Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

Sistem Perakaran dan Karakter Agronomis Beberapa Genotipe Padi (Oryza sativa L.) pada Kondisi Budidaya Aerob Usman Efendi; Mario Pani
Jurnal Agrotek Lestari Vol 8, No 2 (2022): Oktober
Publisher : Universitas Teuku Umar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35308/jal.v8i2.5943

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini terkait dengan budidaya organik aerob. Sistem budidaya aerob memiliki kelebihan pada akar tanaman yang dapat menyebabkan akar tanaman mendapatkan lebih banyak oksigen sehingga perkembangannya menjadi lebih baik, pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik dan memberikan hasil yang optimal. budidaya aerobik membutuhkan lebih sedikit air di tingkat lapangan daripada beras konvensional. Sistem aerobik juga paling cocok untuk padi gogo atau padi tadah hujan yang membutuhkan air yang relatif lebih sedikit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem akar dan karakter agronomi beberapa genotipe padi dalam kondisi budidaya aerobik. Penelitian ini tidak menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan non faktorial yang diteliti terdiri dari 16 genotipe padi yang dibudidayakan organik. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa budidaya padi aerob secara organik berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman saat panen, berat 1000 butir dan indeks hasil. Namun, berpengaruh tidak nyata terhadap berat gabah berisi dan hampa.
KEBERADAAN PENYAKIT KARAT DAUN (Hemileia vastatrix B. ET BR.) PADA KETINGGIAN TEMPAT BERBEDA Mario Pani; Rahayu Eka Sari
Agros Journal of Agriculture Science Vol 25, No 1 (2023): edisi JANUARI
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Janabadra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37159/jpa.v25i1.2496

Abstract

Salah satu organisme pengganggu tanaman yang sering menyerang pertanaman kopi adalah Hemileia vastatrix. Patogen ini dikenal sebagai penyebab penyakit Karat daun kopi. H. vastatrix menjadi patogen utama bagi tanaman kopi, sebab serangan jamur ini pada pertanaman kopi dapat menimbulkan kerugian yang berarti. Tinggi rendahnya serangan patogen ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menginvestigasi keberadaan penyakit karat daun kopi pada lahan tanaman kopi dengan ketinggian tempat yang berbeda. Penelitian ini dilaksanakan di perkebunan kopi arabika di Kecamatan Silih Nara, Celala, dan Bies. Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh, Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kejadian penyakit dan intensitas penyakit tidak berbeda nyata pada ketinggian tempat berbeda. Tingkat kejadian penyakit tertinggi berdasarkan ketinggian tempat yaitu 51% dan terendah 41%. Sedangkan pengaruh ketinggian tempat terhadap tingkat intensitas penyakit tidak terlalu tinggi antara semua sub ketinggian. Intensitas tertinggi terdapat pada sub ketinggian 1.100-1300 dpl yaitu 10,88% dan terendah pada sub ketinggian 1.300-1.500 dpl yaitu 8,69%. Secara keseluruhan perbedaan tingkat keparahan penyakit tertinggi dapat dilihat pada pengamatan pertama dan mengalami penurunan pada pengamatan terakhir. Tingkat kejadian penyakit dan intensitas penyakit pada pengamatan masih tergolong rendah, akan tetapi perlu adanya antisipasi terhadap potensi serangan patogen H.vastatrix yang lebih parah akibat dampak dari perubahan iklim secara global.
Sosialisasi dan Edukasi Perlindungan Keanekaragaman Hayati Ekosistem Leuser Pada Siswa Sma N 1 Blangkejeren Kabupaten Gayo Lues Ali Makmur; Astri Winda Siregar; Ashabul Anhar; Misdi Misdi; Rahayu Eka Sari; Mario Pani
Repong Damar: Jurnal Pengabdian Kehutanan dan Lingkungan Vol 2, No 2 (2023): November
Publisher : Magister of Forestry,Department of Forestry, Faculty of Agriculture, University of Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/rdj.v2i2.7791

