Claim Missing Document
Check
Articles

Growth Rate of Acropora formosa and Montipora digitata Transplanted on Biorock in Gili Trawangan Damayanti, Luh Putu Ayu; Ahyadi, Hilman; Candri, Dining Aidil; Sabil, Abdus
Journal of Indonesian Coral Reefs Vol 1, No 2 (2011)
Publisher : Journal of Indonesian Coral Reefs

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Gili Trawangan has a high diversity of coral reefs and is one of the Aquatic Parks in Eastern Indonesia. This diversity has begun to be threatened by the human activities and natural disaster due to climate change. So we needed to start doing some rehabilitation projects. The creation of Biorock is one of coral rehabilitation method which can increase growth rate of coral. This study was to determine the growth rate of colonies of Acropora formosa and Montipora digitata growing on Biorock substrate and away (up to 10 meters) from Biorock substrate.This study was conducted in Gili Trawangan from April to August 2011, and used a method of direct measurement on colony height. The result of t-test analysis showed a significant difference between the coral growth on the Biorock substrate and outside Biorock substrate. The height of A. formosa colonies transplanted on Biorock substrate (0.43 cm/week) is around four times faster than that outside of Biorock substrate (0.09 cm/week). The growth of a M.digitata colonies on Biorock was 0.3009 cm/week while outside Biorock at was 0.009 cm/week.
Estimasi Simpanan Karbon dan Status Kesehatan Padang Lamun di Pulau Kelapa Kabupaten Bima Isnaini Marliana; Hilman Ahyadi; Dining Aidil Candri; Immy Suci Rohyani; Sukmaraharja Aulia Rachman Tarigan; Pardede Shinta Trilestari; Sebastian Aviandhika; Sri Puji Astuti
Bioscientist : Jurnal Ilmiah Biologi Vol 9, No 1 (2021): June
Publisher : Department of Biology Education, FSTT, Mandalika University of Education, Indonesia.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33394/bjib.v9i1.3542

Abstract

The seagrass community are angiosperm plant communities that mostly grow in shallow marine waters. The community has an ecological role and function, both as a habitat for various types of biota and as a carbon sink. The purpose of this study was to determine the type and condition of the seagrass ecosystem in Kelapa Island based on the percentage of cover; and to determine the estimated carbon stocks of seagrasses contained. Seagrass community data collection was carried out in September-October 2020 in the waters of Kelapa Island, Bima Regency, West Nusa Tenggara Province. A quadratic transect was used for data collection of seagrass cover, and analysis of seagrass community cover using the PhotoQuad application, followed by determining the condition of the seagrass community ecosystem, and analysis of estimated carbon storage using the Loss On Ignition (LOI) method. The results showed that there were 4 types of seagrass found, consisting of: Thalassia hemprichii, Halophila ovalis, Cymodocea rotundata, and Halodule pinifolia. The percentage of seagrass cover is 52.31%, because it is less than 60%, the health status of seagrass beds is unhealthy based on the Decree of the Minister of the Environment Number 200 of 2004. Total carbon storage is 16.1 gr.Cm-2. Thalassia hemprichii as the highest carbon storage species was 8.27 gr.Cm-2.
STRUKTUR VEGETASI MANGROVE ALAMI DAN REHABILITASI PESISIR SELATAN PULAU LOMBOK Laily Hunawatun Sani; Dining Aidil Candri; Hilman Ahyadi; Baiq Farista
Jurnal Biologi Tropis Vol. 19 No. 2 (2019): Juli - Desember
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jbt.v19i2.1363

