Claim Missing Document
Check
Articles

Eksplorasi Penerapan Strategi Pengendalian Malaria Berbasis Konsep One Health Antara Dua Wilayah yang Sudah Berstatus Eliminasi dan Belum Eliminasi di Provinsi Aceh Marhaban Marhaban; Teuku Reza Ferasyi; Asnawi Abdullah
Jurnal Bioleuser Vol 2, No 3 (2018): Desember 2018
Publisher : Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, University of Syiah Ku

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1082.83 KB) | DOI: 10.24815/jobioleuser.v2i3.14961

Abstract

Eliminasi malaria telah menjadi program nasional dan dilaksanakan secara bertahap. Di Provinsi Aceh sendiri Kota Sabang merupakan salah satu Kota yang sudah tereliminasi malaria, sementara Kabupaten lain masih banyak yang belum bebas malaria diantaranya adalah Kabupaten Aceh Jaya. Model pendekatan komprehensif dalam eliminasi malaria yang terdiri dari tiga komponen, yaitu komponen kebijakan, implementasi program pengendalian malaria dan peran kader malaria desa punya peran besar dalam eliminasi malaria. Upaya lain yang diyakini mampu menjadi strategi akselerasi eliminasi malaria adalah dengan pendekatan one health. Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan desain kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner. seluruh penanggung jawab program malaria yaitu dokter dan perawat di Puskesmas dalam wilayah Kota Sabang dan Kabupaten Aceh Jaya yaitu masing-masing 30 orang. Sementara itu dalam penelitian ini seluruh populasi dijadikan sampel (total sampling). Analisis data menggunakan uji tindependen untuk analisis bivariat.Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem pengamatan kasus (surveilans) malaria di Kota Sabang sudah baik (80%) di Kabupaten Aceh Jaya kurang baik (63,3%), upaya promosi kesehatan dalam eliminasi malariaberbasis one health di Kota Sabangbaik (73,3%) di Kabupaten Aceh Jaya terdistribusi rata baik dan kurang baik(50,0%), penggerakkan dan pemberdayakan masyarakat dalam pengendalian malaria di Kota Sabang sudah baik (90,0%) di Kabupaten Aceh jaya juga baik (76,7%), akses masyarakat terhadap pelayanan pengendalian baik di Kota sabang baik (86,7%) di Kabupaten Aceh Jaya juga baik (60,0%), faktor risiko lingkungan di Kota Sabang dan Kabupaten Aceh Jaya sudah baik (90,0%); (56,7%), komitmen pemerintah dalam pengendalian malaria di Kota Sabang sudah baik (80%) sementara di Kabupaten Aceh Jaya terdistribusi rata baik dan kurang baik(50,0%),dan pembiayaan dalam pengendalian malaria di Kota Sabang tersedia(66,7%) dan di Kabupaten Aceh Jaya juga tersedia (63,3%). Terdapat perbedaan Strategi pengendalian malaria berbasis konsep one health antara dua wilayah yang sudah berstatus eliminasi dan belum eliminasi di provinsi Aceh pada variabel surveilans dan pemberdayaan masyarakat (p0,05).
Microbial contamination on beef trade in wet markets of Lambaro, Sigli, and Meureudu, Aceh Province, Indonesia . Razali; . Nurliana; Teuku Reza Ferasyi
Proceedings of The Annual International Conference, Syiah Kuala University - Life Sciences & Engineering Chapter Vol 3, No 1 (2013): Life Sciences
Publisher : Syiah Kuala University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (101.39 KB)