Abstract

Hutan merupakan salah satu bagian terpenting dari kehidupan makhluk hidup yang harus di lindungi dan dilestarikan untuk keberlangsungan seluruh makhluk hidup karena tanpa hutan kemungkinan cuaca yang atsri dan sejuk tidak dapat dirasakan kembali, bahkan dari adanya peningkatan kerusakan hutan akan menimbulkan banyak masalah dan dapat merugikan banyak pihak terutama dari berbagai jenis bencana banjir, longsor. Perbaikan penjagaan dan tatakelola informasi kepada generasi milenial terutama siswa yaitu memberi pengetahuan tentang edukasi perlindungan keanekaragaman hayati ekosistem leuser. Metode dalam pelaksanaan kegiatan yaitu menampilkan power point terkait sejaraha dan definisi ekosistem leuser, perlindungan keanekaragaman hayati seperti flora dan fauna dan 4 satwa kunci yang ada di kawasan ekosistem leuser. Peserta juga diberikan pengetahuan terkait cara untuk mendapatkan dan mendaftar sebagai beserta beasiswa baik itu kurang mampu maupun jalur prestasi . Kegiatan ini didampingi dewan guru setempat, disamping hal tersebut dalam kegiatan ini berjalan dengan kooperatif baik dari dewan guru dan maupun semua siswa yang sangat antusias dengan rasa keingintahuan mereka yang tercermin saat sosialisasi berlangsung yang bertujuan membangun edukasi penjagaan keberlangsungan hidup anak cucu dimasa yang akan datang dengan cara menjaga keanekaraman hayati hutan.
KARAKTERISTIK BENIH DAN PERKECAMBAHAN PEPAYA (Carica pepaya L.) Muhammad Husaini Assauwab; Mario Pani
Agros Journal of Agriculture Science Vol 25, No 4 (2023): edisi Oktober
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Janabadra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37159/jpa.v25i4.3780

Abstract

Papaya (Carica pepaya) is a crucial tropical plant in Indonesian agriculture. Research conducted at the Seed Technology Laboratory of the Universitas Gunung Leuser Aceh revealed variations in the characteristics of papaya seeds, including the number of seeds that varies based on fruit size and seed arrangement. This study provides in-depth insights into the characteristics of papaya seeds and the influencing factors on germination, aiming to enhance seed quality and the optimal growth of papaya plants. Seed color reflects maturity and physiological status, featuring an elongated and egg-shaped form with flattened cotyledons. The germination process is influenced by environmental factors such as temperature, light, pH, oxygen, and soil moisture, with optimal humidity being a key factor for successful germination. The implications encompass a positive contribution to the development of cultivation techniques and sustainable management of papaya plants. Understanding the characteristics of papaya seeds and germination is expected to facilitate the design of more efficient cultivation practices, positively contributing to the growth and competitiveness of papaya plants. This research serves as a foundation for the development of effective seed technology to achieve sustainable plant growth. Keywords: Development, Papaya, Imbibition, Morphology, Seed INTISARIPepaya (Carica papaya L.) merupakan tanaman tropis yang penting dalam pertanian Indonesia. Penelitian di Laboratorium Teknologi Benih Universitas Gunung Leuser Aceh mengungkapkan variasi karakteristik biji pepaya, termasuk jumlah biji yang bervariasi berdasarkan ukuran buah dan tipe letak biji. Penelitian ini memberikan wawasan mendalam terhadap karakteristik benih pepaya dan faktor-faktor yang memengaruhi perkecambahan, bertujuan meningkatkan kualitas benih dan pertumbuhan tanaman pepaya secara optimal. Warna biji mencerminkan tingkat kematangan dan fisiologis, dengan bentuk memanjang dan bulat telur serta kotiledon pipih. Proses perkecambahan dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti suhu, cahaya, pH, oksigen, dan kelembaban tanah, dengan kelembapan sebagai kunci sukses perkecambahan. Implikasinya mencakup kontribusi positif dalam pengembangan teknik budidaya dan pengelolaan tanaman pepaya secara berkelanjutan. Dengan memahami karakteristik benih dan perkecambahan pepaya, diharapkan dapat merancang praktik budidaya yang lebih efisien dan memberikan kontribusi positif pada pertumbuhan dan daya saing tanaman pepaya. Penelitian ini menjadi landasan bagi pengembangan teknologi benih yang efektif guna mencapai pertumbuhan tanaman yang sukses secara berkelanjutan. Kata Kunci: Perkembangan, Kates, Imbibisi, Morfologi, Biji
PENDUGAAN PARAMETER GENETIK KETAHANAN BEBERAPA GENOTIPE TANAMAN PEPAYA TERHADAP HAMA KUTU PUTIH Fitri Wahyuni; Mario Pani; Rahayu Eka Sari
Agros Journal of Agriculture Science Vol 26, No 1 (2024): Edisi APRIL
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Janabadra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37159/jpa.v26i1.4464

