cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Sari Pediatri
ISSN : 08547823     EISSN : 23385030     DOI : -
Core Subject : Health,
Arjuna Subject : -
Articles 1,509 Documents
Hubungan Status Gizi dengan Perkembangan Balita di Poli Anak Rumah Sakit Pendidikan Berbasis Kuesioner Praskrining Perkembangan Nailurrahmah, Qonita; Sari, Maria Galuh Kamenyangan; Narendra Putri, Anak Agung Alit Kirti Estuti
Sari Pediatri Vol 27, No 3 (2025)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp27.3.2025.180-6

Abstract

Latar belakang. Masa balita merupakan periode emas yang bersifat urgen & irreversible pada proses tumbuh kembang anak. Tumbuh kembang yang sehat pada balita berperan penting dalam mempersiapkan anak yang sehat dan produktif pada masa dewasa untuk mencapai potensi maksimal.Tujuan. Mengetahui hubungan antara status gizi dengan perkembangan balita berbasis Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP).Metode. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif menggunakan desain analitik observasional dengan pendekatan cross- sectional dilakukan pada bulan September hingga November 2023 di Poli Anak Rumah Sakit pendidikan di Kabupaten Sukoharjo. Total sampel berjumlah 100 balita dipilih melalui teknik quota sampling kemudian dianalisis menggunakan uji Spearman.Hasil. Pada hasil uji statistik Spearman diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,008 dengan tingkat kekuatan 0,263 (rendah) yang menunjukkan adanya hubungan positif antara status gizi dengan perkembangan balita berbasis KPSP.Kesimpulan. Terdapat hubungan antara status gizi dengan perkembangan balita berbasis KPSP.
Kadar Neutrophil Gelatinase-Associated Lipocalin dan Urinary Albumin Creatinine Ratio sebagai Indikator Awal Disfungsi Ginjal pada Remaja Obesitas Umboh, Adrian; Rampengan, Novie Homenta; Umboh, Valentine; Liow, Jackli Eugene; Phan, Sardito; Corona, Fidel
Sari Pediatri Vol 27, No 3 (2025)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp27.3.2025.173-9

Abstract

Latar belakang. Obesitas remaja meningkat secara global dan dapat menyebabkan komplikasi berupa disfungsi ginjal. Deteksi dini disfungsi ginjal diperlukan untuk mencegah perkembangan menuju penyakit ginjal kronis (PGK). Biomarker seperti Neutrophil Gelatinase-Associated Lipocalin (NGAL) urin dan Urinary Albumin-Creatinine Ratio (UACR) digunakan untuk menilai fungsi ginjal, tetapi data komparatif pada remaja obesitas masih terbatas. Tujuan. Penelitian ini bertujuan menilai korelasi kadar NGAL urin dan UACR dengan tingkat keparahan obesitas pada remaja.Metode. Penelitian potong lintang ini melibatkan 38 remaja obesitas usia 10-18 tahun, dipilih secara konsekutif. Kadar NGAL diukur dengan metode ELISA, sedangkan UACR dianalisis menggunakan penganalisis kimia otomatis. Uji korelasi Pearson dan regresi linier digunakan untuk mengevaluasi hubungan antara keparahan obesitas, NGAL, dan UACR.Hasil. Remaja dengan obesitas berat memiliki kadar NGAL dan UACR lebih tinggi dibandingkan obesitas ringan. Terdapat korelasi positif kuat antara persentil IMT-usia dengan NGAL (r=0,843) dan UACR (r=0,828), keduanya bermakna (p<0,001). Regresi linier menunjukkan NGAL dan UACR secara signifikan memprediksi keparahan obesitas (R²=0,778).Kesimpulan. Kadar NGAL dan UACR urin meningkat seiring keparahan obesitas, sehingga berpotensi sebagai indikator awal disfungsi ginjal pada remaja obesitas.
Hubungan Anemia Defisiensi Besi dengan Kejadian Pneumonia pada Anak Usia 6 Bulan – 5 Tahun Akbar, Andri Nugraha; Hutabarat, Sabar; Miftahurrahma, Miftahurrahma; Maulina, Nisa Haska; Halim, Rita
Sari Pediatri Vol 27, No 3 (2025)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp27.3.2025.143-7

