Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

ANALISIS KINERJA COOLING TOWER CT-3910 PADA PROSES PENGOLAHAN PHTHALIC ANHYDRIDE Andriani, Amelia Rizki; Kristantu, Estevania Dwi; Rulianah, Sri; Laufe, Nur
DISTILAT: Jurnal Teknologi Separasi Vol. 11 No. 3 (2025): September 2025
Publisher : Politeknik Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33795/distilat.v11i3.7424

Abstract

Industri Petrowidada tidak terlepas dari kebutuhan terhadap utilitas air dan steam. Hal tersebut sangat berkaitan dengan penggunaan cooling tower pada proses tersebut. Air pendingin menjadi komponen yang sangat dibutuhkan sebagai media untuk melakukan pertukaran panas antara fluida panas dengan air pendingin. Cooling tower diperlukan untuk menurunkan temperatur air pendingin yang telah mengalami proses agar dapat digunakan kembali dengan cara mengontakkannya dengan udara yang dilewatkan secara berlawanan arah. Penggunaan cooling tower dapat meningkatkan efisiensi sistem proses secara keseluruhan dan mengurangi penggunaan energi, sehingga biaya yang akan dikeluarkan jauh lebih murah. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis mengenai efisiensi cooling tower untuk mengetahui kinerja cooling tower di PT. Petrowidada Gresik. Metode yang digunakan adalah dengan menghitung nilai range, approach, dan efisiensi. Variabel yang digunakan adalah temperatur air masuk, temperatur air keluar, temperatur wetbulb dan temperatur drybulb pada CT-3910 dimulai pada tanggal 3 Juli hingga 9 Juli 2023. Setelah dilakukan pengambilan data, selanjutnya dilakukan perhitungan terhadap nilai range dan approach untuk penentuan efisiensi cooling tower CT-3910. Hasil penelitian didapatkan nilai range sebesar 10,5-12°C, nilai approach sebesar 1,8-2,9°C dan nilai efisiensi dengan rata-rata persentase sebesar 83,79%. Dari nilai efisiensi tersebut, performa cooling tower CT-3910 dapat dikatakan baik dan masih dapat mendinginkan air proses secara optimal, karena untuk standar efisiensi alat yaitu sebesar >70%.
ANALISA EKONOMI KUB MUSTARIKA JAYA MAKMUR DALAM PRODUKSI KEJU MOZZARELLA Widya Amalia, Elsa; Irfin, Zakijah; Noer Syamsiana, Ika; Hadi Susilo, Sugeng; Moentamaria, Dwina; Rulianah, Sri; Dwi Chrisnandari, Rosita
DISTILAT: Jurnal Teknologi Separasi Vol. 11 No. 3 (2025): September 2025
Publisher : Politeknik Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33795/distilat.v11i3.7462

Abstract

Keju mozzarella merupakan salah satu produk olahan susu yang menunjukkan tren konsumsi yang meningkat di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kelayakan ekonomi produksi keju mozzarella skala pilot di KUB Mustarika Jaya Makmur, Desa Ngantru, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang. Proses produksi menggunakan teknologi tepat guna berupa sistem pasteurisasi berbasis Pulse Electric Field (PEF) yang terintegrasi dengan fermentor, dengan kapasitas 5 kg keju per batch dari 50 liter susu sapi segar dan dirancang untuk beroperasi selama 350 hari per tahun. Analisis ekonomi dilakukan dengan menghitung kebutuhan investasi awal (Fixed Capital Investment, Working Capital Investment, dan Total Capital Investment), biaya produksi tahunan (Total Production Cost), serta indikator profitabilitas usaha yang mencakup Return on Investment (ROI), Payback Period (POT), Break Even Point (BEP), Shut Down Point (SDP), dan Internal Rate of Return (IRR). Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai investasi total mencapai Rp174.781.031,10, dengan biaya produksi tahunan sebesar Rp203.264.573,47 dan laba bersih setelah pajak sebesar Rp40.388.341,22. ROI tercatat sebesar 23,12%, dan modal dapat kembali dalam waktu 2,5 tahun. Titik impas tercapai pada kapasitas 58,71%, sementara SDP berada pada 14,28%. IRR sebesar 19,25% menyatakan bahwa usaha ini layak secara finansial.
EVALUASI PRESSURE DROP HEAT EXCHANGER-03 PADA CRUDE DISTILLATION UNIT PPSDM MIGAS CEPU Prabaswara, Reftian Jalu; Rulianah, Sri; Sindhuwati, Christyfani; Raharjo, Raharjo
DISTILAT: Jurnal Teknologi Separasi Vol. 7 No. 2 (2021): August 2021
Publisher : Politeknik Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33795/distilat.v7i2.287