Abstract

Food animal origin such as beef is one of the basic needs for our society. Some cases of disease caused by microbial contaminated livestock product have been reported in Indonesia. It means that food safety has to obtain serious attention. Someefforts byobservationandexamination ofthe number ofmicrobial contaminationon beefin three wet marketswere considered important to assessthe extent ofmicrobial contamination compared with thethresholdset by theIndonesiangovernment throughthe NationalStandards. The results ofbeef sample examinationand assessmentby theVeterinary PublicHealth Laboratoryof the Faculty of Veterinary Medicine of Syiah Kuala University on thenumber ofmicrobial contamination of Total Plate Count (TPC) from the wet markets ofLambaro(Aceh BesarDistrict), the Sigli(PidieDistrict), and Meureudu(PidieJaya District) showed thatmicrobial contaminationis belowthe threshold setSNI-3932-2008. In general, the results showed that the qualityof food productsof animal origin,particularly beeffrom wet marketsinthreedistricts,have levels of contamination that arestill reasonable. Nevertheless,goodhygiene andsanitationsupervisionofpre-productionto distributionandcirculation of supervision should be maintained.
HUBUNGAN KEPADATAN PERMUKIMAN DENGAN LUAS PERMUKIMAN TERHADAP SEBARAN DEMAM BERDARAH DENGUE Marlena Marlena; Rinidar Rinidar; Muhammad Rusdi; Farida Farida; Teuku Reza Ferasyi; Nurliana Nurliana
Jurnal Sain Veteriner Vol 38, No 2 (2020): Agustus
Publisher : Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan PB PDHI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jsv.47774

Abstract

Kota Banda Aceh merupakan daerah endemis penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Kasus DBD di Banda Aceh selalu fluktuatif dari tahun ke tahun sehingga perlu dianalisis hubungan lingkungan terhadap sebaran DBD. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan kepadatan permukiman dengan luas permukiman terhadap sebaran demam berdarah dengue (DBD) di Kota Banda Aceh. Penelitian ini menggunakan metode interpretasi visual dan overlay dengan menggunakan rancangan penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif dilakukan dengan metode survei berdasarkan studi cross-sectional. Survei dilakukan terhadap kepadatan permukinan dan dikaitkan dengan kejadian demam berdarah dengue (DBD) secara spasial. Jenis data yang digunakan adalah data primer diperoleh melalui observasi langsung menggunakan alat Global Positioning System (GPS) untuk melihat sebaran DBD dan data interpretasi citra penginderaan jauh untuk melihat pola kepadatan permukiman. Sedangkan data skunder dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Banda Aceh dan Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh. Jumlah sampel adalah seluruh penderita DBD tahun 2017 berjumlah 236 orang yang tersebar di Kota Banda Aceh. Data di analisis menggunakan ArcGIS dan diolah secara statistik menggunakan Chi-Square. Daerah kepadatan permukiman jarang sebesar 46,7% memiliki 3 titik kasus DBD katagori tinggi, daerah kepadatan permukiman sedang sebesar 34,4% memiliki 7 titik kasus DBD katagori tinggi dan daerah kepadatan permukiman padat sebesar 18.9% memiliki 5 titik kasus DBD katagori tinggi. Hasil uji statistik memperlihatkan nilai P>0,05, artinya tidak ada hubungan kepadatan permukiman dengan kejadian kasus DBD di Kota Banda Aceh.Tidak terdapat hubungan kepadatan permukiman dengan luas permukiman terhadap sebaran demam berdarah dengue (DBD) di Kota Banda Aceh.
Survei Prevalensi Ektoparasit pada Populasi Anjing Pemburu (Canis Lupus familiaris) di Kecamatan Jagong Jeget Kabupaten Aceh Tengah Alan Kurniyawan; Teuku Reza Ferasyi; Muhammad Hanafiah
Jurnal Sain Veteriner Vol 39, No 2 (2021): Agustus
Publisher : Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan PB PDHI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jsv.69090

