Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

MANAJEMEN PEMELIHARAAN DAN PEMBERIAN PAKAN TERNAK SAPI ACEH DI KECAMATAN PANTAN CUACA, KABUPATEN GAYO LUES Makmur, Ali; Ridhana, Fita; AlKautsar, AlKautsar; Azhari, Azhari; Riandi, Lian Varis
Jurnal Peternakan (Jurnal of Animal Science) Vol 9, No 1 (2025): JURNAL PETERNAKAN (JURNAL OF ANIMAL SCIENCE)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/jas.v9i1.18097

Abstract

Perkembangan peternakan di Indonesia secara umum masih memprihatinkan. Sebagian besar produksi daging sapi di Indonesia  hampir seluruhnya diperoleh dari peternakan rakyat (78%), sisanya dari impor. Penelitian bertujuan untuk mengetahui manajemen pemeliharaan dan pakan ternak sapi Aceh di Kecamatan Pantan Cuaca Kabupaten Gayo Lues. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei yang terdiri dari data primer dan data sekunder, peenentuan responden berdasarkan purposive sampling yaitu memilih lokasi yeng memiliki petrnak sapi Aceh terbanyak. Data primer diperoleh langsung di ambil dari lapangan melalui wawancara dengan setiap peternak sapi Aceh, sedangkan data sekunder didapat dari instansi-instansi yang terkait. Data yang diperoleh kemudian diolah dan disajikan dalam bentuk tabel dan deskripsi . Hasil penelitian yang telah dilaksanakan yaitu jumlah ternak sapi yang dipelihara adalah sapi Aceh. Manajemen pemeliharaan dan pemberian pakan yang diterapkan peternak masih belum tepat dan belum memenuhi standar dalam pemeliharaan yang benar sedangkan untuk memenuhi kebutuhan pakan. Rataan (68%) peternak pemielihara ternaknya secara semi intensif sehingga jumlah pakan yang diberikan belum memenuhi kebutuhan, untuk intensif ternak diberi pakan berupa konsentrat, serta frekuensi dan cara pemberian pakan yang sudah tepat. Hasil penelitian menunjukkan masyarakat peternak sapi Aceh belum menerapkan manajemen pemeliharaan dan pemberian pakan yang baik terhadap ternak sapi Aceh.
Isolation and identification of pathogenic bacteria isolated from aceh cattle liver infected by Fasciola gigantica based on microbiological and biochemical assay Sari, S.Si, M.Si, Wahyu Eka; Zamzami, Rumi Sahara; Hambal, Muhammad; Ferasyi, Teuku Reza; Qomariah, Annisa Nurul; Riandi, Lian Varis; Muttaqien, Muttaqien; Zulkifli, Baidillah
The International Journal of Tropical Veterinary and Biomedical Research Vol 9, No 2 (2024): Vol. 9 (2) November 2024
Publisher : The Faculty of Veterinary Medicine of Syiah Kuala University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/ijtvbr.v9i2.43996

Abstract

Fasciolosis is a disease caused by fluke infestation Fasciola gigantica and Fasciola hepatica. Usually, these flukes infect ruminants such as cattle, goats, sheep and wildlife. Infestation F. gigantica can cause a decrease in the immune response, so that livestock become more susceptible to infection with other microorganisms. The emergence of microorganisms such as bacteria can cause foodborne disease for those who consume liver infestation by F. gigantica. This study aims to see the presence of pathogenic bacteria in the liver of cattle infestation by F. gigantica. Isolation of bacteria present in beef liver was conducted by culturing it on culture media such as blood agar media. Blood agar media can be used to determine pathogenic bacteria. Pathogenic properties of bacteria are seen based on the ability of bacteria to hemolyze blood on blood agar media. Based on the results of the hemolysis test on blood agar media, four colonies were found that were potentially pathogenic, namely alpha hemolysis (isolate S2-A) and beta hemolysis (isolate S1.1-A, S2-B, and S3-A). Furthermore, the results of bacterial identification were based on morphological observations and Gram staining tests as well as biochemical tests and spore staining, isolate S2-A identified as bacteria Staphylococcus sp., while isolates S1.1-A, S2-B, and S3-A were identified as bacteria Bacillus sp. Thus, it can be concluded that in the liver of cattle infestation by F. gigantica, bacteria are found that have the potential to be opportunistic pathogens.
Screening of Bioactive Compounds of Gambir leaf (Uncaria gambir Roxb) as Antibiofilm Againts the Glucosyltransferase of Streptococus mutans Enzyme Khalid, Idham; Sari, Dea Kurnia; Bakri, Muttaqien; Daniel, Daniel; Frengki, Frengki; Makmur, Ali; Riandi, Lian Varis; Ferdian, Riyan; Amiruddin, Amiruddin
Jurnal Medika Veterinaria Vol 18, No 2 (2024): J. Med.Vet
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/j.med.vet..v18i2.43265

