Claim Missing Document
Check
Articles

Found 22 Documents
Search

STRATEGI PENINGKATAN KUALITAS PRODUK DALAM RANTAI PASOK KOMODITI PISANG DI PROVINSI BENGKULU Odi Andanu; Faqih Udin; Titi Candra Sunarti
Jurnal Teknologi Industri Pertanian Vol. 31 No. 2 (2021): Jurnal Teknologi Industri Pertanian
Publisher : Department of Agroindustrial Technology, Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24961/j.tek.ind.pert.2021.31.2.220

Abstract

A well-being supply chain system will affect on the sustainability of the production and consumer’s satisfaction. Consumer’s need will be fulfilled if the served quality is in the accordance with consumer’s expectations. This study aimed to identify banana supply chains, determine product quality attributes, and strategies for improving the quality of banana products. The methods used were Van der Vorst supply chain management framework, Quality Function Deployment (QFD), and Analytical Hierarchy Process (AHP). The research results exposed that banana supply chain consisted farmers, traders, industries, retailers, and consumers. The dominant quality factors on thise supply chain were the harvest planning (0.24) and harvesting technique (0.19) for fresh bananas; the frying (0.28) and the packaging (0.20) for sale banana; the frying (0.28) and the packaging (0.17) for banana chips. Meanwhile, the quality attributes for fresh bananas were fruit maturity and damage level, for sale bananas were taste and texture, and for banana chips were taste and level of cracked chips. The proposed strategies to improve product quality in the banana comodity supply chain were an increase ability or skill in the production process for each actor (0.25), using standards in the product production process (0.22), make a explicit contractual agreements between actors regarding product quality (0.21), establish a structur farmer group institutions (0.13), optimizing local wisdom (0.10) and the government’s role in assisting farmer and industrial development (0.08). Keywords: banana products,quality improvement, supply chain
Agroindustrial Study of Banana Crackers and Salai Based on Income, Value Added and Break Even Point Lukman Hidayat; Hidayat Koto; Odi Andanu
AGRITROPICA : Journal of Agricultural Sciences Vol 1, No 1 (2018)
Publisher : Badan Penerbitan Fakultas Pertanian (BPFP)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (778.806 KB) | DOI: 10.31186/j.agritropica.1.1.37-46

Abstract

The aim of this research was to analyze and calculates the income, added-value, and break even point of agroindustry that processing bananas into banana crackers and salai. Methods of data collection in this research were using observation and interviews. Data were analyzed using descriptive analysis, qualitative and quantitative, for the value-added, income, Break Even Point (BEP) and Revenue Cost ratio (R/C). The results shown that the average of value added per kilograms for Salai Rp. 4.371,37, sweet and salted banana crackers   are Rp 2.944,00 and Rp 3.627,90. The income of salai, sweet and salted banana crackers per year’s are Rp. 29.566.251,-, Rp. 18.437.067, 96,- and Rp. 20.286.567,-.  The average of BEP per month’s for salai is salai Rp. 1.415.636, sweet and salted banana crackers are Rp. 988.966, and Rp.781.352. The Average of BEP, units or packs per month’s for salai is 145 packs, sweet banana crackers were 124 packs and salted were 98 packs. R/C of Salai was 1.66, sweet banana crackers were 1.49 and salted was 1.71. Added-value of banana Salai Rp. 743, 47 more than salted banana crackers, amounted to 1.471,37 compared to sweet banana crackers. Banana salai income greater Rp. 9.279.684 than salted banana crackers, amounting to Rp. 11.129.183 compared to sweet banana crackers.Keywords: Value Added, Income, Banana crackers, Salai, Break Even Point
STUDI PELAKSANAAN PASCA PANEN BENIH DAN PENANGANAN LIMBAH DI KELOMPOK PENANGKAR BENIH DI KECAMATAN PANDIH BATU DAN MALIKU Evi Faridawaty; Muhammad Jasa; Soeparno Soeparno; Odi Andanu; Ni Made Anggi Arlina Putri; Kristanto Suryadhi
Jurnal Cakrawala Ilmiah Vol. 2 No. 2: Oktober 2022
Publisher : Bajang Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53625/jcijurnalcakrawalailmiah.v2i2.3768