Abstract

Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki cadangan energi fosil melimpah tidak lepas dari konsumsi minyak bumi. PPSDM Migas Cepu merupakan salah satu instansi yang selain mengemban tugas dalam mempersiapkan tenaga-tenaga andal dalam bidang eksplorasi dan eksploitasi migas juga memiliki unit pengolahan minyak bumi yang menghasilkan beberapa produk turunan. Heat Exchanger-03 merupakan penukar panas yang berperan vital dalam proses produksi pada CDU PPSDM Migas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat performa dari Heat exchanger-03 yang didasarkan pada perhitungan nilai pressure drop dan efisiensi perpindahan panas. Metodologi penelitian yang digunakan berupa pengamatan secara langsung selama 7 hari terhadap kondisi operasi HE-03 yang meliputi suhu, laju alir, dan tekanan fluida. Hasil dari evaluasi heat exchanger menunjukkan pressure drop pada sisi shell dan tube berturut-turut 0,00000175 dan 0,02462 psi. Efisiensi perpindahan panas sebesar 76,0242%. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan jika HE-03 beroperasi dengan layak namun telah mengalami penurunan kinerja. Oleh karena itu, pihak PPSDM Migas Cepu diharapkan untuk melakukan perawatan secara berkala yang meliputi pembersihan heat exchanger dan penggantian insulasi termal yang kurang layak untuk menjaga proses perpindahan panas tetap berjalan dengan baik.
STUDI LITERATUR PERBANDINGAN PRODUKSI CRUDE SELULASE DARI BAHAN BERLIGNOSELULOSA UNTUK PEMBUATAN BIOETANOL Hasanah, Nikmatul; Nalaway, Ifan Nida Nusha; Rulianah, Sri
DISTILAT: Jurnal Teknologi Separasi Vol. 7 No. 2 (2021): August 2021
Publisher : Politeknik Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33795/distilat.v7i2.274

Abstract

Bahan berlignoselulosa yaitu biomassa dari tanaman yang memiliki komponen utama selulosa dan hemiselulosa. Karena memiliki kandungan selulosa yang cukup tinggi, maka bahan berlignoselulosa dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku produksi crude selulase dengan bantuan kapang. Crude selulase dapat diaplikasikan dalam pembuatan bioetanol. Tujuan studi literatur ini adalah untuk membandingkan produksi crude selulase dari bahan berlignoselulosa dengan kapang. Selain itu, juga bertujuan untuk membandingkan pembuatan bioetanol dari bahan berlignoselulosa menggunakan metode Simultaneous Saccharification and Fermentation (SSF) dengan hidrolisis enzimatis. Berdasarkan studi literatur yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh kandungan lignoselulosa bahan, waktu inkubasi, dan konsentrasi substrat terhadap aktivitas enzim yang dihasilkan. Nilai aktivitas enzim paling tinggi yaitu ditunjukkan pada produksi crude selulase dari ampas tebu menggunakan kapang Phanerochaete chrysosporium dengan kondisi terbaik yaitu waktu inkubasi 17 hari dan konsentrasi substrat 7% sebesar 91,304 U/mL. Studi literatur mengenai pembuatan bioetanol dapat disimpulkan bahwa penambahan crude selulase dan waktu inkubasi berpengaruh terhadap kadar etanol yang dihasilkan. Kadar etanol tertinggi sebesar 11,04% dari bagasse menggunakan crude selulase Phanerochaete chrysosporium pada penambahan 50% dan waktu fermentasi 144 jam.
EVALUASI FAKTOR KEKOTORAN PADA HEAT EXCHANGER – 03 CRUDE DISTILATION UNIT DI PPSDM MIGAS CEPU Nugroho, Dwicahyo Putro; Rulianah, Sri; Raharjo, Raharjo; Sindhuwati, Christyfani
DISTILAT: Jurnal Teknologi Separasi Vol. 8 No. 1 (2022): March 2022
Publisher : Politeknik Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33795/distilat.v8i1.301