Abstract

Abstract Dogs are one of the domestic animals that are much loved by humans as pets because of their relatively easy maintenance. The existence of dogs is becoming popular among the public, because for some people, dogs are kept as friends, guards, hunters, scouts or drug trackers.. On the other hand, to maintain their good body condition, then need to control their health.. One of the parameters for dog health disorders is the presence of ectoparasites in their body. This study was aimed to determine the prevalence of ectoparasites of hunting dogs that are kept in Jagong Jeget District, Central Aceh Regency. Research activities have been carried out from November 2019 to February 2020. The samples used in this study were 30 hunting dog samples that owned by the member of PORBI in Jagong Jeget subdistrict by manual ectoparasites examination. The Analysis of results were conducted descriptively. The results showed that the prevalence of ectoparasites in hunting dogs in Jagong Jeget District was 83.3%. In detail, this result comprised of the prevalence of ectoparasites of the Ctenocephalides canis group at 80%, followed by Rhipicephalus sanguineus and Boophilus sp. with a prevalence of 16.6% and Trichodectes canis with a prevalence of 3.3%. We concluded that there was ectoparasitic infection in hunting dogs that were kept in Jagong Jeget District and hunting dog maintenance management in Jagong Jeget District was still classified as poor.Abstrak Anjing merupakan salah satu hewan domestik yang banyak digemari manusia sebagai hewan kesayangan karena pemeliharaannya yang relatif mudah. Keberadaan anjing sangat populer dikalangan masyarakat tertentu, karena bagi mereka, anjing dipelihara sebagai teman, penjaga, pemburu, pengintai atau pelacak narkoba. Disisi lain, untuk menjaga kondisinya tetap stabil sesuai kebutuhan pemeliharaannya, maka kesehatannya perlu dirawat dengan baik. Salah satu parameter gangguan kesehatan anjing adalah keberadaan ektoparasit dalam tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi pada ektoparasit pada anjing pemburu yang di pelihara di Kecamatan Jagong Jeget Kabupaten Aceh Tengah. Kegiatan penelitian telah dilaksanakan dari bulan November 2019 sampai bulan Februari 2020. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30 sampel anjing pemburu yang diperiksa dari pemilik anjing pemburu anggota PORBI dari Kecamatan Jagong Jeget dengan pemeriksaan ektoparasit secara makroskopis. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa prevalensi ektoparasit pada anjing pemburu yang di pelihara di Kecamatan Jagong Jeget adalah 83.3%. Secara rinci ektoparasit dari kelompok kelompok Ctenocephalides canis yaitu 80%. diikuti oleh Rhipicephalus sanguineus dan Boophilus sp. dengan prevalensi 16.6% dan Trichodectes canis dengan prevalensi 3.3%. Dapat disimpulan bahwa terdapat infeksi ektoparasit pada anjing pemburu yang dipelihara di Kecamatan Jagong Jeget dengan tingkat infestasi yang tergolong tinggi
AN INDICATION OF AFRICAN CATFISH’S (CLARIAS GARIEPINUS) BEHAVIORAL CHANGES AS A RESPONSE FOR INCREASED SEISMIC ACTIVITY Teuku Reza Ferasyi; Mustafa Sabri; Hamdani Hamdani; Azhari Azhari; Amiruddin Amiruddin; Erwin Erwin; Wolfgang Straka; Robert Faber
Jurnal Natural Volume 13, Number 1, March 2013
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (555.87 KB)

Abstract

This report was aimed to describe the behavioral changes of catfish as observed before two different earthquakes hit the Province of Aceh, Indonesia in year of 2012. A number of 5 African’s catfish (Clarias gariepinus) were placed in an aquarium located in Gapang, Sukakarya Sub-district of Sabang Town, Aceh. Their behavior activities were observed manually at three different times (08.00 AM, 01.00 PM, and 05.00 PM) every day from 1st March up to 11th April 2012. The result of observation showed that the activity of catfish was different between all of them from 1st March 2012 up to morning observation on 11th April 2012. Most of those activities was not showed as very active behavior. However, their behavior was very active in the same pattern when observed at noon and afternoon times on 11 April 2012. On this date, there were two consecutive earthquakes happened at magnitude of 8 Richter Scale at 03.38 PM and 05.43 PM. The epicenter of this earthquake was in Simeulue, with the distance of more and less of 390 km from observation station of catfish in Gapang. It was noted that this abnormal behavior possibly showed as an indication of their ability to detect the increase of pre-seismic activity at 2.38 hours and 43 minutes before the two earthquakes. Perhaps, it is the result of their response to the increase of pre-seismic electromagnetic wave. Further continuous observation and research is needed to ensure the role of African’s catfish (Clarias gariepinus) as abio-sensor for the increase of seismic activity.
POTENSI SUSPENSI DAN EKSTRAK DAUN KATUK SEBAGAI ANTELMINTIK TERHADAP NEMATODA GASTROINTESTINAL PADA TERNAK KAMBING Razali R; Azhari A; Andi Novita; Teuku Reza Ferasyi; Ridwan R; Ari Munandar
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 8, No 2 (2014): September
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (56.837 KB) | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v8i2.2630