Abstract

Kegiatan penanganan pasca panen merupakan tahapan yang dilakukan atau disiapkan agar hasil pertanian siap dan aman digunakan oleh konsumen atau sehingga dapat diolah pada tahapan selanjutnya dalam kegiatan industri. Tahapan penanganan pascapanen hasil pertanian meliputi semua kegiatan mulai perlakuan pemanenan sampai pengolahan langsung terhadap komoditas hasil pertanian karena harus langsung ditangani agar dapat meningkatkan mutu hasil pertanian serta memiliki daya simpan dan daya guna lebih tinggi (AAK, 1990). Dalam usaha perbenihan banyak permasalahan teknis dan nonteknis yang dihadapi. Kondisi lingkungan masyarakat dan kebijakan tentang perbenihan yang kurang mendukung merupakan permasalahan non teknis yang dihadapi. Dari sisi teknis umumnya banyak dijumpai pada faktor pemeliharaan, panen, dan pascapanen. Keterbatasan pupuk dan kelebihan dan kekurangan air dalam pemeliharaan tanaman juga merupakan kendala yang sering dihadapi. Pada tahap panen dan pascapanen keterbatasan peralatan panen dan prosesing benih juga merupakan kendala yang sering dihadapi. Dalam penangangan dan pengolahan padi untuk dijadikan benih yang bermutu dan bersertifikat di tempat penangkaran padi masih terdapat limbah berupa jerami yang didapatkan dari proses pemanenan dan pengolahan benih. Limbah jerami padi bahkan menjadi limbah yang tidak terpakai. Pelaksanaan pasca panen di Kecamatan Pandih Batu dalam memproduksi benih pada kelompok Sumber Mulyo I dan masuk dalam kategori Sangat Baik dalam tahapan. Pada kelompok lainnya semua telah melakukan proses panen rata-rata dengan kategori Baik. Persentase pelaksanaan penanganan limbah pada 7 (tujuh) kelompok dengan nilai 50% dengan kategori Cukup pada Kelompok Sumber Mulyo I, Sido Muncul, Sari Tani, Karya Basuki, UPJA Gemari, Suka Maju I dan Karya Mandiri dan 1 (satu) kelompok dengan kategori Kurang pada Kelompok Tani Muda Jaya
SURVEY PENGGUNAAN VARIETAS BENIH , PEMANENAN DAN PENYEDIAAN BENIH PADI BERMUTU DALAM MENDUKUNG KEGIATAN FOOD ESTATE EKSTENSIFIKASI DI KABUPATEN KAPUAS Evi Faridawaty; Odi Andanu; Selvie Mahrita
Jurnal Cakrawala Ilmiah Vol. 2 No. 5: Januari 2023
Publisher : Bajang Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan Mengetahui penggunaan varietas benih, pemanenan dan penyediaan benih dalam mendukung kegiatan Food Estate di Kabupaten Kapuas apakah sudah sesuai dengan standar yang ditetapkan. Kegiatan Food Estate Ekstensifikasi Kabupaten di Kapuas dimulai pada tahun 2020 dan merupakan salah satu program dari Kementrian Pertanian untuk mengembangkan produksi pangan secara terintegrasi. Pelaksanaan kegiatan Food Estate Ekstensifikasi yang dilaksanakan di Kabupaten Kapuas meliputi 7 (tujuh) wilayah kecamatan dan 47 desa antara lain Kecamatan Basarang, Kapuas Murung, Pulau Petak, Dadahup, Bataguh, Kapuas Barat dan Mantagai dengan total luasan 12.769, 28 Hektar luas bukaan baru.Berdasarkan data hasil wawancara dengan responden dan analisis data secara deskriptif bahwa penggunaan varietas benih sudah sesuai dengan standard, dan juga telah menggunakan varietas benih bermutu dan bersertifikat dengan harga yang sesuai dengan kelas benihnya. Pemanenan benih padi di lokasi Food Estate yang berkaitan dengan prosedur pemanenan, syarat panen , pengolahan benih, pengemasan penyimpanan benih, proses sertifikasi didapatkan hasil rata-rata responden menyatakan sudah sesuai dengan tahapan dan prosedur panen benih Penyediaan benih berdasarkan data yang didapatkan dari responden sesuai dengan prosedur meliputi pengangkutan/distribusi,pengemasan, ketersediaan label benih bersertifikat, perlakuan benih selama penyimpanan sudah sesuai dengan prosedur yang ada. Penggunaan varietas benih di lokasi food estate Kabupaten Kapuas sebagian besar responden menyatakan penggunaan varietas benih sudah sesuai dengan standard dan harga yang telah ditetapkan. varietas benih.
Studi Komparatif Sosial Ekonomi Desa Wisata Gamplong Dan Desa Wisata Pulesari Kabupaten Sleman Sebagai Penggerak Wisata Berbasis Ekonomi Kreatif Erni Dwi Puji Setyowati; Saputera Saputera; Odi Andanu
Economics and Digital Business Review Vol. 4 No. 2 (2023): February - July
Publisher : STIE Amkop Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37531/ecotal.v4i2.527