Abstract

Abstrak : Rehabilitasi mangrove merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk mengurangi laju kerusakan hutan mangrove di Indonesia salah satunya di kawasan Teluk Gerupuk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi mangrove hasil rehabilitasi di Teluk Gerupuk dengan mebandingkan struktur vegetasi mangrove di kawasan tersebut dengan ekosistem mangrove alami. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan April-Juni 2019 di dua kawasan hutan mangrove di pesisir selatan pulau Lombok yaitu hutan mangrove alami desa Pemongkong dan hutan mangrove rehabilitasi Teluk Gerupuk. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode transek berpetak dengan ukuran petak 10 x 10 m untuk tipe pohon, sub petak 5 x 5 m untuk tipe pancang, dan petak semai berukuran 2 x 2 m. Terdapat 11 spesies mangrove ditemukan di dalam plot penelitian dengan persebaran spesies yaitu 8 spaesies ditemukan di hutan mangrove alami Pemongkong dan hanya 7 spesies ditemukan di hutan mangrove rehabilitasi Gerupuk. Spesies mangrove yang dimaksud termasuk ke dalam 4 famili yaitu Avicenniaceae (Avicennia alba, A. marina, A. lanata), Rhizophoraceae (Ceriops decandra, C. tagal, Rhizophora apiculata, R. mucronata, R. stylosa), Rubiaceae (Scyphiphora hydrophyllaceae) dan Sonneratiaceae (Sonneratia alba, S. casiolaris). Struktur vegetasi kedua ekosistem sangat berbeda terlihat pada vegetasi penyusunnya. Hutan mangrove alami Pemongkong didominasi oleh jenis Sonneratia alba dan Avicennia alba yang memiliki Indeks nilai penting (INP) untuk tipe pohon dan pancang dengan nilai masing-masing 132,37 dan 141,52, sedangkan hutan mangrove rehabilitasi didapatkan INP tertinggi pada tipe pohon dan pancang yaitu jenis R. apiculata dan R. stylosa dengan INP berturut-turut 140,5 dan 116,41. Rehabilitasi hutan mangrove dengan metode yang selama ini dilakukan telah mengubah struktur vegetasi hutan mangrove di Pulau Lombok yang juga dapat mempengaruhi fauna asosiasi dan ekosistem sekitar mangrove. Oleh karena itu, diperlukan perencanaan serta analisis terlebih dahulu terhadap lokasi tujuan rehabilitasi mangrove agar untuk terbentuknya hutan mangrove rehabilitasi yang lebih sesuai dengan biota asosiasi dan ekosistem sekitar yang telah ada sebelumnya.Kata Kunci : Struktur Komunitas, Mangrove, Alami, RehabilitasiAbstract : Rehabilitation of mangrove vegetation was an effort in order to decrease the rate of mangrove ecosystem destruction. This research aimed to determine the vegetation structure and the community status of natural and rehabilitation mangrove forest at South Lombok seashore. This research held on March – June 2019 at two types of mangrove ecosystem such as natural ecosystem at pemongkong, East Lombok and rehabilitation ecosystem at Gerupuk bay, Central Lombok. Data collection used plotted transect method by placed a plot sized 10x 10 m alternately. There are 11 species of mangrove found which belong to 4 families such as Avicenniaceae (Avicennia alba, A. marina, A. lanata), Rhizophoraceae (Ceriops decandra, C. tagal, Rhizophora apiculata, R. mucronata, R. stylosa), Rubiaceae (Scyphiphora hydrophyllaceae) and Sonneratia (Sonneratia alba, S. casiolaris). Vegetation structure in these 2 location was different based on the composition each vegetation and it proportion. Natural mangrove forest in pemongkong dominated by Sonneratia alba with importance value reached 132,37, meanwhile the rehabilitation area of mangrove ecosystem Gerupuk dominated by Rhizophora apiculata with number of importance value reached 140,5. These differences drove the value of persent of similarity (PS) between these ecosystem only reached 10.41% which categorized as low similarity. Mostly of rehabilitation of mangrove ecosystem conducted cause the alteration of vegetation structure of mangrove in Lombok coastal and affect the mangrove associated fauna and ecosystems. In that case, it really important to analys the condition of mangrove rehabilitation plan location to determine the mangrove species to plant in order to formed a rehabilitiation of mangrove area which more compatible to its associated biota and ecosystems.Keyword : Structure, Mangrove, Natural, Rehabilitation  
STRUKTUR KOMUNITAS MOLUSKA DI KAWASAN MANGROVE ALAMI DAN REHABILITASI PESISIR SELATAN PULAU LOMBOK Dining Aidil Candri; Laily Hunawatun Sani; Hilman Ahyadi; Baiq Farista
Jurnal Biologi Tropis Vol. 20 No. 1 (2020): Januari - April
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1004.83 KB) | DOI: 10.29303/jbt.v20i1.1385