Abstract

Umumnya pada perencanaan HE ditambahkan sebuah faktor untuk mengantisipasi deposit dari kotoran dan kerak dengan sebuah tahanan (resistance) bernama faktor kekotoran (Rd). Evaluasi faktor kekotoran (Rd) merupakan suatu analisis untuk mengetahui seberapa kotor dan seberapa baik kerja dari Heat Exchanger yang selama ini digunakan. Pada jurnal kali ini penulis mengevaluasi faktor kekotoran pada Heat Exchanger-03 di PPSDM Migas Cepu. Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui HE-03 di PPSDM Migas Cepu masih layak beroperasi atau tidak. Hasil dari penelitian ini didapatkan nilai fouling factor (Rd) sebesar 0.00311 btu/hr.ft2.ᵒF. Hasil yang didapatkan melebihi dari nilai Rd ketetapan, tetapi masih dalam batas nilai toleransi yang ditetapkan di buku Kern,1983. Nilai toleransi yang disarankan adalah 5-10%, dan hasil yang didapatkan 8.27% sehingga masih dalam batas toleransi hasil yang didapatkan. Dapat dinyatakan bahwa HE-03 untuk faktor kekotorannya masih dalam batas wajar yang ditetapkan.
EFEKTIVITAS PERUBAHAN SETTING WAKTU STEP RINSING PADA PROSES REGENERASI MIXED BED DI WATER TREATMENT PLANT UNIT 7,8 PT. POMI Amim, Meylinda Miftahul; Rulianah, Sri; Yulianto, Erwan
DISTILAT: Jurnal Teknologi Separasi Vol. 10 No. 1 (2024): March 2024
Publisher : Politeknik Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33795/distilat.v10i1.4876

Abstract

Demineralisasi merupakan proses penghilangan ion-ion yang terkandung di di dalam air dengan adanya pertukaran ion menggunakan resin anion dan kation. Resin anion dan kation di dalam Mixed Bed akan menyerap ion-ion dalam air, namun seiring berjalannya waktu resin akan mengalami kejenuhan sehingga harus dilakukan proses Regenerasi. Regenerasi resin penukar kation dilakukan dengan menggunakan larutan H2SO4 dan regenerasi untuk resin penukar anion dengan menggunakan larutan NaOH.  Regenerasi dilakukan dengan beberapa tahapan, setiap tahapan memiliki preset-time yang berbeda. Preset-time dapat berubah sesuai kondisi Mixed Bed pada saat dioperasikan. Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh perubahan waktu pada tahap rinsing proses demineralisasi Mixed Bed terhadap nilai konduktivitas pada produk keluaran Mixed Bed sekaligus mengetahui jumlah penggunaan air demin secara efisien dalam proses regenerasi Mixed Bed pada tahap rinsing. Beberapa pertimbangan terhadap permasalahan pada saat regenerasi akan berpengaruh terhadap adanya perubahan preset-time. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan perubahan waktu pada proses regenerasi di unit demineralisasi Water Treatment Plant Unit 7,8 PT. POMI. Pada penelitian ini dilakukan perubahan preset-time pada tahap rinsing dari 120 menit menjadi 60 menit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengurangan waktu pada tahap rinsing selama 60 menit sudah memenuhi parameter konduktivitas <200 µS/cm yakni 90-110 µS/cm. Sehingga dengan adanya pengurangan waktu pada tahap rinsing akan berpengaruh pada penurunan jumlah penggunaan air demineralisasi untuk proses pembilasan resin dengan efisiensi sebesar 50% dan pengehematan pengeluaran biaya air demin sebesar ± Rp75.000.000 dalam satu kali proses regenerasi Mixed Bed.
PENGARUH KONSENTRASI ASAM ASKORBAT PADA PROSES PEMBUATAN GUM ROSIN Deviyanti, Yayuk; Rulianah, Sri; Santoso, Trinova Budi
DISTILAT: Jurnal Teknologi Separasi Vol. 10 No. 1 (2024): March 2024
Publisher : Politeknik Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33795/distilat.v10i1.4891

