Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search
Journal : Jurnal Sangkala

POTRET PEMBELAJARAN BERBASIS BLENDED LEARNING PADA MATA PELAJARAN SEJARAH (STUDI KASUS SISWA KELAS XI IPS DI MA AL-QODIRI VIII KELIR SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2021/2022) Elvisa Rahma Dewi; I Wayan Mertha; Mahfud, Mahfud
JURNAL SANGKALA Vol 2 No 1 (2023): Jurnal Sangkala
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mendeskripsikan potret pembelajaran berbasis blended learning pada mata pelajaran sejarah, serta kelebihan dan kekurangan pembelajaran blended learning pada mata pelajaran sejarah kelas XI IPS di MA Al-Qodiri VIII Kelir semester genap tahun pelajaran 2021/2022.Informan dalam penelitian ini adalah Kepala Madrasah, Wakil Kepala Madrasah, Wali Kelas XI IPS, Guru Sejarah, Siswa Kelas XI, dan orang tua yang dilakukan melalui teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan studi dokumen. Validitas yang digunakan adalah triangulasi sumber yaitu dengan memadukan berbagai sumber data yang diperoleh, antar- peneliti, teori, dan metode. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis blended learning pada mata pelajaran sejarah yang dilakukan dimulai dengan mempersiapkan perencanaan pembelajaran seperti menyusun silabus, jadwal pelajaran, RPP, dan media pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran blended learning meliputi pembelajaran daring dan tatap muka. Komposisi pembelajaran dilakukan dengan presentase 25/75 artinya 25% pembelajaran dilakukan secara daring dan 75% dilakukan secara tatap muka. Pembelajaran sejarah dilakukan selama 2 kali dalam seminggu dengan alokasi waktu 60 menit dalam 1 kali tatap muka. Selain itu, evaluasi pembelajaran sejarah diambil melalui 3 ranah yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam penelitian ini juga terdapat kelebihan dan kekurangan penerapan pembelajaran blended learning. Pada dasarnya sekolah sudah berupaya memberikan solusi dan inovasi sehingga pembelajaran tetap terlaksana dan materi pembelajaran dapat tersampaikan.
PENINGGALAN DAN BUDAYA PRASEJARAH DI KABUPATEN BANYUWANGI (KAJIAN SEJARAH DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA) Agus Mursidi; I Wayan Mertha; Mahfud, Mahfud
JURNAL SANGKALA Vol 2 No 1 (2023): Jurnal Sangkala
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Banyuwangi merupakan kabutapen yang terletak di ujung timur pulau jawa yang memiliki beragam daya tarik wisata baik wisata alam maupun budaya. Pengembangan pariwsata di Kabupaten banyuwangi belum maksimal mengingat sampai saat ini masih terfokus pada pengembangan wisata alam, sedangkan pariwisata sejarah masih belum dikembangkan. Padahal banyuwangi memiliki asset sumberdaya arkeologi yang sangat melimpah yang terdiri dari masa prasejarah, sejarah klasik, dan kolonial tersebar diberbagai daerah seperti Wongsorejo, Kalipuro, Banyuwangi, Kabat, Rogojampi, Muncar, Sempu, dan Songgon. Penelitian ini bertujuan Untuk (1) menginventarisasi persebaran peninggalan Pra-sejarah yang ada di Kabupaten Banyuwangi; (2) mengetahui pemanfaatan peninggalan prasejarah sebagai sumber belajar sejarah di SMA. Dalam penelitian ini menggunakan beberapa teori, yaitu: 1) Sumberdaya Arkeologi; 2) Pariwisata; dan 3) Pariwisata Sejarah. Penelitian ini menggunakan bentuk dan strategi deskriptif kualitatif. Teknik pengambilan data berupa wawancara mendalam, observasi langsung, dan studi dokumen. Data yang diperoleh divaliditas dengan menggunakan triannggulasi data, peneliti, teori, dan metodelogis. Sedangkan teknik analisis data menggunakan teknik analisis data kualitatif yang meliputi pengumpulan data, reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan/verifikasi. Dan analisis SWOT yang meliputi penyusunan matriks IFAS (Internal Factor Analysis Summary) dan matriks EFAS (External Factor Analysis Summary) yang dilanjutkan dengan penyusunan matriks SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peninggalan prasejarah di banyuwangi meliputi situs gua di Songgon, Situs Goa di Wongsorejo, situs gua di Kalipuro, dan situs neolitik di kendenglembu. Sedangkan untuk pemanfaatanya sebaga media dan sumber belajar sudah diterapkan oleh sekolah-sekolah SMA di Kabupaten Banyuwangi.