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui potensi ekstrak air dan ekstrak etanol daun katuk (Sauropus androgynus) sebagai antelmintik dalam mengurangi jumlah nematoda gastrointestinal pada ternak kambing. Dalam penelitian ini digunakan 15 ekor kambing kacang jantan lokal berumur 1 tahun dengan bobot badan awal 12,6±1,15 kg. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap dengan 3 perlakuan dan 5 ulangan. Ketiga perlakuan tersebut adalah P0 (kontrol) hanya diberi akuades; P1, diberikan ekstrak air daun katuk sebanyak 7,44 g/hari; dan P2, diberikan ekstrak etanol daun katuk sejumlah 1,89 g/hari. Perlakuan diberikan per oral sebanyak 2 kali sehari selama 40 hari. Makanan kambing berupa hijauan diberikan 2 kali sehari, sedangkan air minum diberikan ad libitum. Data berat badan dan jumlah nematoda dalam feses dihitung pada hari ke-0, 10, 20, 30, dan 40 pascaperlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak air dan ekstrak etanol daun katuk menurunkan jumlah telur nematoda gastrointestinal pada kambing secara signifikan (P
SUPLEMEN BUNGKIL INTI SAWIT TEPUNG DAUN KATUK BERPOTENSI MENINGKATKAN KUALITAS SPERMATOZOA PADA KAMBING PERANAKAN ETTAWA Muslim Akmal; Teuku Reza Ferasyi; Hamdani Budiman; Razali R; Azhari A; Anwar A; Fitra Aji Pamungkas; Saddat Nasution; T. Armansyah; Muhammad Hambal; Syafruddin S; Arman Sayuti
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 8, No 2 (2014): September
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (177.641 KB) | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v8i2.2638

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian suplemen bungkil inti sawit (BIS), tepung daun katuk (KAT), dan kombinasi bungkil inti sawit dan tepung daun katuk (BISKAT) terhadap peningkatan kualitas spermatozoa kambing jantan peranakan Ettawa (PE). Dalam penelitian ini digunakan 20 ekor kambing jantan PE, berumur 1,5 tahun dengan berat badan antara 15 -20 kg dan dibagi atas empat kelompok yakni P0, P1, P2, dan P3 yang masing-masing diberi akuades, BIS 100 g/hari/ekor, kombinasi BIS 100 g/hari/ekor dan KAT 15 g/hari/ekor, dan KAT 15 g/hari/ekor. Pemberian perlakuan dilakukan selama 35 hari. Pada hari ke-36 dilakukan kastrasi dan selanjutnya dilakukan pemeriksaan kualitas spermatozoa yang meliputi motilitas, viabilitas, integritas membran, dan abnormalitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian suplemen kombinasi BISKAT dapat meningkatkan motilitas, viabilitas, integritas membran, dan menurunkan abnormalitas spermatozoa dibanding kelompok kontrol. Disimpulkan bahwa pemberian suplemen kombinasi BISKAT berpotensi meningkatkan kualitas spermatozoa kambing PE.
Gambaran Histologis Tubulus Seminiferus Kambing Kacang Jantan Lokal Pascapemberian Suplemen Daun Katuk Teuku Reza Ferasyi; Hamdani Budiman; Muslim Akmal; Juli Melia; Razali R; Andi Novita; Rina Aulia Barus; Agik Suprayogi
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 8, No 1 (2014): March
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (146.915 KB) | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v8i1.1261

