a pregnancy to continue the offspring. Infertility can be caused by factors of women, men or both. Around 50-80 million couples experience infertility in the world, infertility in developing countries is higher, which is around 30%, compared to developed countries, only 5-8%.Method: This research is a cross-sectional descriptive study. The source of the data comes from secondary data, namely medical records of patients experiencing infertility at the clinic visiting Sanglah Hospital for the period January 2016-December 2017. Data collection was taken by the Total Sampling method. The distribution of research variables is in women with tubal, uterine and ovarian factors whereas in men it is sperm factor.Result: Infertility events at Sanglah General Hospital Denpasar in January 2016 -December 2017 were 38 cases. In women, the factor of one non-patent tube were 4 cases (25.0%), and respondents with both non-patent tubes were 12 cases (75.0%). Ovarian factor abnormalities, Endometrioma were 2 cases (12.5%). There were no cases of Uterine factor abnormalities in Women. Infertility in men based on sperm factors: 1 case oligozoospermia (5.6%), Asthenozoospermia 2 cases (11.1%), Teratozoospermia 1 case (5.6%), Oligo Astheno Teratozoospermia 11 cases (61.1%) and Azoospermia 3 cases (16.7%).Conclusion: The highest factor of infertility in women is abnormalities in the tube, both tubal non-patent. The highest cause of infertility in men is an abnormality in sperm, Oligo-Astheno-Teratozoospermia.
Lower Urinary Tract Obstruction (LUTO) pada fetus: laporan kasus Rey Jauwerissa; I Nyoman Hariyasa Sanjaya; Endang Sri Widiyanti; Ryan Saktika Mulyana; Evert Solomon Pangkahila
Intisari Sains Medis Vol. 11 No. 3 (2020): (Available online: 1 December 2020)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (795.836 KB) | DOI: 10.15562/ism.v11i3.796

Abstract

Background: Lower fetal urinary tract obstruction (LUTO) is an abnormality observed during an ultrasound test in the antenatal period in the form of an enlarged fetal bladder. Oligohydramnios, renal cortex dilation, and pulmonary hypoplasia may be caused by obstruction of the lower urinary tract. In the management of LUTO, early diagnosis and assessment as early as possible are very important. The insertion of a shunt from the fetal bladder to the amniotic cavity is one of the therapies for fetal LUTO (vesicoamniotic shunt). This case study aims to determine the management of LUTO in fetuses at Sanglah Hospital, Bali, Indonesia. Case Presentation: A 39-year-old female G3P2002 was referred to the obstetrics and gynecology clinic of Sanglah Hospital with suspected fetal LUTO for 18-19 weeks. There were no complaints or risk factors for LUTO in the past. Physical examination and obstetric examinations were within normal limits. On ultrasound examination, there was a hypohyperechoic image measuring 4.3 x 5.3 cm with the impression of the enlarged bladder, key-hole appearance, oligohydramnios, and bilateral hydronephrosis. Double pigtail installation on the fetus, amnioinfusion, and amniosynthesis was performed for karyotyping. Ten weeks after double pigtail placement, the patient developed premature labor and subsequently gave birth to a baby boy, LBW 1,800 gram, with severe asphyxia, Potter facies, abdominal distension, and leg deformities. Unfortunately, the baby eventually died 1 hour postpartum.Conclusion: Overall, infants have a poor prognosis for fetal LUTO cases. In assessing the effectiveness of treatment, early diagnosis, assessment, and early intervention are very critical. Latar Belakang: Lower Urinary Tract Obstruction (LUTO) pada fetus merupakan suatu kelainan pada periode antenatal berupa pembesaran kandung kemih fetus yang ditemukan pada pemeriksaan USG. Sumbatan saluran kemih bagian bawah tersebut dapat menyebabkan oligohidramnios, pelebaran korteks ginjal, hingga hipoplasia paru. Diagnosis awal dan evaluasi sedini mungkin sangat penting dalam penanganan LUTO. Salah satu penanganan fetal LUTO adalah dengan pemasangan shunt dari vesika urinaria fetus ke rongga amnion (vesicoamniotic shunt). Laporan kasus ini bertujuan untuk mengevaluasi penanganan LUTO terhadap fetus di RSUP Sanglah, Bali, IndonesiaPresentasi Kasus: Seorang perempuan 39 tahun G3P2002 18-19 minggu dirujuk ke poliklinik kebidanan dan kandungan RS Sanglah dengan kecurigaan fetal LUTO. Pada anamnesis tidak didapatkan keluhan maupun faktor risiko LUTO. Pemeriksaan fisis dan pemeriksaan obstetri dalam batas normal. Pada pemeriksaan USG didapatkan gambaran hipohiperekoik berukuran 4,3 x 5,3 cm dengan kesan vesika urinaria membesar, key-hole appearance, oligohidramnios dan hidronefrosis bilateral. Dilakukan tindakan pemasangan double pigtail pada fetus, amnioinfusion serta amniosintesis untuk pemeriksaan karyotyping. Sepuluh minggu setelah pemasangan double pigtail, pasien mengalami partus prematurus imminens dan selanjutnya melahirkan bayi lelaki, BBL 1.800 gram, dengan asfiksia berat, Potter facies, distensi abdomen dan deformitas tungkai. Sayangnya, bayi akhirnya meninggal 1 jam pasca-persalinan.Kesimpulan: Secara keseluruhan kasus fetal LUTO memiliki prognosis yang kurang baik bagi bayi. Diagnosis awal, evaluasi dan intervensi sedini mungkin sangat penting dalam menentukan keberhasilan terapi.
Rasio platelet-limfosit serum ibu pada kehamilan preterm dan kehamilan preterm dengan Ketuban Pecah Dini (KPD): suatu studi potong-lintang Tjokorda Gde Agung Suwardewa; Anak Agung Gede Putra Wiradnyana; Made Suyasa Jaya; I Nyoman Bayu Mahendra; Ryan Saktika Mulyana; Alfonso Anggriawan
Intisari Sains Medis Vol. 13 No. 2 (2022): (In Press : 1 August 2022)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (339.602 KB) | DOI: 10.15562/ism.v13i2.1370

