cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bandar lampung,
Lampung
INDONESIA
JAWI : Journal of Southeast Asia Islamic Contemporary Issues
ISSN : 26225522     EISSN : 26225530     DOI : -
Core Subject : Economy, Social,
JAWI [ISSN 2622-5522, e-ISSN 2622-5530] is a journal published by UIN Raden Intan Lampung, INDONESIA. JAWI is published twice a year. JAWI focuses on an aspect related to Islamic Studies in Southeast Asian context, with special reference to culture, politics, society, economy, and history. JAWI is intended as a means to communicate original research and current issues on the subject. This journal warmly welcomes contributions from scholars of related disciplines. Every article submitted to JAWI will undergo blind peer review process before publication.
Arjuna Subject : -
Articles 78 Documents
Arus Balik Kekuasaan di Sulawesi Selatan Abad ke-17 Anawagis, Fian; Syukur, Syamzan; Makkelo, Ilham Daeng
JURNAL JAWI Vol 6 No 2 (2023): Islam dan Budaya Lokal
Publisher : Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24042/00202361865000

Abstract

Artikel ini mengkaji tentang persaingan antara dua kekuatan politik (Gowa-Tallo dan Bone) yang melahirkan persekutuan dan perseteruan di Sulawesi Selatan pada abad ke-17. Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang mencakup heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Sumber yang digunakan adalah sumber lokal dan sumber asing untuk menjawab fokus kajian ini. Hasil penelitian menemukan bahwa arus balik kekuasaan di Sulawesi Selatan dipicu oleh persekutuan dan perseteruan antara kerajaan-kerajaan di Makassar dan Bugis, serta diperparah oleh keterlibatan Belanda yang mengakibatkan terjadinya perang Makassar (1666-1669). Perang ini menjadi titik balik kekuasaan di Sulawesi Selatan, yang mengakhiri supremasi politik Makassar dan bangkitnya kekuatan baru di bawah Kerajaan Bone pimpinan Arung Palakka. Selain mengungsian penduduk secara besar-besaran ke luar Sulawesi Selatan, dampak persaingan itu masih eksis sampai sekarang, ketika akhir tahun perang itu (1669) dijadikan tonggak hari jadi Sulawesi Selatan. Cara ini kurang tepat sebagai acuan momen kebangkitan kelompok tertentu dan kehancuran kelompok lain, sehingga perlu ditinjau kembali agar tidak mengekalkan primordialisme dalam sejarah Sulawesi Selatan.  
Mandar dalam Arus Perjuangan Bangsa Indonesia Marsupian, Marsupian; Yani, Ahmad
JURNAL JAWI Vol 6 No 2 (2023): Islam dan Budaya Lokal
Publisher : Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24042/00202361889300

Abstract

Penelitian ini membahas tentang Mandar dalam arus perjuangan bangsa Indonesia dengan menggunakan metode penelitian sejarah yaitu heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sejak abad ke-19 rakyat Mandar telah berjuang melawan dominasi kuasa Belanda hingga era revolusi kemerdekaan. Semangat nasionalisme rakyat Mandar telah membangkitkan perlawanan terhadap Belanda dan sekutunya yang ingin kembali menjajah Indonesia. Para pejuang itu membentuk kelaskaran bernafaskan Islam (Gapri dan KRIS Muda) dan budaya bahari (ALRI-PS) sebagai wadah perjuangan. Mereka melakukan serangan dan usaha-usaha untuk menghambat mobilitas pasukan Belanda di Mandar. Tindakan itu memacu pembantaian massa penduduk, terutama para ulama yang menjadi motor dan motivator aksi, oleh pasukan Westerling pada awal 1947. Fakta ini menunjukkan bahwa Islam telah menjadi stimulus perjuangan rakyat dalam mempertahankan kemerdekaan di Tanah Mandar.   
Perubahan Hubungan Lampung dengan Banten dalam Perdagangan Lada abad XVI-XVIII Fauzan, Elda Harits; Hamid, Abd Rahman; Masykuroh, Siti
JURNAL JAWI Vol 6 No 2 (2023): Islam dan Budaya Lokal
Publisher : Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24042/00202361942100