Abstract

Latar belakang. Anemia defisiensi besi merupakan salah satu masalah kesehatan yang signifikan di negara berkembang, terutama pada anak anak, karena dapat meningkatkan risiko infeksi seperti pneumonia. Pneumonia merupakan penyebab utama kematian balita di negara berkembang.Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara anemia defisiensi besi dan kejadian pneumonia pada anak usia 6 bulan hingga lima tahun.Metode. Penelitian dilakukan secara potong lintang pada 61 anak di Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi. Data demografi, status gizi, kadar hemoglobin, mean corpuscular volume dan diagnosis pneumonia dikumpulkan dari rekam medis dengan pendekatan retrospektif. Analisis statistik menggunakan uji chi-square dengan tingkat signifikansi p<0,05 untuk mengetahui hubungan anemia defisiensi besi dan pneumonia.Hasil. Sebagian besar subjek adalah laki-laki (60,7%), dengan status gizi normal (59%), dan berusia di bawah dua tahun (85,2%). Berdasarkan uji chi-square didapatkan hubungan signifikan antara anemia defisiensi besi dan pneumonia (RR=1,69; IK95% 0,96-2,872; p=0,023).Kesimpulan. Anemia defisiensi besi berhubungan dengan kejadian pneumonia pada anak usia enam bulan hingga lima tahu
Peran Pengetahuan Orang Tua dalam Tindakan Swamedikasi Demam Akut pada Anak Ariani, Fauzia Endri; Umma, Husnia Auliyatul; Candrarukmi, Dewinda
Sari Pediatri Vol 27, No 3 (2025)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp27.3.2025.159-65

Abstract

Latar belakang. Demam adalah gejala umum pada anak-anak dan keputusan orang tua dalam merawat demam anak mereka dapat berdampak pada kesehatan dan kesejahteraan anak. Pengetahuan orang tua tentang tindakan swamedikasi untuk demam akut diidentifikasi sebagai faktor penting dalam pengambilan keputusan perawatan.Tujuan. Tujuan dari penelitian ini adalah menyelidiki hubungan antara tingkat pengetahuan orang tua dengan tindakan swamedikasi demam akut pada anak.Metode. Penelitian ini menggunakan dengan desain penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross-sectional. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling untuk memilih subjek penelitian dengan jumlah 58 orang. Data primer dikumpulkan dengan pengisian kuesioner oleh subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Analisis menggunakan univariat, bivariat dengan uji chi-square dan multivariat dengan uji Regresi Logistik Berganda dengan perangkat lunak analisis statistik. Hasil. Terdapat 58 subjek untuk dianalisis terdapat korelasi antara tingkat pengetahuan orang tua dengan tindakan swamedikasi demam akut pada anak (p=0,000, OR=24,583, IK95%=2,845-193,611). Selain itu, terdapat faktor lain yang memiliki hubungan signifikan dengan tindakan swamedikasi yaitu pekerjaan orang tua pekerjaan orang tua (p=0,018, OR=7,904, IK95%=1,435-43,545) dan pendidikan orang tua (p=0,028, OR=17,423 IK95%=1,360-223,179).Kesimpulan. Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan orang tua dengan tindakan swamedikasi demam akut pada anak. Terdapat faktor lain yang memiliki hubungan dengan tindakan swamedikasi yaitu pekerjaan orang tua dan pendidikan orang tua.
Multichannel Intraluminal Impedance-pH: Tinjauan Naratif tentang Peran dan Aplikasinya dalam Diagnosis Penyakit Refluks Gastroesofagus pada Anak Septiana, Mega; Syarif, Badriul Hegar
Sari Pediatri Vol 27, No 3 (2025)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp27.3.2025.202-10

Abstract

Latar belakang. Pemeriksaan pH-metri konvensional terbatas karena hanya mendeteksi refluks asam, sedangkan MII-pH mampu mendeteksi refluks asam maupun non-asam serta mengaitkannya dengan gejala.Tujuan. Merangkum bukti terkini mengenai prinsip, indikasi, teknik, serta kelebihan dan keterbatasan MII-pH pada anak.Metode. Penelusuran pustaka dilakukan melalui PubMed, Embase, The Cochrane Library, dan portal jurnal pediatrik nasional. Artikel yang relevan ditelaah secara naratif.Hasil. MII-pH dapat mendeteksi berbagai jenis refluks, menentukan arah dan ketinggian refluks, serta mengevaluasi klirens bolus esofagus. Meskipun demikian, pemeriksaan ini masih terbatas karena ketersediaan alat, kebutuhan keahlian interpretasi, dan ketidaknyamanan prosedur.Kesimpulan. MII-pH merupakan modalitas yang lebih akurat dibandingkan pH-metri konvensional dan dapat berperan menjadi teknologi diagnostik yang mengubah cara memahami dan mengobati penyakit refluks gastroesofagus pada anak.
Pengetahuan Tenaga Kesehatan Mengenai Diagnosis dan Tata Laksana Hemofilia: Studi Analisis Pra-Pasca Sesi Edukasi pada Delapan Provinsi di Indonesia Chozie, Novie Amelia; Primacakti, Fitri; Sarita, Raisa Cecilia; Gatot, Djajadiman; Abigail, Dina Clarisa Rumora; Atmakusuma, Tubagus Djumhana
Sari Pediatri Vol 27, No 3 (2025)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp27.3.2025.187-92

