Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Analisis Suhu Tubuh Dan Jumlah Leukosit Pada Pasien Appendisitis Di RS. Ibnu Sina Makassar Syamsu, Rachmat Faisal; Pramono, Sigit Dwi; Pratama, Andry
Wal'afiat Hospital Journal Vol 1 No 2 (2020): Wal'afiat Hospital Journal
Publisher : Rumah Sakit Ibnu Sina, Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (574.898 KB) | DOI: 10.33096/whj.v1i2.41

Abstract

Appendisitis tetap merupakan salah satu penyakit yang paling umum yang dihadapi oleh ahli bedah dalam praktek. Pengukuran suhu tubuh merupakan salah satu pemeriksaan yang dilakukan pada kasus-kasus dengan kecurigaan appendisitis. Kenaikan suhu tubuh melebihi suhu normal terjadi sebagai tanda adanya infeksi seperti pada appendisitis. Meskipun pemeriksaan dilakukan dengan cermat dan teliti, diagnosis klinis appendisitis masih mungkin salah pada sekitar 15-20% kasus. Pemeriksaan jumlah leukosit membantu menegakkan diagnosis appendisitis. Pada kebanyakan kasus terdapat leukositosis, terlebih pada kasus dengan komplikasi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui analisis suhu tubuh dan jumlah leukosit pasien appendisitis di RS. Ibnu Sina Makassar. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian observasional analitik dengan rancangan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar dengan sampel 113 data rekam medik yang dipilih secara total sampling. Data penelitian ini diperoleh melalui data sekunder dari data rekam medik pasien appendisitis di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar. Hasil penelitian menunjukkan sampel kategori hipotermi dan leukosit normal sebanyak 3 orang (27.3%) sedangkan kategori hipotermi dan leukosit meningkat sebanyak 8 orang (72.7%). Sampel kategori suhu tubuh normal dan leukosit normal sebanyak 20 orang (24.7%) sedangkan kategori suhu tubuh normal dan leukosit meningkat sebanyak 61 orang (75.3%). Sampel kategori suhu tubuh meningkat dan leukosit normal sebanyak 2 orang (9.5%) sedangkan kategori suhu tubuh meningkat dan leukosit meningkat sebanyak 19 orang (90.5%). Hasil análisis menggunakan uji Chi-Square didapatkan nilai signifikan 0.229 (p kurang dari 0.05) yang secara statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan antara suhu tubuh dan jumlah leukosit pada pasien appendisitis. Pada penelitian ini tidak didapatkan hasil yang signifikan antara suhu tubuh dan jumlah leukosit pada pasien appendisitis.
Hubungan Jenis Kelamin, Usia Dan Jumlah Leukosit Pada Pasien Apendisitis Perforasi Dan Apendisitis Non Perforasi Bima, Irmayanti Johar; Syamsu, Rachmat Faisal; Pramono, Sigit Dwi; Purnamasari, Reeny; Juliani, Sri; Nasruddin, Hermiaty; Rizki Salsabilah R, Andi Fatihah
Wal'afiat Hospital Journal Vol 2 No 1 (2021): Wal'afiat Hospital Journal
Publisher : Rumah Sakit Ibnu Sina, Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (557.379 KB) | DOI: 10.33096/whj.v2i1.56

