Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

PROMOSI PREVENTIF SADARI (PERIKSA PAYUDARA SENDIRI) DI DESA SAYANG SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KANKER PAYUDARA Muchtaridi Muchtaridi; Eli Halimah; Sandra Megantara; Nasrul Wathoni
Kumawula: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 4, No 1 (2021): Kumawula: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kumawula.v4i1.31966

Abstract

Menurut Data Globocan International Agency for Research on Cancer (IARC) pada tahun 2018, kanker  payudara merupakan salah satu jenis kanker yang mempunyai prevalensi cukup tinggi dan penyebab  utama kedua mortalitas di seluruh dunia sebesar 11,6% atau 2.089 juta jiwa dan morbiditas menempati  urutan ke-5 sebesar 6,6% atau 627.000 juta jiwa. Di Indonesia, angka mortalitas kanker payudara  menempati peringkat pertama sebesar 16,7% atau 58.256 juta jiwa dan angka morbiditas sebesar 11%  atau 22.692 juta jiwa. Periksa Payudara Sendiri (Sadari) adalah pemeriksaan payudara yang dilakukan  kita sendiri dengan belajar mandiri yaitu melihat dan memeriksa perubahan payudaranya sendiri setiap  bulan. Pemeriksaan yang dilakukan secara berkala akan membantu mengetahui adanya benjolan atau  bahkan masalah lain dari sejak awal walaupun masih berukuran kecil sehingga lebih efektif untuk  diobati. Metode survei, pre-test, dan post test telah diterapkan sebagai upaya promosi Sadari ke ibu-ibu  PKK Desa Sayang, Kecamatan Jatinangor, Sumedang. Masyarakat Desa Sayang dikatakan cukup tahu  mengenai kanker payudara (68%), namun kurangnya informasi tentang pencegahan dini mengakibatkan  kesadaran terhadap informasi kesehatan termasuk tentang pencegahan kanker payudara menjadi kurang  (58,82 %). Hasil post test menunjukkan bahwa program promosi preventif Sadari meningkatkan  pengetahuan dan kesadaran masyarakat sehingga disimpulkan bahwa masyarakat Desa Sayang perlu diberikan promosi secara berkala agar pengetahuan dan kesadaran meningkat dalam mencegah kanker  payudara.
KARAKTERISTIK MORFOLOGI TANAMAN KENCUR dan AKTIVITAS FARMAKOLOGI (Kaempferia galanga L.) Review SOLEH SOLEH SOLEH; Sandra Megantara
Farmaka Vol 17, No 2 (2019): Farmaka (Agustus)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2494.014 KB) | DOI: 10.24198/jf.v17i2.22089

Abstract

ABSTRAKKencur (Kaempferia galanga L.) merupakan salah satu tanaman Indonesia yang memiliki khasiat obat. Bahan herbal yang memiliki khasiat obat dianggap lebih aman, lebih efektif, dan memiliki efek samping yang lebih kecil dibandingkan dengan bahan kimia. Terdapat senyawa yang terkandung didalam kencur hasil isolasi diantaranya Ethyl Cinnamate 65,98 %, Ethyl p-methoxycinnamate 23,65%, (+)-3-Carene 3,42%, Beta-Pinene 2,09%, Camphene 1,67%, Hexadecane 1,61%, Alpha-Pinene 0,71%, Myrcene 0,50%, 1-Limonene 0,37%. Pada beberapa penelitian menunjukan bahwa kencur memiliki aktivitas seperti Antijamur, Antiinflamasi, dan Antibakteri. Hal ini membuktikan bahwa tanaman herbal seperti kencur memiliki berbagai manfaat.  Kata Kunci : Kaempferia galanga L., Fitokimia, Aktivitas Farmakologi 
SUMBER DAN MANFAAT KOLAGEN DALAM INDUSTRI KOSMETIK Shella - Widiyastuti; Sandra Megantara
Farmaka Vol 19, No 4 (2021): Farmaka (Suplemen)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/farmaka.v19i4.34518