Abstract

The use of natural ingredients in dental care, such as manginang which has become part of the Minang community culture, is considered an alternative dental care that must be created to overcome the negative impacts of dental care made from artificial materials. The core of this study is to change the manginang tradition towards logical verification through screening of bioactive compounds of gambir leaves (Uncaria gambir Roxb.) as antibiofilms against Streptococcus mutans. This study was conducted using an in silico strategy approach with the help of computer programs such as MOE v.09 and Chimera 1.13.1, as well as the Way2Drug site, protein information bank, and protox_ii. This study began with the collection of ligand information from the writing, followed by transformation into 2D and 3D designs. Other antibiofilm actions were decided using the QSAR procedure through the website (http://www.way2drug.com/PASSOnline/predict.php). The selected antibiofilm compounds were then followed by observing their affinity for the receptor (pdb id. 3AIB) using an atomic docking strategy. Finally, the ligand damage profile was observed to anticipate. The results of this study indicate that of the 41 identified gambir leaf compounds, there are 20 compounds that have the potential to have antibiofilm effects with quinnic acid having the highest score (Pa 0.703), while the compound with the strongest affinity for the receptor is chlorogenic acid with an affinity score (Gbinding) of -16.03 kcal/mol and an average of low toxicity (level IV-VI). However, of the 20 bioactive compounds of gambir leaves, only 5 compounds are predicted to have the same potential as the -maltose control.
PELATIHAN TEKNIK BEDAH OVARIOHISTERECTOMI (OH) PADA KUCING BETINA YANG EFEKTIF KEPADA DOKTER HEWAN PRAKTISI DI KABUPATEN ACEH TENGAH Khalid, Idham; Riandi, Lian Varis; Ferdian, Ryan; Daniel, Daniel; Ruhghea, Sara; Malina, Khaira; Kumahara, Wien
Peternakan Abdi Masyarakat (PETAMAS) Vol 4, No 2 (2024): Vol 4, No 2 (2024): Volume 4, Nomor 2, Desember 2024
Publisher : Departemen of Animal Science, Agriculture Faculty, Syiah Kuala University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/petamas.v4i2.44055

Abstract

Pelatihan teknik bedah ovariohisterektomi (OH) merupakan salah satu bentuk pengabdian masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi dokter hewan praktisi di Kabupaten Aceh Tengah. Kegiatan ini dilatarbelakangi oleh pentingnya pengendalian populasi kucing liar yang berdampak pada kesehatan hewan dan masyarakat. Tujuan dari pelatihan ini adalah memberikan pemahaman teoretis dan keterampilan praktis dalam melakukan bedah OH yang efektif, aman, dan minim risiko komplikasi. Metode pelaksanaan meliputi sesi teori, demonstrasi bedah, dan praktik langsung dengan pendampingan instruktur. Hasil kegiatan menunjukkan peningkatan signifikan dalam pemahaman peserta terkait anatomi reproduksi, teknik asepsis, serta prosedur operatif. Kesimpulan dari kegiatan ini adalah pelatihan bedah OH efektif dalam meningkatkan kemampuan dokter hewan praktisi sehingga dapat diaplikasikan dalam pelayanan klinis sehari-hari.
PENINGKATAN KETRAMPILAN MAHASISWA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK DAN KOTORAN TERNAK UNTUK MEWUJUDKAN GREEN CAMPUS DI KAMPUS PSDKU KABUPATEN GAYO LUES Makmur, Ali; Ulfa, Rasyida; Sari, Rahayu Eka; Pani, Mario; Ridhana, Fita; Ilham, Ilham; khalid, Idham; Riandi, Lian Varis; Alkautsar, Alkautsar; Jalaluddin, Muhammad; Novita, Andi
Peternakan Abdi Masyarakat (PETAMAS) Vol 5, No 1 (2025): Volume 5, Nomor 1, Juni 2025
Publisher : Departemen of Animal Science, Agriculture Faculty, Syiah Kuala University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/petamas.v5i1.44761