Abstract

Penelitian ini mengetahui pengaruh pemberian tepung atau ekstrak alkohol daun katuk terhadap perubahan histologis testis kambing kacang lokal jantan. Dalam penelitian ini digunakan 15 ekor kambing dengan umur sekitar 1,5 tahun. Semua hewan penelitian terlebih dahulu diaklimatisasi selama 2 minggu terhadap lingkungan penelitian. Hewan-hewan tersebut dibagi menjadi 3 kelompok yang masing-masing terdiri atas 5 ekor kambing. Kelompok P0 (kontrol) telah hanya diberikan air distilasi. Pada kelompok P1, diberikan perlakuan berupa suplementasi tepung daun katuk dan untuk kelompok P2 diberikan ekstrak alkohol daun katuk. Semua perlakuan diberikan secara oral sebanyak dua kali per hari (pada pagi dan sore hari) selama 35 hari berturut-turut. Setiap kambing percobaan diberikan pakan yang terdiri atas daun-daunan dan rumput, serta disediakan akses untuk memperoleh air minum secara ad libitum. Pada akhir waktu penelitian, seluruh hewan dikastrasi dan bagian tubulus seminiferus dari testis diambil dan diproses lebih lanjut untuk evaluasi secara histologis. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat indikasi peningkatan produksi spermatid dan spermatosit pada Kelompok P1 dan P2. Dengan demikian disimpulkan bahwa pemberian suplemen daun katuk dapat meningkatkan produksi spermatid dan spermatosit kambing kacang lokal jantan.
Association of Infestation of Gastrointestinal Nematode With Altitudes of Location of Cattle Raising in Two Different Districts in Aceh Province Zulfikar Zulfikar; Sayed Umar; Teuku Reza Ferasyi; Maruf Tafsin
The International Journal of Tropical Veterinary and Biomedical Research Vol 3, No 1 (2018): Vol. 3 (1) May 2018
Publisher : The Faculty of Veterinary Medicine of Syiah Kuala University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (218.348 KB) | DOI: 10.21157/ijtvbr.v3i1.11371

Abstract

This study was aimed to measure the prevalence and the association of altitude of location of raising to the risk of infestation of gastrointestinal nematode in cattle. The study was conducted using cross sectional approach. A purposive sampling method was used to select the location of study (subdistricts and villages) in the two Districts. The inclusion criteria for the lowland were the location with altitude 200 m above sea level and the subdistricts (villages) of North Aceh District. The exclusion criteria for lowland was the location 200 m above sea level. Then, the inclusion criteria for the highland were the location with altitude 200 m above sea level and the subdistricts (villages) of Central Aceh District. The exclusion criteria for lowland was the location 200 m above sea level. A random sampling was used for selection of cattle for collecting faecal sample in two locations of study. A total number of 201 cattle, both male and female, were obtained for taking faecal sample from the two Districts. Faecal sample was examined for the existence of eggs of gastrointestinal nematode. The examination was conducted using floating method. Data were analyzed descriptively. The measurement of association of altitude of location of cattle raising and sex of animals to the risk of infestation of gastrointestinal nematode were analyzed using odds ratio (OR) estimation and continued with chi-square test. The results showed a higher prevalence of gastrointestinal nematode infestation in cattle of Lowland location (25%) as compared to Highland (5.8%). As for the altitude, the cattle raising in Lowland were more than 5 times higher risk for infestation of gastrointestinal nematode as compared to Higher land location (P0.005). The female cattle in Lowland was higher risk (6.18) for infestation than Highland (P0.01). A similar trend was obtained for male cattle which higher risk in Lowland (4.12) as compared to Highland, but it was not significant (P0.05). In conclusion, by considering the altitude of location, the cattle raising in Lowland were more than 5 times higher risk for infestation of gastrointestinal nematode as compared to Higher land location. There is a variation of risk between female and male cattle in different altitude.
Economic Loss from Nematodiasis in Local Goat Farmings around the Region of Animal Primary Health Care of Batee Roo, Aceh Jaya Regency Murhaban Murhaban; Teuku Reza Ferasyi; Muhammad Hambal; Yudha Fahrimal; Razali Razali
The International Journal of Tropical Veterinary and Biomedical Research Vol 2, No 2 (2017): Vol. 2 (2) November 2017
Publisher : The Faculty of Veterinary Medicine of Syiah Kuala University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (139.316 KB) | DOI: 10.21157/ijtvbr.v2i2.9501