Abstract

Abstrak: Struktur komunitas moluska di suatu ekosistem mangrove dapat digunakan sebagai indikator status kesehatan ekosistem tersebut. Dalam penelitian ini dilakukan pembandingan antara struktur komunitas moluska di ekosistem mangrove alami dan rehabilitasi untuk melihat adanya perbedaan struktur moluska di kedua kondisi ekosistem tersebut. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Maret - Juni 2019 pada 2 tipe ekosistem mangrove yaitu ekosistem mangrove alami di Pemongkong, Lombok Timur dan ekosistem mangrove rehabilitasi di teluk Gerupuk, Lombok Tengah. Pengambilan data dilakukan dengan metode purposive random sampling dengan meletakkan 3 plot berukuran 1x1 m secara acak di dalam plot yang berukuran lebih besar (10x10 m) yang telah ditentukan sebelumnya. Adapun hasil penelitian menunjukkan terdapat 37 spesies moluska yang termasuk ke dalam 14 famili. 14 spesies ditemukan di kedua lokasi penelitian, 3 spesies hanya ditemukan di kawasan rehabilitasi, dan 20 spesies lainnya hanya ditemukan di kawasan mangrove alami Pemongkong. Ekosistem mangrove alami Pemongkong memiliki kemelimpahan moluska lebih tinggi yakni mencapai 77.692 ind/m2, dibandingkan dengan ekosistem mangrove rehabilitasi yang hanya mencapai 48.746 ind/m2. Famili Potamididae memiliki keanekaragaman dan kemelimpahan tertinggi di kedua lokasi penelitian. Berdasarkan proporsi setiap spesies dalam komunitas moluska yang ditemukan, persamaan kedua lokasi penelitian yang ditunjukkan dengan Persent similaritas (PS) tergolong rendah yakni hanya mencapai kemiripan 36,36% .Keanekaragaman vegetasi mangrove, usia vegetasi, serta kondisi lingkungan dapat menjadi faktor yang mendukung perbedaan struktur komunitas moluska tersebut.Kata kunci: Struktur komunits, Moluska, Mangrove, Alami, RehabilitasiAbstract: Mollusks community structure in a mangrove swamp can be used to describe the status of mangrove ecosystem’s health. In this research, the mollusks community ini natural and rehabilitation mangrove ecosystem were compared in order to find the difference between these ecosystems. This research held on March to June 2019 at 2 types of mangrove ecosystem such as natural ecosystem at Pemongkong, East Lombok and rehabilitation ecosystem at Gerupuk bay. Data collection method used purposive random sampling by placed 3 plots sized 1x1 m randomly in a larger plot (10x10 m) which have been determine before. The result showed that there are 37 species of association of mollusks which belong to 14 families. 14 species found in both locations, 3 species only found at rehabilitation ecosystem, and 20 species left only found at natural mangrove ecosystem at Pemongkong. Natural mangrove ecosystem Pemongkong had higher abundance of association mollusks with number of abundance 77.692 ind/m2 against rehabilitation ecosystem which only reached 48.746 ind/m2. Potamididae has the highest diversity and abundance value in both location. The resemblance of these 2 ecosystem based on the proportion of each species in the mollusks community showed by Similarity Presentation categorized as low level which only reach 36,36% of similarity. Mangrove diversity, it’s age, and the environmental condition may caused the difference in those mollusks structure community.Key words: Structur community, Mollusks, Mangrove, Natural, Rehabilitation
Types and Capacity of Coral Reefs Collecting as Material For Making Lime, In Gunung Malang Village, East Lombok Dining Aidil Candri; Lia Mar’atus Sholeha; Hilman Ahyadi; Yuliadi Zamroni
Jurnal Biologi Tropis Vol. 22 No. 2 (2022): April - June
Publisher : Biology Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education, University of Mataram, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jbt.v22i2.3622