Abstract

Latar belakang. Tingkat pengetahuan tenaga kesehatan (nakes) memiliki peranan penting dalam diagnosis dan penanganan hemofilia, terutama dokter umum sebagai tenaga kesehatan lini pertama. Maka dari itu, kami mengadakan sesi edukasi untuk nakes mengenai manajemen dan diagnosis hemofilia. Tujuan. Studi ini bertujuan untuk menganalisis dampak sesi edukasi bagi pengetahuan nakes terhadap diagnosis dan tata laksana hemofilia di delapan provinsi di Indonesia.Metode. Studi ini menggunakan desain potong-lintang, deskriptif, analisis data sekunder dari kuesioner terstruktur, yang diisi secara mandiri sebelum (pra) dan sesudah (pasca) sesi edukasi, berisikan pilihan ganda berjumlah 8 soal berkaitan dengan pengetahuan dasar hemofilia untuk menemukan dampak sesi edukasi. Analisis data menggunakan Tes Wilcoxon.Hasil. Total partisipan sesi edukasi berjumlah 1231 dengan 983 mengisi data diri lengkap dan 565 memenuhi kriteria inklusi. Mayoritas dari partisipan yang memenuhi kriteria adalah dokter umum (46,7%) diikuti dokter anak (9,2%), dan dokter penyakit dalam (3,4%). Hasil tes pra dan pasca sesi edukasi dilakukan analisis. Skor median untuk tes pra-sesi adalah 5 (0-8) dan pasca-sesi adalah 7 (3-8). Hasil dari Tes Wilcoxon didapatkan p<0,0001.Kesimpulan. Perbaikan skor setelah sesi edukasi menunjukkan peningkatan pengetahuan yang signifikan pada nakes mengenai hemofilia, yang dapat berkontribusi pada diagnosis dan tata laksana hemofilia di Indonesia.
Evaluasi Terhadap Distorsi dan Ketidakpuasan Citra Tubuh pada Anak Berusia 8-12 Tahun Mayumi, Catherine; Angelina, Angelina; Dharen, Sri
Sari Pediatri Vol 26, No 6 (2025)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp26.6.2025.350-7

Abstract

Latar belakang. Citra tubuh terbentuk sejak usia dini dan berkembang seiring bertambahnya usia anak. Gangguan citra tubuh pada usia anak berdampak pada kesejahteraan serta risiko psikopatologi dan gangguan medis di kemudian hari. Di Indonesia belum banyak dilakukan penelitian mengenai citra tubuh pada dimensi persepsi dan sikap anak usia 8-12 tahun.Tujuan. Melihat gambaran citra tubuh pada anak berusia 8-12 tahun dan faktor-faktor yang memengaruhinya. Metode. Penelitian dengan desain studi potong lintang menggunakan kuesioner Children’s Body Image Scale (CBIS), Rosenberg’s Self Esteem Scale (RSES), kuesioner pengaruh orang tua dan data mengenai berbagai faktor independen terkait citra tubuh. Penelitian dilakukan di Sekolah Dasar (SD) di Kota Tangerang pada bulan Maret hingga Mei 2024. Hasil penelitian diolah menggunakan program Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) 29.Hasil. Dari 225 responden didapatkan prevalensi gangguan citra tubuh berupa distorsi persepsi sebesar 76,44% dan ketidakpuasan sebanyak 64,44%. Berdasarkan uji chi-square didapatkan hubungan signifikan antara citra tubuh dimensi persepsi dengan kepemilikan idola (p=0,039), citra tubuh dimensi sikap dengan jenis kelamin (p<0,001), kepemilikan idola (p=0,002) dan pengaruh orang tua (p=0,016). Kesimpulan. Prevalensi distorsi citra tubuh dan ketidakpuasan terhadap tubuh pada anak usia 8-12 tahun tinggi. Terdapat hubungan signifikan antara citra tubuh dengan jenis kelamin, kepemilikan idola dan pengaruh orang tua.
Analisis Pengaruh Keaktifan Posyandu dan Keanekaragaman Makanan terhadap Status Gizi Balita di Kecamatan Jenawi Pratiwi, Tan Mike; Maulina, Rufidah; Sukamto, Ika Sumiyarsi; Moelyo, Annang Giri
Sari Pediatri Vol 26, No 6 (2025)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp26.6.2025.383-8