POTRET PEMBELAJARAN SEJARAH PADA ERA NEW NORMAL DI KELAS X IPS MA.AL-QODIRI VIII KELIR Dewi Nurul Rizky; I Kadek Yudiana; I Wayan Mertha
JURNAL SANGKALA Vol 1 No 1 (2022): SANGKALA
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Program pendidikan pada dasarnya tidak terlepas dari permasalahan-permasalahan pendidikan yang terjadi selama ini. Permasalahan tersebut dapat menghambat berjalannya proses pembelajaran yang di harapkan dalam pendidikan. Permasalahan pendidikan yang dialami saat ini sedang mengalami masa transisi yang diakibatkan oleh pandemi virus covid-19. Hal tersebut kemudian memberikan dampak terhadap perubahan tatanan pendidikan yang selama ini sudah tersusun. Pendidikan memasuki era new normal setelah pandemi covid-19 berangsur membaik. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan potret pembelajaran sejarah pada era new normal di kelas X IPS MA.Al-Qodiri VIII, pembelajaran era new normal dilakukan tatap muka secara terbatas dengan menyesuaikan kurikulum darurat dengan memperhatikan materi esensial. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik wawancara, observasi dan studi dokumen. Analisis data dalam penelitian ini meliputi pengumpulan data, reduksi data penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Pengecekan keabsahan data menggunakan triangulasi data, teori, metode, dan peneliti. Tujuan dari penelitian ini adalah : 1) untuk mengetahui proses pembelajaran pada era new normal 2) untuk mengetahui perangkat pembelajaran yang digunakan ada era new normal 3) mendiskrisikan kelebihan dan kelemahan proses pembelajaran pada era new normal. Hasil dari penelitian adalah : 1) proses pembelajaran pada era new normal sudah dilakukan secara tata muka 2) perangkat pembelajaran menggunakan kurikulum darurat dengan materi esensial 3) kelebihan dari proses pembelajaran pada era new normal siswa dapat dipantau secara langsung dan kelemahan proses pembelajaran pada era new normal adanya learning loss pada siswa. Kegiatan pembelajaran tatap muka tetap berlangsung normal meski ketersediaan alokasi waktu terbatas sesuai dengan aturan pemerintah agar pembelajaran tetap berjalan dengan baik.
SENI TARI GANDRUNG SEBAGAI PEWARISAN NILAI PENDIDIKAN KARAKTER MASYARAKAT BANYUWANGI I Wayan Mertha; Sahru Romadloni
JURNAL SANGKALA Vol 1 No 2 (2022): Jurnal Sangkala
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Gandrung adalah seni tradisi mayarakat banyuwangi yang sampai sekarang dilaksanakan dan sekaligus sebagai tari penyambutan tamu. Gandrung sebagai tari pilihan banyak menanamkan nilai dan pendidikan karakter yang dapat diwariskan kepada generasi selanjutnya. Metode penelitian yang digunakan penelitian kualitatif. Hasil penelitian ini Nilai-nilai yang terkandung dalam kesenian gandrung adalah sebagai berikut: nilai perjuangan, nilai kritik sosial, ekonomi, seni, hiburan, keterampilan, kepercayaan, kekeluargaan, nilai cinta budaya daerah, nilai moral, nilai keindahan, dan nilai persatuan.
