Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

PERAN JERO SIRAGA SEBAGAI REPRESENTASI HEROISME BANGSAWAN LOKAL DALAM GERAKAN RAKYAT SAKRA MELAWAN DOMINASI BALI M Zainul Hafizi
Nagri Pustaka: Jurnal Pendidikan, Ilmu Sejarah, dan Budaya Vol. 2 No. 2 (2024): Nagri Pustaka: Jurnal Pendidikan, Ilmu Sejarah, dan Budaya (December)
Publisher : CV. Yazri Aksara Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62238/nagripustaka.v2i2.221

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap representasi tokoh Jero Siraga dalam Babad Sakra sebagai wujud transfigurasi kepemimpinan lokal dalam menghadapi dominasi kekuasaan kerajaan Karangasem-Bali. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dan metode analisis isi, penelitian ini menunjukkan bahwa Jero Siraga mengalami pergeseran peran dari elite loyalis menjadi simbol heroisme rakyat. Ia tidak hanya memimpin pengungsian warga Surabaya ke Sakra, tetapi juga turut serta dalam pertempuran hingga gugur bersama rakyatnya. Wilayah Surabaya yang ia pimpin juga mengalami transformasi makna, dari pusat kekuasaan menjadi medan perjuangan. Hasil ini menegaskan bahwa Babad Sakra bukan hanya teks historis, tetapi juga media pembentukan nilai kepemimpinan etis dan solidaritas sosial dalam tradisi Sasak.
PERKEMBANGAN ISLAM DI PULAU LOMBOK: TELAAH HISTORIS MELALUI STUDI KEPUSTAKAAN Jahuri; Kiswanto; M Zainul Hafizi
Nagri Pustaka: Jurnal Pendidikan, Ilmu Sejarah, dan Budaya Vol. 2 No. 2 (2024): Nagri Pustaka: Jurnal Pendidikan, Ilmu Sejarah, dan Budaya (December)
Publisher : CV. Yazri Aksara Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62238/nagripustaka.v2i2.222

Abstract

Penelitian ini mengkaji perkembangan Islam di Pulau Lombok melalui telaah historis studi kepustakaan. Fokus utamanya adalah memahami proses awal masuknya Islam, interaksinya dengan budaya lokal masyarakat Sasak, serta dinamika transisi dari praktik Wetu Telu ke Waktu Lima. Menggunakan metode studi kepustakaan dengan analisis kritis terhadap artikel jurnal ilmiah dari basis data ScisSpace, penelitian ini menemukan bahwa Islam di Lombok diperkenalkan oleh Sunan Prapen pada abad ke-16, didukung oleh kerajaan lokal, dan berakulturasi kuat dengan adat Sasak, melahirkan Wetu Telu. Selanjutnya, terjadi pergeseran menuju praktik Waktu Lima yang dipengaruhi oleh ulama dan lembaga pendidikan, menunjukkan evolusi pemahaman keagamaan yang dinamis. Hasil ini menegaskan karakter Islam Lombok yang adaptif dan kaya interaksi budaya.
The Role of the Kapuas River in Shaping Social Interaction and Cultural Acculturation in Multicultural Communities Tata Ihsan; Pariatman Tanjung; Embun Afifah Honey; Mega Amanda; Dewi Cindia Putri; M Zainul Hafizi
Jurnal Pendidikan Sosial Indonesia Vol. 3 No. 2 (2025): Jurnal Pendidikan Sosial Indonesia
Publisher : CV. Yazri Aksara Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62238/jupsi.v3i2.179

Abstract

Purpose – This study investigates the role of the Kapuas River not only as a geographical element but also as a vital social and cultural space in shaping social interaction and cultural acculturation within Pontianak's multicultural urban community. The research addresses the lack of studies exploring the river's symbolic and sociocultural dimensions, aiming to enrich the discourse on spatial identity and interethnic relations in riparian urban settings Design/methods/approach – A descriptive qualitative approach was used, involving participatory observation, in-depth interviews with local residents from various ethnic backgrounds, and documentation of everyday cultural and social activities along the riverbanks. The collected data were analyzed thematically to identify patterns of interaction and cultural blending Findings - The findings reveal that the Kapuas River facilitates dynamic intercultural interactions, where daily activities such as floating markets, joint religious festivals, and shared culinary traditions contribute to strengthening social cohesion and constructing a hybrid cultural identity. The study confirms that the river functions as a symbolic corridor mediating social integration and cultural negotiation among diverse urban groups. Research implications/limitations – The study is limited to the eastern part of Pontianak and may not fully represent the entire sociocultural dynamics along the Kapuas River. The qualitative nature of the research emphasizes depth over breadth, and future studies employing mixed methods or covering wider geographical areas are recommended. Nonetheless, this study provides a foundation for integrating cultural-spatial considerations into inclusive urban development and river governance models.
Simbolisme dan Makna Ritual Pembakaran Naga dalam Tradisi Tionghoa pada Festival Cap Go Meh di Pontianak Chandra Purna Irawan; Tri Purwaningsih; berlian, Anggi Berlian Safitri; Dianti Nabila; Rio Rudiansyah; M Zainul Hafizi
Jurnal Pendidikan Sosial Indonesia Vol. 3 No. 2 (2025): Jurnal Pendidikan Sosial Indonesia
Publisher : CV. Yazri Aksara Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62238/jupsi.v3i2.232

Abstract

Ritual pembakaran naga merupakan salah satu tradisi penting dalam rangkaian Festival Cap Go Meh di Pontianak yang sarat dengan makna simbolis dan nilai budaya. Meskipun telah menjadi daya tarik publik, aspek spiritual dan filosofis dari ritual ini kerap terpinggirkan oleh arus modernisasi dan komodifikasi pariwisata. Penelitian ini bertujuan untuk menggali makna simbolis, fungsi sosial, serta tantangan pelestarian ritual pembakaran naga, sekaligus menelaah perannya dalam memperkuat identitas budaya masyarakat Tionghoa dan kohesi sosial di Pontianak. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, data diperoleh melalui wawancara mendalam dengan tokoh masyarakat, pelaku ritual, dan panitia festival, disertai observasi partisipan serta dokumentasi. Analisis data dilakukan secara interaktif melalui reduksi, penyajian, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembakaran naga dimaknai sebagai proses penyucian, pelepasan roh ke alam surgawi, serta doa bersama untuk keberuntungan dan keharmonisan. Selain itu, ritual ini memperkuat solidaritas sosial lintas etnis dan menjadi sarana pewarisan budaya lintas generasi. Namun, tantangan muncul dari komersialisasi dan berkurangnya pemahaman mendalam generasi muda terhadap nilai filosofis ritual. Penelitian ini berkontribusi dengan memberikan pemahaman kontekstual mengenai praktik budaya lokal serta menawarkan rekomendasi pelestarian berbasis komunitas.