Abstract

Latar belakang. Studi Status Gizi Indonesia tahun 2022 menunjukkan angka stunting di Indonesia mencapai 21,6%. Penimbangan rutin Posyandu dapat mencegah terjadinya gizi buruk. Kebutuhan asupan nutrisi dipenuhi dengan makanan yang beragam.Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan keaktifan Posyandu dan keanekaragaman makanan dengan status gizi balita.Metode. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross-sectional. Keanekaragaman makanan diukur dengan Dietary Diversity Score (DDS), kunjungan ke Posyandu didapatkan dari kartu menuju sehat (KMS), sedangkan status gizi didapatkan dari hasil penimbangan. Populasi penelitian meliputi 66 ibu dan balita usia 12-59 bulan di Kecamatan Jenawi. Data dianalisis melalui uji korelasi Rank Spearman dan uji resgresi logistik ordinal dengan nilai alpha 0,05.Hasil. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas balita memiliki status gizi normal. Uji bivariat Rank Spearman menunjukkan terdapat hubungan keaktifan Posyandu dengan status gizi balita (p-value 0,003) dan terdapat hubungan keanekaragaman makanan dengan status gizi balita (p-value 0,002). Uji multivariat menunjukkan keaktifan Posyandu dan keanekaragaman makanan mempengaruhi status gizi balita sebesar 27,8%. Uji rasio odds didapatkan peluang tertinggi status gizi buruk yaitu sebesar 41,6 kali pada balita yang memiliki tingkat keanekaragaman makanan dengan kategori kurang.Kesimpulan. Terdapat hubungan antara keaktifan Posyandu dan keanekaragaman makanan dengan status gizi balita. Tenaga kesehatan disarankan untuk mengevaluasi kegiatan Posyandu serta memberikan penyuluhan pentingnya keanekaragaman makanan bagi balita sesuai dengan ketersediaan bahan pangan lokal.
Lama Pemberian Kortikosteroid dan Perawakan Pendek pada Anak dengan Sindrom Nefrotik Idiopatik di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin Rahmi, Nurul Maulina; Haris, Syafruddin; Andid, Rusdi; Sovira, Sovira; Bakhtiar, Bakhtiar; Herdata, Heru Noviat
Sari Pediatri Vol 26, No 6 (2025)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp26.6.2025.370-4

Abstract

Latar belakang. Sindrom nefrotik idiopatik (SNI) merupakan penyakit ginjal terbanyak pada anak, dengan kortikosteroid sebagai terapi utama. Namun, pemberiannya dalam jangka panjang berpotensi menyebabkan gangguan pertumbuhan, termasuk perawakan pendek.Tujuan. penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan lama pemberian kortikosteroid dengan kejadian perawakan pendek pada pasien SNI di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.Metode. Penelitian ini adalah studi analitik observasional, dengan desain kohort retrospektif, menggunakan data rekam medis 50 pasien anak SNI dari 1-30 mei 2024. Analisis statistik menggunakan uji Mann-Whitney dan kurva ROC untuk menentukan titik potong lama pemberian kortikosteroid. Hasil. Hasil menunjukan 64% anak laki-laki dan 36% anak perempuan. Sebanyak 74% memiliki perawakan normal, sementara 26% perawakan pendek (14% pendek, 12% sangat pendek). Analisis menemukan hubungan signifikan antara lama pemberian kortikosteroid dan perawakan pendek (p=0,029). Pasien yang menerima kortikosteroid >21 bulan berisiko lebih tinggi mengalami perawakan pendek (AUC=0,704; p=0,03; IK95%: 0,537-0,871; sensitivitas 61%, spesifitas 59,5%).Kesimpulan. Pemberian kortikosteroid >21 bulan pada anak dengan SNI berhubungan dengan peningkatan risiko perawakan pendek. Temuan ini menekankan pentingnya pemantauan ketat durasi terapi kortikosteroid untuk meminimalkan dampak pada pertumbuhan linier anak.