Abstract

Kolagen merupakan protein paling melimpah yang dapat ditemukan dalam tubuh hewan, yang banyak digunakan dalam industri kosmetik. Sumber kolagen dapat ditemukan pada berbagai jenis ikan, cumi-cumi, dan katak dengan ekstraksi ASC (Acid Solubilized Collagen) atau PSC (Pepsin Solubilized Collagen). Hasil review menunjukkan bahwa jumlah kolagen tertinggi terdapat pada jenis ikan Evenchelys macrura dengan jumlah 80% (berat kering) dan Scomberomorous niphonius dengan jumlah 13,68% (berat basah) untuk ekstraksi ASC, serta ikan jenis Chitala ornata dengan jumlah 44,6% (berat kering) dan 15,3% (berat basah) untuk ekstraksi PSC serta manfaat kolagen dalam industri kosmetik sebagai komponen utama dalam banyak formulasi yang berfungsi sebagai humektan serta pelembab sehingga dapat meningkatkan hidrasi kulit dan mencegah penuaan kulit, membantu jaringan untuk beregenerasi, meningkatkan elastisitas kulit, menetralisisr kerusakan penuaan kulit, serta sebagai scaffolding/skin substitute.Kata kunci: kolagen, industri kosmetik, ASC, PSC.
SOSIALISASI PROTOKOL ADAPTASI KEBIASAAN BARU DI MASYARAKAT DESA SAYANG MELALUI MEDIA SOSIAL DAN TEMU MAYA Muchtaridi Muchtaridi; Cecep Suhendi; Nasrul Wathoni; Sandra Megantara; Eli Halimah
Dharmakarya Vol 10, No 3 (2021): September, 2021
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/dharmakarya.v10i2.31147

Abstract

Pandemi coronavirus yang diakibatkan oleh SARS-CoV-2 (Covid-19) telah menyebabkan berbagai permasalahan, meliputi kesehatan, ekonomi, dan sosial. Penyesuaian dalam menjalani kehidupan sehari-hari di masa pandemi penting untuk dilakukan demi mencegah penularan dan menjaga stabilitas ekonomi masyarakat. Dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat Desa Sayang, Kabupate Sumedang, dilakukan survey mengenai pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam masa adaptasi kebiasaan baru (AKB) dan ditindaklanjuti dengan pemberian materi berupa “Sosialisasi Protokol Adaptasi Kebiasan Baru pada Masyarakat Kabupaten Sumedang” dalam bentuk webinar. Hasil survey menunjukkan bahwa 95,2% masyarakat sudah mengetahui adanya penerapan protokol kesehatan di masa AKB. Namun demikian, hanya 64% masyarakat saja yang mengetahui tata cara pelaksanaan protokol kesehatan di masa AKB. Dengan demikian, diharapkan bahwa melalui sosialisasi protokol kesehatan di masa AKB dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam menjalankan hidup sehat di masa AKB
REVIEW: SINTESIS TURUNAN ANDROGRAFOLID PADA GUGUS HIDROKSIL C-3 DAN C-19 Sri Indrayani; Sandra Megantara; Febrina Amelia Saputri
Jurnal Pharmascience Vol 7, No 2 (2020): Jurnal Pharmascience
Publisher : Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jps.v7i2.8495