Abstract

Gum rosin adalah produk industri dari getah pinus hasil hutan non kayu. Dengan berkembangnya teknologi, pengolahan getah pinus dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku adhesive. Di salah satu industri, saat ini masih menggunakan asam oksalat untuk mengurangi impuritis dan mengendapkan ion Fe pada getah pinus. Pada treatment OPR (Oil Pine Resin) ditambahakan asam askorbat untuk mencegah oksidasi pada getah. Asam askorbat dapat mencegah oksidasi pada buah apel sehingga pada penelitian ini digunakan sebagai bahan tambahan untuk pembuatan gum rosin. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui spesifikasi gum rosin yang dihasilkan menggunakan bahan tambahan asam askorbat. Bahan yang digunakan dalam pembuatan gum rosin yaitu getah pohon pinus, asam askorbat, air, dan terpentin. Proses pembuatan gum rosin dilakukan dengan 2 tahap yaitu treatment OPR dan distilasi. Treatment OPR dilakukan dengan mengencerkan getah pinus yang ditambahkan terpentin lalu difiltrasi untuk memisahkan getah dengan impuritis, kemudian ditambahkan asam askorbat sesuai variabel. Setelah treatment OPR akan dilanjutkan dengan distilasi untuk memisahkan antara terpentin dan gum rosin. Distilasi dilakukan dengan suhu maksimal 175°C. Setelah proses distilasi selesai dilakukan uji warna, bilangan asam, dan softening point pada produk gum rosin. Variabel yang digunakan yaitu konsentrasi asam askorbat 0,2% ; 0,4% ; 0,6% dari berat getah yang digunakan. Dari hasil penelitian yang diperoleh, semakin tinggi konsentrasi asam askorbat menghasilkan gum rosin yang kualitasnya kurang bagus. Hasil penelitian terbaik pada produksi gum rosin dengan bahan tambahan asam askorbat diperoleh pada penambahan asam askorbat 0,2% dengan uji warna sebesar 8,6 , bilangan asam sebesar 190,95 dan softening point sebesar 80°C. 
Increasing the Production Capacity of Mozzarella Cheese as a Pioneer for the Cheese Village at KU Mustarika Jaya Makmur, Ngantang Irfin, Zakijah; Rachmawati, Diana; Moentamaria, Dwina; Rulianah, Sri; Dwi Chrisnandari, Rosita; Akhsanu Takwim, R.N.
KOMUNITA: Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat Vol 4 No 4 (2025): November
Publisher : PELITA NUSA TENGGARA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.60004/komunita.v4i4.292

Abstract

Indonesia has significant potential in dairy cattle production, one example being in Dusun Tepus, Ngantru Village, Ngantang Subdistrict, Malang Regency. The business group “Mustarika Jaya Makmur” consists of dairy farmers producing fresh milk. Previously, the State Polytechnic of Malang (Polinema) provided solutions in the form of training on supply chain management, milk processing, and the application of production calculation tools to support efficiency. Considering the business potential of mozzarella cheese, the group increased its production capacity to 50 liters of fresh milk on a pilot scale to initiate the “Kampung Kedju” program, aimed at improving the villagers’ livelihoods. This Community Service Program (PPM) is expected to provide solutions through production enhancement, assistance in the use of equipment in accordance with standard operating procedures (SOP), and the implementation of Good Manufacturing Practices (GMP) in cheese production. The expected outputs include improved partner capacity, scientific publications, and copyright registration of a HACCP guideline.