Filter by Year

2000 2025


Filter By Issues
All Issue Vol 27, No 3 (2025) Vol 27, No 2 (2025) Vol 27, No 1 (2025) Vol 26, No 6 (2025) Vol 26, No 5 (2025) Vol 26, No 4 (2024) Vol 26, No 3 (2024) Vol 26, No 2 (2024) Vol 26, No 1 (2024) Vol 25, No 6 (2024) Vol 25, No 5 (2024) Vol 25, No 4 (2023) Vol 25, No 3 (2023) Vol 25, No 2 (2023) Vol 25, No 1 (2023) Vol 24, No 6 (2023) Vol 24, No 5 (2023) Vol 24, No 4 (2022) Vol 24, No 3 (2022) Vol 24, No 2 (2022) Vol 24, No 1 (2022) Vol 23, No 6 (2022) Vol 23, No 5 (2022) Vol 23, No 4 (2021) Vol 23, No 3 (2021) Vol 23, No 2 (2021) Vol 23, No 1 (2021) Vol 22, No 6 (2021) Vol 22, No 5 (2021) Vol 22, No 4 (2020) Vol 22, No 3 (2020) Vol 22, No 2 (2020) Vol 22, No 1 (2020) Vol 21, No 6 (2020) Vol 21, No 5 (2020) Vol 21, No 4 (2019) Vol 21, No 3 (2019) Vol 21, No 2 (2019) Vol 21, No 1 (2019) Vol 20, No 6 (2019) Vol 20, No 5 (2019) Vol 20, No 4 (2018) Vol 20, No 3 (2018) Vol 20, No 2 (2018) Vol 20, No 1 (2018) Vol 19, No 6 (2018) Vol 19, No 5 (2018) Vol 19, No 4 (2017) Vol 19, No 3 (2017) Vol 19, No 2 (2017) Vol 19, No 1 (2017) Vol 18, No 6 (2017) Vol 18, No 5 (2017) Vol 18, No 4 (2016) Vol 18, No 3 (2016) Vol 18, No 2 (2016) Vol 18, No 1 (2016) Vol 17, No 6 (2016) Vol 17, No 5 (2016) Vol 17, No 4 (2015) Vol 17, No 3 (2015) Vol 17, No 2 (2015) Vol 17, No 1 (2015) Vol 16, No 6 (2015) Vol 16, No 5 (2015) Vol 16, No 4 (2014) Vol 16, No 3 (2014) Vol 16, No 2 (2014) Vol 16, No 1 (2014) Vol 15, No 6 (2014) Vol 15, No 5 (2014) Vol 15, No 4 (2013) Vol 15, No 3 (2013) Vol 15, No 2 (2013) Vol 15, No 1 (2013) Vol 14, No 6 (2013) Vol 14, No 5 (2013) Vol 14, No 4 (2012) Vol 14, No 3 (2012) Vol 14, No 2 (2012) Vol 14, No 1 (2012) Vol 13, No 6 (2012) Vol 13, No 5 (2012) Vol 13, No 4 (2011) Vol 13, No 3 (2011) Vol 13, No 2 (2011) Vol 13, No 1 (2011) Vol 12, No 6 (2011) Vol 12, No 5 (2011) Vol 12, No 4 (2010) Vol 12, No 3 (2010) Vol 12, No 2 (2010) Vol 12, No 1 (2010) Vol 11, No 6 (2010) Vol 11, No 5 (2010) Vol 11, No 4 (2009) Vol 11, No 3 (2009) Vol 11, No 2 (2009) Vol 11, No 1 (2009) Vol 10, No 6 (2009) Vol 10, No 5 (2009) Vol 10, No 4 (2008) Vol 10, No 3 (2008) Vol 10, No 2 (2008) Vol 10, No 1 (2008) Vol 9, No 6 (2008) Vol 9, No 5 (2008) Vol 9, No 4 (2007) Vol 9, No 3 (2007) Vol 9, No 2 (2007) Vol 9, No 1 (2007) Vol 8, No 4 (2007) Vol 8, No 3 (2006) Vol 8, No 2 (2006) Vol 8, No 1 (2006) Vol 7, No 4 (2006) Vol 7, No 3 (2005) Vol 7, No 2 (2005) Vol 7, No 1 (2005) Vol 6, No 4 (2005) Vol 6, No 3 (2004) Vol 6, No 2 (2004) Vol 6, No 1 (2004) Vol 5, No 4 (2004) Vol 5, No 3 (2003) Vol 5, No 2 (2003) Vol 5, No 1 (2003) Vol 4, No 4 (2003) Vol 4, No 3 (2002) Vol 4, No 2 (2002) Vol 4, No 1 (2002) Vol 3, No 4 (2002) Vol 3, No 3 (2001) Vol 3, No 2 (2001) Vol 3, No 1 (2001) Vol 2, No 4 (2001) Vol 2, No 3 (2000) Vol 2, No 2 (2000) Vol 2, No 1 (2000) More Issue