Abstract

Apendisitis adalah salah satu kasus kegawatdaruratan. Diagnosis ditegakkan dengan mengenal gejala penyakit ini sejak dini untuk menghindari perburukan dari apendisitis akut menjadi apendisitis perforasi. Mengetahui hubungan jenis kelamin, usia dan jumlah leukosit dengan pasien apendisitis non perforasi dan pasien apendisitis perforasi di RS.Ibnu Sina Makassar tahun 2014 – 2018. Penelitian ini dengan rancangan penelitian cross sectional yaitu pengambilan sampel total sampling dengan total 125 sampel. Analisis data menggunakan uji chi square dengan p value hubungan jenis kelamin dengan apendisitis : 0.01, hubungan usia dengan apendisitis : 0.02 dan hubungan jumlah leukosit dengan apendisitis : 0.00 menggunakan program SPSS. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar pada bulan September-November 2019. Hasil penelitian menunjukkan sampel apendistis perforasi pada laki-laki 39 orang (65%) sedangkan pada perempuan 21 orang (35%). Hasil análisis menggunakan uji Chi-Square nilai signifikan 0.01 (p kurang dari 0.05) yang secara statistik menunjukkan terdapat hubungan antara suhu tubuh dan jumlah leukosit pada pasien appendisitis Sampel apendisitis perforasi usia 0-11 8 orang (13.3%), pada usia 12-25 18 orang (30%), pada usia 26-45 13 (21.7%) dan pada usia ≥46 21 (35%). Hasil análisis menggunakan uji Chi-Square nilai signifikan 0.02 (p kurang dari 0.05) yang secara statistik menunjukkan terdapat hubungan antara suhu tubuh dan jumlah leukosit pada pasien appendisitis. Sampel apendisitis perforasi dan leukosit kurang dari 11.000 1 orang (1.3%) dan pada ≥11.000 59 orang (98.7%). Hasil análisis menggunakan uji Chi-Square nilai signifikan 0.00 (p kurang dari 0.05) yang secara statistik menunjukkan terdapat hubungan antara suhu tubuh dan jumlah leukosit pada pasien appendisitis. Terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian apendistis perforasi, terdapat hubungan antara usia dengan kejadian apendistis perforasi dan terdapat hubungan antara jumlah leukosit dengan kejadian apendistis perforasi.
The Relationship Between Breastfeeding and The Incidence of Stunting in The Tanrutedong Community Health Center Working Area, Sidrap Regency Rahimah, Nur; Arfah, Arni Isnaini; Darussalam, Andi Husni Esa; Jafar, Muhammad Alfian; Pramono, Sigit Dwi
Jurnal Biologi Tropis Vol. 24 No. 1 (2024): Januari - Maret
Publisher : Biology Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education, University of Mataram, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jbt.v24i1.6626

Abstract

Indonesia is in fourth place with the highest prevalence of stunting in the Southeast Asia region. This study aims to determine the relationship between breastfeeding and the incidence of stunting. stunting. The method used is Observational Analytics with a cross sectional study design. Next, analyze the data using the Chi-Square test via the SPSS application. The research results found a relationship between breastfeeding and the incidence of stunting, namely p = 0.000 < 0.005. Toddlers in the Tanrutedong Community Health Center working area, Sidrap Regency in 2023 who do not receive exclusive breastfeeding are more likely to experience stunting. Further research is needed regarding other variables related to the incidence of stunting among toddlers in the Tanrutedong Community Health Center working area, Sidrap Regency. The consequences of this exploration can be utilized as a kind of perspective for completing routine assessments of youngsters who can possibly encounter hindering.
Hubungan Tingkat Stres dan Pola Makan Terhadap Derajat Acne Vulgaris: The Relationship of Stress Level and Diet to the Degree of Acne Vulgaris Ameliah, Nabila; Vitayani, Sri; Pramono, Sigit Dwi; Yuniarti, Lisa; Iskandar, Darariani
Journal of Aafiyah Health Research (JAHR) Vol. 5 No. 1 (2024): JANUARY-JUNE
Publisher : Postgraduate Program in Public Health, Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52103/jahr.v5i1.1578

Abstract

Abstrak Latar Belakang: Acne Vulgaris adalah kondisi inflamasi umum pada unit polisebasea yang ditandai dengan komedo, papul, pustule, dan nodul. Penyebab acne vulgaris multifactorial, antara lain stres dan pola makan, dan masih banyak lainnya. Stres akan merangsang hipotalamus untuk mengeluarkan hormon androgen yang apabila dikeluarkan dalam jumlah berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan produksi sebum secara berlebih sehingga timbul acne vulgaris. Pola makan yang tidak baik mempengaruhi IGF-1 yang menstimulasi hormone androgen untuk mensekresi sebum dalam jumlah banyak. Dengan ini peneliti bertujuan mengetahui hubungan tingkat stres dan pola makan terhadap derajat acne vulgaris pada mahasiswa fakultas kedokteran universitas muslim Indonesia angkatan 2021. Metode: Metode penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna pada tingkat stres terhadap derajat acne vulgaris p=0,016 (p<0,05), pola konsumsi karbohidrat terhadap derajat acne vulgaris p=0,040 (p<0,05), pola konsumsi protein terhadap derajat acne vulgaris p=0,027 (p<0,05), pola konsumsi lemak terhadap derajat acne vulgaris p=0,021 (p<0,05). Namun tidak terdapat hubungan yang bermakna pola konsumsi sayuran terhadap derajat acne vulgaris p=0,316 (p<0,05) dan pola konsumsi buahan terhadap derajat acne vulgaris p=0,140 (p<0,05). Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signifikan diantara tingkat stres, pola konsumsi karbohidrat, protein, lemak terhadap derajat acne vulgaris. Abstract Background: Acne Vulgaris is a common inflammatory condition of the polysebaceous unit characterized by comedones, papules, pustules, and nodules. The causes of acne vulgaris are multifactorial, including stress and diet, and many others. Stress will stimulate the hypothalamus to release androgen hormones which, if released in excessive amounts, cause excessive sebum production to increase, resulting in acne vulgaris. Poor diet affects IGF-1 which stimulates the androgen hormone to secrete sebum in large quantities. With this, the researcher aims to determine the relationship between stress levels and diet to the degree of acne vulgaris in medical faculty students at the Indonesian Muslim University class of 2021. Method: This research method is analytical with a cross sectional approach. Result: The results showed that there was a significant relationship between the level of stress and the degree of acne vulgaris p=0.016 (p<0.05), the pattern of carbohydrate consumption on the degree of acne vulgaris p=0.040 (p<0.05), the pattern of protein consumption on the degree of acne vulgaris p=0.027 (p<0.05), fat consumption patterns on the degree of acne vulgaris p=0.021 (p<0.05). However, there was no significant relationship between vegetable consumption patterns and the degree of acne vulgaris, p=0.316 (p<0.05) and fruit consumption patterns with the degree of acne vulgaris, p=0.140 (p<0.05). Conclusion: There is a significant relationship between stress levels, consumption patterns of carbohydrates, protein, fat and the degree of acne vulgaris.
Analisis Suhu Tubuh Dan Jumlah Leukosit Pada Pasien Appendisitis Di RS. Ibnu Sina Makassar Syamsu, Rachmat Faisal; Pramono, Sigit Dwi; Pratama, Andry
Wal'afiat Hospital Journal Vol 1 No 2 (2020): Wal'afiat Hospital Journal
Publisher : Rumah Sakit Ibnu Sina, Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (574.898 KB) | DOI: 10.33096/whj.v1i2.41