Abstract

Background: Preterm Premature Rupture of Membranes (PPROM) is one of the obstetric problems that needs special attention, apart from the high prevalence, cases of PPROM also often cause neonatal morbidity and mortality. Inflammation is thought to be the cause of the incidence of PPROM and has a relationship with the incidence of ascending genital tract infection. The physiological immune response to inflammation is characterized by an increase in the number of circulating platelets and a decrease in the number of lymphocytes. This study aims to evaluate the high ratio of platelets to lymphocytes of maternal blood serum is a risk factor for the occurrence of preterm PROM. Methods: This study is a cross-sectional study with a sample size of 70 samples, and is divided into a risk group (preterm pregnancy with PROM) and a no-risk group (preterm pregnancy without PROM). This research was conducted in the Emergency Room maternity ward and Obstetrics and Gynecology outward patient at Sanglah Hospital Denpasar for the period December 2020 to May 2021. Data were analyzed using SPSS version 26 for Windows. Results: The results of the analysis of this study obtained a statistically significant difference (p = 0.000). The group with a high maternal blood serum platelet to lymphocyte ratio had a higher risk of developing preterm PROM compared to the group with a low maternal blood serum platelet to lymphocyte ratio (PR = 2.4, 95% CI = 1.60-3.69, p = 0.000). Conclusion: The conclusion of this study is the high maternal blood serum platelet to lymphocyte ratio is a risk factor for the occurrence of preterm PROM.   Latar Belakang: Ketuban pecah dini (KPD) preterm merupakan salah satu masalah obstetri yang perlu mendapat perhatian khusus, selain karena prevalensi yang besar, kasus KPD preterm juga sering menyebabkan morbiditas dan mortalitas neonatus. Inflamasi diduga sebagai penyebab dari kejadian KPD preterm dan mempunyai hubungan dengan kejadian infeksi ascending traktus genital. Respon imun fisiologis terhadap inflamasi ditandai oleh peningkatan jumlah platelet yang beredar dan penurunan jumlah limfosit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa tingginya rasio platelet terhadap limfosit serum darah ibu merupakan faktor risiko terjadinya KPD preterm. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional dengan jumlah sampel sebanyak 70 sampel, dan terbagi menjadi kelompok berisiko (kehamilan preterm dengan KPD) dan kelompok tanpa risiko (kehamilan preterm tanpa KPD). Penelitian ini dilakukan di kamar bersalin IGD serta Poli Obstetri dan Ginekologi RSUP Sanglah Denpasar periode Desember 2020 hingga Mei 2021. Data dianalisis dengan SPSS versi 26 untuk Windows. Hasil: Hasil analisis dari penelitian ini didapatkan perbedaan yang bermakna secara statistik (p = 0,000). Kelompok dengan nilai rasio platelet terhadap limfosit serum darah ibu yang tinggi memiliki risiko mengalami kejadian KPD preterm dibandingkan dengan kelompok dengan rasio platelet terhadap limfosit serum darah ibu yang rendah (PR = 2,4, IK 95% = 1,60-3,69, p = 0,000). Kesimpulan: Simpulan dari penelitian ini adalah rasio platelet terhadap limfosit serum darah ibu yang tinggi merupakan faktor risiko terjadinya kejadian KPD preterm.