Abstract

Kota Yogyakarta terkenal dengan jenis wisata yang khas, yaitu jenis wisata budaya sebagai cagar budaya Jawa. Dewasa ini para wisatawan mulai menggemari tempat wisata yang tidak hanya sekedar menyajikan keindahan alamnya saja tetapi lebih kepada interaksi masyarakat. Oleh karena itu mulai berkembang jenis wisata minat khusus, yaitu wisata alternatif yang disebut desa wisata. Desa wisata di wilayah Kabupaten Sleman berkembang sangat dinamis dan mampu menggerakkan sektor pariwisata di Kabupaten Sleman. Desa wisata Gamplong termasuk dalam sektor ekonomi kreatif bidang kerajinan (handycraft), sedangkan Desa Wisata Pulesari mengusung konsep Go Green and Back to Nature dengan permainan interaktifnya. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi perbedaan tingkat sosial ekonomi Desa Wisata Gamplong dan Desa Wisata Pulesari sebagai acuan desa wisata lain mengembangkan potensi yang dimiliki dari segi ekonomi kreatif yang berbeda. Metode yang digunakan yaitu komparatif deksriptif dengan jumlah sampel 226 kepala keluarga di Desa Wisata Gamplong dan 77 kepala keluarga di Desa Wisata Pulesari dengan teknik analisis data Man Whitney U Test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat pendapatan pokok dan sampingan antara Desa Wisata Pulesari dan Desa Wisata Gamplong dikarenakan sebagian besar masyarakat Desa Wisata Pulesari memiliki pendapatan sampingan dari pekerjaan sebagai pemandu sedangkan pada masyarakat Desa Wisata Gamplong mengandalkan pekerjaan utama mereka yang sebagian besar sebagai buruh kerajinan. Terdapat perbedaan kepemilikan barang bangunan, tingkat pengeluaran makanan pokok, sayur dan buah, makanan kering, dan listrik antara Desa Wisata Pulesari dan Desa Wisata Gamplong.
FORMULATION OF SNAKEHEAD FISH (CHANNA STRIATA) AND SUNGKAI LEAF (ALBERTISIA PAPUANA BECC) ON THE QUALITY OF SHREDDED Suparno Suparno; Odi Andanu
Agroindustrial Technology Journal Vol. 7 No. 2 (2023): Agroindustrial Technology Journal
Publisher : Universitas Darussalam Gontor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/atj.v7i2.9751

Abstract

This study aims to determine the effect of the formulation of shredded snakehead fish and sungkai leaf on the quality of shredded to produce quality shredded. The design of this study used a non-factorial Completely Randomized Design (CRD) with 4 (four) treatments and 6 (six) repetitions, namely: P1 = 100 g snakehead fish; P2 = 99 g of snakehead fish: 1.0 g of sungkai leaf powder; P3 = 98 g of snakehead fish: 2.0 g of sungkai leaf powder; P4 = 97 g of snakehead fish: 3.0 g of sungkai leaf powder. The results of the research on the effect of the formulation of shredded snakehead fish with the addition of sungkai leaf powder on chemical properties showed results that significantly affected ash content 47.37% - 5.81%, water content 5.16% - 5.66%, protein content 27.36 % - 51.21%, fat content 18.06 - 22.41%, antioxidant activity 47.81 - 103.96 µg/ml, and hedonic tests such as color 3.00 - 5.44, aroma 4.16 - 5 .04, taste 3.96 – 5.80 while the texture has no significant effect. The treatment of the formulation of shredded snakehead fish with the addition of sungkai leaves complies with the Indonesian National Standard (SNI).
PERBAIKAN KINERJA RANTAI PASOK AGROINDUSTRI PISANG MENGGUNAKAN MCDM (MULTI CRITERIA DECISION MAKING) Andanu, Odi; Sundari, Utari Yolla; Setyowati, Erni Dwi Puji
Jurnal Agroindustri Vol. 13 No. 2 (2023): November 2023
Publisher : BPFP Faperta UNIB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/jagroindustri.13.2.95-106