Abstract

This study aims to dicover the economic loss caused by nematodiasis in local goat farmings around the animal primary health care (Puskeswan) in Batee Roo, Aceh Jaya. In this study, as many as 84 goats positive of nematodiasis were used as samples for cross-sectional approach. Nematodiasis goats were confirmed from clinical symptoms and fecal examination using centrifugation method. Economic loss was determined by measuring body weight of all the goats. The results showed that the goats in the local farms had more than 70% prevalence rate of nematodiasis, which caused economic loss around Rp. 34.300,-/male goat, and Rp.9.310,-/ female goat. Based on the goats population in Batee Roo in 2014, total economic loss from nematodiasis for male goats reached Rp. 19.012.000,- per year, and for female it was Rp. 9.012.000,- per year. From this data, it can be concluded that the economic loss from nematodiasis in male and female goats around Puskeswan Batee Roo, Aceh Jaya per year could reach Rp. 20.000.000.
Co-Authors . Darniati . Nurliana . Razali A.A. Ketut Agung Cahyawan W Abdullah Hamzah, Abdullah Agik Suprayogi Alan Kurniyawan Aminuyati Amiruddin Amiruddin Andi B. Lompengeng Ishak Andi Novita Anwar A Ari Munandar Arman Sayuti Asnawi Abdullah Aulia Malik Fajar Azhari A Azhari Azhari Azhari Azhari Chalid Talib Daniel Sebastian Simangunsong Darmawi Darmawi Dasrul Dasrul Dasrul Dasrul Eliawardani Eliawardani Erdiansyah Rahmi Erwin E Etriwati E Fachrurrazi Fachrurrazi Fadlah, Iga Faisal Jamin Farida Farida Farida Farida Fitra Aji Pamungkas Fitriana, Rizky Fuji Nuhraini Ginta Riady Graeme B Martin Habiburrahman Habiburrahman, Habiburrahman Hamdani . Hamdani Budiman Hamdani Budiman Hamdani Budiman Hamdani Hamdani Hasan, Denny Irmawati Helmi, T Zahrial Idawati Nasution Idham Khalid Ikwan Jamil Ishak, Andi B Lompengeng Ismail I Ismail Ismail Juli Melia M Daud AK M. Isa M. Isa Mahdi Abrar Makmur, Ali Marhaban Marhaban Marlena Marlena Maruf Tafsin Masrianto, M. Maulina, Siti Raudha Muhammad Dicky Zulmi Muhammad Hambal Muhammad Hanafiah Muhammad Hanafiah Muhammad Jalalluddin Muhammad Parwis Muhammad Resthu Muhammad Rusdi Mulyadi Adam Murhaban Murhaban Muslim Akmal Muslim Akmal Muttaqien Bakri Muttaqien Muttaqien Muttaqien Muttaqien, Muttaqien Nabila Latifa Hafizsha Nasrullah Nasrullah Nofri Alfi Nurliana Nurliana NURLIANA NURLIANA NURLIANA NURLIANA Pratama, Said Mirza Qomariah, Annisa Nurul Rahmadhini, Vivi Rahmat Yusman Ramadhan, Rezky Rasmaidar Rasmaidar Rastina Rastina Rastina, Rastina Rasyida Ulfa Razali R Razali R Razali Razali Razali Razali Razali Razali Razali Razali Riandi, Lian Varis Ridwan R Rina Aulia Barus Rina Sriwati Rinidar Rinidar Riska, Raisa Mauliza Robert Faber Robert Faber Rusli Sulaiman S Rusdiana S Rusdiana Saddat Nasution Safarwati Safarwati Samadi Samadi Sandy Cakra Yuda Sari, S.Si, M.Si, Wahyu Eka Sari, Wahyu Eka Sayed Umar Siregar, Tongku N. Sitepu, Dinda Meilinda Br Soeharsono Soeharsono SRI RAHAYU Subagyo, Djoko Sugito - Sugito Sugito Sugito Sugito Sulasmi S Sulasmi Sulasmi Supardi Rusdiana Syafruddin S Syehaffer Wahyudi Affandi T. Armansyah T. Armansyah Teuku Shaddiq Rosa Winaruddin Winaruddin Wolfgang Straka Yarmaliza Yudha Fahrimal Zainuddin Zainuddin Zakiah Heryawati Manaf Zamzami, Rumi Sahara Zuhrawaty Zuhrawaty Zulfikar Zulfikar Zulkifli, Baidillah Zulpikar Zulpikar