Abstract

Appendisitis tetap merupakan salah satu penyakit yang paling umum yang dihadapi oleh ahli bedah dalam praktek. Pengukuran suhu tubuh merupakan salah satu pemeriksaan yang dilakukan pada kasus-kasus dengan kecurigaan appendisitis. Kenaikan suhu tubuh melebihi suhu normal terjadi sebagai tanda adanya infeksi seperti pada appendisitis. Meskipun pemeriksaan dilakukan dengan cermat dan teliti, diagnosis klinis appendisitis masih mungkin salah pada sekitar 15-20% kasus. Pemeriksaan jumlah leukosit membantu menegakkan diagnosis appendisitis. Pada kebanyakan kasus terdapat leukositosis, terlebih pada kasus dengan komplikasi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui analisis suhu tubuh dan jumlah leukosit pasien appendisitis di RS. Ibnu Sina Makassar. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian observasional analitik dengan rancangan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar dengan sampel 113 data rekam medik yang dipilih secara total sampling. Data penelitian ini diperoleh melalui data sekunder dari data rekam medik pasien appendisitis di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar. Hasil penelitian menunjukkan sampel kategori hipotermi dan leukosit normal sebanyak 3 orang (27.3%) sedangkan kategori hipotermi dan leukosit meningkat sebanyak 8 orang (72.7%). Sampel kategori suhu tubuh normal dan leukosit normal sebanyak 20 orang (24.7%) sedangkan kategori suhu tubuh normal dan leukosit meningkat sebanyak 61 orang (75.3%). Sampel kategori suhu tubuh meningkat dan leukosit normal sebanyak 2 orang (9.5%) sedangkan kategori suhu tubuh meningkat dan leukosit meningkat sebanyak 19 orang (90.5%). Hasil análisis menggunakan uji Chi-Square didapatkan nilai signifikan 0.229 (p kurang dari 0.05) yang secara statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan antara suhu tubuh dan jumlah leukosit pada pasien appendisitis. Pada penelitian ini tidak didapatkan hasil yang signifikan antara suhu tubuh dan jumlah leukosit pada pasien appendisitis.
Hubungan Jenis Kelamin, Usia Dan Jumlah Leukosit Pada Pasien Apendisitis Perforasi Dan Apendisitis Non Perforasi Bima, Irmayanti Johar; Syamsu, Rachmat Faisal; Pramono, Sigit Dwi; Purnamasari, Reeny; Juliani, Sri; Nasruddin, Hermiaty; Rizki Salsabilah R, Andi Fatihah
Wal'afiat Hospital Journal Vol 2 No 1 (2021): Wal'afiat Hospital Journal
Publisher : Rumah Sakit Ibnu Sina, Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (557.379 KB) | DOI: 10.33096/whj.v2i1.56