Abstract

The problems faced by the banana agro-industry include the procurement process of raw materials from banana suppliers, which has not been able to meet the industry's needs. The selection process of banana suppliers has not been a factor considered by the industry in its strategic planning. The technology used should be able to produce quality processed banana products, but in reality, production is still below the available normal capacity. The distribution of processed banana products to consumers has not been well identified, and market access is still limited, resulting in stagnant industry development. The aim of this research is to identify the problems related to the performance of the banana agro-industry supply chain, measure the performance of the banana agro-industry supply chain, and provide and evaluate solutions that can be used to improve the performance of the banana agro-industry supply chain. The method used in this research is to measure the performance of the supply chain using weighting with the multiple criteria decision-making (MCDM) method, which consists of the Analytical Hierarchy Process (AHP), determining alternative solutions using the VIKOR (Vise Kriterijumska Optimizacija I Kompromisno Resenje) method. The results show that the identification of problems in the banana agro-industry supply chain consists of 5 main criteria and 20 sub-criteria, as well as 7 proposed solutions. The measurement of the supply chain performance resulted in a score of 32.032 (poor), indicating that the performance of the banana agro-industry supply chain is still low. The alternative solution provided to improve the performance of the banana agro-industry supply chain is to establish collaboration and partnerships among supply chain stakeholders.
Karakterisasi Fisik Film Berbasis Polivinil Alkohol (PVA) Dengan Penambahan Nanoclay Sebagai Filler Utari Yolla Sundari; Sandriya, Ardi; Setyowati, Erni Dwi Puji; Andanu, Odi; Fiardilla, Fauziah
Jurnal Penelitian UPR Vol. 4 No. 1 (2024): Jurnal Penelitian UPR: Kaharati
Publisher : LPPM Universitas Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52850/jptupr.v4i1.13709

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan sifat fisik dan mekanik pada film polivinil alkohol dengan penambahan nanoclay golongan bentonit sebagai bahan aditif yang dapat dijadikan filler pada film PVA. Biopolimer PVA (polivinil alkohol) dipilih karena sifatnya yang dapat membentuk film, larut dalam air, mudah dalam proses, tidak beracun, biocompatible dan biodegradable. Untuk memperkuat film tersebut digunakan nanoclay sebagai filler dalam pembuatan film. Perlakuan pada penelitian ini adalah konsentrasi penambahan nanoclay dengan variasi 0, 2%, 4% dan 6%. Hasil penelitian menunjukan bahwa semakin tinggi konsentrasi maka semakin meningkat ketebalan film yaitu mulai 0,012 – 0,040 mm, peningkatan kuat tarik (tensile strength) dari 0-8,98MPa dan nilai elongasi film berturut-turut 42,85 – 73,38%, penurunan kelarutan film mulai dari 22,76 – 7,71%, hasil untuk transmisi cahaya film yaitu pada 400nm diangka 54,45 - 16,54%, 600nm diangka 62,12-26,585% 800nm 68,78-36,41%. Penambahan nanoclay sebagai filler pada film berbasis PVA memberikan pengaruh terhadap karakteristik fisik film yang dihasilkan.
Analisis Kepuasan Konsumen Terhadap Atribut Buah Cempedak (Studi Kasus Kabupaten Kapuas, Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Kotawaringin Barat) Erni Dwi Puji Setyowati; Andanu, Odi; Sundari, Utari Yolla; Irawan, Ahmad
Jurnal Penelitian UPR Vol. 4 No. 1 (2024): Jurnal Penelitian UPR: Kaharati
Publisher : LPPM Universitas Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52850/jptupr.v4i1.14469

Abstract

Cempedak (Artocarpus champeden) adalah tumbuhan asli Indonesia yang juga ditemukan di Malaysia dan Papua Nugini. Tanaman ini dapat ditemui di banyak wilayah Indonesia, termasuk Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Jawa. Meskipun informasi detail tentang produksi cempedak dan nangka di Indonesia terbatas, pada tahun 2014, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat produksi keduanya mencapai 223.253 kuintal. Untuk mengembangkan cempedak lebih lanjut, penting untuk memahami preferensi pelanggan terhadap karakteristik buah ini. Evaluasi tingkat kepuasan pelanggan terhadap atribut buah cempedak juga krusial dalam menentukan area yang perlu ditingkatkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik pembeli buah cempedak di Kabupaten Kapuas, Pulang Pisau, dan Kotawaringin Barat serta mengevaluasi tingkat kepuasan mereka terhadap atribut buah. Metode deskriptif kualitatif digunakan dengan menggunakan sampel 90 responden dari ketiga kabupaten tersebut, yang dipilih dengan metode accidental sampling. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada kesamaan dalam karakteristik responden berdasarkan usia dan perbedaan dalam tingkat pendidikan serta pendapatan di antara ketiga kabupaten. Hasil juga menunjukkan bahwa secara umum, kepuasan konsumen terhadap buah cempedak di ketiga kabupaten tersebut dapat dikategorikan sebagai puas. Saran dari penelitian ini termasuk perluasan usaha untuk mempertahankan kualitas atribut seperti rasa, bentuk, dan ukuran buah cempedak oleh petani, serta perlunya pemerintah daerah melakukan penelitian lebih lanjut untuk menghasilkan varietas cempedak yang sesuai dengan harapan konsumen.
Sosialisasi dan Pelatihan Pemanfaatan Limbah Pertanian Sebagai ECO Enzyme Sebagai Upaya Mendukung Pertanian Berkelanjutan Setyowati, Erni Dwi Puji; Sandriya, Ardi; Setyowati, Erni; Andanu, Odi; Dwijayanti, Rts. Sherly
Lumbung Inovasi: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 9 No. 4 (2024): December
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat (LITPAM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36312/linov.v9i4.2245