HARMONI DALAM KEMULTIKULTURAN DI DESA PANCASILA (POTRET KERUKUNAN ANTARUMAT BERAGAMA DI DESA SARONGAN, KECAMATAN PESANGGARAN, BANYUWANGI) I Kadek Yudiana; I Wayan Mertha
JURNAL SANGKALA Vol 2 No 2 (2023): Jurnal Sangkala
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan: (1) Untuk menganalisis latar belakang masyarakat tetap menjaga kerukunan antar umat beragama pada masyarakat multikultur di Desa Sarongan, Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi, (2) Untuk menganalisis bentuk kerukunan antar umat beragama pada masyarakat multikultur di Desa Sarongan, Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi, (3) Untuk menganalisis nilai-nilai karakter yang terkandung di dalam kerukunan antar umat beragama pada masyarakat multikultur di Desa Sarongan yang dapat digunakan sebagai karakter dasar untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan langkah-langkah, yakni penentuan lokasi penelitian, metode penentuan informan, metode pengumpulan data, istrumen penelitian, metode pengujian keabsahan data, dan metode analisis data. Hasil penelitian menunjukkan latar belakang kerukunan antarumat beragama di Desa Sarongan dapat dilihat dari perspektif agama Islam tentang toleransi; agama Hindu dengan ajaran Tat Twam Asi, Ahimsa, Tri Hita Karana, dan Desa Kala Patra; agama Kristen dengan ajaran cinta kasihnya. Sedangkan dalam perspektif ajaran agama Budha terdapat ajaran satu adalah semua dan semua adalah satu. Selain kemajemukan dan kemultikulturan masyarakat di Desa Sarongan dapat terjaga berkat keberadaan ideologi pancasila sebagai ideologi pemersatu bangsa. Adapun bentuk kerukunan antarumat beragama pada masyarakat multikultur di Desa Sarongan meliputi: dialog lintas agama maupun etnik dan kerjasama antarumat beragama; meyakini agama sendiri dan menghargai agama orang lain; dan doa bersama. Sedangkan nilai yang terkandung dalam kemultikulturan masyarakat Desa Sarongan meliputi: Nilai Social, Simpati, Toleransi dan Empati, Religious, Nasionalisme, Gotong Royong, Demokrasi, Bersahabat/komunikatif, kecintaan terhadap lingkungan, cinta damai, dan peduli sosial.
PEMANFAATAN KESENIAN TRADISIONAL BARONG DESA KEMIREN SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH LOKAL DI SMA I Wayan Mertha; Mahfud, Mahfud
JURNAL SANGKALA Vol 2 No 2 (2023): Jurnal Sangkala
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengidentifikasi nilai-nilai karakter kesenian Barong Kemiren; 2) menganalisis pemanfaatan kesenian Tradisional Barong Kemiren sebagai sumber belajar sejarah lokal. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara mendalam, observasi, dan analisis dokumen. Validitas data menggunakan trianggulasi data dan trianggulasi peneliti. Analisis data menggunakan analisis interaktif dengan tiga tahapan analisis, yakni Reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan yang berinteraksi dengan pengumpulan data secara siklus. Hasil penelitian menunjukkan Nilai-nilai karakter kesenian tradisional barong kemiren dapat dilihat dengan jelas melalui analisis pada tema-tema yang digunakan dalam lakonnya. tema-tema dalam lakon Barong Kemiren terdiri atas empat tema, yaitu perkawinan, hubungan manusia dengan mahluk halus/ jin, hubungan antara lelaki dan perempuan, serta pertarungan dan penaklukan. Barong Kemiren sudah dijadikan sebagai sumber belajar baik di SMA maupun di perguruan tinggi untuk sejarah lokal. Hal ini terekan dengan jelas dalam instrumen pembelajaran yang dimiliki oleh guru.