Abstract

This study aims to obtain information on genetic parameters and the best level of resistance of several papaya genotypes to mealybugs (Paracoccus marginatus) using the choice test method. This research was conducted in Cot Cut Village, Aceh Besar District, from April to July, 2022. Data analysis used a completely randomized design (CRD) non-factorial pattern with plant genotypes as treatments. Each genotype was repeated 3 times with 3 samples per replication. The seeds of papaya genotypes used amounted to 99 seeds from 11 genotypes, the genotypes used were Dapina (USK7), Carisya (USK1), Calina (USK4), Carmida (USK6), 3 genotypes from the cross USK7 X USK4, USK1 X USK7, USK7 X USK6, and 4 local Acehnese genotypes from Saree. Data analysis used Analysis of Variance (ANOVA), then continued with the Least Significance Test at the 5% level. The results showed that there were genotypes with resistant category on mealybugs pest USK1XUSK7, USK1 with each attack intensity value of 23.01%, 24.62%, the lowest number of ovisacs was found in the genotype of the cross SK1XUSK7 with an average number of 3.00 ovisacs. The heritability value with high category was found in the character of plant height. There is a very significant correlation in the character of papaya plant resistance, namely the intensity of attack with the number of ovicides with a very significant positive value of 0.80. Keywords: genetic parameters; mealybug; papaya genotypes; resistance INTISARIPenelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai parameter genetik dan tingkat ketahanan terbaik tanaman pepaya terhadap hama kutu putih (Paracoccus marginatus) menggunakan metode choice test (dengan pilihan). Penelitian dilakukan di Desa Cot Cut, Kabupaten Aceh Besar, pada April sampai Juli 2022. Analisis data menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola non faktorial dengan genotipe tanaman sebagai perlakuan. Masing-masing genotipe diulang sebanyak 3 kali dengan 3 sampel tiap ulangan. Benih genotipe pepaya yang digunakan berjumlah 99 benih dari 11 genotipe, genotype yang digunakan yaitu Dapina (USK7), Carisya (USK1), Calina (USK4), Carmida (USK6), 3 genotipe hasil persilangannya USK7 X USK4, USK1 X USK7, USK7 X USK6, dan 4 genotipe lokal Aceh yang berasal dari Saree. Analisis data menggunakan analisis Varians (ANOVA), kemudian dilanjutkan dengan Uji Signifikansi Terkecil pada tingkat 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat genotipe dengan kategori tahan terhadap hama kutu putih USK1XUSK7, USK1 dengan masing-masing nilai intensitas serangan 23,01%, 24,62%, jumlah ovisak terendah dijumpai pada genotipe hasil persilangan SK1XUSK7 dengan jumlah rata-rata sebanyak 3,00 ovisak. Adapun nilai heritabilitas dengan kategori tinggi dijumpai pada karakter tinggi tanaman. Terdapat korelasi yang signifikan sangat nyata pada karakter ketahanan tanaman pepaya yaitu intensitas serangan dengan  jumlah ovisak dengan nilai positif sangat nyata 0,80. Kata kunci: genotipe papaya; hama kutu putih; ketahanan; parameter genetik
Efektivitas Ekstrak Daun Kangkung (Ipomoea aquatica Forsk.) sebagai Fungisida Nabati untuk Mengendalikan Jamur Colletotrichum capsici pada Buah Cabai Pani, Mario; Efendi, Usman
JURNAL AGROPLASMA Vol 9, No 1 (2022): AGROPLASMA VOL 9 NO 1
Publisher : UNIVERSITAS LABUHANBATU