Abstract

Limbah pertanian merupakan sisa hasil kegiatan pertanian yang dimulai dari proses produksi hingga panen. Pentingnya penanganan dan pengelolaan limbah di dasari atas sistem pertanian berkelanjutan sehingga dapat menghemat biaya produksi dan menjaga kelestarian lingkungan. Salah satu cara pengelolaan limbah pertanian adalah dengan pembuatan eco enzyme. Tujuan pengabdian kepada masyarakat ini yaitu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dalam mengolah limbah pertanian menjadi produk tepat guna yaitu eco enzyme. Pengabdian kepada masyarakat ini dibagi dalam beberapa tahap yaitu survey, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Pada tahap survey dilakukan pengumpulan data, identifikasi permasalahan dan diskusi dengan mitra untuk menyesuaikan kebutuhan mitra serta berkoordinasi mengenai potensi yang dapat dikembangkan. Tahap perencanaan dilakukan untuk persiapan materi serta koordinasi dengan mitra mengenai waktu dan tempat pelaksanaan serta bahan yang perlu dipersiapkan. Tahap pelaksanaan dibagi menjadi sosialisasi dan pelatihan. Sosialisasi dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan peserta mengenai eco enzyme. Pelatihan berguna untuk memberi pengalaman langsung mengenai pembuatan eco enzyme. Hasil evaluasi menunjukan adanya peningkatan tingkat pengetahuan peserta sebesar 72% setelah dilakukannya sosialisasi. Hasil kuisioner evaluasi kegiatan menunjukan semua peserta menyatakan bahwa kegiatan ini telah sesuai kebutuhan (100%), memiliki kebermanfaatan yang tinggi (100%) dan peserta merasa puas selama kegiatan berlangsung (100%). Minat penggunaan eco enzyme setelah sosialisasi dan pelatihan mengalami peningkatan dari 80% peserta menjadi 100% peserta. Diharapkan adanya peningkatan pengelolaan limbah pertanian di kebun Oibama untuk mendukung sistem pertanian berkelanjutan dari segi penggunaan bahan organik pada proses budidaya dan menjaga kelestarian lingkungan. SOCIALIZATION AND TRAINING OF AGRICULTURAL WASTE AS ECO ENZYME TO SUPPORT SUSTAINABLE AGRICULTURE Abstract Agricultural waste is the remaining results of agricultural activities starting from the production process to harvest. The importance of handling and managing waste is based on a sustainable farming system to save production costs and maintain environmental sustainability. One way to manage agrarian waste is by making eco enzymes. The objective of this community service initiative is to enhance the expertise and proficiency of farmers in the conversion of agricultural waste into suitable products, specifically eco enzymes. This community service is divided into several stages, namely survey, planning, implementation, and evaluation. During the survey stage, data is gathered, problems are identified, and discussions are held with partners to align their needs and collaborate on potential development opportunities The planning phase involves preparing materials and coordinating with partners about the timing and location of implementation, as well as the necessary materials. The implementation stage is divided into socialization and training. Socialization is carried out to increase participants' knowledge about eco enzymes. Training is beneficial for gaining hands-on experience in producing eco enzymes. The assessment findings demonstrated a 72% increase in participant knowledge levels following the socialization activity. The results of the activity evaluation questionnaire showed that all participants stated that this activity was by their needs (100%), had high benefits (100%) and participants were satisfied during the activity (100%). After the process of socialization and training, the percentage of participants expressing interest in utilizing eco enzyme rose from 80% to 100%. The expectation is for an enhancement in the handling of agricultural waste within the Oibama garden, to promote a sustainable approach to farming through the utilization of organic materials in the cultivation process and the maintenance of environmental sustainability.