Abstract

Apendisitis adalah salah satu kasus kegawatdaruratan. Diagnosis ditegakkan dengan mengenal gejala penyakit ini sejak dini untuk menghindari perburukan dari apendisitis akut menjadi apendisitis perforasi. Mengetahui hubungan jenis kelamin, usia dan jumlah leukosit dengan pasien apendisitis non perforasi dan pasien apendisitis perforasi di RS.Ibnu Sina Makassar tahun 2014 – 2018. Penelitian ini dengan rancangan penelitian cross sectional yaitu pengambilan sampel total sampling dengan total 125 sampel. Analisis data menggunakan uji chi square dengan p value hubungan jenis kelamin dengan apendisitis : 0.01, hubungan usia dengan apendisitis : 0.02 dan hubungan jumlah leukosit dengan apendisitis : 0.00 menggunakan program SPSS. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar pada bulan September-November 2019. Hasil penelitian menunjukkan sampel apendistis perforasi pada laki-laki 39 orang (65%) sedangkan pada perempuan 21 orang (35%). Hasil análisis menggunakan uji Chi-Square nilai signifikan 0.01 (p kurang dari 0.05) yang secara statistik menunjukkan terdapat hubungan antara suhu tubuh dan jumlah leukosit pada pasien appendisitis Sampel apendisitis perforasi usia 0-11 8 orang (13.3%), pada usia 12-25 18 orang (30%), pada usia 26-45 13 (21.7%) dan pada usia ≥46 21 (35%). Hasil análisis menggunakan uji Chi-Square nilai signifikan 0.02 (p kurang dari 0.05) yang secara statistik menunjukkan terdapat hubungan antara suhu tubuh dan jumlah leukosit pada pasien appendisitis. Sampel apendisitis perforasi dan leukosit kurang dari 11.000 1 orang (1.3%) dan pada ≥11.000 59 orang (98.7%). Hasil análisis menggunakan uji Chi-Square nilai signifikan 0.00 (p kurang dari 0.05) yang secara statistik menunjukkan terdapat hubungan antara suhu tubuh dan jumlah leukosit pada pasien appendisitis. Terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian apendistis perforasi, terdapat hubungan antara usia dengan kejadian apendistis perforasi dan terdapat hubungan antara jumlah leukosit dengan kejadian apendistis perforasi.
Analisis Perbandingan Virgin Coconut Oil (VCO) dan Extra Virgin Olive Oil (Evoo) terhadap Kadar Glukosa Darah pada Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Obesitas Hiperglikemik Umar, Uni Numero Risky; Bamahry, Aryanti R.; Namirah, Hanna Aulia; Safitri, Asrini; Pramono, Sigit Dwi
MAHESA : Malahayati Health Student Journal Vol 5, No 11 (2025): Volume 5 Nomor 11 (2025)
Publisher : Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mahesa.v5i11.19698