Abstract

Coral reefs ae onne of the ecosystems who have both ecological and economical function. I Gunung Malang community, coral reef have been used as main mateerial in lime powder production. The aim of this research to identified the species, distribution and capacity of coral reefs in lime powder production and than how the marketing system of the product. This research conducted from January to September 2018. The data was collected by measurement and identificatio of coral ad then interviewed the lime powder labours. The result of the research reported 29 species of coral from 17 genera and 8 families which was taken in 9 locations, six of it are live coral reef sites and the other are dae coral sites. Acropora abrolhosensis is dominant species with 605 Kg of coral mininng, followed by acropora sp with 535 kg and acropora palifera with 307 kg. The capacity of coral used inn are processig of lime powder production between 2000-3000 Kg, it will product 60-100 sacks of lime powder with 25 to 30 Kg in each sack. The lime powder in not sale directly to the consumers by the producer but it saleing to mainn collectors and then distriuted to the consumers or building stores.
Pengenalan Vertikal Garden Sebagai Solusi Penataan Lingkungan dan Tanaman Berkhasiat Obat Sebagai Peluang Usaha Rumah Tangga Dining Aidil Candri; Arben Virgota; Hilman Ahyadi; Baiq Farista
Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA Vol 5 No 2 (2022): April-Juni
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (296.756 KB) | DOI: 10.29303/jpmpi.v5i2.1703

Abstract

The vertical garden is a garden that is designed using a separate structural system so that it can be erected or affixed to the wall. The principle of making a vertical garden must meet the requirements consisting of sunlight, types of plants, and water used. In addition, the manufacture of vertical gardens can use media such as bottles that are not used. The vertical garden is one way to improve land-use efficiency. Several types of plants can be grown using the vertical garden method, such as food crops, ornamental plants, and medicinal plants. Plants that have medicinal properties are now quite easy to find growing around the house. Medicinal plants are types of plants in which certain parts of the roots, stems, bark, leaves are believed to relieve or reduce pain. Therefore, this activity was carried out to introduce the technique of planting vertical gardens and several types of plants that can be planted with this technique, one of which is medicinal plants
Keanekaragaman Fitoplankton di Padang Lamun Kawasan Pesisir Mandalika Kabupaten Lombok Tengah Rizkia Apriani; Sri Puji Astuti; Dining Aidil Candri; Hilman Ahyadi; Suripto Suripto; Sari Novida
Bioscientist : Jurnal Ilmiah Biologi Vol 10, No 1 (2022): June
Publisher : Department of Biology Education, FSTT, Mandalika University of Education, Indonesia.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33394/bioscientist.v10i1.5260

Abstract

Phytoplankton is a source of food for zooplankton, fish larvae, and other organisms that live in seagrass beds. The purpose of this study was to determine the diversity of phytoplankton in seagrass beds in the coastal area of Mandalika, Central Lombok Regency. The location of water sample data collection was determined by purposive sampling by considering the percentage of seagrass cover. The sampling locations included 3 water locations, namely seagrass beds on the coast of Kuta, seagrass beds on the coast of Tanjung Ann, and seagrass beds on the coast of Gerupuk Bay. The research was conducted for three months from July to September 2021. The results of the study in the Mandalika coastal seagrass beds found 6 classes of phytoplankton, 26 orders, 30 families, 42 genera, and 46 phytoplankton species. Twenty one species of phytoplankton are from the Class Bacillariophyceae, 9 species from the Class Dinophyceae, 7 species from the Class Chlorophyceae, 5 species from the Class Cyanophyceae, 3 species from the Class Chrysophyceae, and 1 species from the Class Rhodophyceae. The abundance of phytoplankton at the three sampling locations ranged from 285-445 ind/L. The Phytoplankton Diversity Index in the three locations ranged from 1.35 to 2.75, which means communities with moderate diversity and dominance index ranged from 0.20-2.33.
Pelatihan dan Sosialisasi Inovasi Vertikultur Dalam Pemanfaatan Hasil Pengolahan Sampah Rumah Tangga Di Desa Kembang Kuning Lombok Timur Baiq Farista; Arben Virgota; Dining Aidil Candri; Hilman Ahyadi; Ahmad Jupri
Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA Vol 2 No 2 (2019)
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (222.621 KB) | DOI: 10.29303/jpmpi.v2i2.375