Abstract

AbstractThe activity of managing organic waste as a manifestation of achieving a Green Campus is one of the efforts to create a better environment that can benefit the community, especially those living near the campus area. Effective Microorganisms (EM-4) is a mixture of beneficial microorganisms used to improve soil quality, accelerate waste decomposition, reduce environmental pollution, and enhance plant growth. Many plants on campus have suboptimal growth, requiring fertilization. Therefore, it is necessary to engage the campus community, especially students, to produce organic fertilizer by utilizing waste from the campus environment, cafeteria, as well as organic leaf and pine litter waste, so it can be used as compost. More than 95,24% of respondents have never participated in training on compost production. Further training is needed to ensure the target audience better understands waste management.Kegiatan pengelolaan sampah organik merupakan perwujudan untuk menuju Green Campus merupakan salah satu kegiatan untuk mewujudkan terciptanya lingkungan yang baik dan dapat dimanfaatkan bagi masyarakat terutama masyarakat yang dekat dengan areal kampus.Effective Microorganisms (EM-4) adalah campuran mikroorganisme yang bermanfaat yang digunakan untuk meningkatkan kualitas tanah mempercepat penguraian sampah, mengurangi polusi lingkungan dan meningkatkan pertumbuhan tanaman Banyak tanaman yang ada dikampus yang kurang optimal pertumbuhan sehingga perlu pemupukan. Untuk itu perlu mengajak masyarakat kampus khususnya mahasiswa untuk membuat pupuk organik dengan memanfaatkan sampah yang ada di lingkungan kampus atau kantin, kotoran ternak dan sampah organik daun kayu dan seresah pinus sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kompos. Lebih 95,24% responden yang tidak pernah mengikuti dalam pelatihan tentang pembuatan kompos. Perlu pelatihan lebih lanjut sehingga sasaran lebih paham terhadap pengelolaan sampah tersebut.
MANAJEMEN PEMELIHARAAN DAN PEMBERIAN PAKAN TERNAK SAPI ACEH DI KECAMATAN PANTAN CUACA, KABUPATEN GAYO LUES Makmur, Ali; Ridhana, Fita; AlKautsar, AlKautsar; Azhari, Azhari; Riandi, Lian Varis
Jurnal Peternakan (Jurnal of Animal Science) Vol 9, No 1 (2025): JURNAL PETERNAKAN (JURNAL OF ANIMAL SCIENCE)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/jas.v9i1.18097