UPACARA NGOSEK PONJEN DI DESA OLEH SARI KECAMATAN GLAGAH-BANYUWANGI (ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER BUDAYA MASYARAKAT OSING BANYUWANGI) I Wayan Mertha
JURNAL SANGKALA Vol 2 No 2 (2023): Jurnal Sangkala
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tradisi ngosek ponjen atau perang bangkat di Banyuwangi tidak terlepas dari latar belakang sejarah nenek moyang, sejarah tradisi ini mengandung ajaran filosofi para leluhur yang dikemas ke dalam sebuah upacara yang sarat akan simbol-simbol yang penuh makna atau ajaran kehidupan berumah tangga. Dari sejarah inilah masyarakat suku Osing mengetahui pentingnya tradisi ini bagi kebahagiaan kehidupan rumah tangga anak kemunjilan. dalam melaksanakan prosesi ngosek ponjen atau perang bangkat, masyarakat suku Osing Banyuwangi harus menyediakan bermacam-macam perlengkapan yang diistilahkan oleh mereka dengan peras ( sesajen ). Peras ini secara simbolis masing-masing mempunyai makna dan tujuan tertentu yang berupa nasehat-nasehat dari nenek moyang yang tersirat dalam setiap simbol-simbol tersebut. Masyarakat suku Osing menengarai adanya sebuah implikasi simbol-simbol dalam tradisi tersebut dengan keharmonisan dalam rumah tangga mereka, karena di dalam simbol-simbol tersebut terdapat sebuah ajaran dalam mengarungi kehidupan berumah tangga.
Co-Authors A. Wahab Jufri Adawiyah, Marosa Rabi’atul Agil Al Idrus Agil Al Idrus, Agil Al Agus Mursidi Ahmad Raksun, Ahmad Aini, Jannatul Alhafizin, M. Andreyan Priyo Prayogo Andriastuti, Mutia Andriastuti, Mutia Anom Hery Suasapha ASTITI, Anak Agung Eka Putri Dewi Astuti, Julya Bachtiar, Adzam Baiq Gina Amalia Niarni Bulan Purnama Sari, Bulan Purnama Delphi, Syakila Gita Dewi Nurul Rizky DIDIK SANTOSO Didik Santoso Dinata, I Kadek Krisna Surya Dinata, Krisna Surya Dwiari, Ni Made Septi Dyah Cynthia Putri Elvisa Rahma Dewi Eryuni Ramdhayani Hermaya Sura Putri Heru Setiawan I Kadek Yudiana I Kadek Yudiana, I Kadek I Putu Eka Nila Kencana I Wayan Sukma Winarya Prabawa Ida Bagus Gede Agung Widana Ilhamdi, M. Liwa Ilhamdi, Moh Liwa Ilmi, Muhamad Yazid Mizanul Ismadwijayanthi, Gusti Ayu Maharani Jamí’’yyah, Shafro’ Khuluq Jamí’’yyah, Shafro’Khuluq Jannatul Aini Julia, Reinda Chella Julya Astuti Kristiono Liestiandre, Hanugerah LALU ZULKIFLI Lilasari, Luh Nyoman Tri Luh Yusni Wiarti M.Alhafizin Mahfud Mahfud Meikassandra, Prilicia Mohammad Liwa Ilhamdi Muhamad Yazid Mizanul Ilmi Ni Made Eka Mahadewi Ni Made Tirtawati Ni Putu Oka Agustini Niarni, Baiq Gina Amalia Noviani, Ni Komang Nia Nur Lestari Pranatajaya, I Gusti Ngurah Krisna Putri, Hermaya Sura Risky Riyyatul Ropidah Ropidah, Risky Riyyatul Sahru Romadloni Saputra, Roy Shafro’Khuluq Jamí’’yyah Sukariyanto, I Gede Made Sukariyanto, Made Susianti, Hartanti Woro SUYANTRI, ENI Syakila Gita Delphi Tendi Kurniawaan, I Gede Tendi Kurniawan, I Gede Tendi Kurniawan, I Gede Thariana, Putu Lisa Ulya Febria Utami Utami, Ulya Febria Widana, Ida Bagus Gede Agung Widyantara, I Made Sugi