Abstract

Abstract: Sampah menjadi permasalahan sulit ketika pertumbuhan penduduk semakin besar. Semakin banyak jumlah penduduk maka semakin banyak jumlah sampah rumah tangga yang dibuang ke lingkungan. Sampah akan menjadi masalah ketika tidak terkelola dengan baik. Permasalahan sampah ini juga dihadapai oleh masyarakat Desa Kembang Kuning Lombok Timur. Sampah rumah tangga terlihat menumpuk di beberapa titik di daerah permukiman penduduk. Melihat permasalahan dirasa perlu untuk melaksanakan kegiatan sosialisasi dan pelatihan pengolahan sampah sebagai kompos yang hasilnya dapat digunakan untuk kegiatan vertikultur tanaman sayuran di halaman rumah penduduk. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah: Ceramah, diskusi, pelatihan, praktek dan pendampingan. Ceramah dan diskusi dilaksanakan untuk penyampaian materi secara langsung pada masyarakat oleh narasumber yang kompeten dibidangnya sesuai kebutuhan. Pelatihan dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan tentang: Pengolahan sampah organik untuk pembuatan kompos/pupuk organik, dan pemanfaatan kompos untuk media budidaya taman vertikutur. Simpulan dari program pengabdian ini adalah masyarakat Kelurahan Tanjung dapat mengolah sampah organik untuk dijadikan sebagai pupuk kompos. Pengolahan sampah sebagai kompos sangat mudah dilakukan oleh masyarakat secara mandiri, tidak membutuhkan biaya yang besar, namun sangat mendukung upaya menjaga kebersihan lingkungan. Komitmen masyarakat untuk melanjutkan upaya pengembangan program ini sangat memungkinkan untuk mewujudkan Kelurahan Tanjung yang sehat dan indah di kemudian hari. Keywords: Pelatihan; Sosialisasi; Inovasi Verticulture; Pengelolaan Sampah.
Peningkatan Kapasitas Masyarakat dalam Pengolahan Sampah Sebagai Kompos di Kelurahan Dasan Geres Lombok Timur Arben Virgota; Baiq Farista; Dining Aidil Candri; Hilman Ahyadi; Ahmad Jupri
Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA Vol 2 No 2 (2019)
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (266.145 KB) | DOI: 10.29303/jpmpi.v2i2.376

Abstract

Abstract: Tujuan dari pengabdian pada masyarakat ini adalah mengolah sampah menjadi kompos agar dimanfaatkan sebagai pupuk organik dan memberikan nilai ekonomis sampah kota organik melalui penjualan kompos yang dihasilkan. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah: Ceramah, diskusi, pelatihan, praktek dan pendampingan. Ceramah dan diskusi dilaksanakan untuk penyampaian materi secara langsung pada masyarakat oleh narasumber yang kompeten dibidangnya sesuai kebutuhan. Pelatihan dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan tentang: Pengolahan sampah organik untuk pembuatan kompos/pupuk organik, dan pemanfaatan kompos untuk media budidaya taman vertikutur. Pelatihan dan Praktek dilaksanakan untuk ketrampilan masyarakat : Pengolahan sampah organik sebagai bahan dasar pembuatan kompos, sehingga masyarakat dapat membuat pupuk organik sendiri. Pendampingan dilaksanakan dalam rangka memotivasi masyarakat untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan, memanfaatkan sampah organik sebagai kompos,  sehingga lingkungan permukiman menjadi bersih dan indah. Simpulan dari program pengabdian ini adalah masyarakat Dasan Geres, Lombok Timur dapat mengolah sampah organik untuk dijadikan sebagai pupuk kompos. Pengolahan sampah sebagai kompos sangat mudah dilakukan oleh masyarakat secara mandiri, tidak membutuhkan biaya yang besar, namun sangat mendukung upaya menjaga kebersihan lingkungan. Komitmen masyarakat untuk melanjutkan upaya pengembangan program ini sangat memungkinkan untuk mewujudkan Dasan Geres yang sehat dan indah di kemudian hari. Keywords: Kapasitas Masyarakat; Pengelolaan Sampah; Kompos.
PEMBUATAN SPESIMEN AWETAN ORGANISME UNTUK MENUNJANG PELAJARAN KEANEKARAGAMAN HAYATI DI SEKOLAH Yuliadi Zamroni; Galuh Tresnani; Bambang Fajar Suryadi; Dining Aidil Candri; Sukiman Sukiman
Jurnal Warta Desa (JWD) Vol. 1 No. 2 (2019): Jurnal Warta Desa (JWD)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jwd.v1i2.33