Abstract

ABSTRAK. Perkembangan peternakan di Indonesia secara umum masih memprihatinkan. Sebagian besar produksi daging sapi di Indonesia hampir seluruhnya diperoleh dari peternakan rakyat (78%), sisanya dari impor. Penelitian bertujuan untuk mengetahui manajemen pemeliharaan dan pakan ternak sapi Aceh di Kecamatan Pantan Cuaca Kabupaten Gayo Lues. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei yang terdiri dari data primer dan data sekunder, peenentuan responden berdasarkan purposive sampling yaitu memilih lokasi yeng memiliki petrnak sapi Aceh terbanyak. Data primer diperoleh langsung di ambil dari lapangan melalui wawancara dengan setiap peternak sapi Aceh, sedangkan data sekunder didapat dari instansi-instansi yang terkait. Data yang diperoleh kemudian diolah dan disajikan dalam bentuk tabel dan deskripsi . Hasil penelitian yang telah dilaksanakan yaitu jumlah ternak sapi yang dipelihara adalah sapi Aceh. Manajemen pemeliharaan dan pemberian pakan yang diterapkan peternak masih belum tepat dan belum memenuhi standar dalam pemeliharaan yang benar sedangkan untuk memenuhi kebutuhan pakan. Rataan (68%) peternak pemielihara ternaknya secara semi intensif sehingga jumlah pakan yang diberikan belum memenuhi kebutuhan, untuk intensif ternak diberi pakan berupa konsentrat, serta frekuensi dan cara pemberian pakan yang sudah tepat. Hasil penelitian menunjukkan masyarakat peternak sapi Aceh belum menerapkan manajemen pemeliharaan dan pemberian pakan yang baik terhadap ternak sapi Aceh.ABSTRACT. The development of livestock farming in Indonesia is generally concerning. Most of the beef production in Indonesia is almost entirely obtained from smallholder farms (78%), with the remainder coming from imports. The study aims to examine the management of husbandry and feed for Aceh cattle in Pantan Cuaca District, Gayo Lues Regency. The research method used is a survey method that includes primary and secondary data, with respondent selection based on purposive sampling, which means choosing locations with the highest number of Aceh cattle farmers. Primary data is directly collected from the field through interviews with each Aceh cattle farmer, while secondary data is obtained from related institutions. The data collected is then processed and presented in the form of tables and descriptions. The results of the study show that the number of cattle being raised is Aceh cattle. The management of husbandry and feed provided by farmers is still inadequate and does not meet the proper standards for husbandry and feed requirements. On average (68%) of the farmers manage their cattle semi-intensively, so the amount of feed provided does not meet the needs; in contrast, in intensive systems, cattle are given concentrate feed, with proper frequency and methods of feed provision. The study indicates that Aceh cattle farmers have not yet implemented good management practices for husbandry and feeding of Aceh cattle. 
Antibacterial Activity of Tamarind Leaf-Based Shampoo Against Staphylococcus aureus and Pseudomonas aeruginosa, Candida albicans, and Malesezia globose Sari, Wahyu Eka; Sadri, Hidayatus; Hasanah, Lailatul; Yona, Safetri; Triyuliani, Ririn; Maghfirah, Aura; Frengki, Frengki; Riandi, Lian Varis; Riady, Ginta
Jurnal Medika Veterinaria Vol 17, No 2 (2023): J.Med.Vet
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/j.med.vet..v17i2.35271

Abstract

Skin and feather diseases are common in cats. The main causative agents of these diseases are bacteria and fungi, including Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, Candida albicans, and Malassezia globosa fungi which are one of the fungi that play a role in the formation of dandruff. Preventive measures that can be carried out are grooming or bathing cats using special shampoos. The use of natural-based shampoos is an alternative to reduce the side effects of using chemical-based shampoos. Like herbal shampoo from tamarind leaf extract. The samples used in the study were tamarind leaves and isolates of S. aureus and P. aeruginosa, C. albicans and M. globosa. This research used completely randomized design (CRD) model with three treatment groups (2% and 20% for extract, tamarind leaf extract shampoo) for antibacterial test. Positive controls consisted of vancomycin 30 mg for S. aureus, and gentamicin 10 mg for P. aeruginosa, and distilled water as negative control. For antifungal test, there were three different concentrations (16%, 8%, and 4%), tamarind leaf extract shampoo, one positive control (zinc pyrithione 1%) and one negative control (distilled water) with two replications. Data was analyzed by measuring the inhibition zone formed. The results of the inhibition zone on S. aureus were 6.03 mm (2%) and 13.48 mm (20%), and for tamarind leaf extract shampoo was 9.54 mm, categorized as weak. For P. aeruginosa, the inhibition zone was 6.61 for 2%, and 19.78 for 20% (categorized as strong), tamarind leaf extract shampoo was 10.23 mm (weak category. For C. albicans, inhibition zone formed at a concentration of 4% was 6 mm, 8% was 6 mm, 16% was 6 mm, and tamarind leaf extract shampoo was 6 mm, (weak category). For M. globosa at a concentration of 4% was 0 mm, 8% was 6 mm, 16% was 6 mm, and tamarind leaf extract shampoo was 12.32 mm (strong category). It can be concluded that the ethanolic extract of tamarind leaf had inhibition activity on the growth of S. aureus, P. aeruginosa, C. albicans, and M. globosa.
EVALUASI KONFLIK MASYARAKAT DENGAN SATWA LIAR DI DESA TONGRA KECAMATAN TERAGUN KABUPATEN GAYO LUES Makmur, Ali; Riandi, Lian Varis; Siregar, Astri Winda; Armanda, Fahmy
JURNAL HUTAN PULAU-PULAU KECIL Vol 8 No 1 (2024): JHPPK
Publisher : Program Studi Manajemen Hutan, Pascasarjana Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/jhppk.v8i1.12867