Abstract

Andrografolid merupakan senyawa diterpenoid utama dari tanaman Andrographis paniculata dan telah dikenal memiliki berbagai aktivitas farmakologi. Andrografolid memiliki struktur menarik yang terdiri dari α-alkiliden γ-butirolakton, dua ikatan olefin pada C-8 and C-12 dan tiga gugus hidroksil. Dari ketiga gugus hidroksil tersebut, salah satunya adalah gugus hidroksil alilik pada C-14 dan yang lainnya adalah gugus hidroksil sekunder dan primer pada C-3 dan C-19. Gugus hidroksil C-3 dan C-19 merupakan gugus yang potensial untuk dimodifikasi. Review ini menjelaskan tentang pentingnya gugus hidroksil andrografolid pada C-3 dan C-19 dan pengaruhnya terhadap aktivitas biologis yang ditimbulkannya. Modifikasi andrografolid pada gugus tersebut dengan menambahkan gugus hidroksibenzaldehid dapat meningkatkan efek farmakologis sebagai anti-HIV. Esterifikasi yang terjadi pada C-3 dan C-19 dapat meningkatkan aktivitas sebagai antitumor. Penambahan ester aromatik baik di C-3 dan C-19 dapat mengurangi aktivitas senyawa sebagai antitumor. Modifikasi pada gugus tersebut dapat dilakukan dengan mekanisme reaksi substitusi nukleofilik dengan penambahakn katalis dan pemanasan. Pemanasan dengan metode iradiasi microwave memberikan hasil sintesis dengan nilai rendemen yang paling tinggi.  Andrographolide is a diterpenoid lactone isolated from the herb of Andrographis paniculata and known for its multiple pharmacological activities. Andrographolide has an interesting architecture consisting of an α-alkylidene γ-butyrolactone moiety, two olefin bond (C-8 and C-12), and three hydroxyls groups. Of the three hydroxyl groups, one is allylic at C-14, and the others are secondary and primary at C-3 and C-19, respectively. Hydroxyl groups C-3 and C-19 are the potential groups to be modified. The review describes the importance of the hydroxyl groups of andrographolide located at C-3 and C-19 and its effect toward its biological activity. Modification by adding hydroxyl-benzaldehyde moiety to the hydroxyl groups could increase the activity of the compound as anti-HIV. Esterification at C-3 and C-19 could also enhance the activity of the compund as antitumor. The addition of aromatic esters both at C-3 and C-19 could lose the compound’s activity as antitumor. Modification of the hydroxyl groups of andrographolide located at C-3 and C-19 could be carried out by the mechanism of nucleophilic substitution reactions with the addition of catalysts and heating. Heating by using microwave irradiation method gives the highest synthesis yield.Keywords: Andrographolide, Andrographis paniculata, hydroxyl groups
Subchronic Toxicity of Ethanol Extract of Syzygium polyanthum (Wight) Walp. Leaves on Wistar Rat Sri Adi Sumiwi; Ade Zuhrotun; Rini Hendriani; Mochamad Rizal; Jutti Levita; Sandra Megantara
The Indonesian Biomedical Journal Vol 11, No 1 (2019)
Publisher : The Prodia Education and Research Institute (PERI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18585/inabj.v11i1.458

Abstract

BACKGROUND: Previous works indicated various pharmacology activities of bay plant (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.), however only few studies investigated its toxicity. This work was aimed to study the subchronic toxicity of ethanol extract of this plant.METHODS: White Wistar rats were divided into 4 groups and were treated with 2% of Arabic gum (PGA) suspension, 1000 mg/kg of body weight (BW), 400 mg/kg of BW and 100 mg/kg of BW, respectively. The animals were observed on their body weight, hematology, clinical biochemistry parameters, organ index and histopathology.RESULTS: Flavonoids, tannins, polyphenols, saponins, quinones, monoterpenes and sesquiterpenes were detected in dried leaves and ethanol extract of bay plant. An increase of body weight in male and female groups treated with dose 100 and 400 mg/kg BW compared to controls, was observed. Moreover, there was an increase of white blood cell (WBC) in male and female groups treated with S. polyanthum extracts compared to controls, whereas a decrease of red blood cell (RBC) was observed in male groups treated with S. polyanthum extracts in dose-dependent manner compared to control. No significant changes of RBC were seen in female groups, haemoglobin values were not altered by extract treatment. Photomicrographs of liver, kidney, lungs, heart and spleen histopathology of male and female S. polyanthum extract-treated groups showed no significant alteration compared to controls.CONCLUSION: Our study revealed that S. polyanthum extracts does not show toxicity on the body weight, hematology, creatinine and serum glutamic pyruvic transaminase (SGPT), but fatty liver and necrosis are observed in female rats. This result can be beneficial for plant-based drug discovery, particularly this study provides information about the safety of S. polyanthum to be further developed as candidate of phytopharmaceutics.KEYWORDS: bay plants, salam leaves, hepatotoxicity, necrosis, SGOT, SGPT
The Pharmacokinetic Drug-Drug Interactions of Andrographis paniculata and Ibuprofen in the Plasma of Healthy Oryctolagus cuniculus Rabbits Mutakin Mutakin; Sandra Megantara; Batari A. Larasati; Yogiyanto Yogiyanto; Jutti Levita; Slamet Ibrahim
Pharmacology and Clinical Pharmacy Research Vol 5, No 2
Publisher : Universitas Padjadjaran, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (542.05 KB) | DOI: 10.15416/pcpr.v5i2.27508