Abstract

ABSTRACT Hyperglycemia is a condition where blood sugar levels exceed normal, often the first sign of insulin resistance and type 2 diabetes mellitus. Obesity, as one of the main causes of diabetes, is increasing globally and is becoming a significant risk factor. VCO is known to contain medium-chain fatty acids and antioxidant compounds such as tocopherols and tocotrienols, while EVOO is rich in phenolic compounds that have anti-inflammatory and antioxidant properties. Both oils are thought to have the potential to improve hyperglycemia conditions through antioxidant effects and improved pancreatic beta cell function. To determine the effects of VCO and EVOO on blood glucose levels in hyperglycemic obese white rats (Rattus norvegicus) based on a research study. This study is a type of true experimental pre and post control research using 24 wistar strain white rats (Rattus norvegicus) which were divided into 4 groups, namely negative control group 1, negative control group 2, VCO group and EVOO group. In the negative control group 1, negative 2 and VCO, there were no significant changes in blood glucose levels before and after the intervention. Whereas, the group given EVOO had a significant decrease in blood glucose levels after the intervention. In One-Way ANOVA test, the difference was significant after intervention for 7 and 14 days. A higher reduction in blood glucose levels was found in the EVOO group compared to the VCO group and the control group, indicating that EVOO is more effective in reducing blood glucose levels in hyperglycemic obese white rats. Giving Extra Virgin Olive Oil (EVOO) is more effective than Virgin Coconut Oil (VCO) in reducing blood glucose levels in hyperglycemic obese white rats. Keywords: Virgin Coconut Oil, Extra Virgin Olive Oil, Hyperglycemia, Obesity, White Rats.  ABSTRAK Hiperglikemia merupakan kondisi kadar gula darah yang melebihi normal, sering kali menjadi tanda awal resistensi insulin dan diabetes melitus tipe 2. Obesitas, sebagai salah satu penyebab utama diabetes, semakin meningkat secara global dan menjadi faktor risiko signifikan. VCO dikenal memiliki kandungan asam lemak rantai sedang serta senyawa antioksidan seperti tokoferol dan tokotrienol, sementara EVOO kaya akan senyawa fenolik yang memiliki sifat anti-inflamasi dan antioksidan. Kedua minyak ini diduga berpotensi memperbaiki kondisi hiperglikemia melalui efek antioksidan dan peningkatan fungsi sel beta pankreas. Untuk mengetahui efek pemberian dari VCO dan EVOO terhadap kadar glukosa darah pada tikus putih (Rattus norvegicus) Obesitas hiperglikemi berdasarkan studi penelitian.Penelitian ini merupakan jenis penelitian true experimental pre and post control dengan menggunakan hewan coba tikus putih galur wistar (Rattus norvegicus) sebanyak 24 ekor yang dibagi ke dalam 4 kelompok yaitu kelompok kontrol negatif 1, kelompok kontrol negatif 2, kelompok VCO dan kelompok EVOO. Pada kelompok kontrol negatif 1, negatif 2 dan VCO, tidak terdapat perubahan signifikan pada kadar glukosa darah sebelum dan sesudah intervensi. Sedangkan, kelompok yang diberikan EVOO terdapat penurunan kadar glukosa darah yang signifikan setelah intervensi. Pada uji One-Way ANOVA perbedaan signifikan setelah intervensi selama 7 dan 14 hari. Penurunan kadar glukosa darah lebih tinggi ditemukan pada kelompok EVOO dibandingkan kelompok VCO maupun kelompok kontrol, menunjukkan bahwa EVOO lebih efektif dalam menurunkan kadar glukosa darah pada tikus putih obesitas hiperglikemik. Pemberian Extra Virgin Olive Oil (EVOO) lebih efektif dibandingkan Virgin Coconut Oil (VCO) dalam menurunkan kadar glukosa darah pada tikus putih obesitas hiperglikemik. Kata Kunci:  Virgin Coconut Oil, Extra Virgin Olive Oil, Hiperglikemia, Obesitas, Tikus Putih.
PEMANFAATAN MCK SEBAGAI SALAH SATU UPAYA PENINGKATAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) WARGA RT 04/01 DESA SADENG Sutoyo, Edi; Pramono, Sigit Dwi; ., Sulha; Pawesti, Khoiriah Widia
Abdi Dosen : Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat Vol. 3 No. 3 (2019): SEPTEMBER
Publisher : LPPM Univ. Ibn Khaldun Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (552.169 KB)

Abstract

Pembangunan prasarana sanitasi di kampung sadeng dimaksudkan untuk memenuhikebutuhan masyarakat yang belum mendapatkan akses MCK yang layak. Kurang memadainya prasarana lingkungan pada suatu kawasan atau lingkungan hunian dapatmenimbulkan permasalahan seperti buruknya kualitas lingkungan permukiman di daerahtersebut, karena pada dasarnya keberadaan prasarana lingkungan merupakan kebutuhan yangpaling penting yang secara langsung maupun tidak langsung berimplikasi/berpengaruhterhadap kesehatan dan kesejahteraan manusia. Hasil penelitian ini adalah: Pertama,masyarakat di desa Sadeng dalam melakukan aktivitas MCK sudah terbiasa, bahkan telahmenjadi budaya keseharian masyarakat. Mayoritas dari masyarakat di kampung ini tidakmemiliki sarana MCK yang memadai, faktor ekonomi dan sosial-budaya sangat berperanpenting dalam membentuk pola prilaku tersebut. Tradisi ini sudah membudaya bagimasyarakat setempat. Kedua, dampak dari pemanfaatan tampat pemandian umum (kobak)sebagai sarana dalam melakukan aktivitas MCK sangat berpotensi untuk menyebabkanberbagai penyakit kulit seperti panu, kudis, gatal-gatal dan kutu air. Melalui penelitian inipenulis berharap pemerintah lebih memperhatikan sarana dan prasarana dalam mendukungpola hidup sehat serta perlu adanya usaha-usaha dari Dinas Kesehatan yang bekerjasamadengan instansi terkait untuk mengadakan penyuluhan terhadap pentingnya pola hidup bersih,sehat, dan nyaman, dengan tetap mempertimbangkan kondisi dan kemampuan masyarakatyang ada, sehingga masyarakat yang ada di kampung sadeng dapat memiliki kualitas hidupyang jauh lebih sehat