Abstract

Penelitian ini membahas tentang perubahan hubungan Lampung dengan Banten dalam perdagangan lada abad XVI-XVIII, dengan menggunakan metode penelitian sejarah yang meliputi empat tahap yaitu heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Penelitian menemukan terjadi perubahan hubungan antara Lampung dengan Banten, dari semula berupa kerjasama antara kedua belah pihak yang sederajat berubah menjadi hubungan yang tidak sederajat antara penguasa (Banten) dan pihak yang dikuasai (Lampung). Perubahan ini dipicu oleh perkembangan Banten sebagai pelabuhan internasional terutama rempah-lada. Produksi lokal di Jawa barat tidak mampu memenuhi kebutuhan lada Banten, sehingga Banten harus mencari daerah lain di Seberang Selat Sunda untuk dijadikan daerah produksi lada. Dalam hubungan ini Lampung menjadi penyuplai utama lada bagi pelabuhan Banten. Untuk memenuhi kebutuhan lada, para sultan Banten mengeluarkan berbagai aturan (prasasti dan piagam) untuk mengontrol penanaman dan perdagangan lada, yang dibarengi pula dengan kontrol langsung di bawah punggawa Banten di Lampung. Semua usaha itu disertai dengan sanksi keras bagi orang yang tidak mematuhinya. Begitulah cara Banten menjamin kebutuhan ladanya dari Lampung. 
Literacy in Lakon Pandu Suwarga: Javanese View of Life Syafi'i, Muhammad; Setiawan, Agus Mahfudin; Parangu, Reza Nawafella Alya
JURNAL JAWI Vol 6 No 2 (2023): Islam dan Budaya Lokal
Publisher : Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24042/00202362027500

Abstract

Wayang kulit performances are a symbol of the drama of Javanese life. This research aims to understand Javanese cultural symbols in wayang performances, especially the play Pandu Suwarga, by using a mixed research method that combines library research and field research. The data collection technique was non-participant observation via YouTube social media and analyzed using Turner's symbol theory. The research results found that especially the Suwarga Pandu Play, contained deep moral lessons. One significant finding is the importance of filial piety to parents, which is manifested through the desire of the Five Pandavas for their parents to enter heaven. The characters in this show are symbolically divided into two main groups: good, represented by the Five Pandavas, and bad, represented by the Kauravas. Thus, this article contributes to the understanding of Javanese culture and the study of shadow puppets as a medium for storytelling and conveying life values. The symbols found in the play Pandu Suwarga provide a deep insight into the complexity of the wayang tradition and its relevance in permeating Javanese cultural values.
Poh Kaphe: Jihad Rakyat Aceh Melawan Belanda 1910-1921 Ramadhan, Syahril
JURNAL JAWI Vol 7 No 1 (2024): Islam and Maritime Culture
Publisher : Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24042/00202372105300

Abstract

Artikel ini menjelaskan tentang perlawanan jihad (Poh Kaphe) rakyat Aceh terhadap Belanda pada masa damai, menggunakan metode penelitian sejarah yang mencakup empat tahapan: heuristik, dengan menggali sumber primer seperti surat dan dokumen Belanda; kritik sumber; interpretasi, melalui sudut pandang ilmu sosial lain; dan historiografi, dengan penulisan sejarah kronologis. Temuan menunjukkan bahwa aksi ini dilakukan setelah menyerahnya sultan dan deklarasi kemenangan Belanda, dilakukan pada masa damai dengan cara yang tak terduga. Penyebab utama perlawanan ini adalah keyakinan lama tentang jihad dan dampak luka akibat perang yang berlarut-larut. Faktor psikologis juga memainkan peran, termasuk perlakuan tidak adil, perasaan malu, dan perasaan terpinggirkan dalam tatanan masyarakat baru yang diberlakukan oleh Pemerintah Hindia Belanda.
Ritual Perang Topat: Membangun Harmoni dan Toleransi Antar Etnik dan Agama di Lombok Anastasya, Anastasya; Evita, A Lili
JURNAL JAWI Vol 7 No 2 (2024): Media, Resistance and Social Harmony
Publisher : Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24042/jawi.v7i2.21263

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk memahami peran komunikasi dalam ritual Perang Topat dalam membangun keharmonisan dan toleransi antar etnis di Lombok. Ritual Perang Topat merupakan tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Sasak di Lombok sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur dan sebagai sarana untuk mempererat hubungan antar etnis. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi dalam ritual Perang Topat memainkan peran penting dalam membangun harmoni dan toleransi antar etnis di Lombok. Komunikasi yang terjalin antar etnis selama ritual ini mampu memperkuat hubungan sosial dan mempererat ikatan antar etnis. Selain itu, komunikasi juga berperan dalam membangun pemahaman yang lebih baik antar etnis serta memperkuat rasa saling menghormati. Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi bagi pengembangan studi komunikasi antar etnis dan pengembangan budaya di Indonesia.
Dinamika Masyarakat Teluk Bone di Era Gejolak DI/TII Fachriyadi, Fachriyadi; Yani, Ahmad
JURNAL JAWI Vol 7 No 1 (2024): Islam and Maritime Culture
Publisher : Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24042/00202372133900