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36987/agroplasma.v9i1.2740

Abstract

One obstacle in increasing the production of chili is the number of attacks Plant Pest Organisms (OPT), which can cause a loss both in quantity and quality. So necessary to control in order to minimize the risks. This study aims to determine the effectiveness of the spinach leaf extract in controlling anthracnose (Colletotrichum capsici) in the chilies. The experimental design used in this study is completely randomized design (CRD) pattern of non factorial consisting of 4 treatments and 4 replications for each treatment  in-vitro and in-vivo, so that for each in-vitro and in-vivo obtained 16 experimental units. The treatment is tested in this study consisted of 4 levels kale extract ie, 5%, 10%, 15% and 20%. In-vitro, the results showed that the leaf extract can inhibit the growth kale C.capsici colony diameter. Diameter lows seen in 20% extract treatment treatment is 28 mm. Meanwhile, in-vivo experiments showed that the mean diameter observations on the highest spot 7 HSA present in 5% of treatment of 7.8 mm and 7 mm at the lowest concentration of 20%. For the percentage of disease incidence and intensity of the disease show the results were not significantly different. It was concluded that the spinach leaf extract has not been able to control anthracnose in pepper fruit which is caused by C.capsici. Keywords: Extract, Vegetable, Colletotrichum capsici, Fruit chili.
Konsumsi Jagung Manis Sebagai Sumber Pangan Alternatif Syarat Gizi Pencegah Stunting Pada Balita di Desa Kampung Jawa Blangkejeren Gayo Lues Mario Pani; Rahayu Eka Sari; Ali Makmur; Anuar Ramut; Joharsah Joharsah; Habibul Akram
MENGABDI : Jurnal Hasil Kegiatan Bersama Masyarakat Vol. 2 No. 3 (2024): Juni : MENGABDI : Jurnal Hasil Kegiatan Bersama Masyarakat
Publisher : Asosiasi Riset Ekonomi dan Akuntansi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61132/mengabdi.v2i3.610

Abstract

One of the consequences of poor nutritional management in toddlers is stunting. One nutritious alternative food to prevent stunting at a relatively cheaper price is sweet corn. Sweet corn is increasingly popular and widely consumed because it has a sweeter taste than regular corn (Kartika, 2019). Siswono (2004 in Surtinah, 2013) reported that the sugar content of the master sweet variety is 16 – 18%, close to the sugar content of cane, namely 19%. Sweet corn contains 96 cal Energy, 3.5 g Protein, 1.0 g Fat, 22.8 g Carbohydrates, 3.0 mg Calcium, 111 mg Phosphorus, 0.7 mg Iron, Vitamin A 400 SI, Vitamin B 0, 15 mg, Vitamin C 12.0 mg, and water 72.7 g Iskandar, 2006). This service activity was carried out at the Kampung Jawa Village Hall, Blangkejeren District, Gayo Lues Regency. The parties involved in this activity were lecturers from the Agrotechnology and Forestry study program, PSDKU Gayo Lues, Faculty of Agriculture, Syiah Kuala University as resource persons, as well as the Agrotechnology and Animal Husbandry study program, Faculty of Agriculture, Gunung Leuser University, Aceh Kutacane, village midwives as partners, village heads as facilitators and the village community. Javanese Village as a participant. Survey of activity locations, socialization of service activities, implementation of service activities, evaluation of service activities. The conclusions from this activity are: 1. Regarding the causes, characteristics, dangers and prevention of stunting by related parties, this is one of the first steps in efforts to improve the nutrition of pregnant women and toddlers in the Kampung Jawa Village community. 2. Sweet corn is an alternative food source that can be consumed by pregnant women and toddlers to prevent stunting. 3. This activity attracts the attention of mothers participating in socialization and Posyandu in Kampung Jawa Village and can increase their knowledge about preventing and handling stunting.
PENDUGAAN PARAMETER GENETIK KETAHANAN BEBERAPA GENOTIPE TANAMAN PEPAYA (Carica papaya L.) TERHADAP HAMA KUTU PUTIH (Paracoccus marginatus) mario pani; Fitri wahyuni; Rahayu Eka Sari
Agros Journal of Agriculture Science Vol 26, No 1 (2024): Edisi APRIL
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Janabadra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37159/jpa.v26i1.4214