Abstract

An HPLC method was developed and validated for the pharmacokinetic drug-drug interaction between Andrographis paniculata and ibuprofen in the plasma of Oryctolagus cuniculus rabbits after a single oral administration of the mixture. Nine healthy rabbits (6 males and 3 females, weight 1.68-2.42 kg) were acclimatized for 7 days and were randomly divided into 3 groups. At day-8th the rabbits were group (1) treated with a single oral administration of ibuprofen (dose of 28 mg/kg BW); group (2) treated with a single oral administration of Andrographis paniculata infusion (7.04 mL/kg BW); group (3) treated with a single oral administration of a mixture of Andrographis paniculata (7.04 mL/kg BW) infusion and ibuprofen (dose of 28 mg/kg BW). Plasma samples were prepared by collecting the blood from the marginal ear vein at 0, 30, 60, 90, and 120 minutes after the mixture administration, followed by centrifuging it for 30 minutes 3000 rpm. Chromatographic separation was performed on a LiChrosorb RP-18 with methanol and double-distilled water (70:30) as the mobile phase, flow rate 1 mL/minute. UV detection was set at 227 nm. The absorption and distribution of ibuprofen were fast (Tmax = 30 min; Cmax = 4.02962 mcg/mL), however, interestingly this drug could improve the absorption and distribution of andrographolide in Oryctolagus cuniculus rabbits
Tinjauan Critical Quality Attributes (CQA) dan Critical Process Parameter (CPP) Sebagai Bagian dari Pendekatan Quality by Design dalam Proses Pengembangan Tablet Salut Selaput Film Alifia Syifa Pebriani; Sandra Megantara; Rina Wijayanti
Majalah Farmasetika Vol 7, No 4 (2022): Vol. 7, No. 4, Tahun 2022
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/mfarmasetika.v7i4.38841

Abstract

Quality by Design (QbD) merupakan suatu pendekatan sistematis untuk pengembangan produk yang dimulai dengan penetapan tujuan dan menekankan pemahaman produk, proses serta kontrol proses, berdasarkan ilmu pengetahuan dan manajemen risiko mutu. Terdapat beberapa elemen yang termasuk ke dalam QbD, diantaranya adalah Critical Quality Attributes (CQA) dan Critical Parameter Process (CPP). Sebagian besar bentuk sediaan tablet di pasaran merupakan tablet salut film. Sehingga, tujuan dari review ini adalah untuk mengetahui CQA dan CPP pada proses pengembangan tablet salut film. Dalam membuat review ini digunakan jurnal dan artikel hasil penelusuran di internet melalui website NCBI (dengan kategori yang dipilih adalah PubMed), science direct, dan google scholar yang sudah dipublikasi dalam 10 tahun terakhir. Dari hasil pencarian, didapatkan bahwa atribut mutu yang berpotensi untuk menjadi CQA dapat diidentifikasi dari setiap ruahan granul, inti tablet serta tablet salut. Selain itu, setiap tahapan proses dari mulai pengadukan, granulasi basah, pengayakan, pengeringan, pencetakan tablet, pencampuran larutan salut, serta penyalutan memiliki CPP yang perlu dipantau agar dapat dihasilkan produk yang sesuai dengan yang diharapkan.  
CASPASE: REVIEW TENTANG PERAN LAIN PADA APOPTOSIS, KARAKTER KANTUNG KATALITIK, SERTA INTERAKSI DENGAN SUBSTRAT DAN INHIBITORNYA Maryam Hasymia Ishmatullah; Sandra Megantara; Jutti Levita
Jurnal Ilmiah Farmako Bahari Vol 12, No 2 (2021): Jurnal Ilmiah Farmako Bahari
Publisher : Fakultas MIPA Universitas Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52434/jfb.v12i2.1154