Abstract

Konflik manusia dan satwaliar merupakan permasalahan kompleks berhubungan dengan keselamatan manusia tetapi juga satwa itu sendiri. Penelitian telah dilakukan di Desa Tongra kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), sehingga masyarakat berpotensi melakukan kegiatan perambahan bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dengan memperluas lahan garapan khususnya sektor perkebunan dan peternakan. Oleh karena itu diperlukan penelitian untuk mendapatkan data penyebab terjadinya konflik antara masyarakat dengan satwa liar, bagaimana mitigasi terhadap konflik tersebut dan karakteristik masyarakat Desa Tongra Kabupaten Gayo Lues. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode observasi dan wawancara baik secara langsung maupun tidak langsung. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hampir semua masyarakat mengalami konflik dengan satwa liar. Penyebab terjadi konflik antara masyarakat dengan satwa liar akibat perambahan untuk memperluas kebun, kuranganya pakan satwa liar di dalam hutan pada musim tertentu, hasil perkebunan masyarakat dapat menjadi pakan kesukaan atau palatabilitas bagi satwa liar, berubahnya kebiasaan mencari makan di dalam hutan dari satwa liar akibat aktivitas memberi makan oleh manusia yang melintasi jalan negara tembus ke Kabupaten Aceh Barat Daya termasuk salah satu kawasan TNGL. Masyarakat berpendapat bahwa kerusakan akibat satwa liar tersebut mengakibatkan kurangnya hasil panen, mengalami kerugian bahkan sebagian masyarakat gagal panen. Upaya penanggulangan dan pencegahan yang dilakukan masyarakat untuk mencegah terjadinya konflik adalah mengusir satwa liar kembali ke habitatnya dengan membuat Membuat bunyi-bunyian dari drum bekas, membakar petasan api, menyediakan anjing galak sebagai penjaga, mebuat pagar pembatas untuk memberi efek jera terhadap satwa liar agar tidak kembali lagi menganggu tanaman masyarakat.
Egg laying behavior of Aedes aegypti and Aedes albopictus mosquitoes in various containers in Gampong Kopelma Darussalam, Syiah Kuala District Athaillah, Farida; Riandi, Lian Varis; Winaruddin, Winaruddin; Zainuddin, Zainuddin; Usrina, Nora; Putri, Rahmi Eka
The International Journal of Tropical Veterinary and Biomedical Research Vol 9, No 1 (2024): Vol. 9 (1) May 2024
Publisher : The Faculty of Veterinary Medicine of Syiah Kuala University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/ijtvbr.v9i1.40248

Abstract

This study aims to determine the influence of egg laying behavior on containers on the density of Aedes aegypti and Aedes albopictus mosquito larvae in Gampong Kopelma Darussalam, Syiah Kuala District. Sampling was conducted using a simple random sampling technique by surveying larvae in containers from 100 houses. This was followed by the identification of mosquito larval species, and the data were analyzed using entomological indices and Chi-Square tests. Based on the calculation of the entomological index in Gampong Kopelma Darussalam, Syiah Kuala District obtained the values of the House Index, Container Index, and Breteau Index for containers outside the house are 15%, 28.3%, and 17% and the values of House Index, Container Index and Breteau Index for containers in the house are 26%, 13.1%, and 29% so that it can be categorized that the density of Aedes aegypti and Aedes albopictus mosquito larvae in Gampong Kopelma Darussalam, Syiah Kuala District is moderate. The results showed that Aedes aegypti was found to be more than 85.1% compared to Aedes albopictus 14.9%. The analysis results showed a relationship between the type, location, material, size, and color of the container with the presence of Aedes aegypti mosquito larvae in contrast to Aedes albopictus mosquito larvae which showed a relationship with the type, location, and material of the container. The results indicated that Aedes aegypti mosquito larvae were predominantly found in containers inside the house, whereas Aedes albopictus mosquito larvae were more frequently found in containers outside the house.