Abstract

Penelitian ini membahas gerakan DI/TII di Teluk Bone pada 1953-1965 dengan menggunakan metode penelitian sejarah yang meliputi heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Hasil kajian menemukan Teluk Bone, yang menghubungkan antara Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara, menjadi pusat gerakan DI/TII karena didorong oleh faktor demografis dan hubungan historis penduduknya. Keterlibatan Suku Bajo dalam gerilya laut di perairan Teluk Bone memperkuat pergerakan tersebut. Aktivitas DI/TII tidak hanya terbatas di daratan, tetapi juga di perairan Teluk Bone, yang menyebabkan serangkaian kejadian penghadangan, pembajakan, dan pembunuhan terhadap ABK kapal, serta berkurangnya aktivitas pelayaran dan perdagangan. Dampaknya, seperti pembakaran perkampungan, menyebabkan masyarakat kehilangan mata pencaharian. Situasi ini menciptakan facum of power dan lahan pertanian yang tidak tergarap, yang mendorong lahirnya PDK sebagai respons terhadap gerakan DI/TII di Sulawesi Tenggara.
Jaringan Teluk Bone: Aktivitas Pelayaran dan Diaspora Bugis abad XVIII—XIX Salim, Subarman
JURNAL JAWI Vol 7 No 1 (2024): Islam and Maritime Culture
Publisher : Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24042/00202372140200

Abstract

Kajian ini bertujuan menjelaskan jaringan pelayaran Teluk Bone dari abad XVIII hingga XIX, dengan fokus pada pembentukan jaringan dan integrasi wilayah dalam niaga Nusantara. Metode sejarah dan wawancara dengan pelaut, nahkoda, serta awak perahu digunakan dalam riset ini. Hasilnya menunjukkan peran penting pelaut Bugis sebagai diaspora nusantara. Jaringan pelayaran Teluk Bone awalnya menghubungkan selatan dan tenggara Sulawesi, seperti Kolaka, Boepinang, Pomala, dan Buton, lalu berkembang ke timur hingga Kepulauan Maluku, Nusa Tenggara, Timor, Bali, dan Papua. Di barat, jaringan mencapai Jawa, Kalimantan, Sumatera, Kepulauan Riau, dan Tanah Melayu. Pengetahuan dagang, pemikiran inklusif, dan kemampuan diplomatik orang Bugis berperan dalam perdagangan internasional di Semenanjung Malaka dan Singapura. Taktik dagang dan keahlian diplomatik mereka menempatkan Bugis di puncak pemerintahan Kerajaan Johor pada abad XVIII.
Maritime Character Learning Traditions in the Wakatobi Communities Rudi, La; Hanum, Farida; Wahyono, Sugeng B
JURNAL JAWI Vol 7 No 1 (2024): Islam and Maritime Culture
Publisher : Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24042/00202372144000

Abstract

One of the paradigms for looking at character or personality is culture. This paradigm sees character not only influenced by culture but shaped by culture itself. This affirms that the character of society is dynamic, it will always differ depending on the cultural context that forms it. This article aims to elaborate on the tradition of character learning in maritime society. The source of the data is the result of ethnographic studies in Wakatobi Regency. Data collection was carried out by depth interviews, participant observation, and literature review. The results showed that the distinctive character of marine communities that are tough, hardworking, unyielding, honest, responsible, and friendly to nature, is not formed naturally. Nautical character is shaped by a cultural environment full of challenges and risks, however life in the sea is related to matters of life and death. There are four stages of character learning tradition in nautical society, namely: character learning through prospective sailors, chefs, mustards, and masters. The four stages are an interrelated process, which shows the importance of character building in maritime culture.
Transformasi Somba Opu dari Bandar Niaga ke Objek Wisata Sejarah Akbar, Adil; Subair, Ahmad
JURNAL JAWI Vol 7 No 1 (2024): Islam and Maritime Culture
Publisher : Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24042/00202372148200

Abstract

Artikel ini mengkaji tentang transformasi Somba Opu melalui kisahnya di masa lalu dan masa kini dengan menggunakan metode penelitian sejarah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kisah Somba Opu di masa lalu terbagi dalam tiga babak besar: pembangunan Benteng Somba Opu, penciptaan Somba Opu sebagai bandar niaga, dan pembentukan jaringan perdagangan internasional melalui kebijakan mare liberum dan pelabuhan bebas. Semua ini menjadikan Somba Opu tumbuh sebagai kota pelabuhan kosmopolitan dunia. Di masa kini, kisah Somba Opu terbagi dalam dua babak: usaha penemuan kembali Somba Opu melalui eskavasi arkeologis, serta transformasinya menjadi objek wisata sejarah yang penting bagi pelajar dan publik untuk memahami sejarah Sulawesi Selatan pada abad XVI hingga XVII.