Abstract

Akhir-akhir ini banyak dilakukan penelitian tentang penghambatan pertumbuhan sel kanker atau apoptosis dari ekstrak tanaman. Caspase, enzim protease yang berperan dalam apoptosis, menjadi target menarik untuk ditelaah. Penelusuran artikel ini dilakukan untuk memberi informasi tentang peran lain caspase pada apoptosis, karakter kantung katalitiknya, serta interaksinya dengan substrat dan inhibitor. Metode pencarian artikel dilakukan melalui basis data Google Scholar dengan kata kunci “caspase catalytic site”, “apoptosis”, “amino acid residues”, dan “substrates and inhibitors of caspase”. Hasil penelusuran artikel ini menunjukkan bahwa caspase-3 berperan dalam sensitivitas dan efisiensi apoptosis serta menghambat produksi ROS, sedangkan caspase 9 dapat membelah protein pro-apoptosis menjadi bentuk aktifnya. Kantung katalitik masing-masing caspase memiliki residu penting berbeda, yaitu residu Cys285 dan His23 pada caspase-3, Asp374 pada caspase-8, dan pada caspase 9 berupa residu Cys230, His224, Cys272, His237, Cys239, dan Cys287.  Substrat caspase-3 adalah DEVD dan DVLD dan inhibitornya yaitu FICA dan DICA bersifat alosterik. Substrat caspase-8 adalah IETD dan saat ini sedang dikembangkan inhibitornya yakni c-FLIP. LEHD adalah substrat caspase-9, serta seng merupakan inhibitor selektif caspase-9.  Dapat disimpulkan bahwa selain berperan dalam apoptosis, caspase juga meningkatkan sensitivitas dan efisiensi apoptosis serta menghambat produksi ROS. Walaupun secara umum karakter kantung katalitik caspase mirip, namun masing-masing caspase memiliki residu asam amino penting yang berbeda, dan masing-masing caspase memiliki inhibitor yang menempati posisi alosterik (bukan menghambat di tempat substrat terikat). Review ini akan bermanfaat bagi peneliti bidang penemuan obat antikanker.Kata kunci: antikanker, apoptosis, caspase
Review: Methods for Enhancing Solubility of Carvedilol Iyan Sopyan; Rania Talinta L; Nurdiani Adiningsih; Norisca Aliza Putriana; Sandra Megantara2 Megantara
Indonesian Journal of Pharmaceutics Vol 4, Issue 1, Jan - April 2022
Publisher : Universitas Padjadjaran (Unpad)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/idjp.v4i1.39321

Abstract

The oral route of administration is the most frequently used route of drug administration and is generally the most convenient for patients. For an oral drug to be effective, a therapeutic concentration in the blood must be achieved. Solubility in water and permeability of active pharmaceutical ingredients are often used as the main conditions for rapid and complete absorption and high bioavailability. Carvedilol is beta blockers that works as an antihypertensive drug and included in biopharmaceutical classification system (BCS) class II with high permeability but low solubility. Due to this, the goal of this review is to go through a few different methods for increasing solubility of carvedilol. dissolution, and bioavailability. Various solubility enhancement techniques have been applied to carvedilol, including co-crystallization, liquidsolid technique, cyclodextrin inclusion complex, nanoparticles, hydrotrophy, nanosuspension, solid dispersion, nanoemulsion, and dendrimers. These techniques have been shown to increase the solubility and dissolution rate of carvedilol thereby increasing its bioavailability.Keyword: carvedilol, solubility enhancement, BCS class II