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai parameter genetik dan tingkat ketahanan terbaik tanaman pepaya terhadap hama kutu putih (Paracoccus marginatus) menggunakan metode choice test (dengan pilihan). Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cot Cut, Kabupaten Aceh Besar, pada Februari sampai dengan Juni. Analisis data menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola non faktorial dengan genotipe tanaman sebagai perlakuan. Masing-masing genotipe diulang sebanyak 3 kali dengan 3 sampel tiap ulangan. Benih genotipe pepaya yang digunakan berjumlah 99 benih dari 11 genotipe, genotype yang digunakan yaitu Dapina (USK7),  Carisya (USK1), Calina (USK4), Carmida (USK6), 3 genotipe hasil persilangannya USK7 X USK4, USK1 X USK7, USK7 X USK6, dan 4 genotipe lokal Aceh yang berasal dari Saree. Analisis data menggunakan analisis Varians (ANOVA), kemudian dilanjutkan dengan Uji Signifikansi Terkecil pada tingkat 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat genotipe dengan kategori tahan terhadap hama kutu putih USK1XUSK7, USK1 dengan masing-masing nilai intensitas serangan 23,01%, 24,62%, jumlah ovisak terendah dijumpai pada genotipe hasil persilangan SK1XUSK7 dengan jumlah rata-rata sebanyak 3,00 ovisak. Adapun nilai heritabilitas dengan kategori tinggi dijumpai pada karakter tinggi tanaman. Terdapat korelasi yang signifikan sangat nyata pada karakter ketahanan tanaman pepaya yaitu intensitas serangan dengan  jumlah ovisak dengan nilai positif sangat nyata 0,80.Kata Kunci: genotipe pepaya, ketahanan, hama kutu putih, parameter genetik.
Youth Empowerment Through Papaya Cultivation with Agribusiness Innovation for Economic Independence Muhammad Husaini Assauwab; Mario Pani; Mega Wati
Journal of Community Service and Rural Development Vol. 2 No. 1 (2025)
Publisher : Business Finence Analyst Co.,

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This community service activity aims to empower the youth of Tanjung Aman Village, Darul Hasanah District, Southeast Aceh Regency through papaya cultivation as an agribusiness innovation that supports economic independence. This topic was chosen due to the low participation of youth in the agricultural sector due to a lack of understanding of the promising potential of agribusiness. The methods used included counselling, hands-on training, and assistance in managing papaya cultivation. Evaluation was conducted quantitatively and qualitatively to measure improvements in knowledge, skills, and youth participation. The results showed an 80% increase in understanding of cultivation techniques, 75% increase in practical application on personal land, and 25% increase in land productivity. This activity also encouraged economic independence with 60% of participants having developed agribusiness business plans. These results show that the practice-based training approach is effective in improving youth competence in agriculture, so it can be a sustainable empowerment model in rural areas.
KARAKTERISTIK GULMA AKIBAT VARIASI DOSIS HERBISIDA OXYFLUORFEN DI PERTANAMAN KEDELAI Ramut, Anuar; Untari, Yulis; Pani, Mario; Abdi, Zeni
Agros Journal of Agriculture Science Vol 26, No 4 (2024): Edisi Oktober
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Janabadra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37159/jpa.v26i4.4836

Abstract

The success factor of weed control using pre-emergent herbicides, in addition to being determined by the active ingredient, is also determined by the herbicide dose. This study aims to obtain a dose of oxyfluorfen herbicide to control weeds in soybean fields. The doses used were: 0; 400; 800; and 1.200 g a.i ha-1. The design used was a non-factorial Randomized Block Design with 3 replications.  The observed variables were: percentage of weed control, percentage of weed cover and weed dry weight. The results showed that herbicide doses of 400 – 1.200 g a.i ha-1 can increase the percentage of weed control, reduce the percentage of weed cover and reduce weed dry weight.