Abstract

Telah dilakukan pelatihan pembuatan spesimen awetan organisme kepada guru-guru di provinsi NTB. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan guru dalam membuat media pembelajaran untuk menunjang pelajaran keanekaragaman hayati disekolah. Kegiatan ini dilakukan selama 4 hari dari tanggal 30 Oktober-2 November 2017 yang diikuti oleh 34 guru yang ada di NTB. Melalui kegiatan ini, para guru diperkenalkan tentang keanekaragaman hayati yang ada di NTB khususnya dan Indonesia pada umumnya. Selain itu para guru juga dilatih melakukan sampling dan pengawetan flora dan fauna yang ada disekitar lingkungan tempat tinggal. Tehnik fotografi dan manajemen spesimen awetan diberikan untuk menambah softskill para guru sehingga spesimen yang dikoleksi dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama. Para peserta pelatihan memberikan respon yang positif terhadap kegiatan ini. Hal tersebut dapat diketahui melalui jumlah peserta yang melebihi target, antusiaisme dalam mengikuti setiap kegiaatan dan permintaan untuk diundang dalam pelatihan-pelatihan berikutnya yang diadakan Universitas Mataram.
Co-Authors AA Ngurah Nara Kusuma Abdus Sabil, Abdus Adhawati, Laela Ahmad Jupri Ahmad Jupri Ahyadi, Himan Aina Ul Mardiati Aina Ul Mardiati Amalia, Yunda Fitri Rizky Andri Frediansyah Arben Virgota Arben Virgota Arianti, Alya Artiningrum, Novitaa Tri Aulia Zahara, Asha Aulia, Nurul Waroatul Bagus Hakimi Baiq Farista Baiq Farista Baiq Farista Chairunnisa, Nadda Khalila Derksen, Engelina Noer Soraya Dewi, Saskia Septina Eka Prasedya Sunarwidhi Eka Sunarwidhi Prasedya Engelina Noer Soraya Evy Aryanti Farista, Baiq Fidyantini, Findi Galuh Tresnani Gusti Ngurah Eka Putra Hasanto, Rizki Primaditya Hidayat, Ismadi Dwi Saputra Hilman Ahayadi Hilman Ahyadi Hilman Ahyadi Hilman Ahyadi I Putu Bayu Putra Kastawan I Wayan Suana Ida Wayan Brahmanda Menu Wedham Immy Suci Rohyani Intan Pandini Irawan, Muhammad Rizki Putra Isnaini Marliana Kartini Ambarwati Kholidah, Baiq Maylina Kurniawan, Ali Laela Junnita Hidayati Laily Hunawatun Sani Lalu Japa, Lalu Lestari, Dinda Propita Lestari, Novidya Aulia Lia Mar’atus Sholeha Luh Putu Ayu Damayanti, Luh Putu Ayu M. Subandi Rahmani Mardiati, Aina Ul Martha, Eriko Thopan Moh. Awaludin Adam Muhammad Syach Maulad Ichfa Munawaroh, Anggi Nurhardiyanti Murdani, Muhammad Taufiq Zulfikri Ningrum, Audya Septria Nirwana Haqiqi Novida Sari NOVITA TRI ARTININGRUM Nur Indah Julisaniah Nurhayati Nurhayati Nurrijawati, Nurrijawati nurulfadilah Pardede Shinta Trilestari Pazila, Baiq Dinda Aluh Putri Permatasari, Baiq Dewi Prasedya, Eka Sunarwidhi Pratiwi, Baiq Dwi Sekarjati Rabiatul Adawiyah Ramdhiani, Arsyka riandinata, selamet kurniawan Rindahmawati, Rika Rizki, Anis Syakiratur Rizkia Apriani Rosiyani, Amita Dwi Royani, Baiq Nurlatifa Saputri, Ferza Ayu Sasmitha, Yuan Sebastian Aviandhika Shofiana, Dwi Auliya Slamet Kurniawan Riandinata Sri Puji Astuti Sukiman . Sukiman Sukiman Sukmaraharja Aulia Rachman Tarigan Suripto Suryadi, Bambang Fajar Syahadatina, Rifqah Hashifah Thabrani, Rijal Tri Mulyaningsih Tri wahyu Setyaningrum Tri Wahyu Setyaningrum Tri Wahyu Setyaningrum, Tri Wahyu Ulfaturrahmi, Martina Ulya Nisa Afifa Virgota, Arben Wanda Qoriasmadillah Yuliadi Zamroni Yuliadi Zamroni Yuliadi Zamroni Zahara, Asha Aulia Zain, Baiq Kharisma Afrilia Putri Zuhraini Zuhratul Iman